Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN TINGKAT DEPRESI PADA IBU HAMIL

DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS GESTASIONAL

DI RSUD GONDANG WARAS

Di Susun Oleh :
Bunga Mahardika Auliasari
J21015003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang
semakin banyak jumlah penderitanya. Penyakit ini adalah penyakit
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah karena
produksi insulin yang terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan produksi insulin dalam tubuh (Tarwoto, 2012). Penderita
diabetes sering kali tidak menyadari kalau dirinya mengidap diabetes dan
ketika mereka sadar, sudah terjadi komplikasi. Hal inilah yang
menyebabkan penyakit diabetes sering disebut dengan silent killer. Saat ini
penderita DM jumlahnya semakin banyak dan terus bertambah.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. World Health Organization/ WHO (2016), memperkirakan

sebanyak 422 juta orang dewasa hidup dengan DM. International Diabetic

Foundation (IDF), menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang di dunia yang

hidup dengan DM, dari 382 juta orang tersebut, diperkirakan 175 juta

diantaranya belum terdiagnosis, sehingga dimungkinkan berkembang

progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Pada

tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan naik menjadi 592 juta orang.
Sedangkan IDF Atlas (2015), memaparkan bahwa 415 juta orang dewasa

menderita DM dan diperkirakan pada tahun 2040 penderita DM akan naik

menjadi 642 juta orang.

Diabetes merupakan penyakit yang jumlah penderitanya mengalami


peningkatan di Indonesia. Menurut data WHO, Indonesia menempati
peringkat ke-4 dengan penderita DM terbanyak di dunia. Sedangkan hasil
wawancara yang dilakukan Riset Kesehatan Dasar / RISKESDAS (2013),
menyatakan bahwa pada tahun 2013 terjadi peningkatan penderita DM dua
kali lipat dibandingkan pada tahun 2007. Diperkirakan penderita DM akan
meningkat pada tahun 2030 sebesar 21,3 juta orang. Terdapat beberapa tipe
diabetes mellitus yaitu tipe 1 (bergantung insulin), tipe 2 (tidak bergantung
insulin) dan Diabetes Mellitus Gestasional.
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) merupakan keadaan
intoleransi karbohidrat yang memiliki awitan atau pertama kali ditemukan
pada kehamilan (kemenkes, 2012). Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
adalah kelainan pada metabolisme karbohidrat dari faktor yang
memberatkan yang terjadi selama kehamilan (Marilyn, 2001). Diabetes
gestasional didefinisikan sebagai intoleransi karbohidrat dengan tingkat
keparahan bervariasi dan pertama kali diketahui saat kehamilan. Sebagian
besar wanita dengan diabetes gestasional sudah menderita diabetes overt
yang belum terdeteksi.
Ibu hamil dengan diabetes mellitus merupakan diabetes mellitus tipe
2 dimana diabetes mellitus tipe 2 adalah gangguan ketika produksi insulin
oleh pankreas tidak mencukupi, atau ketika sel-sel tubuh tidak merespon
insulin (resistensi insulin). Diabetes mellitus dengan kehamilan pada teori
yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked”
atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang
memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi >4
kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang. Diabetes Mellitus
pada kehamilan melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan reaksi dan
pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup.
Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak bisa

disembuhkan. Selain itu komplikasi yang dialami dan penanganan yang

kompleks dapat mempengaruhi kondisi psikologis pasien. Salah satu

gangguan psikologis yang dapat mucul adalah depresi. Depresi merupakan

gangguan mental umum yang ditandai dengan perasaan tertekan,

kehilangan kesenangann atau minat, perasaan bersalah atau harga diri

rendah, gangguan makan dan tidur, menurunnya konsentrasi, dan kurang

energi (WHO, 2010).

Berdasarkan pernyataan pernyataan diatas, maka peneliti tertarik


ingin meneliti tentang “gambaran tingkat depresi pada ibu hamil dengan
penyakit diabetes melitus gestasional di RSUD Gondang Waras”.

B. Rumusan Masalah
Diabetes melitus merupakan penyakit yang penderitanya semakin
meningkat dari tahun ke tahun baik itu DM tipe 1, DM tipe 2 ataupun DM
gestasional. DM merupakan salah satu penyakit kronis yang penanganannya
sangat kompleks, oleh karena itu, seseorang dapat mengalami gangguan
psikologis, salah satunya depresi. Berdasarkan penelitian dari Kuwaja et,al
(2010), kejadian depresi pada pasien DM sebesar 46,8%. Dari alasan inilah
peneliti ingin mengetahui tentang “Bagaimana gambaran tingkat depresi
pada ibu hamil dengan penyakit diabetes melitus gestasional di RSUD
Gondang Waras”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada ibu hamil dengan
penyakit diabetes melitus gestasional.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden.
b. Untuk mengetahui gambaran tingkat depresi pada ibu hamil dengan
diabetes melitus gestasional.

D. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk bebrapa pihak, antara lain:

1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai gambaran tingkat depresi pada ibu

hamil dengan diabetes melitus gestasional.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan dan penambahan wawasan bagi mahasiswa

mengenai gambaran tingkat depresi pada ibu hamil dengan diabetes

melitus gestasional.

3. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk meningkatkan

pelayanan pada pasien diabetes melitus gestasional, terutama pada

kondisi psikologisnya, sehingga dapat memberikan pelayanan yang

menyeluruh.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka
1. Diabetes Melitus Gestasional
a. Pengertian
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit kronis yang

progresif ditandai dengan tidakmampunya tubuh untuk melakukan

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga terjadi

peningkatan kadar gula dalam darah (Black & Hawks, 2014).

Diabetes melitus merupakan kenaikan kadar gula darah atau

hiperglikemi akibat sekelompok kelainan heterogen dalam tubuh

(Smeltzer & Bare, 2013). Diabetes melitus yaitu kelompok penyakit

metabolik akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya yang ditandai dengan hiperglikemia (Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia/ PERKENI, 2015).

Menurut WHO, Seseorang dikatakan mengidap diabetes jika

pemeriksaan kadar gula darah sewaktu menunjukkan hasil >200

mg/dl, gula darah puasa menunjukkan hasil >140 mg/dl, dan gula

darah 2 jam setelah makan (2 jam postprandial/PP) menunjukkan

>200 mg/dl (Smeltzer & Bare, 2013).

Diabetes militus gestasional (DMG) merupakan Intoleransi

terhadap karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan atau

pertama kali dikenali pada masa hamil. Diagnosis GDM ditegakkan

tampa memperhatikan kebutuhan akan insulin atau kontrol diet atau


apakah ada kemungkinan diabetes atau tidak, yang pasti belum

pernah terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney,

2007).

b. Patofisiologi

Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia

(peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena Produksi insulin

yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada

tingkat seluler. Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau

langerhans di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke

dalam sel . apabila insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa

berakumulasi dalam aliran darah dan terjadi hiperglikemia.

Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas dalam darah yang

menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga terjadi

dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal

menyekresi urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya

untuk mengatur kelebihan volume darah dan menyekresi glukosa

yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi seluler, menimbulkan

rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan akibat

pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini

menimbulkan rasa lapar yang membuat individu makan secara

berlebihan (polifalgia). Setelah jangka waktu tertentu, diabetes

menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna. Perubahan ini

terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi


akibat diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan

nefropati. Diabetes tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom

yang disebabkan oleh factor genetic. Diabetes biasanya diwariskan

sebagai sifat resesif, tetapi muncul sebagai sifat dominan pada

beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip) diabetes

mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami

intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang

memiliki genotip, tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes

sampai mereka mengalami satu atau lebih stressor atau faktor

presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah peningkatan usia,

periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat,

obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi

pangkreas. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi

glukosa selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM

pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon

pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).

Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke

fetus.

Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin

dan karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin

serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara

tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah

janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat
mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar

pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh

insulin, disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid

dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka

terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan

insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat sehingga

mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai

tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah

terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin

eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu

tidak mampu meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative

hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau diabetes

kehamilan.

Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,

akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi

tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi

terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi dalam

plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap

tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana

sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.

(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu

terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami


gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia,

hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.

c. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis pada diabetes melitus adalah : frekuensi buang

air kecil meningkat (poliuria), rasa haus yang meningkat (polidipsia),

peningkatan rasa lapar (polifagia), menurunnya berat badan, pruritis,

infeksi kulit, vaginitis, ketonuria, lemah, letih, dan pusiang, serta

sering asimpimatik (Black & Hawks, 2014).

Menurut PERKENI (2015), menyatakan jika ada 2 gejala yang

biasanya muncul pada pasien DM, yaitu :

1) Gejala klasik yang biasanya muncul, seperti polidipsia, poliuria,

polifagia, dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.

2) Gejala lain, misalnya kesemutan, badan terasa lemah, pandangan

kabur, gatal-gatal, gangguan ereksi pada laki-laki, dan pruritis

vulva pada wanita.

d. Pengaruh Diabetes Melitus Terhadap Kehamilan


1) Pengaruh kehamilan

a) Abortus dan partus prematurus.

b) Hidronion

c) Pre-eklamsia

d) Kesalahan letak jantung

e) Insufisiensi plasenta
2) Pengaruh terhadap persalinan

a) Gangguan kontraksi otot rahim, partus lama

b) Janin besar sehingga harus sectio caesar

c) Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia

d) Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot

rahim

3) Pengaruh terhadap nifas

a) Mudah terjadi infeksi port partum

b) Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah

menyebar

4) Pengaruh terhadap bayi

a) Abortus, prematur > usia kandungan 36 minggu

b) Janin besar (makrosomia)

c) Terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa

2. Depresi

a. Pengertian

Depresi merupakan keadaan seseorang memiliki perasaan

sedih yang presisten, berhari-hari, dan sering dikaitkan dengan

keluhan somatik (DiGiulio & Kackson, 2014). Depresi adalah

perasaan yang muncul dalam berbagai keadaan dan siapa saja.

