Anda di halaman 1dari 18

A.

Program Pemerintah Untuk Ibu Hamil

Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat
hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan
penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru
lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut
memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3
terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan
dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran).Keterlambatan
pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga
mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu
dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga, Menkes.

Menkes menambahkan, salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu


meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

1. Program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi)


Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif
suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman. Program ini juga meningkatkan persiapan Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasienghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk
perencanaan pemakaian alat/obat kontrasepsi pasca persalinan.

Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga
kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu
hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga


memiliki pengetahuan mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas;
asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI; jadwal imunisasi; serta informasi
lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang diberikan kepada ibu
hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat pemantauan
perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia
5 tahun. Buku ini dapat diperoleh di Puskesmas.

Pada kesempatan tersebut Menkes mengajak semua ibu hamil, suami dan
keluarga melaksanakan P4K. Kepada organisasi profesi dan rumah sakit
menyediakan dan menggunakan Buku KIA di sarana kesehatan lebih ditingkatkan.

Upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan akan lebih optimal


apabila semua khususnya Pemerintah Daerah berperan aktif, mendukung dan
melaksanakan semua program percepatan penurunan AKI dan AKB. Selain itu juga
perlu dukungan pihak swasta baik dalam pembiayaan program kesehatan melalui
CSR-nya maupun partisipasi dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan swasta.

2. MPS (Making Pregnancy Safer) (Depkes RI, 2001)

Making Pregnancy Safer (MPS) merupakan strategi sektor kesehatan yang


ditujukan untuk mengatasi masalah kesehatan dan kesakitan ibu dan bayi.
Strategi MPS merupakan tonggak sejarah yang menandai komitmen baru untuk
memastikan hak ibu dan bayinya. Strategi MPS disusun berdasarkan pengetahuan
epidemiologi yang didapat sejak pencanangan Prakarsa Safe Motherhood di Nairobi
tahun 1987. Strategi ini disusun berdasarkan konsensus yang dicapai pada
International Conference on Population and Development (ICPD-Cairo, 1994),
Konferensi Dunia ke-IV tentangWanita (Beijing, 1995) dan pernyataan bersama
WHO/UNFPA/UNICEF/World Bank. MPS menyerukan kepada seluruh pihak
terkait, seperti pemerintah,masyarakat dan organisasi international.

Pesan Kunci MPS Kompleksnya masalah kematian ibu memerlukan strategi


kesehatan yang memastikan bahwa:

a. Setiap persalinan harus diinginkan.

b. Setiap persalinan dilayani tenaga kesehatan terlatih.

c. Setiap komplikasi memperoleh pertolongan.

Kerangka Pikir MPS dalam Safe Motherhood dukungan yang efektif untuk
upaya Safe Motherhood nasional membutuhkan pelaksanaan kegiatan dalam
kerangka pikir MPS yang meliputi area:

a. Membangun Kemitraan.

b. Advokasi

c. Penelitian untuk Pengembangan.

d. Penyusunan Standar dan Instrumen.

e. Meningkatkan Dukungan Kapasitas, Teknis dan Kebijaksanaan.

f. Monitoring dan Evaluasi


Tujuan MPS Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di
Indonesia. Strategi kegiatan yang akan dilakukan melalui kemitraan dengan
pemerintah dan mitranya :

a. Meningkatkan kapasitas pemerintah.


b. Menyusun atau memperbaharui kebijaksanaan dan standar nasional
pelayanan kebidanan untuk Kesehatan lbu Anak, KB, termasuk pelayanan
pasca abortus,pelayanan aborsi bila dilegalkan) dan menyusun kombinasi
perundangan untuk mendukung kebijaksanaan dan standar ini.
c. Membangun sistem yang menjamin pelaksanaan standar ini dengan baik.
d. Meningkatkan akses kepada pelayanan kesehatan ibu-anak dan pelayanan
KB yang
e. efektif dengan memacu investasi sektor pemerintah dan swasta
sertamengembangkan pengaturan alternatif (seperti melalui kontrak)
untuk memaksimumkan kontribusi pihak swasta pada tujuan nasional.
f. Mendorong pelayanan di tingkat keluarga dan masyarakat yang
mendukungkesehatan ibu anak dan KB.
g. Meningkatkan sistem untuk monitoring pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
h. Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas dalam agenda
pembangunan kesehatan nasional dan internasional

