Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. Pengertian
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart, 2007).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain.
Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control
(Depkes. RI, 2000).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual
dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan
eksternal melalui proses interaksi informasi secara akurat (Keliat, 1999).
Waham adalah keyakinan keliru yang sangat kuat yang tidak
dapat dikurangi dengan menggunakan logika (Ann Isaac, 2004)
Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar
belakang kebudayaannya, biarpun dibuktikan kemustahilannya (Maramis
,2005)

B. Tanda dan Gejala


1. Data Subyektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaandirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.
2. Data Obyektif
Ekspresi wajah sedih, gembira, ketakutan, mudah tersinggung, gerakan
tidak terkontrol, menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri,

1
menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar,
menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
C. Jenis Waham
1. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Waham kebesaraan
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus /
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang / sekelompok orang berusaha merugikan /
mencederai dirinya / orang lain, diucapkan berulang-ulang tidak sesuai
dengan kenyataan.
4. Waham somatik
Kenyakinan seseorang bahwa tubuh / bagian tubuhnya terganggu /
terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
5. Waham nihilstik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia, tidak sesuai
dengan kenyataan (Fitria, 2012).

D. Penyebab
1. Faktor predisposesi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya
sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif
b. Faktor social budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham

2
c. Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peranganda / bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkatan terhadap
kenyataan
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
ventrikel di otak/ perubahan oada sel kortikal dan limbik
2. Faktor presipitasi
a. Faktor social budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti / diasingkan dari kelompok
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepineprin dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan keterebatasan kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

Rentang respon

Respon adaptif respon maladatif

- Pikiranlogis - Keadaan proses - Halusinasi


- Persepsiakurat pikirterganggu - Perubahan proses emosi
- Emosikonsistendgnpengal - Ilusi - Isolasi social
aman - Emosiberlebihan - Perilakutidakteroganisasi
- Perilakusesuai - Menarikdiri
- Hubungan social - Berperilakutidakbiasa
harmonis

3
E. Akibat
Akibat dari waham, klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistis, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.Akibat
lain yang ditimbulkan adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Selain itu juga dapat menimbulkan terganggunya hubungan
social yang tidak sesuai sehingga jika tidak diatasi dapat menimbulkan
masalah keperawatan isolasi social yang jika berlanjut dapat menimbulkan
halusinasi yang isinya sesuai dengan waham klien.

4
F. Psikopatologi

Faktor genetic
Lingkungan Ekspresiemosiberlebi
1. Masyarakatumum (1%)
han
2. Orang tua (5%)
3. Saudarakandung (8%) Pandanganekstrimma
4. Anak (10%) syarakat

Ketidakmampuanmen
ghadapistresor

Gangguankognitif

Disintergrasi proses piker, disintergrasi ego Kopingindividutidakefektif

Konfusitentanglingkungan Waham MK : Gang. Konsepdiri: HDR

Keb.Dasartidakterpenuhi Kesulitanpengambilankeputu Perasaan panic yang


san, sulitkonsentrasi, prilaku mengancam ego yang lemah
social tidaksesuai

Kewaspadaan yang berlebihan


Penurunan motivasi dalam hub.
Kecemasaanmeningkat Social, autistik MK : deficit perawatan diri

