Oleh :
M.Armi Gazalli
1710611058
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Praktikum
Penetasan telur dapat dilakukan secara alamiah yaitu dengan dierami oleh
induknya dan dapat pula dilakukan dengan inkubator. Jika penetasan telur
dilakukan pada induknya, jumlah telur yang dapat ditetaskan terbatas, yaitu
paling banyak 15 – 7 butir. Tetapi, penetasan telur dengan inkubator dapat
mencapai ratusan bahkan hingga ribuan butir telur dalam sekali penetasan.
(Sudrajat, 2003)
Telur-telur yang dihasilkan oleh induk Unggas tidak seluruhnya berkualitas
baik. Untuk itu ada beberapa kriteria sehingga dikatakan telur itu baik untuk
ditetaskan diantaranya
a. Bentuk Telur
Bentuk telur yang baik berbentuk normal yaitu telur yang berbentuk
sedikit agak lonjong. Bagian atas agak besar dan bawahnya lebih kecil
dan tumpul.
b. Keadaan Kulit Telur
Kulit yang permukannya halus dan merata.
c. Umur Telur
Umur telur yang ditetaskan sebaiknya telur yang umurnya dibawah
dari 7 hari.
2.4 Candling
Candling adalah proses peneropongan telur menggunakan cahaya
untuk melihat perkembangan embrio dalam telur. Telur infertilakan tampak
terang saat candling. Telur yang nampak terang saat proses candling
sebenarnya tidak hanya telur infertil saja tetapi juga telur yang embrionya
mengalami mati dini, akan tetapi pada proses candling semua telur tampak
terang disebut sebagai telur infertil karena penampakannya sama (Nuryati,
2002).
Candling dilakukan setelah telur melewati masa kritis pertama.
Masa kritis merupakan waktu yang sangat penting dalam proses
pembentukan dan perkembangan embrio selama telur ditetaskan. Masa
kritis pertama yang terjadi pada hari ke 1 hingga ke 3 setelah telur
dimasukkan ke dalam mesin tetas (Sudjarwo, 2012).
2.5 Fertilitas
Fertilitas atau yang sering dikenal dengan kelahiran dapat diartikan
sebagai hasil reproduksi yang nyata dari penduduk (actual reproduction
performance) atau jumlah anak hidup yang dilahirkan oleh seorang atau
sekelompok perempuan. Kelahiran yang dimaksud hanya mencakup
kelahiran hidup, yaitu bayi yang dilahirkan menunjukkan tanda-tanda
hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu
dikandung. Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas, hanya
berbeda ruang lingkupnya, dimana fertilitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk, sedangkan natalitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi manusia (Rusli,
1985).
Untuk mendapatkan telur tetas yang memiliki daya tetas tinggi, pastikan bahwa
perbandingan jumlah itik jantan dan itik betina memenuhi syarat. Adapun
perbandingan itik jantan dan betina minimal 1 : 8.
2. Kebersihan Kerabang
Kerabang telur harus dalam keadaan utuh, licin dan berbentuk oval atau bulat
telur. Bobot telur tetas yang normal antara 60g – 65g.
Setelah selesai melakukan seleksi, telur tetas siap untuk ditetaskan. Untuk telur
tetas yang memerlukan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin/tempat
penyimpanan harus bersuhu tidak lebih dari 18°C. Hal dimaksudkan agar embrio di
dalam telur tidak berkembang. Telur tetas sebaiknya tidak disimpan lebih dari 7 hari
(dihitung dari mulai ditelurkan) sebab penyimpanan yang terlalu lama akan
menyebabkan bertambahnya waktu menetas.
Sebelum telur tetas di masukan ke dalam mesin tetas, pastikan bahwa keadaan
mesin tetas, peralatan penetasan dan kelengkapan mesin tetas sudah tersedia. Untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, lakukan fumigasi/pengasapan baik untuk mesin
tetas maupun untuk telur yang akan ditetaskan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penetasan antara lain
suhu, kelembapan, serta waktu penetasan. Suhu yang ideal untuk penetasan telur itik
adalah 38°C dengan kelembapan 65% – 70%. Adapun lamanya proses penetasan yang
normal adalah 28 hari.
Selain hal-hal tersebut di atas, tehnik atau cara menempatkan telur di rak mesin
tetas, peneropongan telur serta pemutaran/pembalikan telur juga merupakan bagian
dari keberhasilan penetasan.
a. Penempatan Telur
Penempatan telur pada rak mesin tetas tergantung dari jenis mesin tetas, posisi
telur yang ideal adalah meletakan telur dengan kemiringan 40°. Hal ini akan
memudahkan dalam pemutaran telur. Bagian telur yang tumpul harus terletak di atas,
karena dalam perkembangannya kepala embrio akan mengarah ke atas di mana terletak
kantung udara.
b. Peneropongan
c. Pemutaran Telur
Pemeturan telur dilakukan agar embrio tidak menempel ke salah satu sisi
kerabang telur serta telur tetas dapat memperoleh panas yang seimbang. Pemutaran
telur di mulai pada hari ke-3 sampai hari ke-25. Pemutaran telur sebaiknya dilakukan
3 kali dalam sehari.
d. Ventilasi
Dalam proses penetasan embrio membutuhkan oksigen yang cukup untuk itu
ventilasi berfungsi sebagai pertukaran antara CO2 dan O2.
IV. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Jayasamudera, Dede Juanda dan Cahyono Bambang. 2005. Pembibitan Itik. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card. 1979. Poultry Production. Lea and Febiger,
Philadelphia.
Nuryati, T. N., Sutarto, M. Khamin dan P. S. Hardjosworo. 1998. Sukses Menetaskan Telur.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Shanawany. 1994. Quail Production Systems. FAO of The United Nations. Rome.
Suprijatna, E., Umiyati, a., dan Ruhyat, K., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tri-Yuwanta. 1983. Beberapa Metode Praktis Penetasan Telur. Fakultas Peternakan UGM.
Yogyakarta.