3. PPGDON (Penanganan Penderita Gangguan Obstetri Neonatus)

PPGDON adalah pelatihan yang dikhususkan bagi para bidan atau calon bidan
yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani
penderita gangguan obstetri dan neonatus. Obstetri yaitu ilmu kedokteran yang
khusus mempelajari cara memperlakukan wanita dan bayi selama masa kehamilan,
proses kelahiran dan setelah kelahiran. Sedangkan Neonatus yaitu bayi yang baru
lahir sampai usia 28 hari (0-28 hari). Dalam periode ini (neonatal) bayi masih dalam
kondisi yang rentan karena bayi masih dalam penyempurnaan penyesuaian terhadap
lingkungan.

Bidan merupakan layanan kesehatan pertama yang mampu dijangkau oleh


masyarakat luas karena bidan tidak hanya ditemukan di rumah sakit maupun
puskesmas, namun mereka berada ditengah-tengah masyarakat. Dalam menjalankan
tugasnya bidan sering sekali menghadapi masalah gawat darurat yang dapat
mengancam keselamatan ibu dan bayi.

Tujuan Pelatihan

 Agar para bidan, calon bidan dan tenaga medis lainnya mampu mengenali
kondisi gawat darurat yang dihadapinya serta dapat melakukan penanganan
yang cepat dan tepat
 Mempraktekan sesuai dengan prinsip penanganan dan penilaian penderita
(primary dan secondary survey).
 Menentukan manajemen penanganan kasus trauma berdasarkan prioritas.
 Memulai dengan menagemen primary dan secondary survey yang mengacu
pada “golden hour” dalam penanganan kasus gawat darurat.
 Dapat mempraktekkan pengkajian fisik pada pasien Kegawat Daruratan
Kebidanan sesuai dengan konsep yang diajarkan.

Materi Pelatihan

 Bantuan Hidup Dasar (BHD)


 Airway Dan Breathing
 Perdarahan Trimester III
 Haemorrage Post Partum
 Preeklamsia Dan Eklamsia
 Resusitasi Neonatus
 Infeksi Nifas
 Trauma Pada Wanita Hamil
 Syok Obstetri
 Invertio Uteri
 Distosia
 Retensio Plasenta
 Transportasi
 Asfiksia Neonatorum

4. Pembentukan Forum Peduli Kesehatan untuk meningkatkan Partisipasi


Masyarakat

Membentuk Forum Peduli Kesehatan (FPK) tingkat kecamatan yang


merupakan forum multi pihak/ Multi Stakeholder Forum (MSF) yang berfungsi
menjembatani antara pihak pemberi layanan dan penerima layanan agar tujuan
peningkatan kesehatan dapat segera dirasakan manfaatnya.

Forum tersebut terdiri dari unsur pemerintah (Camat, Kepala Desa, Tim
Penggerak PKK) dan non pemerintah (tokoh agama, tokoh masyarakat, tenaga
relawan kesehatan). Di tingkat Kabupaten terdapat forum peduli kesehatan yaitu
Forum Pacitan Sehat (MSF-Kabupaten) yang turut mendampingi dan melakukan
monitoring evaluasi bersama FPK dan Dinas Kesehatan.

5. Pemberian Tablet Tambah Darah

Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk mioglobin,
yakni protein yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim, dan
kolagen. Selain itu, zat besi juga berperan bagi ketahanan tubuh.

