Anda di halaman 1dari 10

27 Penentuan dan pembobotan KPI ...

(Ariani dkk)

PENENTUAN DAN PEMBOBOTAN KEY PERFORMANCE INDICATOR (KPI)


SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK PRODUKSI
KEJU MOZARELLA DI CV. BRAWIJAYA DAIRY INDUSTRY

Ariani, Millatul Ulya*, Abdul Azis Jakfar


Prodi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan
millatul.utm@gmail.com

ABSTRAK

Pengukuran kinerja rantai pasok dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan strategi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam pengukuran kinerja rantai pasok, terlebih dahulu
diperlukan penentuan dan pembobotan Key Performance Indicator (KPI). Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan dan membobotkan KPI sebagai alat pengukuran kinerja rantai
pasok produksi keju mozarella di CV. Brawijaya Dairy Industry. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat 36 KPI yang disesuaikan dengan pendekatan pengukuran kinerja dengan metode
SCOR, yaitu plan, source, deliver, make (process), dan return. Bobot tertinggi diperoleh pada
hirarki tingkat 1 adalah aspek Make (process) dengan nilai bobot 0,534, pada hirarki tingkat 2
adalah variabel reliability dengan bobot 0,739 dan pada hirarki tingkat 3 yaitu Kehandalan
kinerja karyawan dalam mengolah menjadi produk jadi dengan bobot 0,180.

Kata Kunci: AHP, KPI, kinerja rantai pasok, SCOR

PENDAHULUAN lingkup utama yaitu plan, source, deliver,


make (process) dan return. Selain itu SCOR
Dunia industri yang berkembang saat
juga menggunakan beberapa dimensi umum
ini meningkatkan tingkat persaingan antar
yaitu reliability, responsiveness, flexibility,
industri. Setiap industri dituntut untuk terus
cost dan asset (Chang & Li 2003). Beberapa
memperbaiki kinerjanya agar dapat bertahan
dimensi tersebut didekomposisi dalam
di dunia perindustrian. Salah satu ukuran
beberapa Key Performance Indicator (KPI)
kinerja yang penting adalah kinerja rantai
yang ditentukan sendiri oleh industri terkait.
pasok. Karena dalam kinerja rantai pasok,
Oleh karena itu, proses awal yang terpenting
perusahaan dituntut memiliki kinerja yang
dalam mengukur kinerja rantai pasok ini
baik mulai dari supplier perusahaan, internal
menentukan KPI yang digunakan kemudian
perusahaan sampai ke distributor serta sampai
memberikan bobot masing-masing KPI untuk
ke tangan konsumennya. Khususnya pada
mempermudah pencapaian target kinerjanya.
perusahaan kecil menengah yang umumnya
CV. Brawijaya Dairy Industry adalah
dalam tahap pengembangan usaha perlu untuk
salah satu industri kecil yang memproduksi
mengukur kinerja rantai pasoknya sehingga
keju mozarella terletak di Kecamatan Junrejo
dapat digunakan untuk menyusun strategi
Kota Batu. Aliran rantai pasok pada industri
yang lebih baik dalam mengembangkan
ini dimulai dari supplier bahan baku yaitu
usahanya.
koperasi, dilanjutkan proses produksi keju
Kinerja rantai pasok dapat diukur
mozarella, dan hasil produksinya langsung
menggunakan pendekatan metode SCOR
didistribusikan pada distributor dan konsumen
(Supply Chain Operation Reference). SCOR
akhir. Masalah yang cukup sering terjadi di
model dapat mengukur kinerja secara obyektif
industri ini adalah kualitas keju yang
berdasarkan data yang ada serta bisa
dihasilkan masih kurang dari kualitas
mengidentifikasi dimana perbaikan perlu
mozarella yang beredar di pasaran. Hal ini
dilakukan untuk menciptakan keunggulan
berkaitan erat dengan kualitas bahan baku dan
bersaing (Pujawan dan Mahendrawati 2010).
proses produksinya. Selain ittu, masalah lain
Dalam metode SCOR terdapat 5 ruang
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 28