MK :isolasi sosial
MK :resiko PK
MK :Halusinasi

Isi halusinasi menyenangkan Isi halusinasimenganggu

Kekacauan alur piker yang


mengancam kenyamanan dan
keamanan klien

5
G. Diagnosa Keperawatan Utama
PPP : Waham

Tgl/ TUM/TUK Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional


jam
TUM : klien dapat
mengontrol waham
TUK 1 : klien dapat 1. Mau menerima kehadiran 1. Bina hubungan saling Dasar untuk pertemuan
membina hubungan perawat percaya selanjutnya
saling percaya dengan 2. Tidak menunjukan tanda- - Beri salam
perawat tanda curiga - Perkenalkan diri, Tanya
3. Mengijinkan perawat nama klien
duduk didekatnya - Jelaskan tujuan interaksi
- Tunjukkan sikap terbuka
dan jujur
- Perhatikan kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Klien dapat 1. Klien dapat menceritakan 2. Bantu klien
mengidentifikasi ide-ide dan perasaan yang mengungkapkan perasaan
perasaan yang muncul muncul secara berulang dan pikirannya
dalam pikirannya
secara berulang dalam - Diskusikan pengalaman
pikiran klien yang dialami, termasuk
hubungan dengan orang
yang berarti
- Dengarkan pernyataan
klien dengan empati
tanpa mendukung /
menentang pernyataan
wahamnya
- Katakan perawat dapat
memahami apa yang
diceritakan klien
TUK 3: klien dapat 1. Dapat menyebutkan 3. Bantu klien
mengidentifikasi kejadian-kejadian sesuai mengidentifikasi
stressor / pencetus dengan urutan waktu kebutuhan yang tidak
wahamnya serta harapan / kebutuhan terpenuhi serta kejadian
dasar yang tidak yang menjadi factor
terpenuhi pencetus wahamnya
2. Dapat menyebutkan - Diskusikan tentang
hubungan antara kejadian kejadian-kejadian
traumatis / kebutuhan termasuk yang
tidak terpenuhi dengan menimbulkan rasa takut,
wahamnya ansietas maupun
perasaan tidak dihargai

6
- Diskusikan kebutuhan
yang belum terpenuhi
- Diskusikan cara-cara
mengatasi kebutuhan
yang tidak terpenuhi dan
kejadian yang traumatis
- Diskusikan apakah ada
halusinasi yang
meningkatkan pikiran /
perasaan terkait
wahamnya
- Diskusikan dengan klien
antara kejadian-kejadian
tersebut dengan
wahamnya
TUK 4 : klien dapat Klien mampu menyebutkan 4. Bantu klien
mengidentifikasi perbedaan pengalaman mengidentifikasi
wahamnya nyata dengan wahamnya keyakinan yang salah
tentang situasi yang nyata
- Diskusikan pengalaman
waham kenapa
berargumentasi
- Katakan keraguan
perawat terhadap
pernyataan klien
- Diskusikan respon
perasaan terhadap
wahamnya
- Diskusikan frekuensi,
intensitas durasi
terjadinya waham
- Bantu klien
membedakan situasi
nyata dengan situasi
yang dipersepsikan
salah oleh klien
TUK 5 : klien dapat Klien dapat menjelaskan 5.1. Diskusikan dengan klien
mengidentifikasi gangguan fungsi hidup pengalaman yang tidak
konsekuensi dari sehari-hari yang menguntungkan akibat
wahamnya
wahamnya diakibatkan ide-ide yang
5.2. Ajak klien melihat
tidak sesuai dengan bahwa waham tersebut
keyakinan seperti : adalah masalah yang
- Hubungan dengan membutuhkan bantuan
keluarga dari orang lain
- Hubungan dengan orang 5.3. Diskusikan dengan
lain klien, orang/tempat dan

7
- Aktivitas sehari-hari meminta bantuan
- Pekerjaan apabila wahamnya
- Sekolah timbul/sulit
dikendalikan
- Prestasi
TUK 6 : klien dapat Klien dapat melakukan 6.1. Diskusikan
melakukan teknik aktivitas dengan mencari hobi/aktivitas yang
distraksi sebagai cara yang dapat mengalihkan disukainya
menghentikan pikiran fokus klien dari wahamnya 6.2. Anjurkan klien memilih
yang terpusat pada dan melakukan aktivitas
wahamnya yang membutuhkan
perhatian dan
keterampilan fisik
6.3. Ikuti sertakan klien
dalam aktivitas fisik
yang membutuhkan
perhatian sebagai fungsi
waktu luang
6.4. Libatkan klien dalam
TAK orientasi realita
6.5. Bicara dengan klien
topic yang nyala
6.6. Anjurkan klien
bertanggungjawab
secara personal dalam
mempertahankan /
meningkatkan kesehatan
dan pemulihannya
TUK 7 : klien mendapat 7. 1. Keluarga dapat 7.1. Diskusikan pentingnya
dukungan keluarga menjelaskan tentang peran serta keluarga
 Pengertian sebagai pendukung
waham untuk menguasai waham
 Tanda dan gejala 7.2. Diskusikan potensi
waham keluarga untuk
 Penyebab dan membantu klien
akibat waham mengatasi waham
 Cara merawat 7.3. Jelaskan pada keluarga
klien waham tentang pengertian,
7. 2. Keluarga dapat tanda gejala, penyebab,
mempraktekan cara akibat, cara merawat
merawat klien klien waham
waham 7.4. Latih keluarga cara
merawat klien waham
7.5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba caranya yang
dilatihkan

