Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH

KERAJAAN MAJAPAHIT

Disusun Oleh :

KELOMPOK VII

1. INELSA PATRISIA
2. SULFA
3. I WAYAN PUTRA
4. ANDRIAWAN

Kelas : X IPS 1

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka kami bisa
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kerajaan Majapahit” dan dengan harapan
semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi bagi kita sehinga lebih
mengenal tentang apa itu narkoba sekaligus bahaya apabila kita mengkonsumsi barang
haram tersebut. Makalah ini juga sebagai Tugas untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi Para Pelajar, Umum Khususnya pada
kami sendiri dan semua yang membaca karya ilmiah ini semoga bisa dipergunakan
dengan semestinya.

Tomoni, 03 Februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
Kata Pengantar ......................................................................................................................... i
Daftar isi ..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ............................................................................................................1
2. Tujuan .......................................................................................................................... 1
3. Manfaat ..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
1. Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit……………….………………………………2
2. Aspek Kehidupan Majapahit …………………………………………………………...3
3. Kejayaan Kerajaan Majapahit……………………………………………………………9
4. Runtuhnya Kerajaan Majapahit ………………………………………………………9

BAB III PENUTUP


1. Kesimpulan ............................................................................................................... 11
2. Saran ............................................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara
pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga1389.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara
dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Menurut
Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung, Malaya,
Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih
diperdebatkan.
Hanya terdapat sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya
tidak jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab
Raja-raja') dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa
Kuno. Pararaton terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun
juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara
itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan
Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa iCtu, hal yang terjadi
tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun
catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

2. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:


a. Untuk mengetahui Sejarah Kebudayaan Majapahit
b. Untuk mengetahui Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit
c. Untuk mengetahui Struktur Pemerintahan Kerajaan Majapahit.

3. Manfaat

Manfaat pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang
sejarah Kebudayaan Majapahit.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia didirikan
oleh Raden Wijaya 10 november 1293 Masehi di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya yang luas wilayahnya hingga Pulau
Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Filiphina.

Sejarah kerajaan majapahit awal berdirinya kerajaan majapahit ialah dari runtuhnya
kerajaan Singasari yang merupakan kerajaan paling kuat di Jawa saat itu. Kekuatan
kerajaan Singasari sampai mengambil perhatian penguasa di Tiongkok, bernama
Kubilai Khan yang mengirimkan utusannya bernama Meng Chi ke kerajaan Singasari
untuk menuntut upeti dan meminta kerajaan Singasari untuk takluk ke Cina. Raja
Kertanegara yang saat itu sedang memerintah kerajaan Singasari menolak tawaran
tersebut sampai mempermalukan Meng Chi dan merusak wajahnya. Mendengar hal itu,
Kubilai Khan marah besar dan berangkat ke pulau Jawa tahun 1293.

Sesampainya di pulau Jawa, Kubalai Khan dan bala tentaranya mengetahui ternyata
Raja Kertanegara telah dibunuh oleh sepupu, ipar sekaligus besannya sendiri yaitu Raja
Jayakatwang untuk membalas dendam karena leluhurnya Raja Kertajaya dibunuh oleh
Ken Arok (Pendiri kerajaan Singasari).

Mengetahui bahwa mertuanya Raja Kertanegara telah terbunuh, Raden Wijaya bersama
pengikutnya mengungsi ke Madura dan meminta perlindungan dari Wiraraja, adipati
Sumenep. Raden Wijaya dan pengikutnya diterima baik oleh Wiraraja.

 Menyerahkan diri ke Jayakatwang

Atas usul dari Wiraraja, Raden Widjaya kembali ke Kediri dan menyerahkan diri untuk
mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya selalu menunjukan sikap yang baik dan
setia kepada Jayakatwang, sehingga ia mendaptkan kepercayaan. Mengetahui
Jayakatwang suka berburu, Raden Wijaya mengajukan usul untuk membuka hutan
Tarik, dengan alasan untuk mempermudah perburuan.

 Desa Majapahit dimulai dari hutan Tarik

Setelah mendapatkan ijin dari Jayakatwang, Raden Wijaya pun menebang hutan Tarik
dengan dibantu orang-orang Madura yang dikirim oleh Wiraraja. Menurut Pararaton
dijelaskan ketika orang-orang madura melakukan penebangan hutan, mereka memakan
buah maja yang ada di dalam hutan dan buah itu terasa pahit. Sejak saat itulah orang-
orang menyebut tempat pemukiman baru itu dengan nama Majapahit, kata “maja”
diambil dari nama buah dan “pahit” dari rasa buah itu.

Dikarenakan lokasi Majaphit yang strategis, tidak jauh dari sungai Brantas maka banyak
penduduk yang berdatangan dan menetap disana. Ditambah lagi orang-orang madura

2
yang membantu membuka hutan juga menetap di Majapahit. Sehingga dalam waktu
yang cepat, Majapahit menjadi desa yang ramai.

 Terbentuknya kerajaan Majapahit

Raden Wijaya mulai mengatur strategi untuk melawan kekuasaan Raja Jayakatwang
karena sudah merebut tahta keluarganya. Hubungan rahasia dengan Wiraraja terus
berjalan untuk siasat penyerangan. Di Madura, Wiraraja juga sudah menyiapkan
pasukan untuk dikirim ke Majapahit melawan Kediri jika sewaktu-waktu
dibutuhkan. Masih dalam tahun 1293 setibanya di Pulau Jawa dan mengetahui
perubahan politik yang terjadi. Pimpinan tentara Mongol mengirim tiga perwira ke
Majapahit dan bertemu dengan Raden Wijaya.

Kedatangan Mongol dimanfaatkan dengan baik oleh Raden Wijaya untuk mencapai
tujuannya menjatuhkan kekuasaan Jayakatwang.Tentara Mongol pun menerima
tawaran Raden Wijaya untuk menghancurkan Jayakatwang, bersama tentara Madura
yang dipimpin oleh Wiraraja. Dalam pertempuran ini Kediri berhasil dikalahkan dan
Raja Jayakatwang ditawan dan dibunuh. Hancurlah kekuasaan Kediri dengan roda
pemerintahan Jayakatwang yang hanya satu tahun.

Setelah peperangan berakhir, Raden Wijaya memutuskan kembali ke Majapahit


dan secara mendadak berbalik menyerang tentara Mongol. Tentara mongol yang
mendapatkan serangan mendadakpun menderita kekalahan besar dan kembali ke
negerinya. Dengan hancurnya kekuasaan Jayakatwang dan tentara Mongol kembali ke
negaranya, maka tercapailah perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan
baru, yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1293.

2. Aspek Kehidupan Majapahit

A. Kehidupan Politik
a. Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya memerintah kerajaan Majapahit dari tahun 1293-1309 M. Raden
Wijaya sempat memperistri ke empat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana,
Narendraduhita, prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya
terjadi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman
seperjuangan Raden Wijaya seperti, Sora, Ranggalawe, dan Nambi.
Pemberontakan-pemberontakan itu terjadi karena rasa tidak puas atas jabatan-
jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan itu dapat
dipadamkan.

b. Raja Jayanegara (1309-1328 M)


Raden Wijaya wafat meninggalkan seorang putra yang bernama Kala Gemet.
Putra ini diangkat menjadi raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanegara (Raja
Jayanegara) pada tahun 1309 M. Masa pemerintahan Jayanegara penuh dengan
pemberontakan dan juga dikenal sebagai suatu masa yang suram dalam sejarah
Kerajaan Majapahit. Pemberontakan-pemberontakan itu datang dari Juru
Demung (1313 M), Gajah Biru (1314 M), Nambi (1316 M), dan Kuti (1319 M).

3
Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya dan
hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Raja Jayanegara terpaksa mengungsi
ke Desa Bedander (tempat ini belum dapat ditentukan dimana letaknya) yang
diikuti oleh sejumlah pasukan Bhayangkara (pengawal pribadi raja) dibawah
pimpinan Gajah Mada. Setelah beberapa hari menetap di Desa Bedander maka
Gajah Mada kembali ke Majapahit untuk meninjau suasana. Setelah diketahui
keadaan rakyat dan para bangsawan istana tidak setuju dan bahkan sangat
benci kepada Kuti, Gajah Mada akhirnya merencanakan suatu siasat untuk
melakukan serangan terhadap Kuti. Berkat ketangkasan dan siasat jitu dari
Gajah Mada, Kuti dan kawannya dapat dilenyapkan.
Raja Jayanegara dapat kembali lagi ke istana dan menduduki tahta Kerajaa
Majapahit. Sebagai penghargaan atas jasa Gajah Mada, maka ia langsung
diangkat menjadi Patih di Kahuripan (1319-1321 M), tidak lama kemudian
diangkat menjadi Patih di Kediri (1322-1330 M).

c. Raja Tribhuwanatunggadewi (1328-1350 M)


Raja Jayanegara meninggal tanpa meninggalkan seorang putra mahkota. Tahta
Kerajaan Majapahit jatuh ke tangan Gayatri, putri Raja Kertanegara yang masih
hidup. Namun, karena ia sudah menjadi seorang pertapa, tahta kerajaan
diserahkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwanatunggadewi.
Pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). Nama
Sadeng sendiri adalah nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur.
Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan oleh Gajah mada dan Adityawarman.
Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih
Amangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Saat upacara pelantikan,
Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama sumpah
Palapa (Tan Amukti Palapa) yang menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan
hidup mewah sebelum Nusantara berhasil disatukan dibawah panji Kerajaan
Majapahit. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan tertinggi
sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik
pemerintahan Majapahit.

d. Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M)


Raja Hayam Wuruk yang terlahir dari pernikahan Tribhuwanatunggadewi
dengan Cakradara (Kertawardhana) adalah seorang raja yang mempunyai
pandangan luas. Kebijakan politik Hayam Wuruk banyak memiliki kesamaan
dengan politik Gajah Mada, yaitu mencita-citakan persatuan Nusantara dibawah
panji Kerajaan Majapahit.
Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang
utama kerajaan Majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan
Majapahit dapat disebut sebagai Kerajaan nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Selama hidupnya, Patih gajah Mada menjalankan politik persatuan
nusantara.Cita-citanya dijalankan dengan begitu tegas, sehingga menimbulkan
PeristiwaSunda yang terjadi tahun 1351 M. Peristiwa itu, berawal dari usaha
Raja Hayam Wuruk untuk meminang putri dari Pajajaran, Dyah Pitaloka.
Lamaran itu diterima oleh Sri Baduga. Raja Sri baduga beserta putri dan
pengikutnya pergi ke Majapahit, dan beristirahat di Lapangan Bubat dekat pintu
gerbang Majapahit. Selanjutnya, timbul perselisihan paham antara Gajah Mada
dan pimpinan laskar pajajaran. Gajah Mada ingin menggunakan kesempatan ini

4
agar Pajajaran mau mengakui kedaulatan Majapahit, yakni dengan menjadikan
putri Dyah Pitaloka sebagai selir Raja Hayam Wuruk dan bukan sebagai
permaisuri. Hal ini tidak dapat diterima oleh Pajajaran karena dianggap
merendahkan derajat. Akhirnya, pecah pertempuran yang mengakibatkan
terbunuhnya Sri Baduga dengan putrinya dan seluruh pengikutnya di Lapangan
Bubat. Akibat peristiwa itu politik Gajah Mada menemui kegagalan, karena
dengan adanya Peristiwa Bubat belum berarti Pajajaran sudah menjadi wilayah
Kerajaan Majapahit. Bahkan Kerajaan Pajajaran terus berkembang secara
terpisah dari Majapahit. Ketika Gajah Mada wafat tahun 1364 M, Raja Hayam
Wuruk kehilangan orang yang sangat diandalkan dalam memerintah kerajaan.
Oleh karena itu, Raja Hayam Wuruk mengadakan sidang Dewan Sapta Prabu
untuk memutuskan pengganti Patih Gajah Mada. Namun, tidak ada satu
orangpun yang sanggup menggantikan Patih Gajah Mada. Kemudian diangkatlah
empat orang menteri dibawah pimpinan Punala Tanding. Hal itu tidak
berlangsung lama, keempat orang menteri tersebut digantikan oleh dua orang
menteri, yaitu Gajah Enggon dan gajah Manguri. Akhirnya, Hayam Wuruk
memutuskan untuk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi
menggantikan posisi Gajah Mada. Keadaan Kerajaan Majapahit bertambah
suram dengan wafatnya Tribhuwanatunggadewi (ibunda Hayam Wuruk) tahun
1379 M. Kerajaan Majapahit semakin kehilangan pembantu-pembantu yang
cakap. Kemunduran Kerajaan Majapahit semakin jelas setelah wafatnya Raja
Hayam Wuruk tahun 1389 M. Berakhirlah masa kejayaan Majapahit.