adalah distribusi dan pemasaran produk, 1. Hierarki tingkat 1 yaitu plan, source,
dimana hal ini berkaitan dengan aliran rantai deliver, make (process) dan return.
pasok hilirnya. Oleh karena itu, pengukuran 2. Hierarki tingkat 2 yaitu reliability,
kinerja rantai pasok di CV. Brawijaya Dairy responsiveness, dan flexibility
Industry sangat diperlukan. Namun sebelum 3. Hierarki tingkat 3 yaitu penentuan
itu, CV. Brawijaya Dairy Industry harus Key Performance Indicator (KPI)
menentukan terlebih dahulu Key Performance
Indicator sebagai alat bantu dalam Pengukuran performansi diawali
pengukuran kinerja rantai pasoknya. dengan pembuatan hierarki awal berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk fungsi-fungsi dasar rantai pasok, yaitu plan,
menentukan key performance indicator (KPI) source, deliver, make (process), dan return,
dan melakukan pembobotan KPI di CV. dengan ukuran utama dari segi reliability,
Brawijaya Dairy Industry. KPI tersebut responsiveness, dan flexibility. Hierarki awal
diharapkan dapat dijadikan tahap awal dalam tersebut disesuaikan dengan kondisi di
melakukan pengukuran kinerja rantai pasok perusahaan dan diintergasikan ke dalam
dengan metode SCOR. beberapa indikator performansi yang disebut
dengan key performance indicator untuk
METODE melakukan pengukuran performansi.
Penelitian ini dilaksanakan di CV.
Identifikasi dan Penentuan KPI
Brawijaya Dairy Industry yang berlokasi di
Kecamatan Junrejo Kota Batu mulai bulan Identifikasi dan Penentuan KPI pada
Oktober – November 2016. Tahap penelitian penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
dimulai dengan identifikasi level dalam model KPI yang dapat digunakan sebagai ukuran
SCOR, Identifikasi dan penentuan KPI keberhasilan perusahaan. Identifikasi KPI
melalui wawancara serta pembobotan KPI dilakukan melalui tahap wawancara dan
menggunakan metode Analytical Hierarchy pengisian kuisioner pada pakar yang mewakili
Process (AHP). CV. Brawijaya Dairy Industry. Jumlah pakar
yang diwawancarai ada 2 (dua) orang, yaitu
Identifikasi level dalam model SCOR Direktur dan Manajer Produksi. Tahap
identifikasi dan penentuan KPI dilakukan
SCOR memiliki tiga hierarki proses
untuk mengetahui apakah KPI yang telah
yang menunjukkan bahwa SCOR melalui
disusun sesuai dengan kebutuhan pengukuran
dekomposisi proses dari yang umum ke yang
kinerja rantai pasok di perusahaan tersebut
detail seperti halnya model Chang & Li
(Prastawa et al. 2011)
(2003). Tiga level tersebut ialah:
Kuisioner yang dibagikan pada pakar
1. Level 1 adalah level tertinggi yang
bersifat semi tertutup, telah disebutkan
memberikan definisi umum dari lima
beberapa KPI yang umum digunakan dalam
proses penting, yaitu plan, source,
pengukuran kinerja rantai pasok dan
deliver, make (process) dan return.
disediakan juga pertanyaan terbuka. Beberapa
2. Level 2 disebut configuration level KPI tersebut diperoleh dari penelitian
dimana rantai pasok perusahaan bisa terdahulu. Namun peneliti juga menyediakan
dikonfigurasi berdasarkan sekitar 30 pertanyaan terbuka melalui tahap wawancara
proses inti. Perusahaan dapat tentang kemungkinan adanya KPI lain yang
membentuk konfigurasi saat ini (as is) penting sebagai indikator kinerja menurut CV.
maupun yang diinginkan (to be) Brawijaya Dairy Industry. Semua variabel
tersebut kemudian diterjemahkan dalam
3. Level 3 disebut proses element level, bentuk hierarki, yang dilanjutkan dengan
artinya elemen proses serta referensi pemberian bobot atau nilai derajat
(benchmark dan best practice) kepentingan antar masing-masing variabel
berdasarkan metode Analytical Hierarchy
Dalam penelitian ini, tiga level atau hierarki Process (AHP).
ditentukan sebagai berikut:
29 Penentuan dan pembobotan KPI ...(Ariani dkk)

Pembobotan KPI dengan Metode A1 dalam kolom disebelah kiri dengan elemen
Analytical Hierarchy Process (AHP) A1, A2, A3, dan seterusnya yang terdapat dibaris
atas berkenaan dalam sifat C disudut kiri atas.
Metode AHP yang digunakan adalah matrik Lalu diulangi kolom A2 dan seterusnya.
perbandingan berpasangan yang
menggunakan pemisalan A1, A2, A3,,,,,An seperti
Gambar 1. Matrik ini membandingkan elemen
A1 A11 A21 A31.................A1n
A2 A12 A22 A32.................A2n
A3 A13 A23 A33.................A3n
... ... ... ... ..... ...

An An1 An2 An3.................Ann

Gambar 1. Matrik perbandingan berpasangan metode AHP

Untuk mengisi matrik perbandingan Keterangan : CI = Indeks konsistensi


berpasangan, digunakan bilangan untuk CR = Rasio konsistensi
menggambarkan relatif pentingnya suatu RI = Random indeks
elemen diatas yang lainnya, berkenaan dengan
sifat tersebut. Dalam metode AHP, hal Apabila nilai CR ≤ 0,1, maka masih dapat
terpenting yang harus diperhatikan adalah ditoleransi tetapi bila CR > 0,1 maka perlu
masalah inconsistency. dilakukan revisi, Nilai CR = 0 dapat dikatakan
“perfectly consistent”.
Keputusan perbandingan yang
diambil dikatakan “Perfecty Consistent” jika HASIL DAN PEMBAHASAN
dan hanya jika aik, akj = aij, dimana I, j, k =
1, 2, ,,,,,,,,,,,,,, n. Tetapi konsistensi ini tidak Indikator kualitatif kinerja Manajemen
boleh dipaksakan. Namun tingginya rantai pasok produk keju mozzarella di CV
inkosistensi memang sangat tidak diinginkan Brawijaya Dairy Industry di tentukan dengan
jika matriks resiprocal konsisten maka λ max menyebar kuisioner di CV Brawijaya Dairy
= n. Industry yang terletak di Junrejo Kota Batu.
Dalam penelitian ini, responden yang terdiri
(Saaty 1993) mendefinisikan ukuran dari ahli yang bergerak dalam bidang rantai
konsistensi sebagai Consistency Index: pasok produk keju mozzarella yaitu direktur
dan manajemen produksi perusahaan di CV,
𝜆 max − 𝑛 Brawijaya Dairy Industry. Hal ini dikarenakan
𝐶𝐼 = yang mengetahui tentang segala hal di dalam
n−1
kegiatan manajemen rantai pasok baik dari
Keterangan : λ maksimum = nilai eigen luar maupun dalam CV Brawijaya Dairy
terbesar dari metrik berordo n Industry adalah pemilik yaitu direktur
n = jumlah kriteria perusahaan dan manajer produksi selaku
Untuk setiap matriks n, matriks random dibuat karyawan yang terjun langsung di lapang.
dan nilai rata-rata CI dihitung dengan rumus Berikut ini merupakan hierarki Key
berikut: Performance Indicator pada sistem
𝐶𝐼 pengukuran kinerja rantai pasok yang
𝐶𝑅 = bersumber dari kuisioner terdapat pada
𝑅𝐼 Gambar 2.
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 30

Akurasi perkiraan bahan baku (susu segar)

Tingkat persediaan bahan baku di Koperasi Mitra Bhakti


Makmur
Reliability
Hubungan internal dengan karyawan

Kehandalan Karyawan
Flexibility
Fleksibilitas penjadwalan produksi
Plan
Fleksibilitas dalam memenenuhi jumlah permintaan pelanggan
Responsiveness
Kecepatan dalam menanggapi permintaan jumlah bahan baku
yang secara tiba-tiba yang tidak sesuai rencana di Koperasi
Mitra Bhakti Makmur
Kinerja pengiriman susu oleh pemasok (Koperasi Mitra Bhakti
Reliability Makmur)
Kehandalan kinerja pemasok susu (Koperasi Mitra Bhakti
Makmur)

Fleksibilitas dalam waktu dan jumlah bahan baku


Flexibility

Pemasok mengirim susu tepat waktu


Source
Responsiveness Kecekatan dalam melayani pesanan produk

Kecekatan dalam melayani pesanan bahan baku (Koperasi Mitra


Bhakti Makmur)
Kecepatan dalam pengiriman bahan baku (Koperasi mitra bhakti
Reliability makmur)

Kecepatan dalam pengiriman produk

Pengukura Fleksibilitas dalam pengiriman jumlah bahan baku


n Kinerja Flexibility
Manajeme Fleksibilitas dalam pengiriman jumlah produk
n Rantai
Pasok Pengiriman bahan baku ke tempat produksi tepat waktu
Dengan Deliver
Responsiveness Pengiriman produk ke konsumen tepat waktu
Metode
(SCOR)Pr Perubahan biaya pengiriman bahan baku dan produk
oduk Keju
Mozzarell Kualitas bahan baku dan produk selama pengiriman
a
Kemudahan untuk memperoleh informasi mengenai produk

Kehandalan kinerja karyawan dalam menangani bahan baku

Kehandalan kinerja karyawan dalam mengolah produk jadi


Reliability
Efisiensi alat dan mesin dalam penanganan bahan baku

Make/process Efisiensi alat dan mesin dalam pembuatan produk

Flexibility Kinerja karyawan dalam pengananan susu

Fleksibilitas bahan baku di Koperasi Mitra Bhakti Makmur

Perubahan biaya proses penanganan bahan baku di Koperasi


Responsiveness Mitra Bhakti Makmur
Perubahan biaya proses penanganan produk di tempat
penyimpanan

Tingkat penolakan bahan baku


Reliability
Jumlah keluhan oleh pihak produksi

Return Jumlah keluhan oleh pihak konsumen

Flexibility
Fleksibel dalam mengembalikan pergantian produk cacat

Perbaikan atau pergantian bahan baku oleh pemasok terhadap


waktu yang tidak sesui (Koperasi Mitra Bhakti Makmur)
Responsiveness
Perbaikan atau pergantian produk terhadap waktu yang tidak
sesuai oleh CV Brawijaya Dairy Industry

