Laporan Pendahulua1
Laporan Pendahulua1
I. KONSEP DASAR
Gangguan orientasi realitas adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada
realitas. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal, tidak dapat
membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat,
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi
kognitif dan proses fikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan
fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai
dan menilik terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi terkait dengan
fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons neurobiologik.
Umumnya klien dengan gangguan orientasi realitas dibawa ke rumah sakit karena
keluarga merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal-hal lain. Gejala
yang sering menjadi alasan keluarga yaitu halusinasi, waham, isolasi sosial, perilaku kekerasan,
kerusakan komunikasi.
Dalam laporan asuhan keperawatan jiwa ini akan kita bahas lebih jauh tentang salah satu
present. They may involve any of the senses; sight, sound, smell, taste, and touch. (Rawlins,
1993 : 162).
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa rangsang dari luar diri
(external). Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidu (cium), raba dan
balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas dan phonema, suara-suara yang terbentuk suara
yang jelas seperti yang berasal dari manusia, hewan atau mesin. (RSJP Banjarmasin, 2001 :
3).
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi terhadap rangsang dari luar
yang tidak nyata dan meskipun rangsangan tidak ada, pasien seolah-olah merasakan dalam
keadaan sadar. Menurut H. G. Morgan dan M. H. Morgan (1991: 42), bentuk halusinasi
mendengar suara-suara dan bunyi tanpa stimulus nyata dan orang lain.
dua macam faktor, yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. (Keliat, 1998 : 3)
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi realitas adalah aspek
a. Biologis
1) Hambatan perkembangan khususnya korteks frontal, temporal, dan limbik. Gejala yang
mungkin timbul adalah: hambatan dalam belajar, berbicara dan daya ingat.
2) Pertumbuhan dan perkembangan individu pada pranatal, perinatal, neonatus dan kanak-kanak.
b. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis dari klien,
sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
kekerasan dalam kehidupan klien. Penolakan dapat dirasakan dari ibu, pengasuh atau teman
yang bersikap dingin, cemas, tidak sensitif atau bahkan terlalu melindungi. Pola asuh usia
kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan, ada
kekosongan emosi. Konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran orangtua, aniaya dan
c. Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas seperti
kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi disertai stres yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala klien mengalami hubungan yang
Respon klien atau gejala dan tanda yang dapat dideteksi dari berbagai respon yang
terkait dengan fungsi otak yaitu kognisi, persepsi, emosi, perilaku dan sosialisasi, yang juga
saling berhubungan, dapat dilihat pada bagan rentang respon dibawah ini (Stuart & Sundeen,
1998 : 300)
Respon perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon diatas, sehinnga
kita dapat menilai apakah respon tersebut adaptif atau maladaptif. Respon adaptif ditandai
dengan pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, perilaku sesuai,
hubungan sosial, tetapi apabila respon berada diantara rentang respon adaptif dan maladaftif
ditandai dengan pikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosional berlebihan atau kurang,
perilaku ganjil atau tak lazim, menarik diri. Sedangkan pada respon klien yang maladaptif
ditandai dengan kelainan pikiran atau delusi, halusinasi, ketidakmampuan untuk mengalami
Keperawatan Jiwa RSJP Bogor dikutip oleh RSJP Banjarmasin 2001: 96-98) yaitu :
1. Penggolongan yang memerlukan Perawatan Total yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri,
mondar-mandir, disorientasi waktu, tempat dan orang, bersikap seperti mendengarkan sesuatu,
mata tertuju pada satu arah, mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan
merasakan sesuatu yang tidak nyata, konsentrasi kurang, curiga dan bermusuhan, sulit membuat
keputusan, cemas, mudah tersinggung, menyalahkan diri sendiri/orang lain, ekspresi wajah
tegang
2. Penggolongan yang memerlukan Perawatan Parsial yaitu bicara, senyum dan tertawa sendiri,
mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, mencium, dan merasakan sesuatu yang tidak
nyata, mulai dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, komunikasi sudah bisa diarahkan,
sikap curiga dan bermusuhan, interaksi dengan orang lain terganggu, mudah tersinggung,
kebersihan diri dengan dibimbing, cemas masih ada, kadang-kadang mengalami gangguan
berpikir, mengalami ilusi, reaksi emosional yang berlebihan atau berkurang, perilaku aneh dan
tidak biasa.
3. Penggolongan yang memerlukan Perawatan Minimal yaitu ekspresi tenang, klien sudah
komunikasi klien terarah/kooperatif, perawatan kebersihan diri secara mandiri, klien dapat
berkonsentrasi, klien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik, berpikir logis, persepsi
adekuat, emosi sesuai dengan kenyataan, perilaku sesuai, dapat berinteraksi sosial.
F. Jenis Halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara, paling sering suara orang, berkisar dari suara sederhana sampai suara yang
berbicara mengenai klien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang
orang yang sedang berhalusinasi, kadang-kadang suara memerintahkan untuk melakukan hal
yang berbahaya. Perilaku yang tampak melirikkan mata kekiri dan ke kanan seperti mencari
siapa atau apa yang sedang berbicara, mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain
yang sedang tidak berbicara atau kepada benda mati, terlibat percakapan dengan benda mati atau
dengan seseorang yang tidak tampak, menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau
2. Halusinasi Penglihatan
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambar geometrik, gambar karton,
dan/atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat sesuatu yang menyenangkan atau
3. Halusinasi Penciuman
Membau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti darah, urin, atau
4. Halusinasi Pengecapan
Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan seperti rasa darah, urin atau feces.
5. Halusinasi Perabaan
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat.
6. Senestetik
Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urin.
Halusinasi terjadi secara bertahap dari yang paling ringan hingga ke arah halusinasi
tingkat berat.
Menurut Stuart dan Sundeen, (1998 : 328-329), intensitas halusinasi ada 4 tahap yaitu :
Tabel 2.1 Intensitas halusinasi.
Tahap II :
Secara umum Pengalaman sensori bersi- Peningkatan sistem saraf otonom
halusinasi fat menjijikkan dan mena- yang menunjukkan ansietas mis
menjijikkan kutkan; orang yang ber- ; peningkatan nadi, pernafasan
halusinasi mulai merasa dan TD.
kehilangan kendali dan Penyempitan kemampuan
mungkin berusaha untuk konsentrasi.
menjauhkan dirinya dari Dipenuhi dengan pengalaman
sumber yang dipersepsi- sensori dan mungkin kehilangan
kan; individu mungkin kemampuan untuk membedakan
merasa malu karena pe- antara halusinasi dengan
ngalaman sensorinya dan realitas.
menarik diri dari orang
lain ( nonpsikotik ).
Tahap III :
Pengalaman Orang yang berhalusinasi Lebih cenderung mengikuti
sensori menjadi menyerah untuk melawan petunjuk yang diberikan oleh
penguasa pengalaman halusinasi halusinasinya daripada
dan membiarkan menolaknya.
halusinasi menguasai Kesulitan dalam berhubungan
dirinya; isi halusinasi dengan orang lain.
dapat berupa permohonan; Rentang perhatian hanya
individu mungkin beberapa menit atau detik.
mengalami kesepian jika Gejala fisik dari ansietas berat,
pengalaman sensori seperti berkeringat, tremor,
tersebut berakhir ketidakmampuan untuk
( psikotik ) mengikuti petunjuk.
Tahap IV :
Secara umum Pengalaman sensori Perilaku menyerang teror seperti
halusinasi mungkin menakutkan jika panik.
menjadi bebih individu tidak mengikuti Sangat potensial melakukan
rumit dan saling perintah ; halusinasi bisa bunuh diri atau membunuh
terkait dengan berlangsung dalam orang lain.
delusi beberapa jam atau hari Kegiatan fisik yang
apabila tidak ada merefleksikan isi halusinasi
intervensi terapeutik seperti amuk, agitasi, menarik
( psikotik ) diri, atau kataton.
Tidak mampu berespons
terhadap petunjuk kompleks.
Tidak mampu berespons
terhadap lebih dari satu orang.
H. Penatalaksanaan
terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi seni, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi aktivitas kelompok, rehabilitasi untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan bagi
klien agar mampu melaksanakan tujuan sosialnya dalam kehidupan sehari-hari yang wajar dalam
masyarakat. Prinsip tindakan yang dapat diterapkan dalam merawat klien halusinasi yaitu
membina hubungan saling percaya, mengkaji gejala halusinasi, memfokuskan pada gejala dan
minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengidentifikasi apakah klien sebelumnya telah
minum obat atau alkohol, jika klien bertanya, nyatakan secara sederhana bahwa anda tidak
mengalami stimulus yang sama, membantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi
saat ini dan yang baru saja dialami, mendorong klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran,
perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu),
membantu klien menjelaskan kerbutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi,
membantu klien mengidentifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang direfleksikan,
I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Dengan Halusinasi Dengar
dan Lihat
1. Deskripsi
sedikit banyak membentuk kalimat dan saling berhubungan atau yang dialamatkan kepada
penderita. Penderita dapat berbicara atau bertengkar dengan suara-suara itu. Kadang-kadang isi
perkataan menyenangkan, tetapi biasanya tidak menyenangkan, menghina, kotor atau bersifat
2. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan perumusan
masalah kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula
berupa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan
kemampuan koping yang dimiliki klien. Data dikumpulkan dari berbagai sumber data yaitu
sumber data primer (klien), sumber data sekunder seperti keluarga, teman dekat klien, tim
kesehatan, catatan dalam berkas dokumen medis klien dan hasil pemeriksaan. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Apa penyebab klien masuk RS, apa yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah klien dan
bagaimana hasilnya.
c. Faktor predisposisi
pengobatan yang pernah dilakukan, riwayat penganiayaan fisik, seksual, penolakan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan kriminal, baik itu dilakukan, dialami, disaksikan oleh klien, apakah
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman yang tidak menyenangkan.
Ukur tanda vital, TB, BB. Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan.
e. Aspek psikososial
1). Genogram
Pembuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan hubungan klien dengan
keluarga, masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh,
a) Citra tubuh
Tanyakan dan observasi tentang persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri
Tanyakan dan observasi tentang status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan terhadap
c) Peran
Tanyakan tugas yang diemban dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan kemampuan klien
melaksanakannya.
d) Ideal diri
e) Harga diri
Tanyakan dan nilai melalui observasi lingkungan hubungan klien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi nomor 2 (a), (b), (c) dan penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan
kehidupan klien.
4). Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien.
f. Status mental
2). Pembicaraan; cepat, keras, gagap, membisu, apatis, lambat, inkoheren, atau tidak dapat memulai
pembicaraan.
3). Aktivitas motorik; nampak adanya kegelisahan, kelesuan, ketegangan, gelisah, agitasi, tremor,
6). Interaksi selama wawancara; bermusuhan, kooperatif / tidak, mudah tersinggung, curiga,kontak
7). Persepsi : Klien mendengar suara dan bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dan
orang lain tidak mendengar, kadang suara yang didengar bisa menyenangkan tetapi kebanyakan
tidak menyenangkan, menghina bisa juga perintah untuk melakukan sesuatu yang berbahaya baik
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Biasanya terjadi pada pagi, siang, sore, malam hari
8). Proses pikir; sirkumstansial, tangensial, kehilangan asosiasi, flight of ideas, bloking, perseverasi.
9). Isi pikir; obsesi, phobia, hipokondria, depersonalisasi, waham, pikiran magis, ide yang terkait.
10). Tingkat kesadaran; orientasi orang, waktu, tempat jelas, bingung, sedasi, stupor.
11). Memori; apakah klien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek, saat ini,
ataupun konfabulasi.
12). Tingkat konsentrasi dan berhitung; observasi kemampuan klien berkonsentrasi, berhitung.
13). Kemampuan penilaian; berikan pilihan tindakan yang sederhana. apakah klien membuat
14). Daya tilik diri; apakah klien menerima atau mengingkari penyakitnya, menyalahkan orang lain
atas penyakitnya.
