Anda di halaman 1dari 17

TEORI KONTROL PERSEDIAAN, ARUS BIAYA PERSEDIAAAN DAN

PENGARUH TERHADAP LAPORAN LABA RUGI SERTA POSISI KEUANGAN


DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPETUAL METODE FIFO DAN
WEIGHTED AVERAGE.

Disusun oleh;

IKRAR AGUNG D

JOHAN ALI

MUTIARA SINAGA

PUTRI NAYLA SARI

UMAR

Fakultas : EKONOMI Kelompok Kode Mata Kuliah : Pengantar Akuntansi

Program Studi : AKUNTANSI


01
2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 http://www.undira.ac.id
BAB XII
LANDASAN TEORI KONTROL PERSEDIAAN, ARUS BIAYA PERSEDIAAAN
DAN PENGARUH TERHADAP LAPORAN LABA RUGI SERTA POSISI
KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PERPETUAL METODE FIFO
DAN WEIGHTED AVERAGE.

A. TINJAUAN TEORI KONTROL PERSEDIAAN.

a. Pengendalian/Kontrol Persediaan

Pengertian pengendalian persediaan adalah pengawasan persediaan dapatlah


dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan tingkat dan komposisi dari
persediaan bahan baku dan barang hasil atau produksi, sehingga perusahaan bisa
melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan
pembelanjaan perusahaan dengan efektif dan efisien. Untuk dapat mengatur persediaan
pada suatu tingkat yang optimum, maka diperlukan suatu system pengawasan
persediaan. Fungsi utama pengawasan persediaan yang efektif adalah:
1. Memperoleh barang, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh barang
cukup bagibarang yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitas.
2. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan persediaan, yaitu mengadakan suatu
systempenyimpanan untuk melindungi bahan-bahan yang telah dimasukkan
sebagai persediaan.
3. Pengeluaran bahan-bahan, yaitu menetapkan suatu pengaturan atas pengeluaran
danpenyampaian barang dengan tepat pada saat serta tempat yang dibutuhkan.
4. Mempertahankan dalam jumlah yang optimum setiap waktu.
Pengawasan persediaan dilakukan dengan mengadakan perencanaan yang
didukungoleh kebijaksanaan yang berkenaan dengan persediaan barang. Mengenai
pemesanan barang itu perlu ditentukan bagaimana cara pemesanannya, beberapa jumlah
yang dipesan agar pesanan tersebut ekonomis serta kapan pesanan tersebut dilakukan.
Sedangkan dalam persediaan perlu juga ditentukan persediaan penyelamat yang
merupakan persediaan yang minimum, besarnya persediaan pada waktu pemesanan

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 http://www.undira.ac.id
kembali dan besarnya persediaan yang maksimium. Untuk dapat mengatur
tersedianya suatu tingkat persediaan yang optimum yang memenuhi kebutuhan barang-
barang dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah
seperti yang diharapkan, diperlukan persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Terdapat gudang yang cukup luas dan literature dengan pengaturan tempat
bahan ataubarang yang tetap, teridentifikasi bahan/barang tertentu.
2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggungjawab pada satu orang yang dapat
dipercaya,terutama penjaga gudang.
3. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan bahan atau barang.
4. Pengawasan mutlak pada pengeluaran bahan atau barang.
5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan, yang
dibagikanatau dikeluarkan atau tersedia dalam gudang.
6. Pemeriksaan fisik bahan atau barang yang ada dalam persediaan secara
langsung.
7. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan,
barang-barangyang telah lama dalam gudang, dan barang-barang yang sudah
usang dan ketinggalanzaman.
8. Pengecekan untuk menjamin dapat efektifnya kegiatan rutin.

Menurut Rusdiana (2014) persediaan adalah sejumlah komoditas untuk memenuhi


kebutuhan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, setiap perusahaan pasti
memilikai persediaan, hanya volumenya yang berbeda. Karena setiap item tadi
memiliki nilai (biaya yang sudah dikeluarkan untuk mendapatkannya), nilai persediaan
dapat dihitung. Idealnya nilai persediaan ini dapat dikelola dengan tepat agar tidak
membebani perusahaan tanpa mengurangi service level kepada pelanggan.