Gambar 2. merupakan hierarki Key Performance Indicator pada sistem pengukuran kinerja rantai pasok CV.
Brawijaya Dairy Industry
31 Penentuan dan pembobotan KPI ...(Ariani dkk)

Proses pembobotan Key Performance aplikasi Expert Choice versi 11. Dari
Indicator dilakukan dengan menggunakan perhitungan tersebut diperoleh hasil pada
metode AHP. Dalam metode Analitical Gambar 2. Selain untuk menghitung bobot
Hierarchy Process (AHP) masing-masing pada setiap Key Performance Indicator
indikator pada level 1 di bandingkan dengan aplikasi Expert Choice 11 juga dapat
indikator itu sendiri dengan matrik menghitung nilai Consistency Ratio dimana
perbandingan berpasangan yaitu plan, source, nilai Consistency Ratio yakni perbandingan
deliver, make (process), dan return, Hasil consistency Index dengan nilai pembangkit
kuisioner yang disebar kepada responden random (Random Index) (Teknomo et al.
diolah dengan aplikasi Hasil kuisioner yang 1999). Nilai ini bergantung pada ordo matrik
disebar kepada responden diolah dengan n.

Gambar 3. Perbandingan Hasil Pembobotan Performansi Kinerja Manajemen Rantai Pasok


Produk Keju Mozzarella di CV Brawijaya Dairy Industry

Dari hasil perbandingan level 1 kuisioner yang pada tahapan selanjutnya


pembobotan performansi kinerja rantai pasok dilakukan pembobotan KPI dengan metode
produk keju mozzarella di CV Brawijaya Analisis Hirarki Proses dengan perbandingan
Dairy Industry didapatkan nilai inconsistency berpasangan merupakan nilai yang konsisten
0,10 yang berarti bahwa nilai tersebut “dapat yang mana matrik perbandingan berpasangan
ditoleransi” hal ini dikarenakan nilai pada level 1 dapat dilihat pada Tabel 1 di
Consistency Ratio (CR) ≤ 0,1. Berdasarkan bawah ini:
data tersebut dapat diketahui bahwa hasil dari
Tabel 1. Matriks Hasil Perbandingan Berpasangan Level 1 Produk Keju Mozzarella CV
Brawijaya Dairy Industry Kota Batu

Plan Source Deliver Make Return


Plan 1 5 3 0,2 3
Source 0,2 1 3 0,33 1
Deliver 0,33333333 0,3333333 1 0,14 1
Make 5 3 7 1 7
Return 0,3333333 1 1 1
Jumlah 7 10 15 2 13

Berikut ini merupakan tabel nilai Industry Junrejo Kota Batu dengan
bobot masing-masing Key Performance menggunakan aplikasi Expert Choice Versi
Indicator (KPI) pada level 1, level 2, dan level 11.
3 pada perusahaan CV Brawijaya Dairy
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 32

Tabel 2. Nilai Bobot Key Performance Indicator (KPI) pada level 1, level 2, dan level 3 di CV
Brawijaya Dairy Industry

Nomor
Level 1 Bobot Level 2 Bobot Level 3 Bobot
KPI
1 Akurasi perkiraan bahan baku (susu
0,091
segar)
2 Tingkat persediaan bahan baku di
Reliability 0,170 0,047
Koperasi Mitra Bhakti Makmur
3 Hubungan internal dengan
0,011
karyawan
4 Kehandalan Karyawan 0,022
Plan 0,23 5 Kecepatan dalam menanggapi
Responsiveness 0,041 permintaan jumlah bahan baku yang
secara tiba-tiba yang tidak sesui 0,041
rencana di Koperasi Mitra Bhakti
Makmur
6 Fleksibilitas penjadwalan produksi 0,007
Flexibility 0,019 7 Fleksibilitas dalam memenenuhi
0,012
jumlah permintaan pelanggan
8 Kinerja pengiriman susu oleh
pemasok (Koperasi Mitra Bhakti 0,039
Reliability 0,078 Makmur)
9 Kehandalan kinerja pemasok susu
Source 0,106 0,039
(Koperasi Mitra Bhakti Makmur)
Responsiveness 0,019 10 Pemasok mengirim susu tepat waktu 0,019
11 Fleksibilitas dalam waktu dan
Flexibility 0,009
0,009 jumlah bahan baku
12 Kecekatan dalam melayani pesanan
0,017
produk
13 Kecekatan dalam melayani pesanan
bahan baku (Koperasi Mitra Bhakti 0,011
Makmur)
Reliability 0,043
14 Kecepatan dalam pengiriman bahan
baku (Koperasi mitra bhakti 0,003
makmur)
15 Kecepatan dalam pengiriman
0,012
produk
16 Fleksibilitas dalam pengiriman
0,002
jumlah bahan baku
Deliver 0,058 Flexibility 0,005
17 Fleksibilitas dalam pengiriman
0,003
jumlah produk
18 Pengiriman bahan baku ke tempat
0,001
produksi tepat waktu
19 Pengiriman produk ke konsumen
0,003
tepat waktu
20 Perubahan biaya pengiriman bahan
Responsiveness 0,010 0,002
baku dan produk
21 Kualitas bahan baku dan produk
0,002
selama pengiriman
22 Kemudahan untuk memperoleh
0,002
informasi mengenai produk
23 Kehandalan kinerja karyawan dalam
0,056
Make menangani bahan baku
0,534 Reliability 0,395 24
(Process) Kehandalan kinerja karyawan dalam
0,180
mengolah menjadi produk jadi
33 Penentuan dan pembobotan KPI ...(Ariani dkk)

