Anda di halaman 1dari 32

BAB I

Ilustrasi Kasus

I. Identitas Pasien
Nama : Tn.R

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Tanjung Priuk

Agama : Islam

Pekerjaan : Pedagang

Tgl dan Jam Masuk : 23 Agustus 2013 / 01.00 WIB

No. CM : 421390

II. ANAMNESIS (Autoanamnesis)


A. Keluhan Utama : Nyeri pada bagian perut kanan bawah
B. Keluhan Tambahan : Terdapat benjolan pada kantung kemaluan kanan
yang tidak dapat dimasukkan kembali
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
± 3 tahun yang lalu, pernah timbul benjolan di lipat paha kanan.
Benjolan di lipat paha kanan pertama kali timbul setelah pasien
mengangkat barang berat dipasar karena pasien bekerja sebagai pedagang
beras dan gas elpiji. Setelah itu benjolan timbul terus menerus setelah
pasien terlalu sering mengangkat barang berat di pasar. Hal tersebut
sering dialami oleh pasien, selain itu benjolan bisa timbul bila pasien
mengedan saat BAB dan batuk. Tapi benjolan di lipat paha kanannya
hilang setelah pasien membaringkan diri di tempat tidur. Saat benjolan di
lipat paha kanan timbul, pasien merasa ada yang loncat dari dalam perut.

1
Tanggal 22 Agustus 2013 jam 01.00 dini hari, pasien datang ke IGD
RSPAD Gatot Subroto. Pasien datang dengan keluhan adanya nyeri pada
bagian perut bawah dan adannya benjolan pada kemaluannya yang tidak
bisa dimasukan kembali sejak 12 jam SMRS. Nyeri dirasakan menetap,
tidak membaik dengan perubahan posisi. Sebelumnya benjolan tersebut
dapat dimasukan kembali oleh pasien. Pasien merasakan nyeri pada
benjolan,muntah 1x berisi cairan berwarna bening. BAB masih bisa 12
jam SMRS,BAB berdarah tidak ada. BAK pasien pancaran melemah,
pasien juga sering mengedan saat berkemih, BAK darah tidak ada, nyeri
saat berkemih tidak ada dan Demam pun tidak ada.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Batuk kronik : tidak ada
- Hipertensi : tidak ada
- Appendisitis : tidak ada
- Obstipasi kronik : tidak ada
- Diabetes melitus : tidak ada

E. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 100 x/menit


Suhu : 37 °C
Pernafasan : 20 x/menit

A. Status Generalis
- Kepala :Normocephal,Distribusi rambut merata

2
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal
- Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
- Mulut/Gigi : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, carries (-)
- Telinga : Simetris
-` Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
- Thorax : simetris saat statis dan dinamis

Paru : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-


Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

-Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar,Jejas (-), Massa (-), Darm contour (-),

Darm steifung (-)

Auskultasi : bising usus (+) menurun, metallic sound (-)

Palpasi : nyeri tekan (+),hepar dan lien tidak teraba, defans

muskular (-)

Perkusi : timpani

-Pemeriksaan Ekstremitas

Superior Kanan : Edem (-), sianosis (-)

Superior Kiri : Edem (-), sianosis (-)

Inferior Kanan : Edem (-), sianosis (-)

Inferior Kiri : Edem (-), sianosis (-)

-RT:TSA baik,ampula tidak kolaps,mukosa licin

3
B. Status Lokalis

4
5
23 Agustus 2013 (18:00)

Hematologi
Hemoglobin 12,9
Hematokrit 38
Eritrosit 4,6
Leukosit 12.100
Trombosit 242.000
Kimia Darah 114
Glukosa darah sewaktu

V. DIAGNOSA
Hernia skrotalis Dekstra Strangulata

VI. PENATALAKSANAAN
-Operasi

VII. LAPORAN PEMBEDAHAN


Dilakukan pembedahan pada tanggal 23 Agustus 2013 pukul 12:00.