Persediaan meliputi semua barang yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan
tujuan untuk dijual kembali atau dikomsumsikan dalam siklus operasi normal
perusahaan sebagai barang yang dimiliki untuk dijual atau diasumsikan untuk dimasa
yang akan datang, semua barang yang berwujud dapat disebut sebagai
persediaan/inventory, tergantung dari sifat dan jenis usaha perusahaan.

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 http://www.undira.ac.id
Diantara pengertian diatas maka inventory atau persediaan dapat diklasifikasikan
yang ditentukan oleh perusahaan, apabila jenis perusahaan yang membeli barang akan
dijual lagi, maka klasifikasi hanya ada satu macam saja persedian barang dagangan.
Sedangkan bila jenis perusahaan adalah pabrikasi yaitu perusahaan yang mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi, maka klasifikasi inventory dibagi menjadi 3
kelompok yaitu;

- Barang mentah (raw material)


- Barang setengah jadi (work in process)
- Barang jadi (finished goods)

b. Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan fungsinya, persediaan dikelompokkan menjadi :

1. Lot-size-inventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yag lebih


besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukan dengan
tujuan memperoleh potongan harga karena pembelian dalam julah yang besar
dan memperoleh biaya pengangkutan per uit yang rendah.
2. Fluctuation stock,merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi
permintaan yang tidak bisa diramalkan sebelumya, serta untuk mengatasi
berbagai kondisi tidak terduga, seperti terjadi kesalahan peramalan dalam
penjualan, kesalaha waktu produksi dan kesalahan pengiriman.
3. Anticipation stock, yaitu persediaan yang diadakan utuk menghadapi
permintaan fluktuasi yang dapat diramalkan, seperti mengantisipasi pengaruh
musim, yaitu ketika permintaan tinggi perusahaan tidak mampu menghasilkan
sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disampig itu juga persediaan ini ditujukan
untuk mengantisipasi kemungkinan sulitnya memperoleh bahan, sehingga tidak
mengganggu operasi perusahaan.

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 http://www.undira.ac.id
Teori akuntansi positif memberikan hipotesis yang menghubungkan pemilihan
metode-metode arus biaya persediaan keuangan dengan sejumlah karakteristik
perusahaan dan industry. pemilihan metode arus biaya persediaan perusahaan dianggap
melekat dalam keseluruhan pemilihan untuk memaksimalkan harga saham yang
tergantung pada adanya peluang investasi dan pembiayaan. Persediaan mencakup 20%
dari total aktiva pada perusahaan manufaktur dan merupakan aset yang cukup penting,
baik dalam jumlahnya maupun perannya dalam kegiatan perusahaan, sehingga
keputusan yang dibuat dalam pemilihan metode arus biaya persediaan untuk persediaan
memerlukan berbagai macam pertimbangan, misal persediaan sebagai aktiva tetap.

Masalah yang biasanya muncul adalah bagaimana persediaan itu disajikan dalam
neraca sebagai persediaan akhir periode dan perhitungan laba rugi sebagai beban
periode yang dilaporkan, karena menurut AICPA (dalam Morse dalam Taqwa, 2003)
dikatakan bahwa salah satu tujuan utama dari akuntansi untuk persediaan adalah
menentukan laba yang tepat melalui proses kesesuaian antara beban dan pendapatan.
Pemilihan atas metode arus biaya persediaan berdasar pada alasan-alasan tertentu,
Tuannakota (2000) menyatakan bahwa terdapat satu alasan yang membenarkan bahwa
penggunaan metode penilaian yang berbeda untuk persediaan, yaitu bahwa setiap
metode yang akan digunakan mencerminkan keadaan ekonomi yang berbeda-beda.

Pertimbangan ekonomi yang utama dalam memilih adalah adanya pertimbangan


perpajakan. Karena penilaian terhadap persediaan akan mempengaruhi laba perusahaan
yang pada akhirnya akan mempengaruhi pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
Oleh karena itu, pada umumnya perusahaan cenderung memilih metode yang dapat
memberikan keuntungan berupa pembayaran pajak yang relatif lebih kecil. Apabila
menggunakan metode FIFO maka pajak yang akan dibayar menjadi tinggi, dan apabila
menggunakan metode LIFO perusahaan akan mempunyai penghematan pajak
(Abdullah, 1999).