Observasi kemampuan klien akan mandi, BAB/BAK, makan, berpakaian, istirahat, tidur,
h. Mekanisme koping
Tanyakan tentang koping klien dalam mengatasi masalah baik yang adaptif maupun yang
maladaptif.
j. Pengetahuan
Mengkaji kurang pengetahuan klien tentang penyakit jiwa, faktor presipitasi, koping, sistem
pendukung, penyakit fisik, obat-obatan.
k. Aspek medik
Tuliskan diagnosa medik klien, tulis obat-obatan klien.
Pohon Masalah
3. Daftar masalah
h. Berduka disfungsional.
i. Perilaku kekerasan.
k. Tidak efektifnya koping keluarga; ketidaktahuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Diagnosa Keperawatan
kelompok, komunitas terhadap proses kehidupan atau masalah kesehatan dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang mendasari intervensi keperawatan yang menjadi tanggung gugat
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan halusinasi dengar adalah
sebagai berikut :
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
f. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
g. Gangguan konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.
1) Buat kontrak dengan klien; memperkenalkan nama perawat, tujuan dan waktu interaksi.
2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama panggilan klien, untuk menunjukkan
3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya; berbicara dan tertawa tanpa stimulus,
a) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri)
5) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, senang).
1) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, dan
lain-lain).
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien jika bermanfaat beri pujian.
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara-cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian
jika berhasil.
2) Diskusikan dengan (pada saat keluarga berkunjung dan pada saat kunjungan rumah) :
c) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri,
d) Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan; halusinasi tidak terkontrol
2) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
6. Evaluasi
a. Klien mampu :
2). Melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai jadwal yang dibuat klien.
2). Merawat klien di rumah; cara memutus halusinasi, mendukung kegiatan klien.
BAB III
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Nn.M
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
RM No. :
b. Alasan Masuk : mengamuk kalau ditegur terlalu keras. Klien kadang-kadang berbicara sendiri,
susah tidur pada malam hari, bicara ngawur, mengganggu tidur saudara-saudaranya, klien juga
pernah mengamuk.
c. Faktor Predisposisi , tidak adekuatnya pengawasan keluarga terhadap masalah yang dihadapi
klien. Selain itu menurut penuturan klien ayahnya sangat keras, suka marah sampai memukul
terlebih lagi pada klien yang dianggap tidak bisa diatur. Di rumah klien dikurung bila mengamuk.
Beberapa hari sebelum masuk RSJ klien mengamuk dan merusak barang-barangnya sendiri,
mengancam akan membakar rumah, tidak tidur sepanjang malam, Klien mengatakan bahwa ia
melakukan itu semua karena ada bisikan-bisikan yang membuatnya sangat terganggau..
Masalah keperawatan :
d. Pemeriksaan Fisik.
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan :
f. Psikososial
1). Genogram
Keterangan : = Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Serumah
= Meninggal
= Hubungan terdekat
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dalam keluarga klien,ayah klien pernah
mengalamu gangguan jiwa (ayah) dan pernah dirawat diRSJ.. Klien tinggal serumah dengan ayah,
ibu dan adiknya saja, sedangkan keluarga yang lainnya tinggal terpisah. Hal ini menyebabkan klien
sering sendiri, tidak ada yang menemani, komunikasi kurang karena terkadang keluarga merasa
bosan jika klien berbicara terlalu berbelit-belit. Klien juga mengatakan kalau ayahnya pemarah
asalah keperawatan :
2). Konsep
ambaran diri : Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya,kecuali pada rambutnya yang botak.
entitas : Klien mengatakan bahwa ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Klien merasa puas sebagai
seorang perempuan.
eran : Klien sudah menderita gangguan jiwa sejak 2 bulan terakhir ini sehingga ia tidak dapat
menjalankan perannnya baik terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat., klien tidak bekerja
eal diri : Klien mengatakan apabila ia keluar dari RSJ ingin membantu melakukan pekerjaan rumah.
arga diri : Klien merasa malu karena ia tidak memiliki rambut yang botak.
