Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT TBC DENGAN

KECEMASAN PADA PENDERITA TBC DI PUSKESMAS WOTU.

TRI SUSETYO, NASIIN and , Arif Widodo, A.Kep., M.Kes and , Kartinah, A. Kep., S.Kep (2011)
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT TBC DENGAN KECEMASAN PADA PENDERITA
TBC DI PUSKESMAS KARTASURA. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
NARASUMBER, (2019), PENGETAHUAN TERHADAP PENYAKIT YANG DIDERITANYA

Abstrak
Tuberkulosis didefinisikan sebagai penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis).Tren tuberkulosis meningkat di dunia memperkenalkan
penyakit ini sehingga setiap tahun, 9 juta orang menderita TB aktif dan sekitar 5,1 juta orang
meninggal karena penyakit ini.1
pasien yang berkunjung untuk melakukan pengobatan terhadap penyakit TBC diketahui bahwa
tingkat pengetahuan pasien masih kurang2. Kurangnya pengetahuan pasien terutama mengenai
program yang dijalankannya. Pasien sering kali bertanya kapan program pengobatan akan
berakhir, dan apakah penyakit yang dideritanya akan sembuh3. Kondisi pasien juga terlihat
cemas dan menayakan apakah batuk berdahak yang dialaminya terus menerus tersebut akan
memperparah kondisi paru-parunya Kegagalan pasien untuk mematuhi pengobatan TB
menyebabkan resistensi obat, kambuh dan kematian. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan TB
lebih tinggi selama fase pengobatan lanjutan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan tentang penyakit TBC dengan
kecemasan pada penderita TBC di Puskesmas Wotu.
Penelitiandengan metode observasi dan wawancara ini diekstraksi dan dianalisis secara
retrospektif maximal 5 exampel berdasarkan catatan pasien TB di puskesmas wotu. Sampel
yang digunakan dalam penelitian adalah pasien yang didiagnosa dokter sudah menderita TBC
dan sedang melakukan berobat enam bulan. Data penelitian diperoleh dari hasil observasi
langsung ke rumah penderita bagaimana kondisi ventilasi rumah serta mengadakan wawancara
langsung mengenai pengetahuan penderita terhadap penyakit TBC dengan kecemasan pada
penderita TBC.dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebagian
besar narasumber kurang memahami pengetahuan tentang penyakit TB karena tidak dapat
menjawab secara detail pertanyaan yang di berikan.adapun. sebgian besar dari narasumber
tidak mengetahu tahap pengobatan yang di lakukan oleh pihak puskesmas

PENDAHULUAN
Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan besar secara global. Selama 20
tahun, WHO bersama dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya berupaya untuk
mengentaskan penyakit TB Paru ini. Oleh karena itu, penyakit TB Paru masuk menjadi salah
satu poin dalam Millenium Development Goals yang akan berakhir di tahun 2015. Hasil laporan
tahun 2013, terdapat 22 negara dengan beban TB Paru yang tinggi (High Burden Countries –
HBC). Negara-negara HBC ini menyumbang 80% total kasus TB yang ada di dunia. Namun,

1
TRI SUSETYO, NASIIN and , Arif Widodo, A.Kep., M.Kes and , Kartinah, A. Kep., S.Kep (2011)
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT TBC DENGAN KECEMASAN PADA PENDERITA
TBC DI PUSKESMAS KARTASURA. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2
NARASUMBER, (2019), PENGETAHUAN TERHADAP PENYAKIT YANG DIDERITANYA
dari laporan global 2013, hanya 7 dari 22 negara yang sudah berhasil mencapai target MDGs
2015: menurunkan insiden kasus TB dan angka mortalitas penyakit ini. terdapat 4 negara yang
sudah berada di jalurnya untuk mencapai targetini. Dan masih ada 11 negara yang tidak berada
pada jalurnya dan dikhawatirkantidak mencapai target MDGs 2015, termasuk Indonesia.
(WHO, 2013 )
Secara epidemiologi menurut WHO, terdapat 10 sampai 12 juta penderita yang
mempunyai kemampuan menularkan , dengan angka kematian 3 juta penderita tiap tahun dan
keadaan tersebut terdapat di negara berkembang dengan sosial ekonomi rendah, termasuk
Indonesia. Angka kejadian TB di Indonesia menurut data statistic dari WHO sebesar 239 per
100.000 orang, Sedangkan di lingkup yang lebih sempit yaitu provinsi, Sekitar 35 ribu
penduduk di Jawa Tengah hingga kini terindikasi terkena penyakit TB, namun jajaran
kesehatan hanya baru bisa memantau dan menangani 50 persen dari total jumlah penderita TBC
(Dinkes, 2013).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 penyakit TB Paru
merupakan penyebab kematian Nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit
pernafasan pada semua golongan usia. Angka morbiditas penyakit TB Paru urutan ke 4 setelah
influenza, infeksi saluran nafas akut dan bronchitis. Berdasarkan laporan pencatatan di
Puskesmas wotu didapatkan sekitar rata-rata 1-3 orang setiap harinya yang datang ke ruang
pojok TB untuk pemeriksaan, konseling ataupun mendapatkan obat TBC secara rutin. Dan
kurang lebih terdapat 10 orang penderita TBC positif yang datang ke pojok TB setiap bulannya.
Penderita yang datang antara lain pasien TB Paru yang rawat jalan, pasien dari poli penyakit
dalam,serta terdapat juga pasien TB yang baru terdiagnosa.
Dari studi pendahuluan dengan melakukan wawancara terhadap beberapa penderita TB
paru yang datang ke Ruang TB, didapatkan bahwa penderita TB merasakan kecemasan saat
mengetahui dirinya menderita penyakit tuberculosis, dan penderita mengatakan kurang
mengerti dan paham tentang penyakit TB yang dideritanya, apa penyebabnya, serta bagaimana
proses penyembuhan penyakit tersebut. Hal tersebut menambah kecemasan yang timbul pada
penderita TB Paru dan tidak menutup kemungkinan apabila pasien kurang pengetahuan serta
selalu merasakan kecemasan terus menerus maka dapat menimbulkan masalah lain pada
penderita TB Paru.

Bahan Dan Metode

Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara ini diekstraksi dan
dianalisis secara retrospektif maximal 5 sampel berdasarkan catatan pasien TBC di puskesmas
wotu,Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah pasien yang diagnose dokter sudah
menderita TBC dan sedang melakukan pengobata 6 bulan data penelitian di proleh dari
observasi langsung ke rumah penderita dan melihat bagaimana kondisi rumah
penderita,bagaimana kondisi ventilasi serta mengadakan wawancara langsung mengenai
pengetahuan penderita terhadap penyakit yang dialaminya.
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam (indepht interview) yang
direkam menggunakan hp,Fokus penelitian berisi pokok kajian tentang faktor yang
melatarbelakangi tentang hubungan pengetahuan penyakit TBC dengan kecemasan pada
penderita TBC di puskesmas Wotu,pengobatan TB.Pemilihan informan menggunakan
purposive sample. Informan utama dalam penelitian ini adalah pasien dengan berkunjung ke
rumah pasien untuk melakukan penelitian terhadap penyakit TBC dan tingkat pengetahuan
pasien masih kurang pengetahuan terhadap penyakit yang dialaminya dan memiliki kecemasan
akan penyakit yang dialaminya, sedangkan informan tria-ngulasi dari keluarga/saudara pasien
Analisis data yang digunakan adalah dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil
wawancara dengan melakukan reduksi data dalam sebuah rangkuman
 Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan ijin dari Ketua Puskesmas,maka Mahasiswa mengadakan
pendekatan kepada pasien untuk mengambil data. Data dikumpulkan dengan
menggunakan dengan melakukan observasi dan wawancara langsung kepada pasien.