Tablet zat besi (Fe) penting untuk ibu hamil karena memiliki beberapa fungsi berikut
ini:
 Menambah asupan nutrisi pada janin
 Mencegah anemia defisiensi zat besi
 Mencegah pendarahan saat masa persalinan
 Menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan pada saat persalinan

Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg.
Adapun kebutuhan tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan
500 gram untuk menambah masa hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar 200 mg
dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan urine. Pada makanan ibu hamil, tiap
100 kalori dapat menghasilkan sebanyak 8-10 mg Fe.

Untuk perhitungan makan sebanyak 3 kali, dengan kalori sebanyak 2500 kal
dapat menghasilkan 20-25 mg zat besi setiap harinya. Selama masa kehamilan
lewat perhitungan 288 hari, wanita hamil bisa menghasilkan zat besi sekitar 100
mg. Dengan demikian, kebutuhan Fe (zat besi) masih kurang pada wanita hamil
sehingga membutuhkan asupan tambahan berupa tablet Fe.

Program suplementasi tablet besi di Indonesia telah berlangsung hampir 20


tahun lamanya, namun berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa
prevalensi anemia sebesar 37,1%. Angka ini mengalami peningkatan
dibandingkan hasil Riskesdas di tahun 2007 dengan prevalensi anemia sebesar
33,8%. Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas dalam bidang
gangguan gizi di dunia. Upaya pemerintah dalam mengatasi anemia defisiensi
besi ibu hamil yaitu terfokus pada pemberian tablet tambahan darah (Fe) pada ibu
hamil. Menurut Permenkes No 88 Tahun 2012 tentang standar tablet tambah
darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil, bahwa untuk melindungi wanita usia
subur dan ibu hamil dari kekurangan gizi dan mencegah terjadinya anemia gizi
besi maka perlu mengonsumsi tablet tambah darah (Kemenkes RI, 2013).
B. Program Pemerintah Untuk Lansia

PROGRAM KESEHATAN LANSIA :

1. Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan bagi Lansia di Fasyankes


Primer PUSKESMAS MENYELENG GARAKAN PELAYANAN SANTUN
2. Peningkatan dan pemantapan upaya rujukan bagi Lansia melalui
pengembangan POLIKLINIK GERIATRI TERPADU DI RUMAH SAKIT
3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam uoaya kesehatan Lanjut Usia,
melalui POSYANDU LANSIA
4. Pengembangan Pemberdayaan LANSIA dalam kesehatan dan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat
5. Perlambatan proses degeneraf melalui PENYULUHAN dan PENYEBARAN
INFORMASI kesehatan Lansia (fisik, kognif)
6. Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi Lanjut Usia dalam keluarga
melalui HOME CARE dan LONG TERM CARE
7. Peningkatan KEMITRAAN dengan LS, profesi, LSM dan lembaga
pendidikan dan penelitian

(Sumber : Direktorat Kesehatan Keluarga, Ditjen Kesmas, Kemenkes RI)

Kementerian Kesehatan terus mendorong dan mengupayakan peningkatan


jumlah Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan Santun Lansia ini,
dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Pusat Kesehatan Masyarakat.

Permenkes Nomor 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan


Geriatri di Rumah Sakit merupakan pedoman dalam pelayanan geriatri di Rumah
Sakit. Pengaturan penyelenggaraan pelayanan geriatri di Rumah Sakit bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup, kualitas pelayanan, dan keselamatan pasien
geriatri di Rumah Sakit; dan memberikan acuan dalam penyelenggaraan dan
pengembangan pelayanan geriatri di Rumah Sakit. Pelayanan geriatri diberikan
kepada pasien lansia dengan kriteria memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik
dan/atau psikis; atau memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat
penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Mengingat penyakit yang dialami oleh lansia
tersebut lebih dari satu dan mulpatologi maka konsep pelayanan geriatri terpadu bagi
lansia perlu dikembangkan di Rumah Sakit, sehingga lansia mendapatkan pelayanan
one stop service, yang melibatkan beberapa spesialis pada satu tempat yang sama.