25 Efisiensi alat dan mesin dalam


0,025
penanganan bahan baku
26 Efisiensi alat dan mesin dalam
0,079
pembuatan produk
27 Kinerja karyawan dalam
0,055
pengananan susu
28 Fleksibilitas bahan baku di Koperasi
Flexibility 0,044
0,044 Mitra Bhakti Makmur
29 Perubahan biaya proses penanganan
bahan baku di Koperasi Mitra 0,024
Responsiveness 0,095 Bhakti Makmur
30 Perubahan biaya proses penanganan
0,072
produk di tempat penyimpanan
31 Tingkat penolakan bahan baku 0,007
32 Jumlah keluhan oleh pihak produksi 0,006
Reliability 0,052
33 Jumlah keluhan oleh pihak
0,039
konsumen
34 Fleksibel dalam mengembalikan
Flexibility 0,006 0,006
pergantian produk cacat
Return 0,071
35 Perbaikan atau pergantian bahan
baku oleh pemasok terhadap waktu
0,004
yang tidak sesui (Koperasi Mitra
Responsiveness 0,013 Bhakti Makmur)
36 Perbaikan atau pergantian produk
terhadap waktu yang tidak sesuai 0,008
oleh CV Brawijaya Dairy Industry

Dari hasil hasil pembobotan dengan metode dari 4 KPI yaitu KPI 1 Akurasi perkiraan
AHP didapatkan bahwa nilai tertinggi pada bahan baku (susu segar), KPI 2 Tingkat
Level 1 yaitu make (process) dengan nilai persediaan bahan baku di Koperasi Mitra
bobot 0,534 hal ini dikarenakan bahwa Bhakti Makmur, dan KPI 3 Hubungan internal
perusahaan menganggap bahwa proses dengan karyawan. Hasil dari KPI tersebut
produksi dianggap penting. Proses produksi diperoleh nilai reliability 0,170 hasil tertinggi
merupakan hal yang sangat mempengaruhi didapat pada KPI 1 yaitu Akurasi perkiraan
kualitas maka dari itu jika proses produksinya bahan baku hal ini berarti keakuratan dalam
baik dan benar maka dianggap kualitasnya memperkirakan bahan baku sangat penting
juga baik. Sedangkan nilai bobot terendah karena di CV Brawijaya Dairy Industry
adalah pada variabel deliver dengan bobot merupakan perusahaan yang menganut sistem
0,058. Hal ini dikarenakan perusahaan Make to Stock jadi jika stock produk akan
menganggap proses pengiriman tidak begitu habis maka pihak perusahaan harus
penting. CV. Brawijaya Dairy Industry memperkirakan berapa jumlah bahan baku
merupakan perusahaan yang menggunakan yang tepat untuk memenuhi stock yang habis
jasa pengiriman sehingga perusahaan selain itu perusahaan juga memproduksi jika
menganggap proses pengiriman sudah ada pesanan (make to order) namun hal ini
dilakukan dengan baik dan benar. tidak terjadi setiap saat melainkan pada saat
ada event-event tertentu akan terjadi lonjakan
Reliability
permintaan konsumen sehingga ke akurasian
Pada hierarki tingkat 2 pada yang bahan baku sangat penting bagi perusahaan
memiliki nilai tertinggi adalah reliability sehingga bobot yang dinilai juga harus tinggi.
dengan total bobot 0,739. Nilai reliability Nilai reliability pada variabel Source
diperoleh berdasarkan hasil pembobotan key hirarki tingkat 1 didapatkan dari hasil
performance indicator pada variabel terikat pembobotan key perforance indicator pada
hierarki tingkat 1 (level 1) plan yang terdiri level 3 yaitu KPI 8 dan 9. Pada KPI 8 yaitu
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 34

Kinerja pengiriman susu oleh pemasok mengolah menjadi produk jadi, KPI 25
(Koperasi Mitra Bhakti Makmur) sedangkan Efisiensi alat dan mesin dalam penanganan
KPI 9 adalah Kehandalan kinerja pemasok bahan baku, KPI 26 Efisiensi alat dan mesin
susu (Koperasi Mitra Bhakti Makmur). Dari dalam pembuatan produk, KPI 27 Kinerja
pembobotan KPI tersebut yang memiliki nilai karyawan dalam pengananan susu. Nilai
bobot yang sama 0,039 hal itu berarti antara tertinggi hasil pembobotan key performance
kinerja pengiriman susu oleh pemasok dengan indicator pada level 3 variabel bebas
kehandalan karyawan kinerja pemasok susu reliability pada variabel terikat make
sama-sama memiliki tingkat kepentingan yang (process) yaitu KPI 24 Kehandalan kinerja
sama. Jika kinerja pengiriman susu buruk karyawan dalam mengolah menjadi produk
maka akan terjadi keterlambatan proses jadi. Jika memiliki wawasan, ilmu dan
produksi dan jika memiliki kinerja yang buruk pengetahuan yang memadai untuk mengolah
maka produk yang dikirim akan lebih cepat produk maka produk yang dihasilkan juga
rusak karena produk susu hanya dapat akan bagus seperti halnya semakin banyak
bertahan 5 jam di suhu ruang sehingga sangat pengetahuan yang dimiliki karyawan maka
diperlukan kinerja pengiriman susu yang baik. akan meningkatkan mutu produk yang
Sedangkan kehandalan kinerja pemasok susu dihasilkan.
juga penting karena jika karyawan tidak Pada variabel return dengan variabel
memiliki tingkat kehandalan, wawasan, dan bebas reliability mendapatkan nilai bobot
ilmu mengenai cara penanganan susu maka 0,52. Bobot tersebut diperoleh dari
bahan baku yang dihasilkan juga akan jelek. pembobotan key performance indicator yaitu
Sebagai contoh, jika karyawan tidak memiliki KPI 31, KPI 32, dan KPI 33. KPI 31 Tingkat
pengetahuan tentang penanganan susu yaitu penolakan bahan baku, KPI 32 Jumlah
susu akan rusak jika tekena cahaya dan keluhan oleh pihak produksi, dan KPI 33
karyawan mengemas susu segar dengan Jumlah keluhan oleh pihak konsumen. Dari
wadah yang transparan dan terang maka susu ketiga KPI diatas yang memiliki nilai bobot
segarnya akan rusak. tertinggi adalah KPI 33 yaitu jumlah keluhan
Variabel deliver pada hierarki tingkat 1 oleh pihak konsumen. Semakin banyak
level 1 dengan variabel bebas reliability keluhan yang diungkapkan oleh konsumen
memiliki nilai bobot reliability sebesar 0,043 maka berarti pelanggan tidak puas terhadap
yang diperoleh dari pembobotan Key produk, berpotensi mengakibatkan konsumen
Performance Indicator pada level 3 yaitu KPI menurun dan akan berdampak kepada
12 yaitu Kecekatan dalam melayani pesanan kerugian perusahaan.
produk, KPI 13 Kecekatan dalam melayani
pesanan bahan baku, KPI 14 Kecepatan dalam Responsiveness
pengiriman bahan baku, dan KPI 15
Kecepatan dalam pengiriman produk. Dari Pengukuran hasil pembobotan
akumulasi nilai bobot diatas didapatkan hasil responsiveness pada variabel plan memiliki
nilai bobot tertinggi key performance bobot 0,041 yang didapatkan dari pembobotan
indicator pada KPI 12 yaitu kecekatan dalam key performance indicator yaitu KPI 5. KPI 5
melayani pesanan produk dengan bobot 0,017. yaitu kecepatan dalam menanggapi
Hal tersebut berarti menurut CV. Brawijaya permintaan jumlah bahan baku yang secara
Dairy industry, kecekatan dalam melayani tiba-tiba yang tidak sesuai rencana di
pesanan produk dianggap penting karena jika Koperasi Mitra Bhakti Makmur. Hal ini
proses pelayanan buruk maka kepuasan dikarenakan dengan karyawan yang handal
konsumen akan berkurang. diharapkan mampu mengatasi masalah dengan
Pada variabel Make (Process) cepat dan mampu memproduksi secara
didapatkan nilai bobot pada variabel bebas cekatan, dan mampu mengetahui hal-hal yang
reliability yaitu 0,395. Nilai bobot tersebut dianggap akan mempengaruhi produk yang
diperoleh dari pembobotan key performance dihasilkan karena dengan menggunakan ilmu
indicator pada KPI 23 Kehandalan kinerja dan wawasan yang mereka miliki.
karyawan dalam menangani bahan baku, KPI Hasil pembobotan key performance
24 Kehandalan kinerja karyawan dalam indicator pada variabel bebas responsiveness
35 Penentuan dan pembobotan KPI ...(Ariani dkk)

yang terdapat pada veriabel terikat source agar kualitas produk terjaga dan umur
memiliki bobot sebesar 0,019 hasil tersebut simpannya akan lebih lama.
didapatkan dari hasil pembobotan KPI 10
yaitu pemasok mengirim susu tepat waktu. Pada variabel return dengan variabel
Proses pengiriman bahan baku sangat bebas responsiveness memiliki nilai bobot
berpengaruh bagi proses produksi sehingga 0.013. Bobot tersebut diperoleh dari hasil
perlu ketepatan waktu pada proses pembobotan level 3 yaitu pembobotan key
pengirimannya agar dapat langsung diproses performance indicator dengan KPI 35 dan
dengan tepat waktu juga. Jika ada KPI 36. KPI 35 Perbaikan atau pergantian
keterlambatan produksi maka stock keju bahan baku oleh pemasok terhadap waktu
dalam penyimpanan tidak bisa dipenuhi sesuai yang tidak sesuai dan KPI 36 Perbaikan atau
stok yang telah direncanakan. pergantian produk terhadap waktu yang tidak
Pada variabel terikat deliver hasil bobot sesuai oleh CV Brawijaya Dairy Industry.
variabel responsiveness diperoleh dari Dari pembobotan tersebut diperoleh nilai
pembobotan level 3 dengan pembobotan KPI tertinggi yaitu pada KPI 36 yaitu Perbaikan
18, KPI 19, KPI 20, KPI, 21, KPI 22 dengan atau pergantian produk terhadap waktu yang
bobot 0,010. KPI 18 Pengiriman bahan baku tidak sesuai oleh CV Brawijaya Dairy
ke tempat produksi tepat waktu, KPI 19 Industry. Hal ini dikarenakan untuk
Pengiriman produk ke konsumen tepat waktu, mengurangi rasa kecewa yang dialami
KPI 20 Perubahan biaya pengiriman bahan konsumen jika mendapat produk yang cacat
baku dan produk, KPI, 21 Kualitas bahan atau telah kadaluarsa sehingga proses
baku dan produk selama pengiriman, KPI 22 pergantian produk harus dilakukan dengan
Kemudahan untuk memperoleh informasi secepat mungkin. Selain itu sebagai tanggung
mengenai produk. Dari kelima KPI tersebut jawab produsen kepada konsumen untuk
yang memiliki bobot tertinggi adalah KPI 19 mengganti produk dengan cepat sehingga hal
Pengiriman produk ke konsumen tepat waktu tersebut sangat penting bagi perusahaan.
dengan bobot 0,003. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan menganggap proses pengiriman Flexibility
produk ke konsumen sangat penting sehingga Pada hasil bobot flexibility pada
memiliki bobot tertinggi. Pengiriman produk variabel terikat plan didapat dari pembobotan
ke konsumen tepat waktu sangat penting KPI 6 dan KPI 7 dengan total bobot 0,019.
dikarenakan dengan proses pengiriman tepat KPI 6 adalah Fleksibilitas penjadwalan
waktu dapat meningkatkan kepuasan produksi sedangkan KPI 7 adalah Fleksibilitas
konsumen sehingga itu perlu dilakukan. dalam memenenuhi jumlah permintaan
Pada variabel terikat make (process) pelanggan. Dari kedua KPI tersebut
dengan variabel bebas responsiveness didapatkan nilai tertinggi adalah KPI 7
diperoleh nilai pembobotan 0,095 diperoleh Fleksibilitas dalam memenenuhi jumlah
dari hasil pembobotan key performance permintaan pelanggan. Hal ini dikarenakan
indicator yaitu KPI 29, dan 30. KPI 29 yaitu perusahaan menganggap bahwa fleksibilitas
perubahan biaya proses penanganan bahan dalam memenenuhi jumlah permintaan
baku di Koperasi Mitra Bhakti Makmur pelanggan sangat penting karena dapat
sedangkan KPI 30 adalah Perubahan biaya meningkatkan kepuasan pelanggan. Hal ini
proses penanganan produk di tempat selain mampu meningkatkan kepuasan
penyimpanan. Dengan nilai tertinggi adalah pelanggan juga mampu menambah laba
KPI 30 yaitu perubahan biaya proses kepada perusahaan jika konsumen memesan
penanganan produk di tempat penyimpanan dalam jumlah yang besar.
hal ini dikarenakan jika biaya penyimpanan Pada hasil bobot flexibility pada
produk tinggi maka dapat mempengaruhi variabel source memiliki bobot 0,009. Bobot
harga produk sehingga perubahan biaya tersebut diperoleh dari pembobotan KPI yaitu
proses penanganan produk di tempat KPI 11 yaitu fleksibilitas dalam waktu dan
penyimpanan sangat penting mengingat keju jumlah bahan baku hal ini dikarenakan
mozzarella tidak boleh disimpan disembarang fleksibilitas jumlah dan bahan baku sangat
tempat tetapi harus disimpan di suhu -4oC
AGROINTEK Volume 11, No. 1 Maret 2017 36

mempengaruhi jika terdapat pesanan keju hierarki tingkat 2 bobot tertinggi terdapat pada
mozzarella dalam sekala besar dan harus variabel reliability dengan total bobot 0,739.
dikirim cepat maka hal yang sangat penting Sedangkan nilai bobot tertinggi pada hierarki
harus diperhatikan adalah bahan baku harus tingkat 3 (Key Performance Indicator) adalah
tersedia. Sehingga dalam hal ini baik jumlah pada KPI 24 Kehandalan kinerja karyawan
maupun waktu dalam hal bahan baku dalam mengolah menjadi produk jadi dengan
pemasok harus selalu siap. total bobot 0,180.
Hasil flexibility pada variabel terikat Hasil penelitian ini dapat digunakan
deliver memiliki bobot 0,005. Hasil dari untuk penelitian selanjutnya yakni mengukur
bobot tersebut diperoleh dari penghitungan kinerja rantai pasok dari CV. Brawijaya Dairy
bobot pada key performance indicator. KPI Industry berdasarkan model SCOR.
pada variabel flexibility pada variabel terikat
deliver adalah KPI 16 dan KPI 17. KPI 16 DAFTAR PUSTAKA
adalah Fleksibilitas dalam pengiriman jumlah
bahan baku dan KPI 17 adalah Fleksibilitas BSN, 2011. Susu Sapi Segar. Jakarta, SNI
dalam pengiriman jumlah produk. Dalam hasil 3141.1:2011, Badan Standarisasi
pembobotan diatas diperoleh hasil bobot KPI Nasional.
tertinggi adalah KPI 17 fleksibilitas dalam Chan, F. dan Li, 2003. A Conseptual Model
pengiriman jumlah produk hal tersebut Of Performance For Supply Chains.
dikarenakan perusahaan beranggapan bahwa Management Decision , XLI(7), pp.
pengiriman jumlah produk harus fleksibel 635-642.
agar mampu memenuhi permintaan Prastawa, H., Darminto, P., Ary, A. & Fithria,
konsumen. K., 2011. Sistem Pengukuran Kinerja
Flexibility pada variabel terikat make Dengan Metode Performance Prism
(process) memiliki bobot 0,044. Bobot (Studi Kasus di RUMAH SAKIT
tersebut diperoleh dari hasil pembobotan key ISLAM SULTAN AGUNG
performance indicator pada KPI 28 SEMARANG). Teknik, XXXII(1), pp.
fleksibilitas bahan baku di Koperasi Mitra 25-33.
Bhakti Makmur. Hal ini dianggap penting
Pujawan, I. N. & Mahendrawathi, E., 2010.
karena jumlah ketersediaan bahan baku di
Supply Chain Management. 2nd ed.
Koperasi Mitra Bhakti Makmur
Surabaya: Guna widya.
mempengaruhi jumlah produksi pada
pembuatan keju mozzarella. Pada hasil Rislisa & Fathul, H., 2015. Pengaruh
pembobotan flexibility pada veriabel terikat Partisipasi Penyusunan Key
return dengan jumlah bobot 0,006 dari KPI 34 Performance Indicator (KPI)
fleksibel dalam mengembalikan pergantian Terhadap Komitmen Pencapaian
produk cacat. Fleksibel dalam mengembalikan Sasaran Kerja Karyawan Di PT. XYZ,
pergantian produk cacat dianggap penting Yogyakarta. Jurnal Psikologi Undip,
karena proses pengembalian pergantian XIV(2), pp. 98-110.
produk cacat tergantung pada jumlah produk Saaty, T., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
yang cacat. Para Pemimpin. Jakarta: PT. Pustaka
BIanaman Pressindo.
KESIMPULAN Sumiati, 2012. Pengukuran Performansi
Berdasarkan penelitian di peroleh 36 Supply Chain Perusahaan Dengan
Key Performance Indicator yang disesuikan Pendekatan Supply Chain Operation
dengan model SCOR yaitu plan, source, Reference (SCOR) di PT. Madura
deliver, make (process), dan return. Hasil Guana Industri (Kamal-Madura).
pembobotan dengan menggunakan Yogyakarta: ISSN: 1979-911X,
pembobotan AHP pada hierarki tingkat 1 yang Posiding Seminar Nasional Sains Dan
memiliki bobot tertinggi adalah make Teknologi (SNAST) .
(process) dengan nilai bobot 0,534. Pada

Anda mungkin juga menyukai