6
VIII. FOLLOW UP
24 Agustus 2013

S: sedikit nyeri luka bekas operasi,VAS 2

O:Kes:CM

TD:100/70,HR:80x/m,RR:20x/m,T:36.8

- Kepala :Normocephal,Distribusi rambut merata


- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal
- Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
- Mulut/Gigi : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, carries (-)
- Telinga : Simetris
-` Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
- Thorax : simetris saat statis dan dinamis

Paru : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-


Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

-Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar,Jejas (-), Massa (-), Darm contour (-),

Darm steifung (-)

Auskultasi : bising usus (+) , metallic sound (-)

Palpasi : nyeri tekan (+),hepar dan lien tidak teraba, defans

muskular (-)

Perkusi : timpani

-Ekstremitas:akral hangat

A:Post Herniotomi +herniorafi

P:Ceftriaxon 2x 1 gr

Vitamin C 1x400mg

7
Omeprazole 1x 40 mg

N 5000

Diet bubur

25 Agustus 2013

S: sedikit nyeri luka bekas operasi,VAS 2

O:Kes:CM

TD:120/70,HR:86x/m,RR:20x/m,T:36.9

- Kepala :Normocephal,Distribusi rambut merata


- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal
- Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
- Mulut/Gigi : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, carries (-)
- Telinga : Simetris
-` Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
- Thorax : simetris saat statis dan dinamis

Paru : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-


Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
-Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar,Jejas (-), Massa (-), Darm contour (-),

Darm steifung (-)

Auskultasi : bising usus (+) , metallic sound (-)

Palpasi : nyeri tekan (-),hepar dan lien tidak teraba, defans

muskular (-)

Perkusi : timpani

-Ekstremitas:akral hangat

A:Post Herniotomi + herniorafi

P:Ceftriaxon 2x 1 gr

8
Vitamin C 1x400mg

Omeprazole 1x 40 mg

N 5000

Mobilisasi + Bladder training

26 Agustus 2013

S: sedikit nyeri luka bekas operasi (-)

O:Kes:CM

TD:110/80,HR:86x/m,RR:21x/m,T:36.9

- Kepala :Normocephal,Distribusi rambut merata


- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal
- Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-)
- Mulut/Gigi : Bibir tidak kering, lidah tidak kotor, carries (-)
- Telinga : Simetris
-` Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
- Thorax : simetris saat statis dan dinamis

Paru : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-


Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
-Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Datar,Jejas (-), Massa (-), Darm contour (-),

Darm steifung (-)

Auskultasi : bising usus (+) , metallic sound (-)

Palpasi : nyeri tekan (-),hepar dan lien tidak teraba, defans

muskular (-)

Perkusi : timpani

-Ekstremitas:akral hangat

9
A:Post Herniotomi + herniorafi

P:Diperbolehkan Pulang

IX.PROGNOSIS
Dubia ad bonam

BAB II
Tinjauan Pustaka

II.1 Pendahuluan
Hernia adalah protrusi atau penonjolan organ dan isi rongga lainnya
akibat kelemahan struktur dinding rongga tersebut.1,2,3 Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo –
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi
hernia.3,4
Hernia diklasifikasikan menjadi berbagai macam berdasarkan cara
terjadinya, letak, dan sifatnya :
1. Hernia menurut cara terjadinya
a. Hernia kongenital
Merupakan hernia yang terjadi sejak lahir akibat adanya defek
atau malformasi anatomi maupun fisiologi secara kongenital.3
b. Hernia akuisita
Hernia yang umumnya terjadi pada usia dewasa dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen seperti
batuk kronis dan kebiasaan mengedan.3

2. Hernia menurut letaknya


a. Hernia umbilikal
b. Hernia diafragma
c. Hernia inguinal
d. Hernia femoral

10
Gambar Lokasi hernia5

3. Hernia menurut sifatnya


a. Hernia reponibel
Isi hernia dapat keluar – masuk melalui pintu masuk hernia.
Organ yang mengalami hernia biasanya keluar pada posisi berdiri
atau terjadi peningkatan tekanan intra abdomen, dan dapat masuk
lagi pada posisi berbaring atau didorong ke dalam rongga abdomen.3
Pada hernia reponibel tidak ada keluhan nyeri ataupun tanda-
tanda adanya obstruksi usus.3
b. Hernia ireponibel
Isi hernia tidak dapat masuk lagi meskipun telah diusahakan
reposisi dengan mendorongnya ke rongga abdomen. Biasanya
disebabkan karena terjadi perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia atau biasa disebut hernia akreta.3
Meskipun isi hernia tidak dapat masuk lagi, hernia ireponibel
juga tidak memberikan keluhan nyeri ataupun tanda obstruksi usus.3
c. Hernia inkarserata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia dan tidak dapat kembali ke
rongga perut sehingga isi hernia yang biasanya usus akan mengalami
gangguan pasase dan menimbulkan gejala obstruksi.3
d. Hernia strangulata

11
Penjepitan isi hernia oleh cincin hernia mengakibatkan gangguan
vaskularisasi pada organ yang mengalami hernia. Gangguan vaskularisasi dapat
terjadi dalam berbagai tahap, mulai dari bendungan hingga terjadi nekrosis.3
Selain karena adanya defek pada dinding abdomen, hernia dipengaruhi
oleh peningkatan tekanan intra abdomen. Faktor yang mempengaruhi peningkatan
tersebut antara lain batuk kronis, kebiasaan mengejan saat buang air, atau aktivitas
mengangkat barang berat.4

II.2 Epidemiologi
Berdasarkan data penelitian di Amerika Serikat, dalam 1 tahun terdapat
setidaknya 1 juta kasus hernia dinding abdomen yang dilakukan tindakan
operatif. 75% di antaranya merupakan hernia yang terjadi pada daerah
sekitar lipat paha.6
Hernia umbilikal merupakan hernia yang paling banyak terjadi pada
anak-anak, terutama dari ras Afrika. Insiden hernia umbilikal pada anak kulit
hitam 8x lebih besar dibandingkan anak kulit putih.6,7
Hernia diafragma kongenital terjadi pada 1 dari 2.000 – 3.000 kelahiran
hidup dan merupakan 8% dari keseluruhan kasus malformasi kongenital.
Hanya sekitar 61% janin dengan hernia diafragma yang dapat lahir hidup.
Dan setelah kelahiran, angka mortalitas mencapai 40 – 62%.8
Hernia femoralis hanya merupakan 3% dari seluruh kasus hernia dan
15% nya terjadi bilateral. Hernia femoralis lebih banyak terjadi pada wanita
dibandingkan pria karena bentuk anatomi tulang pelvis yang berbeda.
Namun wanita secara umum masih lebih sering terkena hernia inguinal
dibandingkan hernia femoralis.1
Hernia inguinal merupakan hernia yang paling banyak ditemukan, yaitu
sekitar 75% dari seluruh kasus hernia dinding abdomen. 2/3 nya merupakan
hernia inguinalis indirek dan 1/3 nya hernia inguinalis direk. Umumnya lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Insiden hernia inguinalis pada
anak adalah 4,4% dari seluruh kelahiran hidup.1 Pada pembahasan ini akan
lebih dipusatkan kepada hernia inguinalis.
II.3 HERNIA INGUINALIS

12
II.3.1 Definisi
Hernia inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk ke
dalam kanalis inguinalis akibat kelemahan pada dinding abdomen.4,9 Hernia
inguinalis merupakan hernia yang paling sering terjadi pada orang dewasa,
dan yang kedua tersering pada anak-anak setelah hernia umbilikalis.

Gambar Hernia inguinalis

II.3.2 Anatomi
Kanalis inguinalis merupakan sebuah terowongan pada abdomen
anterior bagian bawah. Terowongan ini terbentuk oleh :
-
Bagian atap : aponeurosis m. oblikus eksternus
-
Bagian dasar : ligamentum inguinalis pouparti
-
Batas kraniolateral : anulus inguinalis internus → bagian terbuka dari
fasia tranversa dan aponeurosis m. transversus
abdominis
-
Batas medial bawah : anulus inguinalis eksternus → bagian terbuka
dari aponeurosis m. oblikus eksternus.4

Kanalis inguinalis berisi ligamentum inguinalis dan korda spermatika,


pada pria atau ligamentum rotundum pada wanita.4

13
Gambar Kanalis inguinalis

Trigonum Hasselbach merupakan suatu segitiga anatomis di dareah


inguinal yang digunakan untuk membedakan hernia inguinalis lateral dan
medial. Trigonum tersebut terbentuk dari :
-
Bagian atap : m.oblikus internus
-
Bagian dasar : fasia transversa dan aponeurosis m.transversus
abdominis
-
Batas medial : tepi m.rektus abdominis
-
Batas lateral : vena epigastrika inferior
-
Batas inferior : ligamentum inguinale11,12
-

Gambar Trigonum Hasselbach

14
II.3.3 Etiologi
Hernia terjadi jika bagian dari organ abdomen menonjol melalui suatu
titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang menahan organ
tersebut pada tempatnya.4
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kelainan kongenital atau karena
sebab yang didapat. Banyak faktor yang berperan dalam pembentukan pintu
masuk hernia, yaitu anulus inguinalis internus, yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu ada pula faktor yang
berperan mendorong isi hernia melewati pintu tersebut.4
Hernia inguinalis yang terjadi sejak lahir disebabkan oleh prosesus
vaginalis yang masih terbuka akibat proses turunnya testis untuk masuk ke
dalam skrotum. 90% prosessus vaginalis pada neonatus tetap terbuka dan
30% masih tetap belum menutup hingga usia 1 tahun.4
Sementara hernia inguinalis yang terjadi pada orang dewasa terjadi
akibat peningkatan tekanan intra secara kronik seperti pada pasien dengan
hipertrofi prostat, konstipasi, asites, atau batuk kronis.4
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
kekuatan struktur otot dan jaringan penunjang yang semakin berkurang.
Anulus inguinalis internus pada usia lanjut sudah kendur sehingga membuat
pintu masuk hernia semakin mudah dilalui oleh organ abdomen. Kelemahan
otot dinding perut juga bisa terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan
n.iliofemoralis setelah apendektomi.4

II.3.4 Klasifikasi
Berdasarkan lokasi keluarnya organ abdomen ke kanalis inguinalis,
maka hernia inguinal dibedakan menjadi :
1. Hernia inguinalis lateralis / indirek
Penonjolan berada di lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior.
Disebut juga hernia indirek karena organ yang mengalami hernia tidak
langsung ke anulus inguinalis eksternus, melainkan masuk ke anulus
inguinalis internus terlebih dahulu dan masuk ke dalam kanalis

15
inguinalis. Bila organ yang mengalami hernia cukup panjang maka akan
menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.4
Tonjolan pada hernia inguinalis lateralis umumnya berbentuk
lonjong. Pada bayi dan anak disebabkan karena tidak menutupnya
prosesus vaginalis peritoneum saat penurunan testis ke skrotum.4

2. Hernia inguinalis medialis / direk


Penonjolan berada di medial dari pembuluh darah epigastrika
inferior. Disebut juga hernia direk karena organ yang mengalami hernia
tidak melalui kanalis inguinalis, melainkan langsung menuju ke annulus
inguinalis eksterna melalui kelemahan dinding posterior, yaitu trigonum
Hasselbach.4
Tonjolan pada hernia inguinalis medialis umumnya berbentuk bulat
dan dapat terjadi bilateral. Hernia ini hampir selalu disebabkan oleh
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan dinding
trigonum Hasselbach. Karena tidak melalui kanalis inguinalis dan cincin
hernia yang longgar, jarang terjadi inkarserasi dan strangulasi.4

3. Hernia pantalon
Merupakan hernia ingunalis lateralis dan medialis yang terjadi secara
bersamaan. Kedua kantong hernia dipisahkan oleh pembuluh darah
epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Keadaan ini
ditemukan pada 15% dari keseluruhan kasus hernia inguinalis.4

II.3.5 Gejala Klinik


Pada awalnya pasien akan mengeluh adanya rasa seperti terbakar di
daerah inguinal yang mendahului adanya benjolan yang dapat teraba. Rasa
terbakar ini mungkin tidak hanya dirasakan di daerah inguinal tetapi
menyebar ke daerah panggul, punggung, kaki, dan genital. Penyebaran nyeri
ini disebut nyeri alih atau reffered pain.4
Pasien akan datang ke dokter bila mulai terasa adanya benjolan di daerah
lipat paha paha yang semakin membesar secara progresif dan terkadang

16
disertai rasa nyeri. Tonjolan dan rasa nyeri tersebut biasanya semakin nyata
dan hebat saat bekerja, batuk, atau mengejan. Keluhan akan berkurang saat
malam hari saat pasien berbaring dan istirahat. Pada hernia yang sudah
mencapai skrotum, daerah tersebut akan mengalami mati rasa.4
Nyeri yang disertai keluhan lain seperti mual dan muntah biasanya
terjadi pada hernia yang sudah mengalami strangulasi akibat nekrosis atau
inkarserasi akibat ileus.4
Pada bayi dan anak-anak tonjolan akan terlihat semakin jelas dan
membesar saat menangis, mengejan, batuk, dan saat buang air kecil.4

II.3.6 Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah,
sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren.13,14

II.3.7Pemeriksaan Fisik

17
Tonjolan kenyal yang terdapat di lipat paha perlu diperiksa lebih teliti
untuk memastikan tonjolan tersebut adalah hernia. Titik yang tepat untuk
meraba hernia adalah dengan meletakkan jari telunjuk di lateral kulit
skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari
tengah mencapai anulus inguinalis internus. Jika jari tangan tak dapat
melewati anulus inguinalis internus karena adanya massa, maka umumnya
diindikasikan adanya hernia.4
Pemeriksaan tonjolan dilakukan pada posisi berdiri dan tidur untuk
membedakan dengan tonjolan yang disebabkan oleh limfadenopati. Pada
hernia, tonjolan berkurang dengan posisi tidur. Sementara pada
limfadenopati, ukuran tonjolan tidak berubah dengan perubahan posisi.4
Dalam memeriksa tonjolan yang terdapat pada lipat paha, perlu dicoba
untuk mereposisi organ yang mengalami hernia dengan mendorongnya
kembali ke rongga abdomen untuk menilai apakah hernia masih reponibel
atau sudah ireponibel.4
Untuk membedakan hernia inguinalis direk dan indirek, dilakukan
penekanan pada kedua anulus inguinalis. Hernia inguinalis indirek dapat
direposisi dengan melakukan penekanan pada anulus inguinalis internus,
sementara hernia direk dapat direposisi dengan melakukan penekanan pada
annulus inguinalis eksternus.

Gambar Hernia indirek dapat direposisi dengan penekanan pada


anulus inguinalis internus

18
Gambar Hernia direk dapat direposisi dengan penekanan pada
anulus inguinalis eksternus
Auskultasi dilakukan pada hernia inguinalis untuk membedakannya
dengan tonjolan lain. Bila terdengar adanya bising usus, maka penonjolan
tersebut adalah hernia. Bila hernia sudah turun hingga ke skrotum, maka
perlu dilakukan pemeriksaan transiluminasi untuk membedakannya dengan
hidrokel. Pada hernia didapatkan hasil transiluminasi yang negatif.4

II.3.8 Penatalaksanaan
1. Konservatif
Awalnya perlu dicoba untuk mereposisi organ yang mengalami
hernia. Reposisi dilakukan secara bimanual, yaitu tangan kiri memegang
isi hernia membentuk corong sementara tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai terjadi
reposisi.4
Bila melakukan reposisi hernia pada anak-anak, sebaiknya diberikan
sedatif terlebih dahulu dan kompres es di atas hernia untuk mengurangi
edema. Bila reposisi tidak berhasil dalam waktu 6 jam, maka operasi
harus segera dilakukan.4

Selain melakukan reposisi, tindakan konservatif untuk hernia


inguinalis adalah dengan menggunakan alat penyangga. Penyangga
harus diletakkan dengan tepat untuk memberikan tekanan eksternal yang

19
cukup terhadap defek dinding abdomen. Penyangga dipasang pagi hari
sebelum pasien beraktivitas dan dilepas pada malam hari saat menjelang
tidur.4
Pemakaian bantalan penyangga hanya untuk menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup. Kerugian dari penggunaan alat penyangga adalah merusak kulit
dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan. Pada anak-anak,
cara ini dapat menimbulkan atrofi testis karena tekanan pada funikulus
spermatikus yang mengandung pembuluh darah testis.4

Gambar Alat penyangga untuk terapi konservatif

2. Operatif
Tindakan pembedahan pada hernia bertujuan untuk mengeliminasi
kantong peritoneum dan menutup defek pada fasia yang merupakan
dasar kanalis inguinalis. Prinsip dasar langkah operasi hernia adalah
herniotomi dan hernioplasti.4
Herniotomi adalah tindakan membebaskan kantong hernia sampai ke
jaringan lemak pre peritoneal. Kemudian kantong hernia dibuka agar isi
hernia dapat dibebaskan dari perlekatan yang ada dan kemudian
direposisi. Setelah dilakukan reposisi, kantong hernia dijahit kembali
dengan ikatan setinggi mungkin.4
Hernioplasti adalah tindakan memperkecil anulus inguinalis internus
dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Tindakan ini
sangat berperan dalam mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai
metode hernioplastik :

20
a. Metode Bassini
Metode ini memperkecil anulus inguinalis internus dengan cara
menutup dan memperkuat fasia transversa. Awalnya aponeurosis
m.oblikus eksternus dibuka sampai ke anulus inguinalis eksternus,
kemudian fasia m.kremaster direseksi sampai funikulus spermatikus
dapat terlihat. Setelah itu dinding kanalis inguinal posterior dibuka
agar rongga pre peritoneal dapat terlihat dengan jelas, kemudian
dilakukan diseksi dan ligasi kantong peritoneum ke fossa iliaka.
Dinding posterior kanalis inguinalis direkonstruksi dengan 3
lapisan. Awalnya aponeurosis m.oblikus internus, m.transversus
abdominis, dan fasia transversa diaproksimasikan ke bagian tepi
ligamentum inguinal dengan jahitan terputus. Isi kanalis inguinal
diletakkan di atas dinding yang sudah diperkuat tersebut, kemudian
ditutup dengan aponeurosis dari m.oblikus eksternus di atasnya.
Kelemahan metode Bassini adalah adanya regangan berlebihan
dari otot dan fasia yang dijahit sehingga menyebabkan tidak
tertutupnya sarung femoral yang dapat mencetuskan hernia
femoralis. Namun risiko ini dapat dikurangi dengan penggunaan
mesh yang dapat memperkuat fasia transversa yang membentuk
dasar kanalis inguinalis tanpa menjahit otot-otot ke ligamentum
inguinal.4

21
Gambar Metode Bassini
b. Metode Shouldice
Prinsip metode ini adalah memperkuat dinding posterior kanalis
inguinal dengan 4 lapis jahitan kontinu menggunakan benang
monofilamen yang tidak diserap. Pada beberapa rumah sakit
digunakan kawat stainless untuk menjahit setiap lapisan, termasuk
lapis subkutan.
Awalnya dilakukan insisi pada fasia transversa, kemudian fasia
ini diaproksimasi ulang ke ligamentum inguinal. Untuk mencegah
terlepasnya jahitan, conjoint tendon dan m.oblikus internus
dipertemukan dengan menggunakan benang yang tidak diserap dan
teknik jahitan kontinu.4
Kelemahan metode ini adalah sering merusak berkas kremaster
lateral yang terdiri dari pembuluh darah spermatika eksterna dan
cabang genital dari n.genitofemoralis. Namun hingga kini belum ada
laporan kondisi tersebut menimbulkan efek yang merugikan pada
pasien. Terjadinya ptosis testis dapat dicegah dengan memperbaiki
pedikel distal dari fasia kremaster ke m.oblikus eksternus.

22
Metode ini sebenarnya dapat menurunkan angka rekurensi, tetapi
kini sudah tidak banyak digunakkan karena membutuhkan diseksi
yang luas dan keahlian yang tinggi.4

Gambar Metode Shouldice


c. Metode McVay
Metode ini memandang bahwa ligamentum pubis superior
merupakan tempat yang baik untuk merekonstruksi dinding posterior
kanalis inguinal karena berasal dari derivat jaringan yang sama
dengan fasia transversa.
Prinsipnya adalah mempertemukan conjoint tendon ke
ligamentum Cooper dari tuberkulum pubis lateralis melewati
ligamentum inguinal sampai ke kanalis femoralis.4
Kerugian metode ini adalah pasien sering mengeluh adanya nyeri
dan pemulihan pasca operasi yang lama. Namun keuntungannya,
operator dapat menilai kekuatan ligamentum pubis superior secara
langsung untuk memperbaiki hernia.
Metode McVay biasanya dilakukan pada hernia inguinalis yang
besar, hernia inguinalis direk, hernia yang mengalami rekurensi, dan
hernia femoralis. Bila digunakan untuk memperbaiki hernia
femoralis, maka sarung femoral harus dipersempit.4

23
Gambar Metode McVay

Teknik operasi yang lebih canggih adalah dengan cara prosedur


laparaskopi. Prinsipnya adalah meletakkan mesh yang lebar pada seluruh
dinding bawah inguinal. Pada metode ini, rongga peritoneal dijangkau
dengan teknik Trans Abdominal Preperitoneal Procedure (TAPP) atau
Totally Extra Peritoneal (TEP).4
Pada teknik TAPP, rongga peritoneal dijangkau dengan laparaskopi
konvensional pada umbilikus. Kemudian peritoneum yang menjadi dasar
inguinal dilakukan diseksi menjadi flap. Keuntungan teknik TAPP
adalah lebih luasnya lapangan operasi sehingga gambaran anatomi
tampak lebih jelas dan dapat mendeteksi adanya hernia yang
tersembunyi.4