e. Wikrama Wardhana (1389-1429 M)


Raja Hayam Wuruk digantikan oleh putrinya yang bernama Kusuma Wardhani.
Putri ini menikah dengan Wikrama Wardhana. Tetapi Hayam Wuruk juga
mempunyai seorang putra (yang lahir dari selir) bernama Wirabhumi.
Wirabhumi diberi kekuasaan diujung timur Pulau Jawa, yaitu di daerah
Blambangan sekarang.Pada mulanya antara Wikrama dan Wirabhumi terjalin
suatu hubungan yang baik. Tetapi pada tahun 1400 M, Kusuma Wardhani wafat,
sementara Wikrama Wardhana mempunyai maksud untuk menjadi bhiksu. Hal
ini menyebabkan kekosongan dalam pemerintahan Majapahit. Wirabhumi
memenfaatkan kesempatan ini untuk merebut kekuasaan di majapahit,
sehingga menimbulkan Perang Paregreg antara tahun 1401-1406 M. Dalam
perang ini Wirabhumi dapat dibunuh. Meskipun Perang Paregreg telah berakhir,
keadaan Kerajaan Majapahit semakin melemah. Satu persatu daerah kekuasaan
melepaskan diri dari kekuasaan pemerintahan pusat. Seiring dengan itu, muncul
kekuassaan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir.
Suatu tradisi lisan yang terkenal di Pulau Jawa menyatakan bahwa Kerajaan
Majapahit hancur akibat serangan dari pasukan-pasukan Islam dibawah
pimpinan Raden Patah (Demak). Pada waktu itu disebutkan bahwa raja yang
memerintah di Majapahit adalah Brawijaya V yang merupakan raja terakhir dari
Kerajaan Majapahit, karena setelah wafatnya Kerajaan Majapahit mengalami
keruntuhan (sekitar awal abad ke-16 M).
f. Suhita (1429 - 1447)
g. Kertawijaya, bergelar Brawijaya I (1447 - 1451)
h. Sri Rajasawardhana, bergelar Brawijaya II (1451 - 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana, bergelar Brawijaya III (1456 - 1466)
j. Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa, bergelar Brawijaya IV (1466 - 1468)

5
k. Bhre Kertabumi, bergelar Brawijaya V (1468 - 1478)
l. Girindrawardhana, bergelar Brawijaya VI (1478 - 1498)
m. Hudhara, bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

B. Kehidupan Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan
sebagai negara agraris tampak dari letaknya di
pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan
sebagai negara maritim tampak dari kesanggupan
angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan
pengaruh Mjapahit diseluruh Nusantara. Dengan
demikian, kehidupan ekonomi masyarakt
Majapahit menitikberatkan pada bidang pertanian
dan pelayaran.
Udara di Jawa panas sepanjang tahun. Panen padi
dua kali dalam setahun, butir berasnya amat halus.
Terdapat pula wijen putih, kacang hijau, rempah-rempah dll. Buah-buahan banyak
jenisnya, antara lain pisang, kelapa, delima, pepaya, durian, dan semangka. Sayur
mayur berlimpah macamnya. Jenis binatang juga banyak.
Untuk membantu pengairan pertanian yang teratur, pemerintah Majapahit
membangun dua buah bendungan, yaitu Bendungan Jiwu untuk persawahan dan
Bendungan Trailokyapur untuk mengari daerah hilir.
Majapahit memiliki mata uang sendiri yang bernama gobog merupakan uang logam
yang terbuat dari campuran perak, timah hitam, timaah putih, dan tembaga.
Bentuknya koin dengan lubang ditengahnya. Dalam transaksi perdagangan, selain
menggunakan mata uang gobog, penduduk Majapahit juga menggunakan uang
kepeng dari berbagai dinasti. Menurut catatan Wang Ta-yuan pedagang dari
Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain, dan burung
kakak tua. Sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang
keramik, dan barang dari besi.