8
7.6. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatannya merawat
klien dirumah sakit
TUK 8 : klien dapat 8. 1. Klien dapat 8.1. Diskusikan dengan klien
memanfaatkan obat menyebutkan tentang manfaat dan
dengan baik  Manfaat minum kerugian tidak minum
obat obat, nama, warna,
 Kerugian tidak dosis, cara, efekterapi,
minum obat dan efek samping
 Nama, warna, penggunaan obat
dosis, efek terapi 8.2. Pantau saat penggunaan
dan efek samping obat
obat 8.3. Diskusikan akibat
8. 2. Klien berhenti minum obat
mendemonstrasikan tanpa konsultasi dengan
penggunaan obat dokter
dengan benar 8.4. Anjurkan klien untuk
8. 3. Klien menyebutkan konsultasi dengan
akibat berhentinya dokter / perawat jika
minum obat tanpa terjadi hal-hal yang
konsultasi tidak diinginkan

H. Fokus Intervensi
1. Mandiri
a. Tujuan
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3) Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
b. Intervensi
1) BHSP
2) Jangan membantah dan mendukung waham klien
3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi
4) Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang ralistis
5) Diskusikan bersama kemampuan klien yang dimiliki pada waktu
lalu dan saat ini yang ralistis
6) Tanyakan apa yang bisa dilakukan dan anjurkan untuk
melakukannya saat ini
7) Observasi kebutuhan klien sehari-hari

9
8) Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
9) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan
memerlukan waktu dan tenaga
2. Modalitas
a. Melibatkan pasien dalam terapi aktivitas dan kelompok orientasi
realita
b. Melakukan terapi kognitif
1) Kuatkan pikiran kongruen klien, tolak pikiran untuk
berargumentasi / setuju dengan pikiran yang berintergrasi.
Hadirkan dan demonstrasikan motivasiuntuk mengerti klien
2) Berikan pikiran yang sesuai dan buat batasan (terapi kognitif) jika
klien mencoba untuk berespon secara impalsif terhadap perubahan
pikiran
3) Bantu dan dukung klien dalam usahanya untuk mengungkapkan
secara verbal perasaan ansietas, takut / tidak nyaman
4) Bantu klien untuk mencoba menghubungkan keyakinan-
keyakinan yang salah tersebut dengan pengingkatan ansietas yang
dirasakan oleh klien
5) Diskusikan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengontrol
ansietas
3. Kolaboratif
a. Memberikan obat-obatan sesuai dengan program pengobatan pasien
b. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum

10
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan aplikasi pada praktik klinis


(terjemahan). Edisi 6. EGC : Jakarta

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan LP dan SP. Salemba
Medika : Jakarta

FKUI & WHO. 2006. Modul Praktek Keperawatan profesional jiwa. Cetakan II.
Fakultas Kedokteran UI & WHO

Keliat, B.A, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta

Maramis, W.f. 2005. CatatanIlmuKedokteranJiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga


University Press.

Stuart, G.W &Sundeen, S.J.


2007. BukuSakuKeperawatanJiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC

11

Anda mungkin juga menyukai