Menurut penuturan keluarga orang yang paling dekat dengan klien adalah ibunya karena dialah
yang paling sabar mendengarkan klien bercerita. Klien tidak mengikuti organisasi atau kelompok
apapun di lingkungannya. Apabila klien baik/tidak kambuh klien dapat bergaul atau berbicara
dengan teman-temannya, tetapi jika sedang kambuh klien suka mengamuk, oleh keluarga dikurung
dalam kamar. Dirumah klien pernah mengurung diri dikamar, menyendiri, lampu dimatikan, tidak
memperhatikan kebersihan diri dan kamar. Di RSJ klien lebih suka menyendiri, tidak mau bergaul
dengan klien lain, klien lebih banyak tidur, klien tampak ragu-ragu bila meminta bantuan pada
orang lain .
4). Spiritual
Saat ditanya tentang pengertian sakit jiwa, klien menjawab bahwa orang sakit jiwa adalah orang
yang terganggu jiwanya. Klien beragama Islam, di rumah klien melakukan ibadah.
Masalah keperawatan : -
f. Status Mental
1). Penampilan
Penampilan klien kurang rapi namun cara berpakaian dan penggunaan pakaian sesuai.
Masalah keperawatan : -
2). Pembicaraan
Terkadang dalam berbicara klien dpt berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat
Klien dapat disuruh duduk di samping perawat, klien dapat di suruh mengambil air, bisa mandi
sendiri, makan sendiri. Aktivitas terarah jika diarahkan oleh perawat, terkadang klien tampak
gelisah.
Masalah keperawatan : -
Alam perasaan klien sesuai dengan respon klien tampak sedih/marah bila menceritakan sesuatu
yang tidak menyenangkan dan tampak senang ketika diberi stimulus yang menyenangkan.
Masalah keperawatan : -
5). Afek
Ekspresi wajah klien datar/tidak berubah, klien mengatakan bahwa ia ingin pulang dan bertemu
dengan keluarganya.
Selama wawancara klien bersikap kooperatif, terkadang jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan,
Masalah keperawatan : -
7). Persepsi
Dua hari yang lalu klien mendengar bisikan-bisikan yang menurutnya suara seseorang, sangat
nyaring, suara tidak jelas dan banyak, sehingga klien menutup telinganya. Pada saat pengkajian
klien tidak mengakui bahwa ia mendengar bisikan, tetapi perilaku klien menunjukkan klien tampak
Klien dalam berbicara sering berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
Klien mampu berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan baik. Klien mengetahui
Masalah keperawatan : -
11). Memori
Tidak ada gangguan dalam mengingat peristiwa yang lalu, pendek, dan saat ini. Dibuktikan klien
masih ingat alamat tempat tinggalnya dan kenapa ia sampai dirawat diRSJ.
Masalah keperawatan : -
Masalah keperawatan : -
Klien mampu membuat keputusan antara 2 pilihan saat ditanya makan dulu baru mencuci tangan
atau cuci tangan dulu baru makan, klien menjawab cuci tangan dulu baru makan.
Masalah keperawatan : -
14). Daya tilik diri
Masalah keperawatan : -
2) BAB / BAK
Klien mampu BAB / BAK secara mandiri,dan pada tempatnya, BAB 1 kali sehari dan BAK 3-5
kali sehari.
3) Mandi
Mandi 2x sehari, gosok gigi 1 kali sehari memakai sabun mandi dan pasta gigi. Klien mampu
4) Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian dan berhias secara mandiri, namun kadang tidak rapi.
Klien lebih banyak tidur (pada siang hari), tidak ada gangguan dan dapat tidur dengan nyenyak.
6) Penggunaan obat
7) Pemeliharaan kesehatan
Klien berobat Pusat Pelayanan Kesehatan juga pengobatan secara tradisional untuk mengobati
penyakitnya.
temannya, tetapi jika sedang kambuh klien mengurung diri dikamar, mengamuk.
Masalah keperawatan :
h. Mekanisme Koping
Koping yang biasa digunakan klien jika ada masalah adalah memendamnya sendiri dan
mengurung diri kamar . Koping yang biasa digunakan klien jika ada yang membisikinya/melihat
Masalah keperawatan :
Spesifik ; -
Klien apabila sakit berobat Pusat pelayanan kesehatan terdekat dan juga pengobatan tradisional.
Spesifik ; -
Masalah keperawatan : -
j. Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit jiwa, Faktor predisposisi, Sistem pendukung, Obat-obatan,
k. Aspek Medik
Dx medik : ...............
CPZ (Chlorpromazine)
Biosanbe 2 x 1 capsule
Parsidol 2 x 1 mg
Laboratorium
2. Analisa Data.
Data Objektif :
- Klien tampak ragu-
ragu meminta bantuan kepada
orang lain .
- Klien lebih suka menyendiri
- Tidak banyak bergaul dengan
klien lain.
- Klien lebih banyak tidur.
5. Data Subjektif : Ketidaktahuan Tidak efektifnya
merawat anggota penatalaksanaan
No. Data Penyebab Masalah
- Klien MRSJ karena keluarga yang regimen
mengamuk. sakit. terapeutik.
- Tidak adekuatnya pengawasan
keluarga terhadap peengenalan
masalah klien.
- Klien merasa hanya ibunya
yang menyayangunya
- Klien mengatakan ayahnya
seorang yang pemarah dan suka
memukul.
Data Objektif :
- Kurang Pengetahuan
Tentang Penyakit jiwa, faktor
predisposisi, sistem pendukung,
obat-obatan, koping yang
efektif.
3. Pohon Masalah.
3. Daftar Masalah.
g. Koping keluarga tidak efektif; ketidaktahuan merawat anggota keluarga yang sakit.
4. Daftar Diagnosa Keperawatan.
a. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
d. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
Klien Nn. M. di rawat di ruang Kelas I II Wanita sejak tanggal.... Nopember 2003
untuk yang kedua kalinya dengan alasan masuknya yaitu melakukan tindakan yang berbahaya,
membakar baju dan barang-barangnya serta keinginannya untuk membakar rumah, mengamuk
bila ditegur terlalu keras, susah tidur pada malam hari, bicara ngawur.
1. Faktor individu
Nn M. memiliki koping individu yang tidak efektif dalam menyelesaikan masalahnya yaitu
terdekatnya, jika klien ditegur/dimarahi atas suatu kesalahannya klien bisa tidak pulang
kerumahnya, klien sering dimarahi sampai dipukul oleh ayahnya. Klien juga mempunyai
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu kilen diolok-olok mengenai rambutnya
yang botak, sehingga klien merasa malu merasa malu. Klien tidak mempunyai pekerjaan dan
hanya tinggal dirumah saja ditemani ayah,ibu dan adiknya yang terkadang juga sibuk dengan
urusan masing-masing.
2. Faktor lingkungan
a. Lingkungan keluarga
tahu cara merawat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa, klien dibiarkan sendiri,
komunikasi kurang karena keluarga merasa bosan mendengarkan klien yang bila berbicara
berputar-putar, , terkadang klien dimarahi, dikurung jika mengamuk. Keluarga tidak mengetahui
secara pasti gangguan jiwa yang dialami oleh klien, serta faktor pencetusnya.
b. Lingkungan masyarakat
Menurut penuturan klien ia sering diolok-olok oleh orang-orang disekitarnya sebagai orang gila.
Dibawah ini akan diuraikan perubahan yang terjadi pada klien, sejak pertama kali
berinteraksi dengan perawat hingga hari terakhir intervensi sesuai dengan diagnosa yang terjadi
pada klien
1. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
Pada saat pengkajian pertama yang dilakukan pada Nn. M, respon pada awal interaksi,
klien tampak bingung dan hanya mau diajak berbicara dengan terlebih dahulu dibujuk akan
diberi sesuatu yang diinginkannya. Pada saat pengkajian berlangsung sikap klien kooperatif,
meskipun dalam berbicara klien terkadang berpindah-pindah dari satu topik ke topik lain tapi
masih bisa diarahkan. Berdasarkan data yang diperoleh penyebab klien mengamuk dan
melakukan tindakan yang berbahaya disebabkan karena ada bisikan dan melihat sesuatu yang
menyuruhnya untuk melakukan hal tersebut, jika bisikan-bisikan tersebut tidak dapat dikontrol
oleh klien maka tidak tertutup kemungkinan klien bisa mengamuk lagi. Sesuai dengan teori,
bisikan/sesuatu yang dilihat bisa menyenangkan tetapi ada juga yang tidak menyenangkan,
menghina, bersifat menuduh, juga memerintah untuk melakukan hal-hal yang berbahaya (RSJP
Banjarmasin, 2001:3) Tujuan umum dari diagnosa ini adalah klien tidak mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Dengan intervensi yang dilakukan yaitu pada tahap awal membina
hubungan saling percaya dan hal ini tercapai pada hari pertama pengkajian (04-11-2003) dengan
keluarga pasien yang sedang mmbesuk pasien (ayahdan bibi Klien) dimana hubungan saling
percaya langsung terbina dan klien mau mengungkapkan permasalahannya, hari kedua (05-11-
2003) secara bertahap perawat mencoba melakukan intervensi selanjutnya yaitu mengenalkan
klien pada halusinasinya, kontrak pertama jam 09.15 Wita tidak dapat dilakukan intervensi
dikarenakan klien tampak asyik menonton acara telavisi dan selalu berkata ingin pulang ,
perawat mencoba untuk melakukan alternatif lain dengan mengadakan kontak sering tapi singkat
(sekitar 10 menit) tetapi klien tetap bersikap menghindar sehingga perawat mengakhiri
pertemuan dan membuat kontrak untuk bertemu kembali siang hari jam 012.00 Wita (sesudah
klien makan siang), pada pertemuan ini klien dapat diajak untuk mengenal halusinasinya tetapi
hanya sampai pada pengenalan bahwa bisikan-bisikan dan sesuatu yang dilihatnya tanpa ada
orang disekitarnya yang bersuara dinamakan halusinasi dengar danlihat. Sedangkan untuk
pengenalan mengenai waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi tidak dapat dilakukan karena
klien tidak mengakui bahwa dia masih mendengar bisikan-bisikan tersebut Ini terjadi sewaktu
malam hari). Sehingga untuk intervensi ini tidak dapat tercapai sepenuhnya. Kemudian perawat
mencoba untuk mengajarkan cara mengontrol halusinasinya dan klien dapat mengulang kembali
apa yang diajarkan perawat untuk mengontrol halusinasinya yaitu bila halusinasinya terjadi klien
akan berkata “Aku tidak ingin mendengar / melihat kamu”, dan mencari teman untuk diajak
berbicara. Hal ini tidak dapat dipraktekkan secara langsung dikarenakan klien tidak mengakui
telinga dengan kapuk dan telapak tangan, klien tampak gelisah. Jika hal itu terjadi perawat
mencoba untuk mengajak klien berbicara. Setelah intervensi ke-3 dapat dilaksanakan meskipun
tidak dapat tercapai sepenuhnya, perawat mencoba untuk masuk pada intervensi ke-4 mengenai
penggunaan obat. Ini dilakukan pada hari ketiga (7-11-2003) perawat mencoba mengenalkan
kepada klien tentang jenis obat yang diberikan, mengenai warna obat, berapa kali harus diminum
dalam sehari, kegunaan obat serta pentingnya untuk minum obat secara teratur tidak hanya
ketika klien di RS tapi juga ketika klien sudah pulang kerumah. Selain itu pada keluarga juga
dilakukan intervensi untuk memvalidasi data, mendapat dukungan dari keluarga untuk mengatasi
halusinasi jika terjadi dirumah serta untuk mencegah kekambuhan kembali. Semua intervensi
diatas dapat diimplementasikan sehingga untuk diagnosa resiko mencederai orang lain dan
Untuk diagnosa ini, tindakan yang telah dilakukan adalah mengoptimalkan fungsi keluarga
dalam merawat klien dengan halusinasi dengar. Salah satunya penulis melakukan kunjungan
rumah, menjelaskan tentang masalah halusinasi, meliputi apa itu halusinasi, penyebabnya, tanda
dan gejala, cara-cara perawatan anggota keluarga yang mengalami halusinasi, aspek-aspek
kemajuan yang berhasil klien capai sementara, penggunaan obat serta tentang pentingnya
dukungan keluarga dalam proses penyembuhan klien. Setelah mendapat penjelasan dari perawat
keluarga menunjukkan respon yang baik dan mau bekerjasama didalam perawatan terhadap klien
dengan; menarik diri, Isolasi sosial; menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah, Gangguan
konsep diri; harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu, tidak dapat
diimplementasikan sesuai dengan rencana dikarenakan oleh keadaan dari klien dan waktu praktek
yang tidak memungkinkan bagi penulis untuk melakukan tindakan dari seluruh rencana tindakan
TUK 5 : 5.1. Klien dan keluarga 5.1.1. Diskusikan dengan klien dan
Klien dapat dapat menyebutkan keluarga tentang dosis, frekuensi
memanfaatkan obat manfaat, dosis dan efek dan manfaat obat.
dengan baik. samping obat.
5.2. Klien dapat 5.2.1. Anjurkan klien minta sendiri obat
mendemonstra-sikan pada perawat dan merasakan
penggunaan obat dengan manfaatnya.
benar.
5.3. Klien dapat informasi5.3.1. Anjurkan klien bicara dengan
tentang manfaat dan efek dokter tentang manfaat dan efek
samping obat. samping obat yang dirasakan.
5.4. Klien memahami akibat
5.4.1. Diskusikan akibat berhentinya
berhentinya minum obat minum obat-obat tanpa konsultasi.
tanpa konsultasi
5.5. Klien dapat 5.5.1. Bantu klien menggunakan obat
menyebutkan prinsip 5 dengan prinsip 5 (lima) benar.
benar penggunaan obat.
DIAGNOSA PERENCANAAN
NO INTERVENSI
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Jum’at I TUK 3 1. Pada hari yang sama jam 17.00 S : - “Aku kada handak dangar ikam”
09 – Klien dapat mengontrol Wita perawat masuk pada TUK 3.
08 – halusinasinya. 2. Mengidentifikasi bersama klien “Aku mencari kawan”
2002 cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi. O : - Klien mampu menyebutkan kembali
3. Mendiskusikan manfaat dan cara cara mengontrol halusinasi seperti yang
yang digunakan klien, jika diajarkan perawat.
bermanfaat beri pujian. A : Klien masih belum bisa mengontrol
4. Mendiskusikan cara baru untuk halusinasinya secara penuh.
memutus / mengontrol timbulnya P : Lanjutkan intervensi TUK 3. buat
halusinasi : kontrak untuk bertemu besok pagi jam
08.00
a. Katakan “ Saya tidak mau
mendengar kamu”
b. Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluarga) untuk bercakap-
cakap/mengatakan
halusinasi yang didengar.
c. Membuat jadwal
kegiatan sehari – hari agar
bisikan itu tidak sempat
muncul.
Hari/ Dx. Tujuan Implementasi TTD
Tgl Kep Evaluasi
d. Meminta teman, keluarga
atau perawat disini untuk
menyapamu bila tampak
bicara sendiri. “
Sabtu, TUK 5 1. Mendiskusikan dengan klien dan S: - “Ulun minum obat 3 kali sehari habis
9-8- Klien dapat keluarga tentang dosis, frekuensi makan”.
2003 memanfaatkan obat dan manfaat obat. - Klien mengetahui jumlah obat yang
dengan baik. 2. Menganjurkan klien meminta diminum baik pagi, siang ataupun
sendiri obat pada perawat dan malam hari
merasakan manfaatnya. O: - Klien minum obat habis makan sesuai
3. Mendiskusikan akibat berhentinya dengan jumlah yang diberikan oleh
minum obat-obat tanpa konsultasi. perawat.
4. Membantu klien menggunakan obatA: Klien dapat memanfaatkan obat dengan
dengan prinsip 5 benar. baik.
5. Menjelaskan tentang kegunaan P : Melanjutkan pemberian pengobatan
masing-masing obat yang diminum sesuai program.
oleh klien.
6. Memberikan obat :
- Chlorpromazine 50 mg.
- Haloperidol 3 mg.
- Trihexipenidil 2 mg.
- Biosanbe 1 tablet.
- Parsidol 1 mg.