24
Gambar Metode laparaskopi TAPP

Sementara pada teknik TEP, rongga peritoneal dikembangkan dengan


menggunakan balon yang dimasukkan di antara m.rektus posterior dan
peritoneum sehingga semua alat dapat masuk ke rongga peritoneal. 4
Keuntungan teknik TEP adalah memberikan efek nyeri yang lebih
minimal dan masa pemulihan lebih cepat.4

Gambar Metode laparaskopi TEP

25
Untuk memperkuat dinding yang mengalami defek biasanya
digunakan mesh yang dilekatkan ke dinding abdomen secara permanen.
Penggunaan mesh ini dapat mengurangi risiko terjadinya kekambuhan
hernia. Keuntungan penggunaan mesh antara lain :
a. Aman digunakan pada pasien dengan penyakit penyerta yang kronik
b. Efektif dan kuat
c. Penyembuhan lebih cepat
d. Nyeri pasca operasi minimal
e. Jarang menimbulkan komplikasi.9,10,11,12,13,14

Gambar Penggunaan mesh

II.3.9 Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh penderita
dan isi hernia. Komplikasi yang biasa terjadi antara lain :
1. Strangulasi
Jepitan cincin hernia terhadap isi hernia menyebabkan gangguan
perfusi pada isi hernia tersebut. Pada awalnya terjadi bendungan vena
yang menyebabkan edema dari organ yang mengalami hernia. Edema
organ akan memperberat jepitan cincin hernia sehingga peredaran darah
ke isi hernia menjadi terganggu dan lama kelamaan mengalami
nekrosis.4
Bila telah terjadi strangulasi akibat gangguan vaskularisasi maka
dapat terjadi keadaan toksik akibat gangren. Pasien akan mengeluh nyeri
hebat di tempat hernia yang menetap karena rangsangan peritoneal.4

26
2. Inkarserasi
Isi hernia terperangkap sedemikian rupa sehingga terjadi obstruksi
usus dan memberikan gejala ileus obstruktif. Pada anak, inkarserasi
sering terjadi pada umur di bawah 2 tahun. Hernia pada anak jarang
mengalami gangguan vitalitas dari isi hernia karena cincin hernia lebih
elastis dibandingkan orang dewasa.4
Gejala klinik hernia yang mengalami inkarserasi dimulai dengan
tanda-tanda obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa.4
Inkarserasi retrograd adalah suatu keadaan di mana 2 segmen usus
terperangkap di dalam kantong hernia dan 1 segmen lainnya berada di
dalam rongga peritoneum sehingga berbentuk seperti huruf W.4

3. Perluasan ke skrotum
Sebagian besar hernia inguinalis lateralis akan mengalami
pembesaran dan penekanan lebih lanjut sehingga isi hernia dapat masuk
sampai ke skrotum. Skrotum terlihat tidak simetris di mana sisi yang
mengalami hernia terlihat lebih besar, dan kadang disertai rasa nyeri.4

II.3.10 Prognosis
Prognosis hernia inguinalis tergantung dari jenis dan kemampuan hernia,
serta kemampuan pasien untuk mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat
menyebabkan perkembangan hernia.4
Bila hernia sudah dilakukan tindakan pembedahan dengan baik, maka
angka rekurensi dapat diturunkan hingga 1 – 3% dalam waktu 10 tahun.
Kekambuhan biasanya disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat
perbaikan, jaringan yang kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia
yang terabaikan. Hernia direk, khususnya hernia direk bilateral, biasanya
lebih sering mengalami kekambuhan dibandingkan hernia indirek.4