C. Kehidupan Sosial
Pola tata masyarakat Majapahit dibedakan atas lapisan-lapisan masyarakat (strata)
yang perbedaannya lebih bersifat statis. Walaupun di Majapahit terdapat empat kasta
seperti India, yang lebih dikenal dengan catur warna, tetapi hanya bersifat teoritis
dalam literatur istana.
Pola ini dibedakan atas empat golongan masyarakat, yaitu brahmana, ksatria, waisya,
dan sudra. Namun terdapat pula golongan yang berada diluar lapisan ini, yaitu
Candala, Mleccha, dan Tuccha, yang merupakan golongan terbawah dari lapisan
masyarakat Majapahit.
Brahmana (kaum pendeta) mempunyai kwajiban menjalankan enam dharma, yaitu :
mengajar, belajar, melakukan persajian untuk diri sendiri dan orang lain, membagi
dan menerima derma (sedekah) untuk mencapai kesempurnaan hidup, dan bersatu
dengan Brahman (Tuhan). Mereka juga mempunyai pengaruh didalam pemerintahan,
yang berada pada bidang keagamaan dan dikepalai oleh dua orang pendeta dari
agama Siwa (Saiwadharmadhyaksa) dan agama Buddha (Buddhadarmadyaksa).
Saiwadyaksa mengepalai tempat suci (pahyangan) dan tempat pemukiman empu
(kalagyan). Buddhadarmadyaksa mengepalai tempat sembahyang (kuti) dan bihara
(wihara). Menteri berhaji mengepalai para ulama (keresyan) dan para pertapa

6
(tapaswi). Semua rohaniawan menghambakan hidupnya kepada raja yang disebut
sebagai wikuhaji. Para rohaniawan biasanya tinggal disekitar bangunan agama, yaitu:
mandala, dharma, sima,wihara, dsb.
Kaum Ksatria merupakan keturunan dari pewaris tahta (raja) kerajaan terdahulu,
yang mempunyai tugas memerintah tampuk pemerintah. Keluarga raja dapat
dikatakaan merupakan keturunan dari Kerajaan Singasari-Majapahit yang dapat
dilihat dari silsilah keluarganya dan keluarga-keluarga kerabat raja tersebar ke
seluruh pelosok negeri, karena mereka melakukan sistem poligami secara meluas
yang disebut sebagai wargahaji atau semua anggota keluarga raja masing-masing
diberi nama atas gelar, umur, dan fungsi mereka didalam masyarakat. Pemberian
nama pribadi dan nama gelar terhadap para putri dan putra raja didasarkan atas
nama daerah kerajaan yang akan mereka kuasai sebagai wakil raja.
Waisya merupakan masyarakat yang menekuni bidang pertanian dan perdagangan.
Mereka bekerja sebagai pedagang, peminjam uang, penggara sawah, dan beternak.
Kemudian kasta yang paling rendah dalam catur warna adalah kaum sudra yang
mempunyai kewajiban untuk mengabdi kepada kasta yang lebih tinggi, terutama
pada golongan brahmana.
Golongan terbawah yang tidak termasuk dalam catur warna dan sering disebut
sebagai pancama (warna kelima) yaitu:
 Candala merupakan anak dari perkawinan campuran antara laki-laki (golongan
sudra) dengan wanita (dari ketiga golongan lainnya: brahmana, ksatria dan
waisya).sehingga sang anak mempunyai status lebih rendah dari ayahnya
 Mleccha adalah semua bangsa diluar Arya tanpa memandang bahassa dan warna
kulit, yaitu para pedagang-pedagang asing (Cina, India, Champa, Siam, dll.) yang tidak
menganut agama Hindu.
 Tuccha ialah golongan yang merugikan masyarakat, salah satu contohnya adalah para
penjahat. Ketika mereka diketahui melakukan tatayi, maka raja dapat menjatuhi
hukuman mati kepada pelakunya. Perbuatan tatayi adalah membakar rumah orang,
meracuni sesama, mengamuk, merusak, dan memfitnah kehormatan perempuan.

Dari aspek kedudukan dalam masyarakat Majapahit, wanita mempunyaai status


yang lebih rendah dari lelaki. Hal ini terlihat pada kewajiban mereka untuk melayani dan
menyenangkan hati para suami mereka saja. Wanita tidak boleh ikut campur dalam
urusan apapun, selain mengurusi daapur rumah tangga mereka. Dalam undang-undang
Majapahit pun para wanita yang sudah menikah tidak boleh bercakap-cakap dengan
lelaki lain, dan sebaliknya. Hal ini bertujuan untuk menghindari pergaulan bebas antara
kaum pria dan wanita.

D. Kehidupan Budaya
Nagarakertagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun,
dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra
(Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit datang ke
istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi
dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibukota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di
Jawa Timur dan Bali yang secara langsung dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung
oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati
otonomi luas.
7
Perkembangan budaya di Kerajaan Majapahit dapat diketahui dari peninggalan-
peninggalan berikut;
a. Candi
Candi peninggalan Kerajaan Majapahit antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi
Tegalwangi dan Surawana (Pare, Kediri), Candi Sawentar (Blitar), Candi
Sumberjati (Blitar), Candi Tikus (Trowulan), dan bangunan-bangunan purba
lainnya, terutama yang terdapat di daerah Trowulan.

b. Sastra
Hasil sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi,
Sastra zaman Majapahit awal, hasil sastra
pada zaman ini adalah: Kitab
Negarakartagama karangan Mpu Prapanca
(1365 M), Kitab Sutasoma dan Kitab
Arjunawiwaha karangan Mpu Tantular, Kitab
Kunjarakarna tidak diketahui pengarangnya.
Sastra zaman Majapahit akhir, hasil sastra
pada zaman Majapahit akhir ditulis dalam bahasa Jawa Tengah,
diantaranya ada yang ditulis dalam bentuk tembang (kidung) dan gancaran
(prosa). Hasil sastra terpenting antara lain:
 Kitab Pararaton, menceritakan riwayat raja-raja Singhasari dan
Majapahit

 Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat


 Kitab Sorandaka, mencerikatan Pemberontakan Sora
 Kitab Ranggalawe, menceritakan pemberontakan Ranggalawe
 Panjiwijayakrama, menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai menjadi
raja
 Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah Mada dan
Aryadamar, pemindahan keraton Majapahit ke Gelgel, dan penumpasan
raja raksasa Maya Denawa
 Kitab Usana Bali, tentang kekacauan di Pulau bali akibat keganasan
Maya Denawa yang akhirnya dibunuh oleh dewa.
 Selain kitab-kitab tersebut, masih ada kitab-kitab sastra lainnya seperti
Paman Cangah, Tantu Pagelaran, Calon Arang, Korawasrama,
Babhuksah, Tantri Kamandaka, dan Pancatantra

3. Kejayaan Kerajaan Majapahit

8
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350
hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan
mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit
menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah kematian
Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang, menyebabkan
runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit
meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara,
Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan
ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah
berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki
hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan
mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

4. Runtuhnya Kerajaan Majapahit


Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam
Wuruk tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang
dipegang Gajah Mada (semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan)
diberikan kepada tiga orang. Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389,
Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.
Masa sesudah Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada merupakan masa kemunduran
Kerajaan Majapahit. Beberapa hal yang menyebabkan kemunduran Majapahit adalah
sebagai berikut.
 Tidak ada tokoh pengganti yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam
Wuruk (1389) dan Gajah Mada (1364).
 Perang Paregreg (1401-1406) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana telah
melemahkan Majapahit secara keseluruhan.
 Banyak negeri bawahan Majapahit yang mencoba melepaskan diri.
 Armada Cina dibawah pimpinan Laksamana Ceng-ho sering membuat kekacauan di
wilayah laut Majapahit.
 Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi
dukungan terhadap Kerajaan Majapahit.
 Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh
Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan
baru yang berdasarkan Islam, yaitu Kesultanan Malaka.
 kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya
kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa.Waktu berakhirnya
Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka,
berakhirnya abad dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya
suatu pemerintahan) hingga tahun 1527. Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram
atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon
adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400
Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”.
Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah
gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana.

Menurut prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan

9
Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu
perang antara Daha dengan Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah
keturunan Kertabhumi. Peperangan ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah
besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke
pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan
hukuman dari Demak akibat selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan
Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527,
kekuatan kerajaan Islam pada awal abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan
Majapahit.

BAB III
PENUTUP

10
1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah pada masanya Majapahit mencapai
puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah
Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas terluas
sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

2. Saran
Semoga apa yang dijelaskan didalam makalah kami dapat dipahami dan dipelajari
oleh pembaca. Selain itu, dengan makalah ini semoga kita dapat mengetahui sejarah-
sejarah kerajaan Hindhu-Budha terutama Kerajaan Majapahit.

DAFTAR PUSTAKA

11
ayha-samsuel.blogspot.com/2013/10/makalah-kerajaan-majapahit.html.

Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

12

Anda mungkin juga menyukai