Kondisi ini biasanya diikuti oleh perasaan cemas, gugup, dan gelisah

(Prabowo, 2014). Depresi yaitu kondisi emosional yang ditandai

dengan perasaan sedih yang mendalam, merasa bersalah dan tidak


berharga, menarik diri dari orang lain, dan kehilangan minat untuk

melakukan hal-hal yang mneyenangkan (Nasir & Muhith, 2011)

Dari beberapa pengertian di atas depresi merupakan

gangguan perasaan yang membuat seseorang merasa sedih, merasa

tidak berharga, dan tidak berdaya yang dapat dialami oleh siapa saja

baik laki-laki maupun perempuan.

b. Etiologi

Menurut Katona, Cooper & Robertson (2013) etiologi depresi,

antara lain :

1) Faktor Genetik

Pada perkembangan gangguan mood, faktor genetik memiliki

peranan penting, tetapi jalur penurunannya sangat kompleks.

Penelitian dalam keluarga memaparkan pada generasi pertama,

kemungkinan terjadi depresi berat 2 sampai 10 kali lebih sering.

Seorang anak yang dilahirkan dari orang tua yang mengalami

gangguan mood akan memiliki risiko untuk mengalami gangguan

mood juga, meskipun diasuh oleh keluaga angkat. Dan pada

kembar monozigot presentase risiko terjadinya gangguan depresi

berat lebih besar daripada kembar dizigot, yaitu sebesar 53-69%

pada monozigot dan 13-28% pada dizigot.

2) Mekanisme Neuroendokrin dan Neurokimia

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan teori

neurokimia yang dominan adalah teori monoamine yang


berpengaruh terhadap depresi. Metabolit-metabolit monoamine

terutama noradrenalin dan serotonin pada cairan otak dan urin

jumlahnya berkurang pada pasien-pasien depresi.

3) Stres Kronis

Kondisi seseorang yang mengalami stress berkepanjangan akan

mempengaruhi kadar kortisol yang akan berpengaruh pada

penurunnan mood dengan mekanisme ekspresi neurotropin yang

memiliki peranan penting pada pertumbuhan syaraf.

4) Faktor Psikososial

Faktor psikososial yang terpenting adalah kejadian terkini dalam

hidup yang tidak menyenangkan, seperti terjadinya penurunan

kesehatan dan kehilangan. Selain itu, keadaan sosial terkini yang

tidak menyenangkan juga memiliki pengaruh terhadap depresi,

terutama kurangnya hubungan kepercayaan dan pengangguran.

Beberapa penyakit fisik seperti berbagai jenis kanker, beberapa

infeksi virus, dan hampir semua gangguan endokrin berhubungan

dengan depresi.

Adapun trias depresi dari Postulat Aaron adalah :

a) Adanya pandangan negarif atau persepsi negatif pada diri

sendiri.

b) Menganggap seluruh dunia memusuhi dirinya

c) Bayangan penderitaan dan kegagalan untuk masa depannya.


c. Klasifikasi berdasarkan gejala depresi

Pada dasarnya ada 3 gejala utama pada depresi, yaitu : mood yang

buruk, anhedonia (kehilangan kesenangan), dan penurunan energi

(peningkatan rasa mudah lelah). Selain itu ada beberapa gejala

tambahan antara lain : menurunnya konsentrasi dan perhatian,

menurunnya percaya diri dan harga diri, merasa bersalah dan tidak

berharga, menurunnya nafsu makan, terjadi gangguan tidur, merasa

masa depannya suram, dan berkeinginan melukai diri.

Adapun klasifikasi depresi berdasarkan tingkat keparahannya

menurut Katona, Cooper & Robertson (2013), adalah :

1) Depresi Ringan dapat ditegakkan jika ada 2 gejala utama ditambah

2 gejala tambahan.

2) Depresi Sedang. Seseorang dikatakan mengalami depresi sedang,

jika ada 2 gejala utama dan 4 gejala tambahan, yang semua gejala

ini mengakibatkan terganggunya aktivitas sehati-hari yang

bermakna.

3) Depresi Berat dapat ditetapkan jika seseorang menglami 3 gejala

utama dan 5 gejala tambahan, yang membuat tekanan pada

hidupnya, sehingga menganggu kehidupan sehari-hari.

d. Instrumen Beck Depression Inventory (BDI)


BDI merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur skala

depresi yang diciptakan oleh Aaron T Beck. Skala pengukuran ini

berdasarkan pada teori kognitif. Kuesioner BDI tidak hanya

menangkap perubahan dalam suasana hati, tetapi juga perubahan


dalam motivasi, fungsi fisik, dan fitur kognitif dari penderita depresi.

Menurut pengamatan yang dilakukan oleh Beck, depresi atau

perubahan suasana hati disebabkan oleh adanya gangguan berfikir.

Kuesioner BDI merupakan kesioner yang sudah valid di

Indonesia. BDI memiliki skala interval yang menilai 21 gejala depresi,

15 poin menggambarkan emosi, 4 poin menggambarkan perubahan

sikap, dan 2 poin menggambarkan gejala somatik. Kuesioner ini

bertujuan untuk mengukur gejala depresi dan tingkat keparahannya

pada orang dewasa. Hasilnya semakin tinggi nilainya, maka semakin

tinggi tingkat depresinya. Pernyataan- pernyataan dalam kuesioner ini

disi sendiri oleh responden (Holon, 2010).

Beck (1985) mengungkapkan jika penilaian dilakukan

menggunakan kuesioner, dengan skor :

1) Skor 0-13 menunjukkan depresi minimal

2) Skor 14-19 menunjukkan adanya depresi ringan

3) Skor 20-28 menunjukkan depresi sedang

4) Skor 29-63 menunjukkan depresi berat

3. Depresi pada diabetes meslitus gestasional

Depresi merupakan gangguan psikologis yang berkaitan dengan

stressor jangka panjang, seperti penyakit kronis (Harista, 2015), dan

diabetes melitus gestasional merupakan kondisi diabetes yang hanya

terjadi selama kehamilan dan jika tak ditangani dengan tepat, dapat

menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi ibu dan bayi.


Telah diketahui untuk beberapa diabetes saat kehamilan, jenis

diabetes didiagnosis selama kehamilan, penting untuk mencegah atau

kontrol untuk sejumlah alasan. Ibu didiagnosis dengan diabetes

gestasional adalah berisiko untuk mengembangkan full-blown diabetes

tipe 2 setelah melahirkan, dan anak dari ibu didiagnosis dengan diabetes

selama kehamilan berada pada risiko tinggi untuk menjadi kelebihan

berat badan, obesitas, dan diabetes 2 Type. Menurut sebuah studi yang

dilaporkan di dalam Journal of Kandungan dan Ginekologi Penelitian

pada bulan Agustus 2014, depresi postpartum bisa menjadi salah satu

alasan yang baik untuk mencegah atau mengendalikan diabetes

gestasional.

Berdasarkan sebuah penelitian ditemukan tanda dan gejala yang

muncul pada pasien diabetes gestasional dengan depresi, yaitu : kurang

aktif , porsi makan yang sedikit, dan cenderung tidak taat terapi

(Gonzales et.al. 2008).

Ada beberapa faktor risiko DM yang memiliki kaitan dengan

depresi, antara lain :

a. Demografi, meliputi: jenis kelamin wanita, usia muda, tingkat

pendidikan rendah, dan kemiskinan.

b. Klinis, meliputi : komplikasi diabetes, lama menderita, keparahan

penyakit, dan tingginya nilai HbA1c.

c. Perilaku, seperti merokok dan obesitas. Ditemukan hubungan yang

signifikan antara depresi, obesitas, dan merokok. Telah diketahui


bahwa obesitas memiliki korelasi positif dengan kejadian DM tipe

2. Selain itu, merokok juga memiliki kaitan dengan terjadinyaa

resistensi insulin dan menjadi faktor risiko komplikasi

makrovaskuler (Breznošĉáková & Nagyová, 2013).

B. Kerangka Teori

Faktor - faktor yang berperan


Faktor resiko DMG : pada depresi :

1. Genetik 1. Genetik
2. Imunologik 2. Mekanisme neuroendokrin
3. Usia dan neurokimia
4. Obesitas 3. Stres kronis
5. Aktivitas fisik kurang 4. Faktor psikososial
6. Diit kurang sesuai

Diabetes melitus gestasional

Pengaruh terhadap
kehamilan, persalinan, depresi
nifas dan bayi
C. Kerangka Konsep

DM pada kehamilan (DMG)


dapat menyebabkan :

1. Abortus, prematur
2. Hidronion
3. Preeklamsia Tingkat Depresi
4. Kesalahan letak Depresi 1. Minimal
jantung 2. Ringan
3. Sedang
5. Insufiensi plasenta
4. Berat
6. Kontraksi otot rahim
7. Sectio caesar
8. Cacat pada bayi
9. Bayi lahir besar
(makrosomia)

Anda mungkin juga menyukai