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 http://www.undira.ac.id
B. ARUS BIAYA PERSEDIAAN

a. Metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan sebagai
media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan (Lee dan Hsieh
dalam Anissa, 2003).

Jadi metode arus biaya persediaan adalah kebijaksanaan pengukuran yang digunakan
sebagai media kontrak antara economic agent yang berkaitan dengan persediaan yang
mempengaruhi laporan keuangan dimana pemilihan metode arus biaya persediaan harus
mempertimbangkan nilai-nilai yang dapat mendukung nilai perusahaan yang
disesuaikan dengan karakteristik perusahaan.

Metode arus biaya persediaan memiliki konsekuensi logis yang akan berpengaruh
terhadap laporan keuangan. Penilaian terhadap persediaan akan berdampak langsung
terhadap income perusahaan dan neraca. Manajemen dalam mengambil kebijakan untuk
memilih metode arus biaya persediaan akan mempertimbangkan hal-hal yang dapat
mendukung nilai perusahaan. Menurut Morse dan Richardson dalam menyatakan
bahwa berbagai alternatif metode arus biaya persediaan memungkinkan manajemen
memilih metode sesuai dengan karakteristik perusahaan.

Agar laporan keuangan perusahaan mudah dimengerti dan dipahami serta konsisten,
maka laporan keuangan tersebut harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). SAK merupakan acuan bagi perusahaan dalam pembuatan laporan
keuangan dan sebagai himpunan prosedur, metode, dan teknik akuntansi yang
memberikan alternatif penggunaan metode dan prosedur yang dengan bebas dapat
dipilih oleh manajemen. (IAI, 2002).

Pada standar ini terdapat aturan-aturan mengenai pengukuran, pengakuan, metode-


metode penilaian dan item-item yang terdapat dalam laporan keuangan. Dalam
beberapa item laporan keuangan terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan
untuk menyiapkan pelaporan, pengukuran dan teknik pengungkapan. Dengan demikian
manajemen sebagai pembuat keputusan mengenai kebutuhan akuntansi dapat memilih
berbagai alternatif prosedur. Item-item tersebut antara lain : penilaian persediaan,
depresiasi dan deplesi, alokasi PPh, dana pensiun dll.

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 http://www.undira.ac.id
b. Metode arus biaya persediaan dapat dilakukan dengan empat cara yaitu : metode FIFO,
LIFO, identifikasi khusus, rata-rata.

Penggunaan metode FIFO menghitung persediaan yang berdasarkan pada anggapan


bahwa persediaan yang pertama dibeli akan digunakan terlebih dahulu dan persediaan
akhir merupakan persediaan yang dibeli belakangan. Penggunaan metode LIFO,
berdasarkan asumsi bahwa persediaan yang dibeli pertama akan digunakan terakhir dan
persediaan yang terakhir akan dipergunakan terlebih dahulu. Sedangkan penggunaan
metode rata-rata berdasarkan asumsi biaya setiap barang ditentukan berdasarkan biaya
rata-rata dari persediaan selama periode tertentu dan penggunaan metode identifikasi
khusus, penilaian persediaan berdasarkan kebutuhan manajemen.

Metode arus biaya persediaan yang digunakan untuk menghitung harga pokok
persediaan awal dan harga pokok persediaan akhir akan mempengaruhi labaa bersih
yang dilaporkan melalui harga pokok penjualan (Morse dan Richardson dalam Taqwa,
2003). Dalam kaitan data akuntansi dengan pasar modal, kajian lebih ditekankan pada
rasio keuangan dan motivasi manajer dalam memilih suatu metode yang dihubungkan
dengan reaksi pasar terhadap informasi laba perusahaan (Ali dan Hartono, 2003).
Penggunaan metode LIFO sebagai dasar perhitungan dalam perpajakan tidak
diperbolehkan di sebagian negara, seperti Australia, Singapura, dan Swiss, termasuk
Indonesia.

Di AS metode LIFO diizinkan dengan syarat mengikuti conformity rule, yakni


bagian dari hukum pajak yang mensyaratkan adanya penggunaan metode yang sama
atau seragam untuk tujuan perpajakan dan komersial. Pemilihan metode arus biaya
persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi keuangan
(PSAK) No. 14 yang memberikan kebebasan untuk menggunakan salah satu alternatif
metode arus biaya persediaan yaitu first in first out (FIFO), last in first out (LIFO), dan
weight average (rata-rata). Namun Undang-Undang No. 7 tahun 1983 jo Undang-
Undang No. 10 tahun 1994 tentang Perpajakan hanya memperbolehkan penggunaan
metode FIFO atau metode rata-rata.

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 http://www.undira.ac.id
Undang-Undang Perpajakan no. 10 tahun 1994 pasal 10 ayat 6 memperbolehkan
wajib pajak untuk memilih metode FIFO atau rata-rata, sedangkan PSAK no. 14
memberikan alternatif metode persediaan, yaitu metode FIFO, metode rata-rata dan
metode LIFO. Kedua pernyataan ini menyiratkan bahwa perusahaan diberi kebebasan
untuk memilih salah satu metode arus biaya persediaan yang diperkenankan. PSAK No.
14 paragraf 6 menyebutkan bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya
pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam
kondisi dan tiap yang siap dijual atau dipakai

Seluruh biaya yang terdefinisi dalam persediaan di atas harus diperhitungkan dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata
tertimbang (weight average method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau
LIFO), kecuali untuk yang disebutkan dalam paragraf 19 (PSAK No. 14), yaitu biaya
yang berkaitan dengan identifikasi khusus yang merupakan atribusi biaya ke barang
tertentu yang dapat diidentifikasi dalam persediaan. Rumus biaya di atas merupakan
metode arus yang diasumsikan dari biaya per unit persediaan selama periode akuntansi,
yang akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (First-in, First-out / FIFO)


Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO) didasarkan pada asumsi bahwa
unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk (Muyassaroh, 2000).
Metode FIFO merupakan pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus
biaya. Metode FIFO digunakan dengan tujuan untuk mendekati aliran fisik
barang. Ketika aliran fisik barang merupakan aliran masuk pertama keluar
pertama yang sesungguhnya, maka metode FIFO hampir sama dengan atau
representasi identifikasi khusus.

Pada saat yang bersamaan, metode FIFO tidak memperkenankan manipulasi laba
sebab perusahaan tidak bebas untuk memilih item-item harga perolehan tertentu
karena dibebankan pada biaya. Nilai persediaan akhir untuk metode FIFO
mendekati harga perolehan sekarang (current cost). Metode ini mencerminkan
perputaran persediaan yang sesungguhnya. Pendekatan ini umumnya memberikan
alasan yang mendekati replacement cost pada neraca yang perubahan harganya

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 http://www.undira.ac.id
tidak ada pada pembelian yang terakhir. Kelemahan dari metode ini adalah harga
perolehan sekarang tidak sebanding dengan pendapatan sekarang pada laporan
laba rugi.

2. Metode Biaya Rata-Rata (Weight Average Method)


Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit.
Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya
dibebankan dengan biaya rata-rata yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit
yang dibeli pada tiap harga. Metode biaya rata-rata dapat dianggap sebagai
metode yang realistis dan pararel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada
pencampuran dari unit persediaan yang identik (Kieso dan Weygandt, 1992:501).

Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan biaya rata-rata


memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama.
Metode ini tidak memberi peluang memanipulasi keuntungan. Tetapi,
keterbatasan dari metode ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara
signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau
penurunan harga yang cepat (Muyassaroh, 2000).

3. Metode masuk terakhir, keluar pertama (Last in First out/ LIFO)


Metode masuk terakhir keluar pertama (LIFO) didasarkan bahwa barang yang
paling baru yang terjual (Muyassaroh, 2000). Aliran biaya LIFO mendekati aliran
fisik barang yang masuk dan barang yang keluar dalam situasi yang pasti (Kieso
dan Weygandt, 1992)

4. Metode Identifikasi Khusus

Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke
barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit
tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk
mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi
khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.

Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik,

2020 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 http://www.undira.ac.id
khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi.
Namun ketika persediaan terdiri dari unsur-unsur yang identik yang dibeli pada

saat yang berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan
menjadi lamban, membebani, dan memakan biaya. Bahkan sistem pelacakan
dengan komputer tidak akan menjawab semua masalah dari praktek ini.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, bahwa PSAK no. 14 memperkenankan metode


LIFO, namun untuk tujuan perpajakan karena pasal 10 ayat 6 No. 10 tahun 1994 secara
tegas menganut metode FIFO dan rata-rata, maka metode penilaian lain tidak
diperkenankan atau jika untuk tujuan komersial telah dipakai metode selain kedua
metode itu, maka untuk keperluan perpajakan hasil dari metode tersebut harus
disesuaikan. Keengganan perusahaan di Indonesia yang menggunakan metode LIFO
diduga karena merasa tak perlu membuat perhitungan dua kali, yakni untuk tujuan
pajak dan komersial.

Perbedaan akibat dari masing-masing pemilihan metode arus biaya persediaan


adalah adanya perbedaan hasil ekonomi yamg mengharuskan manajemen memilih
metode mana yang paling sesuai. Alternatif metode arus biaya persediaan
memungkinkan manajemen memilih dengan memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Pada harga stabil penggunaan metode yang berbeda baik
penggunaan FIFO, LIFO ataupun rata-rata akan menghasilkan laba yang tidak jauh
berbeda. Sedangkan apabila inflasi maka metode FIFO akan menghasilkan laba yang
lebih besar dibanding metode rata-rata, dan pada saat deflasi penggunaan metode FIFO
akan menghasilkan laba yang lebih kecil dibanding metode rata-rata.

Sesuai dengan UU Perpajakan tahun 2000 pasal 10 ayat 6 mengenai Pajak Penghasilan
disebutkan bahwa untuk tujuan perpajakan metode arus biaya persediaan yang
diperbolehkan digunakan di Indonesia adalah metode rata-rata dan metode FIFO, jadi
hanya kedua metode ini yang dijinkan oleh perundang- undangan perpajakan.

2020
10 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Pemilihan metode arus persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 yang memberikan kebebasan untuk
menggunakan salah satu alternatif metode arus persediaan yaitu first in first out (FIFO),
last in first out (LIFO), dan weight average (rata-rata). Namun Undang- Undang No. 7
tahun 1983 jo Undang-Undang No. 10 tahun 1994 tentang Perpajakan hanya
memperbolehkan penggunaan metode FIFO atau metode rata- rata. Jadi, perusahaan di
indonesia hanya boleh menggunakan metode rata-rata dan FIFO untuk tujuan
perpajakan.

Alternatif metode arus biaya persediaan memungkinkan manajemen memilih metode


mana yang akan diterapkan dalam perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Pemilihan metode arus biaya persediaan didasari pada
berbagai pendekatan dan teori sebagai berikut :

1. Teori Agensi
Perusahaan adalah “fiksi legal yang bertindak sebagai suatu kelompok kontrak
untuk seperangkat hubungan kontrak diantara individu” (Jensen dan Mecking
dalam Belkaoui, 1993). Hubungan yang dimaksudkan sebagai kontrak yang
satu atau lebih (prinsipal) meminta orang lain untuk melakukan beberapa
kegiatan atas kepentingan yang meliputi pendelegasian beberapa otoritas
pengambilan keputusan pada agen. Dalam kaitannya dengan pemilihan metode
arus biaya persediaan Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin (2001) menyatakan
bahwa manajerakan memilih metode persediaan yang didasarkan pada
hubungan yang terdapat di dalam perusahaan.

2. Hipotesis Ricardian (Pajak)


Menurut Lee dan Hsieh dalam Mukhlasin (2001) Classical Ricardian
menyatakan bahwa manajer bertujuan tunggal untuk memaksimalkan nilai dari
perusahaan, dengan meminimalkan biaya pajak serta tetap respek pada kendala
hukum pajak, dan kesempatan produkinvestasi. Dalam kaitannya dengan
pemilihan metode arus biaya persediaan Morse dan Richardson (1983)

2020
11 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
mengemukakan bahwa metode persediaan mempengaruhi pajak penghasilan,
manajer perusahaan lebih mempertimbangkan pengaruh pajak ketika
memutuskan untuk memilih metode persediaan yang sesuai dengan kondisi
perusahaannya sebab biaya pajak penghasilan merupakan salah satu komponen
biaya politis yang ditanggung oleh perusahaan.

3. Political Cost
Scott (1997) menyatakan bahwa pada dasarnya semua orang sama, apabila
biaya politik yang dihadapi oleh manajer lebih besar maka manajer lebih
menyukai prosedur (metode) persediaan yang melaporkan pendapatan berbeda
dari periode sekarang dengan periode yang akan datang. Scoot mencontohkan
“biaya politik” dibebankan pada perusahaan dengan keuntungan yang tinggi
sehingga akan menarik perhatian media konsumen. Dalam kaitannya dengan
pemilihan metode yang memberikan biaya politik yang rendah sebab
perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi akan menarik perhatian
media konsumen sehingga biaya politiknya menjadi besar.

c. Asumsi Metode Arus Biaya dan Pengaruhnya terhadap Laporan Laba Rugi
Penggunaan metode-metode arus biaya persediaan berpengaruh terhadap penentuan harga pokok barang
yang tersedia dijual dan jumlah persediaan akhir. Dalam periode di mana terdapat kenaikan harga, metode
FIFO menghasilkan laba bersih yang lebih besar. Hal ini terjadi karena biaya-biaya yang dicocokkan
dengan pendapatan merupakan biaya unit yang lebih rendah dari unit yang pertama kali dibeli. Untuk
manajemen, laba yang lebih tinggi merupakan sebuah keuntungan. Ini terjadi karena pihak eksternal
melihat perusahaan lebih menguntungkan. Selain itu jika bonus manajemen berdasarkan pada laba bersih,
maka FIFO akan memberikan dasar untuk bonus yang lebih tinggi.
Menggunakan metode rata-rata tertimbang menghasilkan laba yang lebih rendah dari metode FIFO akan
tetapi lebih tinggi dari metode LIFO. Hal ini terjadi karena biaya-biaya yang dicocokkan dengan
pendapatan merupakan biaya unit rata-rata yang mengkombinasikan biaya tinggi dan rendah dan
menghasilkan biaya rata-rata.

2020
12 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Sedangkan menggunakan metode LIFO dalam keadaan kenaikan harga menyebabkan perusahaan
menghindari untuk melaporkan laba di atas kertas atau laba bayangan sebagai keuntungan ekonomis.
Berdasarkan pengaruh penggunaan metode arus biaya terhadap laba yang diperoleh perusahaan, maka
menggunakan metode FIFO pada saat terjadinya kenaikan harga menghasilkan keuntungan fiktif. Hal ini
terjadi karena laba yang dilaporkan dengan menggunakan metode FIFO adalah merupakan penjumlahan
dari dua komponen laba yaitu laba ekonomi (economic profit) dan laba kepemilikan (holding gain).
Laba ekonomi adalah mengaitkan jumlah yang terjual dikalikan dengan selisih antara harga jual dan biaya
penggantian persediaan. Sedangkan laba kepemilikan merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena
persediaan telah diperoleh dan sama dengan jumlah unit terjual dikali dengan selisih biaya penggantian
terkini dengan biaya perolehan awal.

C. SISTEM PERPETUAL METODE FIFO DAN WEIGHTED AVERAGE

a. Pengertian Harga pokok penjualan (HPP)

adalah jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang


berhubungan dengan perolehan, penyiapan dan penempatan barang agar dapat dijual.
Dengan istilah lain dapat didefinisikan bahwa HPP adalah harga yang harus dibayar
untuk memperoleh suatu barang.Dalam prakteknya harga pokok penjualan terdiri dari
harga faktur ditambah biaya angkut. Sedangkan biaya-biaya yang lain diperlakukan
sebagai biaya waktu (period cost) yang dibebankan pada periode yang bersangkutan.

2020
13 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
b. Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)

Ada 3 cara menghitung harga pokok penjualan (HPP) yang dasarnya adalah arus
biaya, di mana arus barang tidak harus sama dengan arus biayanya yaitu FIFO, LIFO
(Masuk Terakhir Keluar Pertama dan rata-rata tertimbang.
Untuk menjelaskan penggunaan 3 cara tersebut digunakan contoh data sebagai berikut :

Bila menggunakan cara Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO) harga pokok
persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan
atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok
yang paling terdahulu, disusul dengan yang masuk berikutnya.

Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir.


Bila menggunakan contoh data di atas, persediaan akhir dan harga pokok penjualan
(HPP) dapat dihitung dengan cara FIFO adalah sebagai berikut :
Metode Perpetual (buku) :
Apabila digunakan metode perpetual maka setiap jenis persediaan akan dibuatkan kartu
persediaan yang terdiri dari beberapa kolom yang digunakan untuk mencatat mutasi
persediaan.

2020
14 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Dengan menggunakan contoh data di atas, kartu piutang bias dibuat seperti berikut ini :

Dari kartu barang di atas dapat dilihat bahwa jumlah persediaan barang tanggal 28
Februari 2015 sebesar 300 kg dengan harga pokok sebesarRp. 35.800. Jumlah
persediaan yang dihitung dengan cara FIFO dengan metode fisik akan menunjukkan
hasil yang sama dengan metode perpetual (buku).

c. Rata-rata Tertimbang (Weighted Average)

Perhitungan dengan cara rata-rata tertimbang ini barang-barang yang dipakai untuk
produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-
rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya.

Ada 2 metode yang digunakan untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok
penjualan (HPP) adalah sebagai berikut :

Metode Perpetual :

Barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir periode. Karena
harga pokok rata-rata baru dihitung pada akhir periode akibatnya jurnal untuk mencatat
berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode. Apabila harga pokok
rata-rata dicatat setiap ada pengeluaran barang maka diperlukan untuk menghitung
harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelian barang. Sehingga dalam satu periode

2020
15 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
akan terdapat beberapa beberapa harga pokok rata-rata.
Cara seperti ini disebut rata-rata bergerak (moving average).

Bila menggunakan cara perhitungan rata-rata bergerak kartu piutang-nya akan Nampak
seperti berikut ini :

Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada pembelian
barang.Pengeluaran barang berikutnya dihitung dengan harga pokok rata-rata tersebut
sampai ada pembelian lagi

Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali ada pembelian
barang.Pengeluaran barang berikutnya dihitung dengan harga pokok rata-rata tersebut
sampai ada pembelian lagi.

Pada contoh di atas, pada tanggal 9 Februari 2015 harga pokok rata-rata dihitung
sebagai iberikut :

Rp53.000 : 500 kg = Rp. 106.000

Harga pokok rata-rata ini digunakan untuk menghitung harga pokok pengeluaran
barang pada tanggal 10 Februari 2015. Kemudian pada tanggal 15 Februari 2015 ada
pembelian barang sejumlah 400 kg dengan hargaRp 116 per kg.

Harga pokok rata-rata yang baru adalah Rp57.000 : 500 kg = Rp. 114.

Dan begituseterusnya…

2020
16 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id
Apabila terjadi pengembalian barang yang dijual maka tidak ada masalah dalam
mencatat barang-barang yang dikembalikan itu karena harg apokok rata-rata yang
digunakan masih sama. Tapi jika barang-barang yang diterima kembali itu terjadi
sesudah adanya pembelian baru maka harga pokok rata-ratanya sudah berbeda.
Sehingga perlu dihitung harga pokok rata-rata yang baru. Masalah lain timbul bila
barang yang dibeli dikembalikan pada penjual. Dalam hal ini harga pokok rata-rata
tidak sama dengan harga beli barang-barang yang dikembalikan.

Oleh karena itu selisihnya dibebankan pada rekening Selisih Persediaan.

2020
17 Pengantar Akuntansi Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai