Disusun oleh;
IKRAR AGUNG D
JOHAN ALI
MUTIARA SINAGA
UMAR
a. Pengendalian/Kontrol Persediaan
Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan
tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal
perusahaan sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa
yang akan datang, semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai
persediaan/inventory, tergantung dari sifat dan jenis usaha perusahaan.
b. Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan fungsinya, persediaan dikelompokkan menjadi :
Masalah yang biasanya muncul adalah bagaimana persediaan itu disajikan dalam
neraca sebagai persediaan akhir periode dan perhitungan laba rugi sebagai beban
periode yang dilaporkan, karena menurut AICPA (dalam Morse dalam Taqwa, 2003)
dikatakan bahwa salah satu tujuan utama dari akuntansi untuk persediaan adalah
menentukan laba yang tepat melalui proses kesesuaian antara beban dan pendapatan.
Pemilihan atas metode arus biaya persediaan berdasar pada alasan-alasan tertentu,
Tuannakota (2000) menyatakan bahwa terdapat satu alasan yang membenarkan bahwa
penggunaan metode penilaian yang berbeda untuk persediaan, yaitu bahwa setiap
metode yang akan digunakan mencerminkan keadaan ekonomi yang berbeda-beda.
a. Metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai
media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan (Lee dan Hsieh
dalam Anissa, 2003).
Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan
sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan yang
mempengaruhi laporan keuangan dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus
mempertimbangkan nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang
disesuaikan dengan karakteristik perusahaan.
Metode arus biaya persediaan memiliki konsekuensi logis yang akan berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Penilaian terhadap persediaan akan berdampak langsung
terhadap income perusahaan dan neraca. Manajemen dalam mengambil kebijakan untuk
memilih metode arus biaya persediaan akan mempertimbangkan hal-hal yang dapat
mendukung nilai perusahaan. Menurut Morse dan Richardson dalam menyatakan
bahwa berbagai alternatif metode arus biaya persediaan memungkinkan manajemen
memilih metode sesuai dengan karakteristik perusahaan.
Agar laporan keuangan perusahaan mudah dimengerti dan dipahami serta konsisten,
maka laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). SAK merupakan acuan bagi perusahaan dalam pembuatan laporan
keuangan dan sebagai himpunan prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang
memberikan alternatif penggunaan metode dan prosedur yang dengan bebas dapat
dipilih oleh manajemen. (IAI, 2002).
Metode arus biaya persediaan yang digunakan untuk menghitung harga pokok
persediaan awal dan harga pokok persediaan akhir akan mempengaruhi labaa bersih
yang dilaporkan melalui harga pokok penjualan (Morse dan Richardson dalam Taqwa,
2003). Dalam kaitan data akuntansi dengan pasar modal, kajian lebih ditekankan pada
rasio keuangan dan motivasi manajer dalam memilih suatu metode yang dihubungkan
dengan reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan (Ali dan Hartono, 2003).
Penggunaan metode LIFO sebagai dasar perhitungan dalam perpajakan tidak
diperbolehkan di sebagian negara, seperti Australia, Singapura, dan Swiss, termasuk
Indonesia.
Seluruh biaya yang terdefinisi dalam persediaan di atas harus diperhitungkan dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata
tertimbang (weight average method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau
LIFO), kecuali untuk yang disebutkan dalam paragraf 19 (PSAK No. 14), yaitu biaya
yang berkaitan dengan identifikasi khusus yang merupakan atribusi biaya ke barang
tertentu yang dapat diidentifikasi dalam persediaan. Rumus biaya di atas merupakan
metode arus yang diasumsikan dari biaya per unit persediaan selama periode akuntansi,
yang akan dijelaskan sebagai berikut :
Pada saat yang bersamaan, metode FIFO tidak memperkenankan manipulasi laba
sebab perusahaan tidak bebas untuk memilih item-item harga perolehan tertentu
karena dibebankan pada biaya. Nilai persediaan akhir untuk metode FIFO
mendekati harga perolehan sekarang (current cost). Metode ini mencerminkan
perputaran persediaan yang sesungguhnya. Pendekatan ini umumnya memberikan
alasan yang mendekati replacement cost pada neraca yang perubahan harganya
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke
barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit
tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk
mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi
khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
saat yang berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan
menjadi lamban, membebani, dan memakan biaya. Bahkan sistem pelacakan
dengan komputer tidak akan menjawab semua masalah dari praktek ini.
Sesuai dengan UU Perpajakan tahun 2000 pasal 10 ayat 6 mengenai Pajak Penghasilan
disebutkan bahwa untuk tujuan perpajakan metode arus biaya persediaan yang
diperbolehkan digunakan di Indonesia adalah metode rata-rata dan metode FIFO, jadi
hanya kedua metode ini yang dijinkan oleh perundang- undangan perpajakan.
2020
10 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pemilihan metode arus persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 yang memberikan kebebasan untuk
menggunakan salah satu alternatif metode arus persediaan yaitu first in first out (FIFO),
last in first out (LIFO), dan weight average (rata-rata). Namun Undang- Undang No. 7
tahun 1983 jo Undang-Undang No. 10 tahun 1994 tentang Perpajakan hanya
memperbolehkan penggunaan metode FIFO atau metode rata- rata. Jadi, perusahaan di
indonesia hanya boleh menggunakan metode rata-rata dan FIFO untuk tujuan
perpajakan.
1. Teori Agensi
Perusahaan adalah “fiksi legal yang bertindak sebagai suatu kelompok kontrak
untuk seperangkat hubungan kontrak diantara individu” (Jensen dan Mecking
dalam Belkaoui, 1993). Hubungan yang dimaksudkan sebagai kontrak yang
satu atau lebih (prinsipal) meminta orang lain untuk melakukan beberapa
kegiatan atas kepentingan yang meliputi pendelegasian beberapa otoritas
pengambilan keputusan pada agen. Dalam kaitannya dengan pemilihan metode
arus biaya persediaan Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin (2001) menyatakan
bahwa manajerakan memilih metode persediaan yang didasarkan pada
hubungan yang terdapat di dalam perusahaan.
2020
11 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
mengemukakan bahwa metode persediaan mempengaruhi pajak penghasilan,
manajer perusahaan lebih mempertimbangkan pengaruh pajak ketika
memutuskan untuk memilih metode persediaan yang sesuai dengan kondisi
perusahaannya sebab biaya pajak penghasilan merupakan salah satu komponen
biaya politis yang ditanggung oleh perusahaan.
3. Political Cost
Scott (1997) menyatakan bahwa pada dasarnya semua orang sama, apabila
biaya politik yang dihadapi oleh manajer lebih besar maka manajer lebih
menyukai prosedur (metode) persediaan yang melaporkan pendapatan berbeda
dari periode sekarang dengan periode yang akan datang. Scoot mencontohkan
“biaya politik” dibebankan pada perusahaan dengan keuntungan yang tinggi
sehingga akan menarik perhatian media konsumen. Dalam kaitannya dengan
pemilihan metode yang memberikan biaya politik yang rendah sebab
perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi akan menarik perhatian
media konsumen sehingga biaya politiknya menjadi besar.
c. Asumsi Metode Arus Biaya dan Pengaruhnya terhadap Laporan Laba Rugi
Penggunaan metode-metode arus biaya persediaan berpengaruh terhadap penentuan harga pokok barang
yang tersedia dijual dan jumlah persediaan akhir. Dalam periode di mana terdapat kenaikan harga, metode
FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih besar. Hal ini terjadi karena biaya-biaya yang dicocokkan
dengan pendapatan merupakan biaya unit yang lebih rendah dari unit yang pertama kali dibeli. Untuk
manajemen, laba yang lebih tinggi merupakan sebuah keuntungan. Ini terjadi karena pihak eksternal
melihat perusahaan lebih menguntungkan. Selain itu jika bonus manajemen berdasarkan pada laba bersih,
maka FIFO akan memberikan dasar untuk bonus yang lebih tinggi.
Menggunakan metode rata-rata tertimbang menghasilkan laba yang lebih rendah dari metode FIFO akan
tetapi lebih tinggi dari metode LIFO. Hal ini terjadi karena biaya-biaya yang dicocokkan dengan
pendapatan merupakan biaya unit rata-rata yang mengkombinasikan biaya tinggi dan rendah dan
menghasilkan biaya rata-rata.
2020
12 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Sedangkan menggunakan metode LIFO dalam keadaan kenaikan harga menyebabkan perusahaan
menghindari untuk melaporkan laba di atas kertas atau laba bayangan sebagai keuntungan ekonomis.
Berdasarkan pengaruh penggunaan metode arus biaya terhadap laba yang diperoleh perusahaan, maka
menggunakan metode FIFO pada saat terjadinya kenaikan harga menghasilkan keuntungan fiktif. Hal ini
terjadi karena laba yang dilaporkan dengan menggunakan metode FIFO adalah merupakan penjumlahan
dari dua komponen laba yaitu laba ekonomi (economic profit) dan laba kepemilikan (holding gain).
Laba ekonomi adalah mengaitkan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisih antara harga jual dan biaya
penggantian persediaan. Sedangkan laba kepemilikan merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena
persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikali dengan selisih biaya penggantian
terkini dengan biaya perolehan awal.
2020
13 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
b. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Ada 3 cara menghitung harga pokok penjualan (HPP) yang dasarnya adalah arus
biaya, di mana arus barang tidak harus sama dengan arus biayanya yaitu FIFO, LIFO
(Masuk Terakhir Keluar Pertama dan rata-rata tertimbang.
Untuk menjelaskan penggunaan 3 cara tersebut digunakan contoh data sebagai berikut :
Bila menggunakan cara Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) harga pokok
persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan
atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok
yang paling terdahulu, disusul dengan yang masuk berikutnya.
2020
14 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dengan menggunakan contoh data di atas, kartu piutang bias dibuat seperti berikut ini :
Dari kartu barang di atas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal 28
Februari 2015 sebesar 300 kg dengan harga pokok sebesarRp. 35.800. Jumlah
persediaan yang dihitung dengan cara FIFO dengan metode fisik akan menunjukkan
hasil yang sama dengan metode perpetual (buku).
Perhitungan dengan cara rata-rata tertimbang ini barang-barang yang dipakai untuk
produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-
rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.
Ada 2 metode yang digunakan untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok
penjualan (HPP) adalah sebagai berikut :
Metode Perpetual :
Barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir periode. Karena
harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode akibatnya jurnal untuk mencatat
berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok
rata-rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka diperlukan untuk menghitung
harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelian barang. Sehingga dalam satu periode
2020
15 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
akan terdapat beberapa beberapa harga pokok rata-rata.
Cara seperti ini disebut rata-rata bergerak (moving average).
Bila menggunakan cara perhitungan rata-rata bergerak kartu piutang-nya akan Nampak
seperti berikut ini :
Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada pembelian
barang.Pengeluaran barang berikutnya dihitung dengan harga pokok rata-rata tersebut
sampai ada pembelian lagi
Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada pembelian
barang.Pengeluaran barang berikutnya dihitung dengan harga pokok rata-rata tersebut
sampai ada pembelian lagi.
Pada contoh di atas, pada tanggal 9 Februari 2015 harga pokok rata-rata dihitung
sebagai iberikut :
Harga pokok rata-rata ini digunakan untuk menghitung harga pokok pengeluaran
barang pada tanggal 10 Februari 2015. Kemudian pada tanggal 15 Februari 2015 ada
pembelian barang sejumlah 400 kg dengan hargaRp 116 per kg.
Harga pokok rata-rata yang baru adalah Rp57.000 : 500 kg = Rp. 114.
Dan begituseterusnya…
2020
16 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Apabila terjadi pengembalian barang yang dijual maka tidak ada masalah dalam
mencatat barang-barang yang dikembalikan itu karena harg apokok rata-rata yang
digunakan masih sama. Tapi jika barang-barang yang diterima kembali itu terjadi
sesudah adanya pembelian baru maka harga pokok rata-ratanya sudah berbeda.
Sehingga perlu dihitung harga pokok rata-rata yang baru. Masalah lain timbul bila
barang yang dibeli dikembalikan pada penjual. Dalam hal ini harga pokok rata-rata
tidak sama dengan harga beli barang-barang yang dikembalikan.
2020
17 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id