Tahun 2015, Rumah Sakit yang mempunyai pelayanan geriatri terpadu ada 10
tersebar di 8 provinsi yaitu RSUPN Cipto Mangunkusumo - Jakarta, RSUP Karyadi -
Semarang, RSUP Sardjito -Yogyakarta, RSUP Sanglah - Denpasar, RSUP Hasan
Sadikin - Bandung, RSUP Wahidin - Makassar, RSUD Soetomo - Surabaya, RSUD
Moewardi - Solo, RSUP Adam Malik- Medan, RSU Syaiful Anwar – Malang.

Saat ini, permasalahan terkait lansia yang mencakup kesehatan, ekonomi,


sosial, dan lingkungan telah ditangani oleh berbagai pemangku kepentingan baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Namun demikian, pada prakteknya seringkali
program-program yang dilaksanakan masih bersifat parsial dan berjalan sendiri-
sendiri. Jika mencoba menelaah beberapa program terkait lansia di masyarakat,
seperti Bina Keluarga Lansia (BKL) oleh BKKBN dan Posyandu Lansia oleh
Kementerian Kesehatan RI misalnya, kedua program ini cenderung belum
terintegrasi dengan baik padahal memiliki tujuan yang sama. Bahkan di tingkat
daerah, kegiatan BKL cenderung minim tidak segencar kegiatan posyandu lansia.

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Kependudukan – LIPI (2018) di tiga


provinsi, yaitu Provinsi Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Utara,
sebagian besar posyandu lansia berjalan rutin meskipun wilayah cakupannya
tergantung daerah masing-masing. Ada wilayah yang telah terdapat posyandu lansia
di setiap rukun warga (RW), meskipun ada juga yang masih hanya di tingkat
kelurahan. Kegiatan yang dilakukan fokus pada pemeriksaan kesehatan dasar, seperti
tensi darah.

Sedangkan untuk BKL yang berada di tingkat kecamatan, selain minim


kegiatan, keberadaannya pun semakin tidak terlihat. Ada beberapa kasus BKL yang
aktif karena faktor kader yang aktif, namun lebih banyak yang mengalami stagnasi.
Alasan yang dikeluarkan selama ini adalah karena BKL lebih fokus pada
pemberdayaan keluarga. Bagaimana keluarga berperan untuk menjaga lansia. Namun,
hal ini pun masih belum terlihat dampaknya terhadap kehidupan lansia. Salah satu
penyebabnya disinyalir karena BKL yang seringkali berupa sosialisasi di masyarakat
cenderung kurang memperhatikan tindak lanjut dari kegiatan sosialisasi tersebut.
Namun yang perlu digarisbawahi dari persoalan ini adalah kedua program tersebut
tidak saling melengkapi dan tidak terintegrasi dengan baik. Padahal ide adanya BKL
ini jika diintegrasikan dengan posyandu lansia akan sangat baik dalam meningkatkan
kualitas lansia. Oleh karena itu, yang perlu dipikirkan bersama saat ini adalah
bagaimana program-program yang ada saat ini dapat terintegrasi dengan baik.
Menjadi sangat penting jika masing-masing stakeholders terkait dapat bekerjasama
dalam satu program yang sama namun dengan tugas yang berbeda sesuai dengan
kapasitas instansinya demi terciptanya lansia berkualitas ke depan, yaitu lansia yang
sehat jasmani dan rohani serta mandiri dalam kehidupannya.

Kelompok lansia atau dikenal juga dengan sebutan Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah suatu
wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani
penduduk lansia, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah
dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menik beratkan
pelayanan kesehatan pada upaya promof dan prevenf. Di samping pelayanan
kesehatan, Posyandu Lanjut Usia juga memberikan pelayanan sosial, agama,
pendidikan, keterampilan, olah raga, seni budaya, dan pelayanan lain yang
dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Selain itu Posyandu Lansia membantu
memacu lansia agar dapat berakfitas dan mengembangkan potensi diri.

Sebagai upaya peningkatan pelayanan kesehatan bagi para Lanjut usia (Lansia),
Pemerintah Kabupaten (pemkab) Bandung sudah melakukan beberapa program.
Bupati Bandung H. Dadang M Naser menegaskan, upaya tersebut yakni dengan
dibentuknya Lembaga Lansia Indonesia (LLI), alokasi anggaran untuk LLI,
pembentukan 497 Posbidu dan pengembangan pelayanan santun lansia di 15
Puskesmas juga pelayanan kesehatan bagi lansia dari tanggal 23 Mei hingga 3 Juni
2017 di puskesmas keliling. Bupati menuturkan penerapan program lansia ini tentu
saja bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan para lansia di Kabupaten
Bandung.

C. Program Pemerintah Untuk Baduta

Tingginya angka stunting di Indonesia, yakni dari 34 provinsi hanya ada dua
provinsi yang jumlahnya di bawah 20% (batas angka stunting dari WHO). Untuk
mengatasinya, pemerintah berkomitmen untuk menurunkan angka stunting melalui
beberapa kebijakan kesehatan.

Kebijakan tersebut berupa program yang dicanangkan Kementerian Kesehatan


(Kemenkes) RI di antaranya Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK).

1. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)


PIS-PK telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI
nomor 39 tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan PIS-PK. Program ini
dilakukan dengan mendatangi langsung ke masyarakat untuk memantau kesehatan
masyarakat, termasuk pemantauan gizi masyarakat untuk menurunkan
angka stunting oleh petugas Puskesmas.

PIS-PK merupakan salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan


sasaran dan mendekatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan
mendatangi keluarga. Diharapkan gizi masyarakat akan terpantau di seluruh
wilayah terutama di daerah dan perbatasan agar penurunan angka stunting bisa
tercapai.

2. Pemberian Makanan Tambahan

Terkait PMT sudah di atur dalam Permenkes RI nomor 51 tahun 2016 tentang
Standar Produk Suplementasi Gizi. Dalam Permenkes itu telah diatur Standar
Makanan Tambahan untuk Anak Balita, Anak Usia Sekolah Dasar, dan Ibu Hamil.

Pemberian makanan tambahan yang berfokus baik pada zat gizi makro
maupun zat gizi mikro bagi balita dan ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka
pencegahan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita stunting.

Makanan lokal lebih bervariasi namun metode dan lamanya memasak sangat
menentukan ketersediaan zat gizi yang terkandung di dalamnya. Suplementasi gizi
dapat juga diberikan berupa makanan tambahan pabrikan, yang lebih praktis dan
lebih terjamin komposisi zat gizinya.

3. 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)


Pemenuhan gizi anak sejak dini bahkan sejak dalam kandungan atau disebut
1000 HPK perlu diperhatikan. 1000 HPK dimulai sejak dari fase kehamilan (270
hari) hingga anak berusia 2 tahun (730 hari).

Tantangan gizi yang dialami selama fase kehamilan adalah status gizi seorang
wanita sebelum hamil. Hal itu sangat menentukan awal perkembangan plasenta
dan embrio. Berat badan ibu pada saat pembuahan, baik menjadi kurus atau
kegemukan dapat mengakibatkan kehamilan beresiko dan berdampak pada
kesehatan anak dikemudian hari.

Kebutuhan gizi akan meningkat pada fase kehamilan, khususnya energi,


protein, serta beberapa vitamin dan mineral sehingga ibu harus memperhatikan
kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsinya.

Janin memiliki sifat plastisitas (fleksibilitas) pada periode perkembangan.


Janin akan menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi pada ibunya, termasuk apa
yang dimakan oleh ibunya selama mengandung. Jika nutrisinya kurang, bayi akan
mengurangi sel-sel perkembangan tubuhnya.

Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada anak di 1000 HPK menjadi sangat
penting, sebab jika tidak dipenuhi asupan nutrisinya, maka dampaknya pada
perkembangan anak akan bersifat permanen. Perubahan permanen inilah yang
menimbulkan masalah jangka panjang seperti stunting.

4. Program Baduta: Bagaimana Air Bersih Membantu Mengurangi Stunting (Balita


Pendek) Kemitraan antara PT Holland for Water (NAZAVA) dan Global Alliance
for Improved Nutrition (GAIN)
GAIN dan PT Holland for Water (NAZAVA) yang juga mendukung
program Gerakan Nasional Pemerintah untuk akselerasi peningkatan gizi bekerja
sama dengan Kementerian Kesehatan RI. Dalam prosesnya GAIN dan PT Holland
for Water menggunakan data survey yang telah dihimpun oleh Kementerian
Kesehatan RI terhadap beberapa kota di Indonesia untuk mengetahui status gizi
anak-anak usia 0-2 tahun atau pada 1000 hari pertama kehidupan1. Hasil survey
menunjukkan bahwa status gizi anak Indonesia masih relatif lebih rendah, dengan
prevalensi angka balita pendek atau stunting sebesar 36%.
Indikator penyebab angka balita pendek tersebut yaitu karena
kurangnya ketersediaan air minum yang layak dan bersih. Sebanyak 47% dari
penduduk Indonesia minum air yang mengandung kuman walaupun air sudah
dimasak dan 340 anak meninggal karena diare setiap minggu di Indonesia.
Program Baduta: Bagaimana air bersih membantu mengurangi
stunting (balita pendek), merupakan kemitraan antara PT Holland for Water
(NAZAVA) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Kerja sama ini
dimulai dari September 2014, berlatar belakang akan kesamaan perhatian terhadap
status gizi terutama pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) dan ketersediaan
air minum layak dan bersih yang diharapkan dapat meningkatkan status gizi anak
dan mengurangi angka balita pendek.
Pengimplementasian program dilakukan di 6 kecamatan yaitu 3 di
kabupaten Malang dan 3 di kabupaten Sidoarjo. Target utama yang menjadi fokus
dari program ini adalah Ibu hamil dan bayi di bawah dua tahun (baduta) sebagai
upaya mendukung 1000 HPK. Kegiatan yang dilakukan yaitu NAZAVA
memberikan asesmen air masyarakat dan pendidikan mengenai HWTS (Household
Water Treatment and Safe storage) dan kualitas air kepada 125.000 orang,
kemudian mulai melakukan pembentukan rantai pasokan yang berkelanjutan dari
filter air rumah tangga melalui wirausahawan filter air kepada 30.000 orang
dengan air minum aman, dan yang terakhir melakukan pembangunan kapasitas
untuk sistem air masyarakat kepada 1.000 rumah tangga dengan akses air bersih.
Dalam pelaksanaan kegiatan, PT Holland for Water (NAZAVA) dan
GAIN melakukan pembagian tugas sesuai dengan keahlian masing-masing. PT
Holland for Water (NAZAVA) sebagai perusahaan air minum berperan dalam
meneliti, memberikan penilaian kualitas air masyarakat, dan memberikan
pengetahuan mengenai cara memilih sampai menyimpan air minum dengan benar.
Sedangkan GAIN, berperan dalam memfasilitasi program kepada masyarakat dan
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah. Kedua pihak juga saling
berkoordinasi dan bekerja sama dalam proses pengimplementasian program di
enam kecamatan.
Hasil yang dicapai oleh Program Baduta hingga tahun 2016 adalah
2.000 ibu kader desa dan 20.000 ibu-ibu memperoleh pelatihan mengenai air
minum sehat dan aman; pelatihan rantai suplai teknologi air minum sehat kepada
80 wirausaha yang 95% nya terdiri dari perempuan.

5. Program Imunisasi

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar


lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari
imunisasi dasar dan lanjutan. Imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-
Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau
Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-
HB-Hib dan Campak/MR) .

Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan
4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali
pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna. Imunisasi
Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR
diberikan untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella.
Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu
hamil, terutama pada periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran
atau bayi yang dilahirkan menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan
gangguan jantung bawaan. Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6
penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang
paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.

Terkait capaian imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2017


mencapai 92,04%, melebihi target yang telah ditetapkan yakni 92% dan imunisasi
DPT-HB-Hib Baduta mencapai 63,7%, juga melebihi target 45%. Sementara tahun
ini terhitung Januari hingga Maret 2018 imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9%,
dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta mencapai 10,8%. Target cakupan imunisasi
dasar lengkap 2018 sebesar 92,5% dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70%. Agar
terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan imunisasi dasar
dan lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat
desa.

6. Bulan Pemberian Kapsul Vitamin A

Setiap tahun, bulan Februari dan Agustus disebut sebagai bulan pemberian kapsul
vitamin A, karena pada kedua bulan ini dilakukan pembagian suplementasi
vitamin A pada anak dengan kelompok umur 6 sampai 59 bulan di seluruh
Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk memenuhi kecukupan asupan vitamin A
pada balita.Saat ini, cakupan pemberian vitamin A secara nasional belum
mencapai 80%.
Terdapat dua jenis kapsul vitamin A, yakni kapsul biru (dosis 100.000 IU) untuk
bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-
59 bulan, sedangkan kapsul merah juga diberikan kepada ibu yang dalam masa
nifas. Pemerintah menyediakan kapsul vitamin A tersebut agar masyarakat dapat
memanfaatkannya tanpa dipungut biaya.

Perlu diketahui, kekurangan vitamin A dalam tubuh yang berlangsung lama dapat
menimbulkan masalah kesehatan yang berdampak pada meningkatnya risiko
kesakitan dan kematian pada Balita.Vitamin A atau retinol terlibat dalam
pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit, antibodi
juga integritas sel epitel pelapis tubuh.Vitamin A juga dapat mencegah rabun senja,
xeroftalmia, kerusakan kornea dan kebutaan serta mencegah anemia pada ibu
nifas.Kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko anak rentan terkena
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernafasan atas, campak dan diare.

Pemberian vitamin A pada Balita dilakukan sejak 1978 dengan tujuan awal
mencegah anak dari kebutaan. Dewasa ini, pemberian suplementasi vitamin A
pada balita diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dari penyakit.
Asupan sumber vitamin A pada anak perlu ditambah dan dicukupi, karena asupan
vitamin A dari sumber sayuran dan buah-buahan sehari-hari belum memadai,
tambah Menkes

Daftar Pustaka

http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?view=print&cid=793&id=u
ntuk-menurunkan-angka-kematian-ibu-dan-kematian-bayi-perlu-kerja-keras

http://www.depkes.go.id/article/view/18050900001/lansia-sejahtera-masyarakat-
bahagia-.html

http://www.depkes.go.id>pusdatin2016
http://www.depkes.go.id/article/view/18052800005/pemerintah-komit-turunkan-
stunting

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/61716/Chapter%20II.pdf?seq
uence=4&isAllowed=y

https://www.ccphi.org/ > download > case.study

http://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-
lengkap-ini-rinciannya.html

https://jipp.jatimprov.go.id/?page=database_detail&id=80

http://promkes.kemkes.go.id/pentingnya-konsumsi-tablet-fe-bagi-ibu-hamil

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/206-Article%20Text-492-2-10-20170930.pdf

https://jabarprov.go.id/index.php/news/23158/2017/05/22/Layanan-untuk-Lansia-
Sudah-Diprogramkan

http://kependudukan.lipi.go.id/en/population-study/publich-health/532-menelaah-
program-lansia-di-indonesia

http://www.depkes.go.id/article/print/16080600002/menkes-canangkan-crash-
program-campak-diintegrasikan-bulan-pemberian-kapsul-vitamin-a-dan-obat-
cacin.html

Anda mungkin juga menyukai