27
BAB III
Pembahasan

Laki-Laki usia 55 tahun,datang dengan keluhan nyeri pada benjolan didaerah


kemaluannya.Awalnya benjolan itu hilang timbul dan tidak nyeri sejak kurang
lebih 3 tahun yang lalu.Pasien adalah seorang pedagang di pasar,ia mengakui
sehari-hari ia suka mengangkat barang-barang berat seperti gas elpiji,pasien juga
mengatakan 3 tahun ini jika benjolan itu timbul pencetusnya adalah sehabis pasien
mengangkat banyak barang namun bisa hilang sendiri dalam bergantinya
posisi.Namun saat ini tidak hilang dan disertai nyeri.Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan pasien di diagnose hernia skrotalis dekstra
strangulata.
Hernia itu sendiri adalah penonjolan organ yang pada umumnya adalah organ
abdomen akibat kelemahan struktur dinding pembentuk suatu rongga. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek dari lapisan muskulo – aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi.
Diagnosis hernia pada umumnya dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti. Sebagian besar pasien tidak mengeluhkan gejala
apapun selain adanya benjolan yang sesuai dengan letak hernia. Nyeri biasanya
terjadi bila hernia sudah berkembang lebih lanjut. Pada pasien ini pun didapatkan
nyeri,karena hernia pada pasien ini sudah mencapai strangulata.
Strangulata salah satu komplikasi hernia. Komplikasi yang paling sering yaiyu
strangulate dan inkarserata.Strangulasi berarti isi hernia mengalami gangguan
vaskularisasi akibat jepitan dari cincin hernia dan dapat menjadi nekrosis.
Sementara inkarserasi berarti isi hernia yang pada umumnya adalah usus
mengalami obstruksi sehingga memberikan gejala seperti ileus obstruktif.
Prinsip dasar penatalaksanaan hernia melalui tindakan pembedahan adalah
membersihkan kantong hernia, mengembalikan organ yang mengalami hernia ke
tempatnya semula, kemudian memperkuat dinding yang mengalami defek.
Dengan kemajuan teknologi, pembedahan hernia kini dapat menggunakan teknik
laparoskopi sehingga tidak diperlukan insisi yang terlalu besar. Untuk

28
memperkuat dinding yang mengalami defek, terutama pada hernia yang besar,
dapat digunakan mesh prolen yang dilekatkan pada dinding tersebut.
Prognosis hernia pada umumnya baik, di mana jarang terjadi kekambuhan.
Namun prognosis ini ditentukan oleh kemampuan pasien untuk mengontrol
faktor-faktor risiko yang dapat mencetuskan hernia kembali.Maka pada pasien ini
pun dianjurkan tidak mengangkat barang-barang berat lagi,sebagai factor resiko
pada pasien ini.

29
Daftar Pustaka

1. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Hernia. Available from :


http://en.wikipedia.org/wiki/Hernia. 28 Agustus 2013
2. Jerry R Balentine. Hernia. Available from : http://www.medicinenet.com/
hernia/article.htm
3. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta :
2004
4. Seputar Kefokteran. Hernia Inguinalis. Available from : http://medlinux.
blogspot.com/2007/09/hernia-inguinalis.html. 28 Agustus 2013
5. Stanley L Smith. Hernia. Available from : http://www.stanleysmithsurgery.
com/hernia_types.jpg. 2013
6. Bret A Nicks. Hernias. Available from : http://emedicine.medscape.com/
article/775630-overview. 28 Agustus 2013
7. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Umbilical Hernia. Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/Umbilical_hernia. 28 Agustus 2013
8. Robin H Steinhorn. Congenital Diaphragmatic Hernia. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/978118-overview. 28 Agustus 2013
9. University of Virginia Health System. Genitourinary and Kidney Disorders-
Inguinal Hernia. Available from : http://www.healthsystem.virginia.edu/
UVaHealth/peds_urology/inghern.cfm. 28 Agustus 2013
10. James A Goodyear. Inguinal Hernias. Available from : http://hernia.
tripod.com/ inguinal.html
11. Hernia Center of Southern California. Inguinal Hernia. Available from :
http://www.herniaonline.com/images/inguinalcanal.gif. 2013
12. Family Practice. Hasselbach's Triangle. Available from : http://www.
fpnotebook.com/Surgery/Exam/HslbchsTrngl.htm. 26 Agustus 2013
13. Inguinal Hernia : Anatomy and Management. Available from :
http://cme.medscape.com/viewarticle/4203543
14. MD Valdosta. Hernia Treatment. Available from : http://z.hubpages.
com/u/746211_f496.jpg. 2013
15. 1. R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi I.
Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1997. Hal 700-718

30
16. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2000. Hal 313-317

31

Anda mungkin juga menyukai