Wawancara yang dilakukan diperiksa ulang untuk memastikan kelengkapan data.nya


setelah lengkap data ditabulasikan dan dikelompokkan.Hasil dari wawancara akan
dikonfirmasikan dalam bentuk narasi.

Kerangka Kerja

Sampling

Penentuan
Penentuan populasi
sampel

Pengumpulan Data

Pengelolahan dan analisi data

Hasil

pembuatan
Hasil penelitian
a. Analisa univariat
1. Gambaran pengetahuan pasien tentang tuberkulosis
Pengetahuan pasien tentang Frekunsi Presentase
No.
tuberkulosis (F) (%)
1 Kurang 4 80%

2 Cukup 1 20%

3 baik 0 0%

Jumlah 5 100,0%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kebanyakan pasien kurang mengetahui


tentang penyakit Tubercelosis yang di deritannya.

2. gambaran tingkat kecemasan pasien tentang tuberkelosis


Frekunsi Presentase
No. kecemasan
(F) (%)
1 Panik 0 0%
2 Cemas berat 3 60%
3 Cemas sedang 2 40%
4 Cemas ringan 0 0%
5 Tidak cemas 0 0%

jumlah 5 100,0%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kebanyakan pasien cemas tentang


penyakit Tubercelosis yang di deritannya

Pembahasan
Hasil di dapatkan beberapa faktor yang melatar belakangi ke cemasan pada penderita
penyakit TBC pengobatan tuberkolusi adalah sebagai berikut:
Pengetahuan tentang penyakit tuber kulosis dan pengobatannya:
Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebagian besar narasumber kurang memahami
pengetahuan tentang penyakit TB karena tidak dapat menjawab secara detail pertanyaan
yang di berikan.adapun. sebgian besar dari narasumber tidak mengetahu tahap pengobatan
yang di lakukan oleh pihak puskesmas.
Lama pengonbatan berdasarkan dari penelitian yang telah di lkukan ,terdapat 5 sumber
yang telah melakukan pengobatan lebih dari 6 bulan artinnya narasumber tersebut sudah
melakukan pengobatan tahap intensif selama 6 bulan .Dari keterangan narasumber
mengaku mendapat manfaat selama menjalani pengobatannya itu sehinga sembuh dri
penyakit TBC sehingga dapat di absumsikan narasaumber menghentikan pengobatannya
karena setelah melakukan pengobatan intensif (>6bulan narasumber merasa sudah sembuh)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kebanyakan pasien cemas tentang penyakit Tubercelosis
yang di deritannya karna penyakit tuberculosis mudah menular melalui udara.
Hasil ini sesuai dengan keterangan dri pihak puskesmas bahwa pengobatan TB di berikan
dalam dua tahap dimna bulan pertama pemeriksaan dan bulan selanjutnya tahap pol ap dan
pemeriksaan ahir apakah pengobatan yang dilakukan berhasil ataw tidaknnya.pada tahap
awal ataw intensif pasien mendapatkan obat setiap hari bila pengobatan tahap intensif
tersebut di berikan secara tepat,maka pasien TB yang menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu dua minggu .sebagian besar pasien masyarakat wotu positif dahak akn menjadi
pasien negativ dahak dalam waktu 6bulan .sedangkan pada tahap lanjutaan pasien
mendapatkan obat yang lebih sedikit pada tahap lanjut berguna utuk membutuh kuman
sehingga mencegah terjadinnya kekambuhan.
Uraian tersebut dapat di simpulkan lama pengobatan lebih dari 6 bulan dapat
mengakibatkan pasien TB kerena setelah melakukan pengobatan intensif tersebut biasanya
pasien merasa sembuh dan menghentikan pengobatannya .pengobatan TB membutuhkan
waktu yang lama di bandingkan dengan pengobatan infeksi bakteri lainnya.jika terinfeksi TB
pendrita harus minum anti biotik setidaknnya 6 bulan ,jika pengobatan TB tidak dilakukan
sampai selesai maka akan terjadi resitensi obat.oleh karena itu,perlu adanya penyuluhan
kepada pasien TB tentang pentingnya menyelesaikan tahapan pengobatan TB sehingga pasien
dapat menyelesaikan pengobatan TB.
Berdasarkan hasil pengambilan data dari pihak puskesmas kecamatan wotu bagian
administrasi mengatakn pembiayaan pengobatan penyakit TB sama sekali tidak memungut
biaya apapun kepada masyarakat yang memiliki kartu BPJS.dalam proses pengobatan ada 3
tahap pengobatan di mna tahap pertama melakukan pemeriksaan dua minggu sekali
,pengobatan di lakukan kurang lebih selama 6 bulan sehingga benar-benar sembuh sama
sekali tidak memungut biaya apapun dri pihak pasien .berdasarkan penjelasan tersebut dapat
di asumsikan bahwa pembiayaan pengobatan seluruh narasumber menggunakan kartu
BPJS)/dengan jalur mandiri .
Kesimpulan
Tuberkulosis didefinisikan sebagai penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis).Tren tuberkulosis meningkat di dunia memperkenalkan
penyakit ini sehingga setiap tahun, 9 juta orang menderita TB aktif dan sekitar 5,1 juta orang
meninggal karena penyakit ini. Berdasarkan penelitian yang di lakukan sebagian besar
narasumber kurang memahami pengetahuan tentang penyakit TB karena tidak dapat
menjawab secara detail pertanyaan yang di berikan.adapun. sebgian besar dari narasumber
tidak mengetahu tahap pengobatan yang di lakukan oleh pihak puskesmas dan Berdasarkan
hasil penelitian bahwa kebanyakan pasien cemas tentang penyakit Tubercelosis yang di
deritannya karna penyakit tuberculosis mudah menular melalui udara.

saran
diharapkan dinas kesehatan luwu timur dapat meningkatkan program pencegahan penyakit
menular sehingga dapat menurunkan angka kematian khususnya pada kasus TBC. Dan
kepada petugas kesehatan puskesmas wotu agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang
kesehatan terutama yang menyangkut penyakit TBC. Promkes dapat dilakukan melalui
sosialisasi, spanduk, brosur maupun melalui media promkes pada pemukiman tempat-rempat
umum terkait penyakit TBC serta dihimbau kepada masyarakat agar menjaga kebersihan dan
ventilasi udara yg baik, menghindari asap, terkhusus asap rokok.
Daftar pustaka

R Medicine > RC Internal medicine > RC0254 Neoplasms. Tumors. Oncology (including Cancer)

Anton, Mak, Adam Thomas.2008 Influence of multidrug resistance on Tubercelosis Treatmen outcomes
Anton, Mak., Adam Thomas. 2008. Influence of Multidrug Resistance on Tuberculosis
Treatment Outcomes with Standardized Regimens. American Journal of Respiratory and
Critical Care Medicine, 178(3): 306-312

Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru Tegal. 2010. Rekap Hasil Pengobatan BTA Positif
tahun 2009. Tegal : BP4 Tegal

Currie, Christine SM. 2005.Cost, affordability and cost-effectiveness of strategies to control tuberculosis
in countries with high HIV prevalence. BMC Public Health, 5:130

Hudoyono Ahmad. 2008. Tuberkulosis Mudah Diobat. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kemenkes. 2011.http://www.pppl.depkes.go.id. 2011.Diakses pada tanggal 16 Juli 2012

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Penanggulangan TB di Indonesia 2010 - 2014 :
Kemenkes RI.

Tim Mata Ajar Evidence Based Practice. 2012. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemkes RI
Prodi Keperawatan Makassar. Makassar.

Nursalam. 2008. Konsep dan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medikal.

Hawari, (2005), Manajemen cemas dan depresi, jakarta: balai penerbit fakultas kedokteran universitas
indonesia
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai