Zulaeha
Ehan.Lisa@gmail.com
(Mahasiswa Program Studi Magister Administrasi Publik Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
This research aims at determining the extent to which the implementation of Smoking Area
policy that is implemented within the General Hospital Undata, Central Sulawesi. Non-smoking
Area is a place where people are not allowed to smoke in the area, including the public areas,
educational facilities, health care facilities, transportation places, children's playground, worship
place and workplace. This research uses a qualitative research method and technique of sampling
is conducted using purposive sampling with eight informants. The main informant is the director of
Regional General Hospital Undata, a specialist, a health worker and five visitors. The results show
that the implementation of Smoking Area policy in Regional General Hospital Undata of Central
Sulawesi has not run well yet because there are some visitors who smoke in the hospital
environment, it is due to the lack of "smoking area" building which is the main facility in the
application of non-smoking Area. In addition, due to lack of implementer firmness in conducting the
policy, by the lack of sanctions firmness, then it cannot provide a deterrent effect against violators
of the rules which makes the implementation of these policies is considered not going well.
Keywords : Communication, Resources, Disposition, Bureaucratic Structure
Kebiasaan merokok sudah menjadi seseorang yang menghisap rokok setiap hari
budaya pada bangsa kita. Remaja, dewasa, dapat meningkatkan resiko terkena kanker
bahkan anak-anak sudah tidak asing lagi laring, paru-paru, kerongkongan, rongga
dengan benda mematikan tersebut. Disetiap mulut, gangguan pembuluh darah, gangguan
ruang ditempat umum selalu didapatkan para kehamilan dan sakit jantung. Menurut riset
perokok tanpa memikirkan efek yang seseorang yang secara rutin merokok 3 hingga
ditimbulkan dari kepulan asap yang mereka 4 batang sehari, delapan kali lebih beresiko
buat. Pelarangan untuk merokok memang terkena kanker mulut jika dibandingkan orang
tidak bersifat baku, hanya saja yang di yang tidak merokok. Bahkan hasil terbaru
tekankan adalah tidak merokok di tempat menunjukkan bahwa dalam perkembangannya
umum. Hingga saat ini masalah rokok merokok akan mengakibatkan kanker
menjadi perdebatan dari berbagai pihak. Hal pankreas. Setiap tahun frekuensi penderita
ini menjadi serius mengingat semakin penyakit kronis akibat rokok semakin
gencarnya iklan rokok yang menjadi pintu meningkat.Meskipun banyak riset dan bukti
gerbang untuk membidik kalangan muda, otentik bahwa merokok ibarat bom waktu
terutama anak-anak. Oleh karena itu perlu yang bisa merusak kesehatan. Ini dikarenakan
dilakukan langkah-langkah pengamanan rokok memunculkan rasa kecanduan. Didalam
rokok bagi kesehatan diantaranya melalui rokok terkandung sebuah zat yang bernama
penetapan Kawasan Tanpa Rokok. Kebijakan nikotin. Zat ini bisa menimbulkan efek santai
yang diambil oleh pemerintah daerah terkait dan inilah yang membuat kebiasaan merokok
kawasan tanpa rokok sudah sepenuhnya, sulit untuk ditinggalkan. Menghirup asap
bahkan hampir seluruh provinsi sudah rokok dari perokok lebih berbahaya
mengeluarkan PERDA. Menurut penelitian, dibandingkan penghisap rokok sendiri.
58
59 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 58-67 ISSN: 2302-2019
Bahkan bahaya yang harus ditanggung tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif
perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya untuk melindungi perokok pasif dari efek
perokok aktif. Setyo Budiantoro dari Ikatan karsinogen yang ditimbulkan dari orang yang
Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia merokok di ruangan yang sama karena
(IAKMI) (2011:7) mengatakan, sebanyak 25 teknologi ventilasi yang paling modern
persen zat berbahaya yang terkandung dalam sekalipun tidak dapat menghilangkan racun
rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 berbahaya yang terkandung dalam asap rokok
persennya beredar di udara bebas yang orang lain.
berisiko masuk ke tubuh orang di Dari data yang diperoleh berdasarkan
sekelilingnya. Tidak ada batas aman terhadap pendataan oleh Departemen Kesehatan
Asap Rokok Orang Lain sehingga sangat melalui laporan hasil Riset Kesehatan Dasar
penting untuk menerapkan 100% Kawasan (Riskesdas) pada Tahun 2010, prevalensi
Tanpa Asap Rokok untuk dapat perokok secara nasional sebesar 34,7%.
menyelamatkan kehidupan. Ikatan Ahli Berarti lebih dari sepertiga penduduk berisiko
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengalami beberapa gangguan kesehatan.
(2011:7) menyatakan, data dari Estimasi Prevalensi penduduk yang merokok pada
International Labour Organization (ILO) atau kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2%.
Organisasi Buruh Internasional, tahun 2005 Sedangkan pada penduduk laki-laki umur 15
tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati tahun keatas sebanyak 54,1% adalah perokok.
setiap tahun karena paparan asap rokok orang Prevalensi tertinggi pertama kali merokok
lain di tempat kerja. Kematian karena paparan pada umur 15-19 tahun (43,3%) dan sebesar
asap rokok orang lain merupakan 1 dari 7 1,7% penduduk mulai merokok pertama kali
penyebab kematian akibat kerja. Larangan pada umur 5-9 tahun. Selain itu, penggunaan
merokok di tempat kerja memberikan dampak rokok merupakan salah satu factor risiko
kesehatan bagi perokok maupun bukan terbesar pada penyakit tidak menular dan
perokok. Larangan ini akan mengurangi penyakit menular, karena itulah kebijakan
paparan asap rokok orang lain terhadap menerapkan kawasan tanpa rokok (KTR)
orang-orang yang tidak merokok. telah diidentifikasi sebagai strategi intervensi
Sejak tahun 1999, melalui PP 19/2003 utama dalam pengendalian penyakit dan
tentang pengamana rokok bagi kesehatan, penyehatan lingkungan.Untuk mengatasi itu,
Indonesia telah memiliki peraturan untuk maka Kementerian Kesehatan Republik
melarang orang merokok di tempat-tempat Indonesia mengharapkan para Gubernur
yang telah di tetapkan. Peraturan Pemerintah segera mengeluarkan kebijakan tentang
tersebut memasukkan peraturan Kawasan Kawasan Tanpa Rokok diwilayah kerja
Tanpa Rokok pada bagian enam pasal 22-25 masing-masing sesuai dengan Peraturan
yang memberikan kewenangan kepada Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri
pemerintah daerah untuk mewujudkan Dalam Negeri Nomor
Kawasan Tanpa Rokok, namun peraturan 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7
tersebut belum menerapkan 100% Kawasan Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Bebas Asap Rokok karena masih dibolehkan Kawasan Tanpa Rokok.
membuat ruang khusus untuk merokok atau Penerapan Kawasan Tanpa Rokok ini
smoking area dengan ventilasi udara pada telah diatur dalam Peraturan Gubernur
tempat-tempat atau fasilitas umum dan tempat Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 6 Tahun
kerja. Dengan adanya ruang untuk merokok, 2014 yang merujuk pada Peraturan Bersama
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok nyaris tanpa Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam negeri
resistensi. Pada kenyataannya ruang merokok Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor
atau smoking area dengan ventilasi udara 7 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan
Zulaeha, Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ……………………………60
Kawasan Tanpa Rokok. Adapun substansi Tahun 2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
dasar dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) Kawasan Tanpa Rokok bahwa tidak di
ini adalah: (1) bahwa asap rokok terbukti perbolehkan melakukan aktifitas merokok
dapat membahayakan kesehatan individu, pada wilayah yang sudah di tetapkan sebagai
masyarakat, dan lingkungan, (2) perlu Kawasan Tanpa Rokok termasuk di fasilitas
dilakukan tindakan perlindungan terhadap pelayanan kesehatan.
paparan asap rokok, (3) bahwa pemerintah Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok yang
daerah perlu menetapkan kawasan tanpa efektif adalah yang dapat dilaksanakan dan di
rokok pada tempat-tempat tertentu. Salah satu patuhi, untuk itu perlu di pahami prinsi –
tempat tertentu tersebut adalah Rumah Sakit prinsip dasar Kawasan Tanpa Rokok adalah:
Umum Undata Palu Provinsi Sulawesi (1) Asap rokok orang lain mematikan, (2)
Tengah yang mulai menerapkan kawasan Tidak ada batas aman bagi paparan asap
tanpa rokok. rokok orang lain, (3) Setiap warga negara
Hasil observasi menunjukkan bahwa wajib dilindungi secara hokum dari paparan
pemerintah telah melakukan sosialisasi yakni asap rokok orang lain, (4) Setiap pekerja
dengan memberikan informasi kepada berhak atas lingkungan tempat kerja yang
masyarakat baik melalui stakeholder yang bebas dari asap rokok orang lain, (5) Hanya
dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan, media lingkungan tanpa asap rokok 100% yang
massa ataupun melalui media elektronik dapat member perlindungan penuh bagi
tentang bahaya rokok bagi perokok aktif masyarakat, (6) Pembuatan ruang merokok
maupun perokok pasif dan tentang penetapan dengan ventilasi/filtrasi udara bukan hal yang
kawasan tanpa rokok seperti yang tercantum efektif.
dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan Implementasi program atau kebijakan
dan Menteri Dalam Negeri diantaranya yaitu merupakan salah satu tahap yang penting
fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah dalam proses kebijakan publik. Suatu
Sakit Umum Undata Palu Provinsi Sulawesi program kebijakan harus diimplementasikan
Tengah yang seharusnya sudah menjadi agar mempunyai dampak dan tujuan yang
kawasan tanpa rokok sebagai bukti diinginkan.
perlindungan terhadap paparan asap rokok Ada beberapa hal yang menyebabkan
orang lain. suatu kebijakan pemerintah tidak bisa berjalan
Rumah Sakit Umum Undata Palu dengan baik, seperti: kurangnya kesadaran
merupakan salah satu fasilitas pelayanan masyarakat akan bahaya rokok, kurang
kesehatan yang ada di kota Palu yang tegasnya pemerintah dalam
seharusnya sudah 100% menerapkan kawasan mengimplementasikan kebijakan tersebut
tanpa rokok tapi pada kenyataannya sampai dengan tidak di buatnya Perda yang mengatur
dengan saat ini masih terdapat petugas, kebijakan tersebut dan tidak adanya satgas
pengunjung bahkan pasien yang melakukan yang bertugas untuk melakukan patroli
aktifitas merokok di koridor bahkan dalam terhadap KTR yang ada. Peran serta
ruangan rumah sakit yang menunjukkan pemerintah sangat dibutuhkan dalam
bahwa tidak adanya kepatuhan terhadap pengimplementasian suatu kebijakan dan
peraturan yang telah di tetapkan oleh pemberian sanksi tegas bagi pelanggar
pemerintah. Padahal berdasarkan Peraturan dianggap ikut memberikan efek jera kepada
Gubernur Provinsi Sulawesi tengah Nomor 6 masyarakat sehingga kebijakan tersebut tidak
Tahun 2014 yang merujuk kepada Peraturan terkesan berjalan di tempat.
Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Menurut Dwiyanto Indiahono
Dalam Negeri Nomor (2009:143) implementasi kebijakan adalah
188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7 tahap yang penting dalam kebijakan. Tahap
61 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 58-67 ISSN: 2302-2019
ini menentukan apakah kebijakan yang meliputi reduksi data, penyajian data dan
ditempuh oleh pemerintah benar-benar penarikan kesimpulan sebagaimana Milles
aplikabel di lapangan dan berhasil untuk dan Huberman dalam Sogiyono (2010:246).
menghasilkan output dan outcome seperti
yang telah direncanakan. Output adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
keluaran kebijakan yang diharapkan dapat
muncul sebagai keluaran langsung dari Implementasi Kebijakan Pemerintah
kebijakan. output biasanya dapat dilihat Tentang Penetapan Kawasan Tanpa
dalam waktu yang singkat pasca implementasi Rokok Studi Pada Rumah Sakit Umum
kebijakan. Outcomes adalah dampak dari Daerah Undata Propinsi Sulawesi Tengah.
kebijakan, yang diharapkan dapat timbul Kawasan Tanpa Rokok sudah dilakukan
setelah keluarnya output kebijakan. outcomes adalah area yang dinyatakan dilarang untuk
biasanya diukur setelah keluarnya output atau melakukan kegiatan produksi, penjualan,
dalam waktu yang lama pasca implementasi iklan, promosi dan atau penggunaan rokok.
kebijakan. Menurut teori Donald S. Van Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan
Meter dan Carl E. Van Horn dalam Subarsono upaya perlindungan untuk masyarakat
(2005:99) ada lima variabel yang terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan
mempengaruhi kinerja implementasi, yakni: karena lingkungan tercemar asap rokok.
1) Standar dan sasaran kebijakan harus jelas Secara umum, penetapan Kawasan Tanpa
dan terukur sehingga dapat direalisir. Rokok bertujuan untuk menurunkan angka
2) Perlu dukungan sumberdaya baik kesakitan dan kematian akibat rokok, dan
sumberdaya manusia (human resources) secara khusus, tujuan penetapan Kawasan
maupun sumberdaya non-manusia (non- Tanpa Rokok adalah mewujudkan lingkungan
human resourse). yang bersih, sehat, aman dan nyaman,
3) Perlu dukungan dan koordinasi dengan memberikan perlindungan bagi masyarakat
intansi lain. bukan perokok, menurunkan angka perokok,
4) Karakteristik agen pelaksana. mencegah perokok pemula dan melindungi
5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. generasi muda dari penyalahgunaan
Disposisi implementor ini mencakup Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif
tiga hal yang penting, yakni: respon (NAPZA). Adapun penetapan Kawasan
implementor terhadap kebijakan, yang akan Tanpa Rokok ini perlu dilakukan pada tempat
memengaruhi kemauannya untuk umum, tempat kerja, angkutan umum, tempat
melaksanakan kebijakan. dan intensitas ibadah, arena kegiatan anak-anak,tempat
disposisi implementor, yakni preferensi nilai proses belajar mengajar (termasuk institusi
yang dimiliki oleh implementor. pendidikan tinggi dan tempat pelayanan
kesehatan.
METODE Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di
Rumah Sakit Umum Daerah Undata Propinsi
Jenis penelitian didesain secara Sulawesi Tengah dilaksanakan berdasarkan
kualitatif, sebagaimana Sugiyono (2010:6); instruksi Pemerintah Daerah Propinsi
Moleong (2001:22) dengan penentuan sampel Sulawesi Tengah dengan adanya Peraturan
atau informan adalah Direktur, Dokter ahli, Gubernur Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Petugas Kesehatan dan Pengunjung Rumah Kawasan Tanpa Rokok yang berpedoman
Sakit Undata yang ditentukan secara pada Peraturan Bersama Menteri Kesehatan
purposive dengan metode pengumpulan data Republik Indonesia dan Menteri Dalam
yang terdiri dari wawancara, observasi dan Negeri Nomor 188/MENKES/PB/I/2011 dan
dokumentasi. Sedangkan teknis analisis data Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pedoman
Zulaeha, Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ……………………………62
keluaran; (8) kebijakan sebagai hasil akhir; Komunikasi merupakan aktivitas dasar
(9) kebijakan sebagai suatu teori atau model, manusia, sehingga dapat berhubungan satu
dan (10) kebijakan sebagai proses. sama lain dalam kehidupan sehari-hari, baik
Implementasi kebijakan tentang dilingkungan rumah tangga, ditempat
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah pekerjaan, dalam masyarakat atau dimana saja
Sakit Umum Daerah Undata Propinsi menusia berada. Tidak ada manusia yang
Sulawesi Tengah berdasarkan teori tidak terlibat dalam komunikasi. Pentingnya
implementasi Edward III dalam Subarsono komunikasi bagi manusia tidak dapat
(2005:90) dengan menggunakan indikator, dipungkiri begitu juga halnya dalam
komunikasi, sumber daya, disposisi dan pengimplementasian suatu kebijakan. Dengan
struktur birokrasi sebagai berikut: adanya komunikasi yang baik implementasi
suatu kebijakan dapat berjalan dengan baik,
Komunikasi berhasil dan begitu juga sebaliknya,
Keberhasilan implementasi kebijakan kurangnya atau tidak adanya komunikasi
mensyaratkan agar implementor mengetahui maka kebijakan tidak akan
apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi terimplementasikan dengan baik bahkan
tujuan dan sasaran kebijakan harus menjadi macet atau malah akan berantakan.
ditransmisikan kepada kelompok sasaran Berdasarkan uraian diatas, maka komunikasi
(target group) sehingga akan mengurangi adalah kegiatan yang berkenaan dengan
distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sosialisasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok,
sasaran dalam kebijakan tidak jelas atau baik pada masyarakat pengunjung rumah sakit
bahkan tidak diketahui sama sekali oleh ataupun terhadap petugas kesehatan dan
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan administrasi yang bekerja pada Rumah Sakit
terjadi resistensi dari kelompok sasaran. Umum Daerah Undata.
Komunikasi merupakan proses penyampaian Konsisten dalam hal ini menyangkut
informasi dari komunikator kepada kepastian dan kejelasan perintah yang harus
komunikan. Sementara itu, komunikasi dilaksanakan oleh para pelaksana. Artinya
kebijakan berarti merupakan proses perintah-perintah yang diterima oleh
penyampaian informasi kebijakan dari pelaksana tidak boleh bertentangan satu sama
pembuat kebijakan kepada pelaksana. lain. Oleh karena itu mereka yang akan
Informasi perlu disampaikan kepada pelaku melaksanakan keputusan harus mengetahui
kebijakan agar pelaku kebijakan dapat terlebih dahulu apa yang harus mereka
memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah lakukan, sehingga keputusan-keputusan
kelompok sasaran (target group) kebijakan, kebijakan dan perintah-perintah dari pihak
sehingga pelaku kebijakan dapat atasan harus diteruskan kepada bawahan,
mempersiapkan hal-hal apa saja yang yang tentu saja diperlukan komunikasi-
berhubungan dengan pelaksana kabijakan, komunikasi yang akurat dan dapat dimengerti
agar proses implementasi kebijakan bias dengan cermat oleh para pelaksana.
berjalan dengan efektif serta sesuai dengan
tujuan kebijakan itu sendiri, Subarsono Sumber Daya
(2005:90) Implementasi suatu kebijakan harus di
Komunikasi memegang peranan penting dukung oleh sumber daya yang memadai,
karena mereka yang melaksanakan keputusan baik sumber daya manusia maupun sumber
harus mengetahui apa yang akan mereka daya financial. Hal ini cenderung menjadi
lakukan. Hal ini menyangkut penyampaian tidak efektif, meskipun perintah-perintah
atau penyebaran informasi, kejelasan dan implementasi diteruskan secara cermat, jelas
konsistensi dari informasi yang disampaikan. dan konsisten apabila memiliki kekurangan
Zulaeha, Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ……………………………64
yang jelas, sistematis, tidak berbelit, mudah komunikasi dengan individu-individu diluar
dipahami dan menjadi acuan dalam organisasi; 6) Kaitan forma dan informal
bekerjanya implementor. SOP menjadi suatu badan dengan badan pembuat keputusan
pedoman bagi setiap implementor dalam atau pelaksana keputusan.
bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan Bila sumber daya cukup untuk
tidak melenceng dari tujuan dan sasaran melaksanakan suatu kebijakan dan para
kebijakan. implementor mengetahui apa yang harus
Aspek kedua adalah struktur birokrasi, dilakukan, implementasi masih gagal apabila
struktur birokrasi adalah karakteristik, norma- struktur birokrasi yang ada menghalangi
norma dan pola-pola hubungan yang terjadi koordinasi yang diperlukan dalam
berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif melaksanakan kabijakan. Kebijakan yang
yang mempunyai hubungan baik potensial kompleks membutuhkan kerjasama orang
maupun nyata dengan apa yang mereka miliki banyak, serta pemborosan sumberdaya akan
dalam menjalankan kebijakan. Struktur mempengaruhi hasil implementasi. Perubaha
birokrasi yang terlalu panjang dan yang dilakukan tentunya akan mempengaruhi
terfragmentasi akan cenderung melemahkan individu dan secara umum akan
pengawasan dan menyebabkan prosedur mempengaruhi system dalam birokrasi.
birokrasi yang rumit dan kompleks yang
selanjutnya akan menyebabkan aktivitas KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
organisasi menjadi tidak fleksibel. Demikian
pula dalam pelaksanaan kebijakan penerapan Kesimpulan
kawasan tanpa rokok di rumah sakit umum Kebijakan pemerintah tentang
daerah undata, dalam implementasinya rumah penetapan Kawasan Tanpa Rokok di Rumah
sakit membentuk Tim Satgas Kawasan Tanpa Sakit Umum Daerah Undata Propinsi
Rokok yang disusun dalam sebuah Surat Sulawesi Tengah sudah berjalan walaupun
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum pelaksanaannya belum maksimal. Kebijakn
Daerah Undata sebagai pedoman dalam ini dipengaruhi beberapa factor sebagai
menjalankan tugas yang tercantum dalam penghambat dan pengdukung. Adapun factor
surat keputusan tersebut antara lain mengelola pendukung yaitu : (1) Komunikasi, bahwa
pengembangan kawasan tanpa rokok di implementor sudah melakukan sosialisasi
lingkungan rumah sakit, melakukan melalui media cetak maupun melalui media
pemantauan, penataan, pembinaan dan elektronik, (2) Struktur Birokrasi, melalui
melarang melakukan transaksi rokok di pembuatan Surat Keputusan Direktur Rumah
seluruh lingkungan rumah sakit. Sakit tentang pembentukkan Tim Satgas
Van Meter dan Van Horn menunjukkan Kawasan Tanpa Rokok sebagai pedoman
beberapa unsur yang mungkin berpengaruh dalam menjalankan tugas yang tercantum
terhadap suatu organisasi dalam implementasi dalam Surat Keputusan tersebut antara lain
kebijakan, yaitu: 1) Kompetensi dan ukuran mengelola pengembangan kawasan tanpa
staf dalam suatu badan; 2) Tingkat rokok di lingkungan rumah sakit, melakukan
pengawasan hirarkis terhadap keputusan- pemantauan, penataan, pembinaan dan
keputusan sub unit dan proses-proses dalam melarang melakukan transaksi rokok di
badan pelaksana; 3) Sumber-sumber politik seluruh lingkungan rumah sakit.
dalam suatu organisasi; 4) Vitalitas suatu Adapun faktor penghambat sebagai
organisasi; 5) Tingkat komunikasi terbuka, berikut yaitu: 1) Sumber Daya dan 2)
yaitu jaringan kerja komunikasi horizontal Disposisi. Kurangnya sumber daya financial
maupun vertical secara bebas serta tingkat sehingga sampai saat ini implementor belum
kebebasan yang secara relative tinggi dalam bisa membangun fasilitas Smoking Area di
67 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 5, Mei 2015 hlm 58-67 ISSN: 2302-2019
luar lingkungan rumah sakit. Walaupun Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan
komunikasi yang sudah dilakukan pihak Dasar (Riskesdas) tahun 2010.
rumah sakit namun masyarakat belum dapat Dunn William N. 2003. Pengantar Analisis
mengindahkan peraturan tersebut karena Kebijakan Publik.Yogyakarta. Gajah
implementor tidak sanggup menyediakan Mada Universiti Press.
solusi bagi masyarakat dengan pembangunan Kadji Yulianto. 2008. Implementasi
Smoking Area tersebut. Selain itu sanksi atas Kebijakan Publik:Dalam Perspektif
pelanggaran belum berjalan sebagaimana Realitas. Tulungagung. Penerbit:
adanya. Cahaya Abadi.
Moleong Lexi L. 2002. Metodologi Penelitian
Rekomendasi Kualitatif. Bandung: Renanga
Berdasarkan kesimpulan, maka Rosdakarya.
disarankan agar penelitian tentang Nawawi Ismail. 2009. Public Policy: Analisis,
implementasi kebijakan khususnya kebijakan Srategi Advokasi Teori dan Praktek.
tentang kawasan tanpa rokok dapat Surabaya: Penerbit PMN.
menjadikan tulisan ini sebagai referensi. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Selain itu pihak rumah sakit disarankan agar Menteri Dalam Negeri Nomor
mengalokasikan anggaran untuk 188/MENKES/PB/I/2011 dan Nomor 7
pembangunan fasilitas Smoking Area di luar tahun 2011 tentang Pedoman
lingkungan rumah sakit sebagai fasilitas Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok.
merokok bagi masyarakat pengunjung rumah Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesu
sakit. Tengah Nomor 6 Tahun 2014 Tentang
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
UCAPAN TERIMA KASIH Simpson WJ. A Preliminary report on
cigarette smoking and the incidence of
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat prematurity. American Journal of
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas Obstetrics & Gynaecology, 1957,
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga 73:808-815
penulis dapat menyelesaikan artikel ini. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Ucapan terima kasih penulis kepada berbagai Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
pihak yang yang telah mendorong dalam Bandung: Penerbit. CV Alfabeta.
menyelesaikan artikel ini, terutama kepada Sunggono B. 1994. Hukum dan
Bapak DR. Hasan Muhammad, M.Si dan DR. Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar
Nurhannis, M.Si, DR. Nawawi Natsir, M.Si Grafika.
DR. Muh. Nawawi, M.Si, dan Ibu DR. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Mustainah, M.Si, yang dengan penuh Umum Daerah Undata Propinsi
ketelitian memberikan bimbingan dan arahan Sulawesi Tengah Nomor
sebagai penyempurnaan artikel ini. 188.4/109.66/UDT Tentang Tim Satgas
Kawasan Tanpa Rokok (KTR) RSUD
DAFTAR RUJUKAN Undata.
Syafiie Kencana Inu. 2006. Ilmu Administrasi
Budiantoro Setyo. 2011. Ikatan Ahli Publik. Jakarta. Penerbit: PT Rineka
Kesehatan Masyarakat Indonesia Cipta.
(TCSC-IAKMI). Penerbit: Tobacco Tachjan H. 2006. Implementasi Kebijakan
Control Support Center Publik. Bandung. Penerbit: Asosiasi
Ilmu Politik Indonesia (AIPI).