Anda di halaman 1dari 67

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia

sepanjang tahun 2018 mencapai 5,17 persen, yang berarti lebih tinggi

dibanding pertumbuhan 2017 sebesar 5,07 persen, bahkan tertinggi dalam 4

(empat) tahun terakhir. Catatan BPS menunjukkan pertumbuhan 5,17 persen

itu merupakan yang tertinggi sejak 2014. Pada 2014 pertumbuhan ekonomi

tercatat 5,01 persen, 2015 sebesar 4,88 persen, 2016 sebesar 5,03 persen, dan

2017 sebesar 5,07 persen (https://setkab.go.id).

Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu

keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan

per kapita daerah dalam jangka panjang, dan merupakan salah satu tujuan

penting dari kebijakan ekonomi makro untuk mengetahui kemajuan

perekonomian (BPS, 2017).

Pengelolaan keuangan daerah tidak bisa lepas dari pengelolaan anggaran

penerimaan dan pengeluaran daerah, sehingga anggaran penerimaan dan

pengeluaran daerah atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

menjadi relevan dan penting bagi pemerintah daerah. APBD seharusnya

dikelola dengan baik dan dana yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik

1
2

mungkin untuk dapat meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

Sehingga dengan dicapainya tujuan daerah yang telah ditetapkan dapat

diketahui kinerja suatu pemerintah daerah (Deviani, 2016).

Pendaptan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen dari

anggran pendapatan belanja daerah (APBD), didalam PAD dapat terlihat

bagaimana suatu daerah dapat menggali sumber- sumber pendapatannya baik

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan milik daerah yang

dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Bedasarkan Pasal 1 Undang- Undang

No.33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD,

yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang di pungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai

dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Wulandari dan Iryanie,

2018:23).

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, sebagai pengganti dari UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, lebih mempertegas pengertian

retribusi dalam tataran pemerintahan yang lebih rendah, sebagai berikut:

“Retribusi daerah adalah pungutas daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau Badan. Berdasarkan UU

No. 28 Tahun 2009, setiap pungutan retribusi daerah harus dilakukan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan (UU 28,2009).


3

Retribusi Daerah ini dibagi menjadi tiga yaitu, Retribusi Jasa Umum,

Retribusi Jasa usaha, Retribusi Perizinan Tertentu. Retribusi Jasa Umum

adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah

untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmatin oleh

orang pribadi atau badan. Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial.

Retribusi Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah

dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud

untuk pembinaan, peratura, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan

pemamfaatan ruang,penggunaan sumber daya alam, barang prasana, sarana,

atau fasilitas tertentu guna melindungin kepentingan umum dan menjaga

kelestarian lingkungan (UU 28, 2009).

Badan Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Jambi merupakan bidang

yang menyusun kebijakan teknis dan pembinaan pengelolaan keuangan

daerah dibidang perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah. Dalam

badan Pengelolan Keudangan Daerah (BAKEUDA) memiliki beberapa

bidang yaitu Bidang Anggaran, Bidang Perbendaharaan, Bidang Akuntansi

Dan Pelaporan, Bidang Retribusi Dan Pendapatan Lain-Lain, Bidang Pajak

Daerah Dan Dana Primbangan. Dalam melaksankan keuangan daerah

provinsi jambi berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 serta Peraturan

Gubernur Jambi Nomor 61 Tahun 2016 mempunyai tugas pokok yaitu

melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah berdasarkan azas otonomi

dan tugas pembantuan di bidang pengelolaan keuangan daerah


4

BAKEUDA Provinsi Jambi mengalami peningkatan pada pendapatan

Retribusi Jasa Usaha yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah dengan menganut prinsip komersial. Jenis Retribusi Jasa Usaha

yaitu Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan atau

Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi

Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan atau Pesanggrahan atau

Villa, Retribusi Penyedotan Kakus, Retribusi Rumah Potong Hewan,

Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah

Raga, Retribusi Penyeberangan di Atas Air, Retribusi Pengolahan Limbah

Cair, Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah. Salah satunya Retribusi

Tempat Rekreasi dan Olahraga, seperti kolam renang dalam pencapaian

pendapatan dari kolam renang setiap tahun selalu meningkat dan melebihi

target yang telah di tetapkan. Oleh karena itu untuk mempertahankannya

perlu adanya mengoptimalkan peningkatan dari pelayanan, fasilitas tempat

rekreasi, untuk lebih meningkatkan ketertiban dikawasan kolam renang pada

umumnya, dalam peningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) disektor

Retribusi Jasa Usaha.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, penulis tertarik menulis judul

mengenai “Gambaran Pendapatan Retribusi Kolam Renang Terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) doi Dinas Pemuda Dan Olahraga

Provinsi Jambi”.

1.2 Masalah Pokok Laporan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dalam

penulisan ini, penulis memberi batasan masalah untuk penyederhanaan


5

lingkup pembahasan yang lebih terfokus pada pendapatan retribusi kolam

renang terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pemuda Dan

Olahraga Provinsi Jambi, sehingga masalah pokok laporan tugas akhir ini

adalah:

1. Bagaimana Usaha yang dilakukan agar pendapatan retribusi kolam renang

selalu meningkat di Dispora Provinsi Jambi ?

2. Bagaimana gambaran pencapaian target atas pendapatan retribusi kolam

renang di Dispora Provinsi Jambi ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

Mengetahui gambaran pendapatan retribusi kolam renang terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pemuda Dan Olahraga

Provinsi Jambi

1.3.2 Manfaat Penulisan

manfaat penulisan laporan ini berdasrkan maslah pokok diatas,

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan kajian dan informasi bagi pihak-pihak yang

berminat mengetahui gambaran peningkatan dalam retribusi kolam

renang di Dispora Provinsi Jambi.

2. Sebagai bahan referensi bagi penulis lainnya dalam penelitian yang

sama tentang gambaran peningkatan dalam retribusi kolam renang

di Dispora Provinsi Jambi.


6

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan dilakukan dengan mengumpulkan teori dan informasi

dari berbagai sumber acuan dalam pembuatan laporan magang.

1.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.

Provinsi Jambi, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara

mendapatkan data Data primer diperoleh dengan cara wawancara

langsung dengan narasumber di Dispora tentang pendapatan retribusi

kolam renang di Dispora Provinsi Jambi.

1.4.2 Metode Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis terdiri atas

beberapa bagian yaitu:

Metode pengumpulan data yang dipakai dilaporan adalah:

1. Wawancara

Melakukan tanya jawab dengan staf/pegawai kantor dispora

provinsi jambi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan judul

penulisan.

2. Observasi

Pengamatan yang dilakukan dengan melihat secara langsung

aktivitas yang dijalankan pada kantor dispora provinsi jambi.


7

3. Data kepustaka

Dalam metode pengumpulan data ini, penulis melakukan kajian-

kajian literatur yang berkaitan dengan masalah-masalah yang di

angkat dalam laporan ini.

4. Menelusuri / Mencari (Browsing / Searching)

Proses pencarian data dari sekumpulan data yang sudah ada dengan

menjelajahi dunia maya atau internet dalam mencari informasi

dalam pembuatan laporan magang.

1.4.3 Metode Analisis

Dalam metode ini pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis

dengan menggambarkan keadaan dan permasalahan yang terjadai

kemudian dianalisi untuk mencapai kejelasan mengenai masa yang

diamati

1.5 Waktu Dan Lokasi Magang

Waktu kegiatan praktek kerja lapangan atau magang yang dilakukan

penulisan dalam mendapatkan data dan informasi untuk menyusun penulisan

laporan tugas akhir adalah selama 2 (dua) bulan, Dimulai dari tanggal 01

Februari 2019 sampai dengan tanggal 31 Maret 2019. Penulisa melakukan

praktek kerja lapangan atau magang ini di Badan Keuangan Daerah

(BAKEUDA) Provinsi Jambi yang beralamat di Jl. Jend Sudirman, Tambak

Sari, Jambi Selatan, Kota Jambi, Jambi 36122.


8

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan ini maka

akan diapaparkan sistematika penulisan yang terdiri dari IV bab dengan

uraian sebagai berikut:

BAB.1 PENDAHULUAN

Dalam bab Pendahuluan ini meliputi Latar Belakang, Masalah

Pokok Laporan, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penulisan,

Waktu dan Lokasi Magang, dan Sistematika Penulisan.

BAB.II LANDASANTEORI

Dalam bagian ini penulisan menguraikan tentang landasan teori

atau konsep yang digunakan untuk pembahasan serta deskripsi

mengenai data yang dimulai selama magang, yang relevan dan

berhubungan erat dengan judul dan pokok bahasan laporan.

BAB.III PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat dari Badan

Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Jambi, Visi dan Misi,

Struktur Organisasi, Tugas dan Pokok Fungsi Kantor Badan

Keuangan Jambi (BAKEUDA) Provinsi Jambi serta pembahasan

pendapatan retribusi kolam renang terhadap Pendapatan Asli

Daerah (PAD) di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Jambi

BAB.IV KESIMPULANDANSARAN

Dimana pada laporan ini ditutup dengan suatu kesimpulan dan

saran-saran yang dapat penulis kemukakan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendaptan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen dari

anggran pendapatan belanja daerah (APBD), didalam PAD dapat terlihat

bagaimana suatu daerah dapat menggali sumber- sumber pendapatannya baik

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan milik daerah yang

dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah. Bedasarkan Pasal 1 Undang- Undang

No.33 Tahun 2004 Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD,

yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam

wilayahnya sendiri yang di pungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai

dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Wulandari dan Iryanie,

2018:23).

Kewenangan otonomi daerah adalah keseluruhan kewenangan

penyelenggaraaan pemerintahan, seperti perencanaan, perizinan, dan

pelaksanaan, kecuali kewenangan di bidang-bidang pertahanan keamanan,

peradilan, politik luar negeri, moneter/fiskal dan agama serta kewenangan

lainnya yang di atur oleh peraturan perundangan yang lebih tinggi.

Penyelenggaraan otonomi di tingkat provinsi meliputi kewenangan-

kewenangan lintas kabupaten dan kota dan kewenangan-kewenangan yang

tidak atau belum dilaksanakan daerah otonom kabupaten dan kota, serta

kewenangan bidang pemerintahan lainnya. Ciri utama suatu daerah mampu

9
10

melaksanakan otonomi adalah (1) kemampuan keuangan daerah, yang berarti

daerah tersebut memiliki kemampuan dan kewenangan untuk menggali

sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan; (2) Ketergantungan kepada

bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu, PAD harus menjadi

sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan

keuangan pusat dan daerah (Landiyanto,2005).

Pendapatan daerah semua penerimaan uang melalui Rekening Kas

Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak

daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh

Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bersumber dari:

a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan

d. lain-lain PAD yang sah

2.3 Retribusi

2.3.1 Pengertian Retibusi

Retribusi adalah pungutan Daerahsebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakandan/atau diberikan oleh


11

Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (UU 34

Tahun 2000).

Menurut Munawir (1994 : 205) Pengertian Retribusi adalah iuran

kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapatkan jasa balik secara

langsung yang dapat ditunjuk. Paksaan yang dimaksud ini bersifat ekonomis

karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, tidak

dikenakan iuran.

Menurut Siahaan (2013 : 6) Retribusi Daerah adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan.

2.3.2 Ciri – Ciri dan Tujuan Retribusi

1. Ciri – Ciri Retribusi

Menurut Siahaan (2013 : 6) beberapa ciri yang melekat pada

retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan

undangundang dan peraturan daerah yang berkenaan.

b. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah.

c. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi (balas

jasa) secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang

dilakukannya
12

d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggrakan oleh

pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.

e. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara

ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan

memperoleh jasa yangdiselenggarakan oleh pemerintah daerah.

2. Tujuan Retribusi Daerah

Tujuan Retribusi daerah pada dasarnya memiliki persamaan pokok

dengan tujuan pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara atau

pemerintah daerah.

Adapun tujuan pemungutan tersebut adalah:

1. Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas daerah

guna memenuhi kebutuhan rutinnya.

2. Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran masyarakat

melalui jasa yang diberikan secara langsung kepada masayaraka.

3. Pengatur kegiatan ekonomi daerah.

4. memberikan jasa atau ijin kepada masyarakat agar dapat

melaksanakan kegiatan mereka serta mendapatkan pelayanan dari

pemerintah.

2.3.3 Objek dan golongan retribusi

Objek Retribusi dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal

18 Ayat 1 menentukan bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis tertentu

yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan

oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis

jasa tertentu yang dinilai secara ekononim yang layak dijadikan sebagai objek
13

retribusi. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2009. Dengan

demikian, objek retribusi dibagi atas tiga golongan jasa sebagai berikut.

a. Objek Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan

umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Contohnya Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana

dimaksud adalah pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas

keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum

daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang

dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali

pelayanan pendaftaran.

b. Objek Jasa Usaha adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada

dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

Contohnya Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana

dimaksud adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus

disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan

ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan

serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

c. Objek Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh

Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,


14

prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Contohnya Objek Retribusi Izin Gangguan sebagaimana dimaksud

adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi

atau badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian

dan/atau gangguan, termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan

usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan

ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara

ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan

kesehatan kerja.

2.3.4 Jenis, Rincian Objek, dan Kriteria Retribusi

Menurut UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, sebagai pengganti dari UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah

diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, lebih mempertegas pengertian

retribusi dalam tataran pemerintahan yang lebih rendah, sebagai berikut:

“Retribusi daerah adalah pungutas daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau Badan. Berdasarkan UU

No. 28 Tahun 2009, setiap pungutan retribusi daerah harus dilakukan sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan . Retribusi Daerah ini dibagi menjadi

tiga yaitu, Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa usaha, Retribusi Perizinan

Tertentu. (UU 28, 2009).


15

1. Jenis- Jenis Retribusi

A. Retribusi jasa umum

Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakanatau

diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan

kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau

Badan.

Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:

a. Retribusi Pelayanan Kesehatan

Objek Retribusi Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud adalah

pelayanan kesehatan di puskesmas, puskesmas keliling, puskesmas

pembantu, balai pengobatan, rumah sakit umum daerah, dan tempat

pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.

b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan sebagaimana

adalah pelayanan persampahan/kebersihan yang diselenggarakan

oleh Pemerintah Daerah, meliputi:

1. pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi

pembuangan sementara;

2. pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi

pembuangan sementara ke lokasi pembuangan/pembuangan

akhir sampah; dan

3. penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.


16

c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu TandaPenduduk dan


Akta Catatan Sipil

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk

dan Akta Catatan Sipil sebagaimana dimaksud dalam adalah

pelayanan:

1. kartu tanda penduduk;

2. kartu keterangan bertempat tinggal;

3. kartu identitas kerja;

4. kartu penduduk sementara;

5. kartu identitas penduduk musiman;

6. kartu keluarga; dan

7. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta

perceraian, akta pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti

nama bagi warga negara asing, dan akta kematian.

d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat

sebagaimana dimaksud pelayanan pemakaman dan pengabuan

mayat yang meliputi:

1. pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan

pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat; dan

2. sewa tempat pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat

yang dimiliki atau dikelola Pemerintah Daerah.


17

e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

Objek Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum

sebagaimana dimaksud penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan

umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

f. Retribusi Pelayanan Pasar

Objek Retribusi Pelayanan Pasar sebagaimana dimaksud

penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa pelataran,

los, kios yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan

untuk pedagang.

g. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

Objek Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana

dimaksud pelayanan pengujian kendaraan bermotor, termasuk

kendaraan bermotor di air, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundangundangan, yang diselenggarakan oleh Pemerintah

Daerah.

h. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran

sebagaimana dimaksud adalah pelayanan pemeriksaan dan/atau

pengujian alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan

kebakaran, dan alatpenyelamatan jiwa oleh Pemerintah Daerah

terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan

kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau

dipergunakan oleh masyarakat.


18

i. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta sebagaimana

dimaksud penyediaan peta yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

j. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus

sebagaimana dimaksud dalam pelayanan penyediaan dan/atau

penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

k. Retribusi Pengolahan Limbah Cair

Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair sebagaimana dimaksud

pelayanan pengolahan limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan

industri yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus

oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah

cair.

l. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang sebagaimana


dimaksud:

1. pelayanan pengujian alat-alat ukur, takar, timbang, dan

perlengkapannya; dan

2. pengujian barang dalam keadaan terbungkus yang

diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
19

m. Retribusi Pelayanan Pendidikan

Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan sebagaimana dimaksud

pelayanan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis oleh

Pemerintah Daerah.

n. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

sebagaimana dimaksud pemanfaatan ruang untuk menara

telekomunikasidengan memperhatikan aspek tata ruang, keamanan,

dan kepentingan umum

B. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh

Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi

pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang

belum dimanfaatkan secara optimal atau pelayanan oleh Pemerintah

Daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah:

a. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana

dimaksud pemakaian kekayaan Daerah.

b. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan

Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagaimana

dimaksud penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang,


20

dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang

disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

c. Retribusi Tempat Pelelangan;

Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana dimaksud

penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil

bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas

lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.

d. Retribusi Terminal;

Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127

huruf d adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk

kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan

fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah

e. Retribusi Tempat Khusus Parkir;

Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir sebagaimana dimaksud

pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah.

f. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;

Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa

sebagaimana dimaksud pelayanan tempat penginapan/

pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Daerah.


21

g. Retribusi Rumah Potong Hewan;

Objek Retribusi Rumah Potong Hewan sebagaimana dimaksud

pelayananpenyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak

termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan

sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

h. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;

Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud

pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di

lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola

oleh Pemerintah Daerah.

i. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan

tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki,

dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, Dikecualikan dari objek

Retribusi sebagaimana pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan

olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

j. Retribusi Penyeberangan di Air

Objek Retribusi Penyeberangan di Air sebagaimana dimaksud

pelayananpenyeberangan orang atau barang dengan menggunakan

kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah.
22

k. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah sebagaimana

dimaksud penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

C. Retribusi Prizinan Tertentu

Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu

oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang

dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan

pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,

sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan

menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah:

a. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud

pemberian izin untuk mendirikan suatu bangunan. meliputi

kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan

pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis

bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap memperhatikan

koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB),

koefisien ketinggian bangunan (KKB), dan pengawasan

penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka

memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan

tersebut.
23

b. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol

sebagaimana dimaksud pemberian izin untuk melakukan penjualan

minuman beralkohol di suatu tempat tertentu.

c. Retribusi Izin Gangguan;

Objek Retribusi Izin Gangguan sebagaimana dimaksud pemberian

izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang

dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan,

termasuk pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara

terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban,

keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban

lingkungan, dan memenuhi norma keselamatan dan kesehatan

kerja.

d. Retribusi Izin Trayek

Objek Retribusi Izin Trayek sebagaimana dimaksud pemberian

izin kepada orang pribadi atau Badan untuk menyediakan

pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa

trayek tertentu.

e. Retribusi Izin Usaha Perikana

Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud

pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan

kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan.


24

2. Kriteria Retribusi

Jenis Retribusi selain yang ditetapkan dalam Pasal 110 ayat (1),

Pasal 127, dan Pasal 141 sepanjang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. Retribusi Jasa Umum:

1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan

Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu;

2. jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi;

3. jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau

Badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk

melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;

4. jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan

yang membayar retribusi dengan memberikan keringanan bagi

masyarakat yang tidak mampu;

5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional

mengenai penyelenggaraannya;

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta

merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang

potensial; dan

7. pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut

dengan tingkat dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

b. Retribusi Jasa Usaha:


25

1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan

Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu.

2. jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial

yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum

memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah

yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah

Daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu:

1. perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi;

2. perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum;

3. biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin

tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari

pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai

dari retribusi perizinan yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah;

2.3.5 Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah


Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi

Daerah (SKRD) atau dokumen lainnya yang dapat berupa karcis, kupon

atau kartu langganan. Apabila wajib retribusi membayar tidak tepat

pada waktu yang telah ditetapkan atau kurang membayar maka akan

dikenakan sanksi sebesar 2 % ( dua persen) setiap bulannya. Dari

retribusi terutang yang tidak kunjung dibayar akan ditagih


26

menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD) atau teguran.

Tata cara pemungutan retribusi ditetapkan sesuai Peraturan Kepala

Daerah. Retribusi daerah ditetapkan sesuai dengan undang-undang yang

pelaksanaannya untuk di daerah diaturan dengan peraturan daerah,

peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku surut dan paling

sedikit mengatur ketentuan mengenai:

1. Retribusi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

2. Peraturan Daerah tentang Retribusi tidak dapat berlaku surut.

3. Peraturan Daerah tentang Retribusi paling sedikit mengatur

ketentuan mengenai:

a. nama, objek, dan Subjek Retribusi;

b. golongan Retribusi

c. cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan;

d. prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya

tarif Retribusi;

e. struktur dan besarnya tarif Retribusi;

f. wilayah pemungutan;

g. penentuan pembayaran, tempat pembayaran,angsuran, dan

penundaan pembayaran;

h. sanksi administratif

i. penagihan;

j. penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa dan;

k. tanggal mulai berlakunya.


27

4. Peraturan Daerah tentang Retribusi dapat juga mengatur

ketentuan mengenai:

a. Masa Retribusi;

b. pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan

dalam hal hal tertentu atas pokok Retribusi dan/atau

sanksinya; dan/atau

c. tata cara penghapusan piutang Retribusi yang kedaluwarsa.

5. Pengurangan dan keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) huruf b diberikan dengan melihat kemampuan Wajib

Retribusi.

6. Pembebasan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

huruf b diberikan dengan melihat fungsi objek Retribusi.

7. Peraturan Daerah untuk jenis Retribusi yang tergolong dalam

Retribusi Perizinan Tertentu harus terlebih dahulu

disosialisasikan dengan masyarakat sebelum ditetapkan.

8. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan mekanisme

pelaksanaan penyebarluasan Peraturan Daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

2.3.6 Tata Cara Penghitungan Retribusi

1. Besarnya Retribusi yang terutang dihitung berdasarkan

perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

2. Tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar alokasi


28

beban biaya yang dipikul Pemerintah Daerah untuk

penyelenggaraan jasa yang bersangkutan.

3. Apabila tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir

berdasarkan rumus yang dibuat oleh Pemerintah Daerah.

4. Rumus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus

mencerminkan beban yang dipikul oleh Pemerintah Daerah

dalam menyelenggarakan jasa tersebut.


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Instansi Magang

3.1.1 Sejarah Berdirinya Badan Keuangan Daerah

Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi merupakan salah satu unit

kerja dilingkungan Pemerintah Provinsi Jambi yang dibentuk dengan nama

Sub Direktur Pendapatan Daerah pada Direktorat Keuangan pada tanggal 17

April 1973 berdasarkan Keputusan Gubenur KDH Tingkat I Jambi No.

45/G/1973 dan selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Daerah Provinsi

Jambi Nomor 6 Tahun 1978 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Dati I Jambi kemudian

pada tahun 2016 dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Derah yang pada hakekatnya untuk

merampingkan perangkat daerah sehingga menggabungkan Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dengan Dinas Pendapatan Daerah

menjadi Badan Keuangan Daerah yang di atur dengan Peraturan Daerah

Provinsi Jambi nomor 8 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jambi.

Dalam perkembangannya Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi

merupakan salah satu unit kerja di Provinsi Jambi yang Struktur

Organisasinya dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jambi No. 8

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi

Jambi.

29
30

A. Dasar hukum

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemeritahan Daerah dan

Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan dan

tanggung jawab yang lebih besar terhadap Daerah.

Pemerintah Daerah dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja secara optimal

sesuai dengan arah dan kebijakan pembangunan. Adanya kebutuhan untuk

meningkatkan pembangunan menuntut Badan Keuangan Daerah Provinsi

Jambi semakin meningkatkan kreatifitas kinerjanya.

Dalam Rangka meningkatkan kreatifitas dan kinerja tersebut, maka Badan

Keuangan Daerah Provinsi Jambi dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Jambi Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Jambi, yang selanjutnya dituangkan

dalam Peraturan Gubernur Jambi Nomor 61 Tahun 2016 tentang kedudukan,

susunan organisasi, Tugas dan fungsi, serta tata Kerja Badan Keuangan

Daerah Provinsi Jambi.

B. Gambaran Umum

Pembangunan adalah merupakan suatu proses perubahan yang

berkelanjutan menuju peningkatan kualitas kehidupan yang menempatkan

manusia sebagai pelaku sekaligus pengendali proses perubahan dengan

memanfaatkan teknologi dan sumber daya alam. Dengan demikian,

pelaksanaan pembangunan harus dapat memberikan pilihan yang dibutuhkan


31

oleh masyarakat untuk meningkatkan peranannya dalam kehidupan

bermasyarakat.

Pembangunan Daerah Provinsi Jambi diarahkan untuk dapat

mencakup semua aspek kehidupan masyarakat berdasarkan kondisi, potensi

wilayah, tantangan dan tuntutan masyarakat serta dengan melibatkan dan

memberdayakan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. Dengan

diberlakukannya Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah

( Pasal 279 ) dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daera (

Pasal 5 dan 6 ) memberikan dampak yang sangat luas terhadap pelaksanaan

Pemerintahan di Daerah. Otonomi yang diberikan pada Daerah merupakan

otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.

Adanya pemberian otonomi daerah memberikan inflikasi berupa

timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi Daerah untuk melaksanakan

berbagai kegiatan pemerintah secara lebih mandiri.

Pengaturan, pembagian dan pemanfaatan harus dilaksanakan secara

profesional dan berkeadilan. Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber

Daya Manusia serta kewajiban pemungutan jenis-jenis pajak daerah

didasarkan atas prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang diberikan

kepada daerah.

Atas dasar pemikiran tersebut Badan Keuangan Daerah Provinsi

Jambi sebagai koordinator pungutan di daerah harus mampu melaksanakan


32

kinerja yang optimal dengan didasari oleh potensi, tantangan dan tuntutan

yang ada.

Penggalian sumber-sumber pendapatan secara intensif dan menggali

potensi baru terutama pada sektor Pajak Daerah dan Restribusi Daerah

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam memfasilitasi kegiatan

ekonomi yang semakin berkembang dalam masyarakat, Hasil yang

diharapkan adalah kontribusi dari sektor ekonomi terhadap pembangunan

akan dapat meningkat, hal ini merupakan peluang ekstensifikasi pungutan

pajak daerah dan restribusi daerah baru yang dapat membantu meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah.

3.1.2 Visi Dan Misi Badan Keuangan Daerah

3.1.2.1 Visi

Visi Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2018-2021

adalah “Terwujudnya Optimalisasi Pendapatan Daerah Dan Tata Kelola

Keuangan Secara Tertib, Efektif, Efesien Menuju Jambi Tuntas 2021”.

3.1.2.2 Misi

1. Meningkatkan kualitas manajemen serta pembenahan sistem pengelolaan.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur.

3. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang

baik.

4. Meningkatkan kaulitas dan kemudahan pelayanan kepada masyarakat serta

kepada seluruh pemangku kepentingan lainnya.

5. Meningkatkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah.


33

3.1.2 Susunan Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Badan

Keuangan Daerah

Tugas Pokok Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi berdasarkan

Perda nomor 8 tahun 2016, Peraturan Gubernur Jambi Nomor 61 tahun 2016

adalah melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan di bidang

keuangan yang menjadi kewenangan daerah Provinsi Jambi.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Badan Keuangan daerah

Provinsi jambi mempunyai fungsi :

1. merumuskan kebijakan teknis dibidang Keuangan daerah

2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang

pengelolaan keuangan daerah.

3. Pembinaan dan fasilitasi bidang pengelolaan keuangan daerah lingkup

provinsi kabupaten/kota.

4. Pelaksanaan kesekretariatan badan.

5. Pelaksanaan tugas dibidang pajak daerah, retribusi, bagi hasil dan

pendapatan lain-lain, anggaran, akutansi, pembinaan APBD

Kabupaten/kota, bendahara umum daerah (BUD) dan sitem informasi

keuangan daerah.

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan bidang

tugasnya.

Sebagai penjabaran dari tugas pokok dan fungsi tersebut Badan

Keuangan Daerah Provinsi Jambi mempunyai kewenangan :


34

1. Perencanaan , meliputi segala usaha kegiatan untuk menyusun rencana,

mengolah, mengevaluasi pelaksanaan tugas Badan keuangan daerah.

2. Pelaksanaan, meliputi segala usaha dan kegiatan untuk menyelenggarakan

pengelolaan keuangan daerah dengan menyalurkan seluruh sistim

keuangan daerah ke Kas Daerah Provinsi sesuai dengan rencana yang

telah di tetapkan.

3. Pembinaan, meliputi segala kegiatan dalam rangka peningkatan kinerja,

perbaikan –perbaikan tata laksana dan peningkatan pelayanan kepada

masyarakat.

4. Pelaksanaan administrasi, meliputi segala usaha dan kegiatan dibidang

Tata Usaha Umum, Keuangan dan aset ,kepegawaian, Program dan

Pelaporan guna mendukung kinerja pengelolaan keuangan.

5. Pelaksanaan koordinasi, meliputi segala usaha dan kegiatan dengan

Instansi lainnya yang berhubungan dengan upaya peningkatan Pendapatan

Daerah.

6. Pengawasan, meliputi segala usaha dan kegiatan untuk melaksanakan

pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

7. Penyusunan dan menetapkan pedoman bagi Daerah dalam penetapan tata

tarif, sistim dan prosedur, administrasi pemungutan Pajak Daerah,

Retribusi Daerah dan Pendapatan Lain-lain Yang Sah.


35

8. Pelaksanaan pengkajian dalam rangka menggali sumber-sumber

pendapatan baru.

9. Pemberian pertimbangan teknis kepada Gubernur dalam rangka penataan

realokasi keuangan Daerah kepada Kabupaten/Kota.

10. Pendapatan, pembukuan, evaluasi dan pelaporan, penerimaan.

Badan Keuangan Daerah Provinsi Jambi berdasarkan Perda Provinsi Jambi

Nomor 8 Tahun 2016 dipimpin oleh Kepala Badan dengan dibantu oleh

Sekretaris dan 5 (lima) orang Kepala Bidang dan 10 (sepuluh) orang kepala

UPT Bakeuda pada Kabupaten / Kota dalam Provinsi Jambi.

Kepala badan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan

Daerah berdasarkan azas otonomi dan tugas pembantuan dibidang keuangan

daerah, memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sekretariat,

Bidang, UPT Bakeuda dan Kelompok Jabatan Fungsional.

a. Susunan organisasi

Dalam melaksanakan tugasnya Badan Keuangan Daerah Provinsi

Jambi berdasarkan Undang-undang 23 tahun 2014 serta Peraturan

Gubernur Jambi Nomor 61 tahun 2016 mempunyai tugas pokok

“Melaksanakan Sebagian Urusan Pemerintah Daerah Berdasarkan Azas

Otonomi dan Tugas Pembantuan di Bidang Pengelolaan Keuangan

Daerah.” Susunan tugas dan jabatan Badan Keuangan Daerah Provinsi

Jambi berdasarkan Peraturan Daerah No 61 Tahun 2016, dibagi atas

beberapa unsur:
36

1. Bidang Anggaran

Bidang Anggaran mempunyai tugas penyusunan kebijakan teknis

dan pembinaan pengelolaan keuangan daerah di bidang perencanaan dan

penganggaran pemerintah daerah, menyiapkan bahan penyusunan

rancangan peraturan daerah tentang APBD/Perubahan APBD dan

rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD/Perubahan

APBD, evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah APBD/Perubahan

APBD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran

APBD/Perubahan APBD pemerintah kabupaten/kota.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud Bidang Anggaran mempunyai fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan pedoman teknis tentang

perencanaan penganggaran daerah;

2. Pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan bidang

anggaran dengan tim anggaran pemerintah daerah;

3. Fasilitasi penyusunan dokumen rencana kerja anggaran (RKA) dan

dokumen pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD dan satuan kerja

pengelolaan keuangan daerah (SKPKD);

4. Penyiapan bahan perumusan penyusunan rancangan peraturan daerah

tentang APBD/perubahan APBD dan rancangan gubernur tentang

penjabaran APBD/perubahan APBD;

5. Penyiapan bahan penetapan peraturan daerah tentang APBD/perubahan

APBD dan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD/perubahan

APBD setelah di evaluasi Menteri Dalam Negeri;


37

6. Penyiapan dan fasilitasi penyelenggaraan evaluasi terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD/perubahan APBD dan rancangan

peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD/perubahan APBD

pemerintah kabupaten/kota;

7. Penysunan konsep perumusan keputusan gubernur tentang evaluasi

terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD/perubahan APBD dan

rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD/perubahan

APBD pemerintah kabupaten/kota;

8. Penyampaian bahan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

program bidang;

9. Pelaksanaan pengkajian dalam rangka penyusunan peraturan di bidang

penganggaran daerah;

10. Pelaksanaan fasilitasi dan pelaksanaan pembinaan kepada SKPD dalam

proses penyiapan rencana kerja anggaran dan dokumen pelaksanaan

anggaran SKPD untuk disahkan oleh pejabat pengelola keuangan daerah

(PPKD);

11. Fasilitasi dan pelaksanaan pembinaan APBD kepada pemerintah

kabupaten/kota;

1. Penyelenggaraan telahaan staf sebagai bahan pertimbangan

pengambilan kebijakan tentang anggaran daerah.

2. Pelaksanaan koordinasi tentang perencanaan dan penganggaran

dengan SKPD dan dengan unit kerja terkait.

3. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi penganggaran program dan

kegiatan di SKPD.
38

4. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Bidang Anggaran terdiri dari :

a. Subbidang Anggaran Belanja Langsung.

Subbidang Anggaran Belanja Langsung mempunyai tugas

menyusun program kegiatan subbidang anggaran belanja langsung,

menyiapkan kebijakan teknis penganggaran belanja langsung pemerintah

daerah, menyiapkan dan menyusun rancangan peraturan daerah tentang

APBD/perubahan APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang

penjabaran APBD/perubahan APBD terkait dengan belanja langsung dan

pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai tugasnya.

Subbidang anggaran belanja langsung mempunyai fungsi :

1. pelaksanaan pembinaan, penyiapan dan fasilitasi penyusunan dokumen

rencana kerja anggaran (RKA)/rencana kerja anggaran(RKA)perubahan

SKPD;

2. pelaksanaan pembinaan, penyiapan dan fasilitasi penyusunan dokumen

dokumen pelaksanaan anggaran (DPA)/dokumen pelaksanaan anggaran

(DPA)perubahan SKPD;

3. pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan bidang

anggaran pemerintahan dengan SKPD terkait belanja langsung;

4. pelaksanaaan koordinasi tentang perencanaan dan penganggaran dengan

SKPD terkait belanja langsung;


39

5. pelaksanaan koordinasi dan konsultasi tentang perencanaan dan

penganggaran dengan intansi terkait lainnya terkait belanja langsung;

6. pelaksanaan monitoring dan evaluasi perencanaan dan penganggaran

program dan kegiatan di SKPD terkait belanja langsung;

7. penyelenggaran fungsi lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

b. Subbidang Anggaran Belanja Tidak Langsung

Subbidang Anggaran Belanja Tidak Langsung mempunyai tugas

menyusun program kegiatan subbidang anggaran belanja tidak langsung,

menyiapkan kebijakan teknis penganggaran belanja tidak langsung

pemerintah daerah, menyiapkan dan menyusun rancangan peraturan

daerah tentang APBD/perubahan APBD dan rancangan peraturan gubernur

tentang penjabaran APBD/perubahan APBD terkait dengan belanja tidak

langsung, melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai

tugas dan fungsinya.

Subbidang anggaran belanja tidak langusng mempunyai fungsi :

1. pelaksanaan pembinaan, penyiapan dan fasilitasi penyusunan dokumen

rencana kerja anggaran (RKA)/rencana kerja anggaran (RKA) perubahan

SKPD maupun SKPKD terkait belanja tidak langsung;

2. pelaksanaan pembinaan, penyiapan dan fasilitasi penyusunan dokumen

pelaksanaan anggaran (DPA)/dokumen pelaksanaan anggaran (DPA)

perubahan SKPD maupun SKPKD terkait belanja tidak langsung;


40

3. pelaksanaan koordinasi dan konsultasi dalam pelaksanaan kegiatan bidang

anggaran pemerintahan dengan SKPD terkait belanja tidak langsung;

4. pelaksanaan koordinasi tentang perencanaan dan penganggaran dengan

SKPD dan dengan intansi terkait lainnya terkait belanja tidak langsung;

5. pelaksanaan monitoring dan evaluasi perencanaan dan penganggaran

program dan kegiatan di SKPD terkait belanja tidak langsung;

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

c. Subbidang Pembinaan APBD Kabupaten/Kota

Subbidang Pembinaan APBD Kabupaten/Kota mempunyai tugas

fasilitasi kegiatan pembinaan APBD/APBD perubahan kabupaten/kota,

menyiapkan keputusan Gubernur hasil evaluasi APBD/APBD perubahan

kabupaten/kota, mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan

program subbidang evaluasi APBD dan pelaksanaan tugas lainnya yang

diberikan oleh atasan sesuai tugasnya.

Subbidang pembinaan APBD kabupaten/kota mempunyai fungsi :

1. penyiapan dan fasilitasi evaluasi APBD/APBD perubahan kabupaten/kota;

2. penyiapan dan fasilitasi penyusunan keputusan gubernur hasil evaluasi

APBD/APBD perubahan kabupaten/kota;

3. penyiapan dan fasilitasi evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

program subbidang evaluasi APBD;

4. penyiapan dan fasilitasi pelaksanaan pembinaan kepada kabupaten/kota;


41

5. pelaksanaan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan kepada

kabupaten/kota;

6. pelaksanaan monitoring dan evaluasi penyusunan laporan pelaksanaan

program subbidang evaluasi APBD; dan pelaksanaanfungsi lain yang

diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan di bidang

penatausahaan perbendaharaan, penerimaan, pengeluaran, bantuan

keuangan dan pengelolaan kas daerah, serta pembinaan perbendaharaan

dan penatausahaan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi.

Bidang perbendaharaan mempunyai fungsi :

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pengelolaan keuangan

daerah di bidang perbendaharaan;

2. pelaksanaan penatausahaan perbendaharaan belanja langsung dan tidak

langsung SKPD dan penatausahaan perbendaharaan belanja langsung

SKPKD;

3. pelaksanaan penelitian pelengkapan dokumen Surat Perintah Membayar

(SPM);

4. penyiapan bahan surat Penyediaan Dana (SPD);

5. penyiapan penerbitan surat perintah pencairan dana (SP2D);


42

6. pelaksanaan pembinaan perbendaharaan dan penatausahaan tuntutan

perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi;

7. penyelenggaraan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

8. penyelenggaraan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna

anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

9. pelaksanaan penempatan uang daerah dan pengelolaan/penatausahaan

investasi daerah;

10. pelaksanaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

APBD;

11. pelaksanaan pencatatan dan pembukuan penerimaan dan pengeluaran

daerah;

12. pelaksanaan pengelolaan kas daerah;

13. pelaksanaan pengelolaan hutang dan piutang daerah;

14. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

bidang perbendaharaan;

15. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

Bidang perbendaharaan terdiri dari :

a. Subbidang Penatausahaan Belanja Langsung .

Penatausahaan Belanja Langsung mempunyai tugas penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan

perbendaharaan dan belanja langsung.


43

b. Subbidang Penatausahaan Belanja Tidak Langsung.

Subbidang Penatausahaan Belanja Tidak Langsung mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan perbendaharaan belanja tidak langsung.

Subbidang penatausahaan belanja tidak langsung mempunyai fungsi :

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan, penatausahaan

dan pelaksanaan perbendaharaan belanja tidak langsung;

2. pelaksanaan penyusunan program kerja subbidang penatausahaan belanja

tidak langsung;

3. penyiapan bahan surat penyediaan dana (SPD) belanja tidak langsung;

4. pelaksanaan penelitian kelengkapan dokumen surat perintah membayar

(SPM) belanja tidak langsung;

5. penyiapan surat perintahpencairan dana SP2D belanja tidak langsung;

6. pelaksanaan penatausahaan perbendaharaan belanja tidak langsung;

7. pelaksanaan pengendalian pengeluaran belanja tidak langsung;

8. pelaksanaan penyusunan registrasi SP2D belanja tidak langsung;

9. pelaksanaan pelayanan administrasi teknis pengembangan dan fasilitasi

penatausahaan belanja tidak langsung;

10. pelaksanaan pembinaan perbendaharaan dan penatausahaan tuntutan

perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi;

11. pelaksanaan program kerja evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

program subbidang belanja tidak langsung; dan


44

12. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

c. Subbidang Kas Daerah

Subbidang Kas Daerah mempunyai tugas penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan pengelolaan kas

daerah

Subbidang kas daerah mempunyai fungsi :

1. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan, penatausahaan

dan pelaksanaan pengelolaan kas daerah;

2. penyelenggaraan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

APBD;

3. penyelenggaraan penyimpanan uang daerah;

4. penyelenggaraan penetapan dan penatausahaan investasi daerah;

5. pelaksanaan pembayaran sesuai SP2D dengan daftar penguji atas beban

rekening kas umum daerah;

6. penyelenggaraan pencatatan penerimaan dan pengeluaran atas rekening

kas umum daerah;

7. pelaksanaan pemungutan dan penyetoran PFK;

8. pelaksanaan rekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran atas rekening kas

umum daerah;

9. penyiapan bahan dalam rangka pemberian pinjaman atas nama pemerintah

daerah;
45

10. penyelenggaraan pengelolaan utang dan piutang daerah;

11. pelaksanaan penagihan utang daerah;

12. pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitasi

penatausahaan pengelolaan kas daerah;

13. Pelaksanaan program kerja, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

program subbidang pengelolaan kas daerah;

14. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

3. Bidang Akutansi dan Pelaporan

Bidang Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan perumusan kebijakan teknis akuntansi, pembinaan dan

pelaksanaan kegiatan di bidang akuntansi dan pelaporan.

Bidang perbendaharaan mempunyai fungsi :

1. penyusunan program bidang akuntansi dan pelaporan;

2. pelaksanaan pencatatan realisasi keuangan daerah dan penyusunan laporan

keuangan daerah;

3. penyiapan peraturan daerah pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran

pendapatan dan belanja daerah;

4. pelaksanaan pembinaan pelaporan dana dekosentrasi dan tugas

pembantuan;

5. pelaksanaan evaluasi peraturan daerahpertanggungjawaban pelaksanaan

APBD kabupaten/kota;
46

6. penyelenggaraan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

bidang akuntansi dan pelaporan; dan

7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

a. Subbidang Akutansi dan Pendapatan .

Subbidang Akuntansi dan Pendapatan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang terkait dengan pendapatan daerah.

Subbidang akutansi dan pendapatan mempunyai fungsi :

1. penyusunan program subbidang akuntansi dan pendapatan;

2. penyiapan bahan penyusunan laporan keuangan semester dan laporan

keuangan tahunan serta peraturan daerah pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD terkait dengan pendapatan daerah;

3. pelaksanaan rekonsiliasi pendapatan daerah dengan SKPD yang mengelola

pendapatan;

4. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

subbidang akuntansi dan pendapatan; dan

5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

b. Subbidang Akutansi Belanja .

Subbidang Akuntansi Belanja mempunyai tugas melakukan

persiapan bahan perumusan kebijakan teknis akuntansi, penyiapan laporan


47

keuangan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD terkait dengan

belanja daerah.

Subbidang akutansi belanja mempunyai fungsi :

1. penyusunan program subbidang akuntansi belanja;

2. penyiapan bahan penyusunan laporan keuangan semester dan laporan

keuangan tahunan serta peraturan daerah pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD terkait dengan belanja daerah;

3. pelaksanaan rekonsiliasi belanja operasi dan belanja tak terduga dengan

seluruh SKPD dan rekonsiliasi belanja modal dengan biro pengelolaan

barang milik daerah;

4. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan subbidang

akuntansi belanja; dan

5. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

c. Subbidang Akutansi Wilayah .

Subbidang Akuntansi Wilayah dan Evaluasi Pertanggungjawaban

APBD Kabupaten/Kota mempunyai tugas melaksanakan koordinasi

UAPPAW dana dekonsentrasi/tugas pembantuan, penyusunan laporan

keuangan dana dekonsentrasi/tugas pembantuan, penyusunan laporan

keuangan dana dekonsentrasi/tugas pembantuan dan evaluasi

pertanggungjawaban APBD kabupaten/kota.

Subbidang akutansi wilayah mempunyai fungsi :


48

1. penyusunan program sub bidang akuntansi wilayah dan evaluasi

pertanggungjawaban APBD kabupaten/kota;

2. rekonsiliasi data laporan realisasi dana dekonsentrasi dan SATKER terkait

di lingkup Pemerintah Provinsi Jambi dan rekonsiliasi data laporan dana

tugas pembantuan dengan koordinator UAPPAW kabupaten/kota;

3. penyusunan laporan keuangan pertriwulan, semester dan tahunan dana

dekonsentrasi dan tugas pembantuan;

4. pelaksanaan evaluasi peraturan daerah pertanggungjawaban APBD

kabupaten/kota dan penyiapan keputusan gubernur hasil evaluasi

pertanggungjawaban APBD kabupaten/kota;

5. pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program

subbidang akuntansi wilayah dan evaluasi pertanggungjawaban APBD

kabupaten/kota; dan

6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang

tugasnya.

4. Bidang Pajak dan Dana Perimbangan

Bidang Pajak Daerah dan Dana Perimbangan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan


49

dibidang perencanaan dan intensifikasi, data dan pengendalian pajak

daerah, pembinaan dan pengawasan bidang pajak pada UPT Bakeuda, bagi

hasil, hukum dan perundang-undangan.

Bidang pajak dan Dana Perimbangan mempunyai fungsi :

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan dibidang pajak daerah dan dana perimbangan.

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan dibidang pembinaan dan pengawasan bidang pajak dan

UPT Bakeuda.

c. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan dibidang data dan informasi pajak daerah.

d. Penyelenggaraan pengkajian program kerja bidang pajak daerah dan

dana perimbangan.

e. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis pembinaan pajak

daerah dan dana perimbangan.

f. Penyelenggaraan pengkajian bahan fasilitasi pajak daerah dan dana

perimbangan.

g. Penyelenggaraan koordinasi pajak daerah dan dana perimbangan dengan

unit kerja terkait.

h. Penyelenggaraan pengolahan dan pengendalian data penerimaan pajak

daerah dan dana perimbangan.


50

i. Penyelenggaraan perumusan kebijakan bagi hasil pajak daerah dan dana

perimbangan

j. Penyiapan bahan analisa untuk dijadikan dasar pertimbangan

pengambilan kebijakan dibidang pajak daerah dan dana perimbangan.

k. Penyelenggaraan pelaksanaan rekonsiliasi data perencanaan anggaran

dan realisasi penerimaan dana perimbangan ke pemerintah pusat

l. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan pajak daerah dan dana

perimbangan.

m. Penyelenggaraan perumusan pembinaan dan pengawasan atas

pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan dana perimbangan.

n. Penyelenggaraan perumusan bahan bahan produk hokum dibidang pajak

daerah dan dana perimbangan.

o. Penyelenggaraan proses administrasi keberatan pajak

p. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang-bidangnya.

Bidang Pajak Daerah dan Dana Perimbangan terdiri dari :

a. Sub Bidang Pembinaan Pengawasan Pajak Daerah.

Subbidang Pembinaan dan Pengawasan Pajak daerah, mempunyai

tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan dan pengawasan pajak daerah pada UPT Bakeuda.

Subbidang Pembinaan dan Pengawasan Pajak Daerah mempunyai

fungsi :
51

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis pembinaan dan

pengawasan pajak daerah.

b. Pelaksanaan pelayanan adminsitrasi, pembinaan dan pengawasan pajak

daerah pada UPT Bakeuda.

c. Pelaksanaan penyusunan program kerja subbidang.

d. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis pembinaan dan

pengawasan pajak daerah pada UPT Bakeuda.

e. Penyiapan bahan tentang pelaksanaan pembinaan dan pengawasan

pajak daerah.

f. Penyiapan bahan rumusan pengawasan atas kegiatan pemungutan dan

intensifikasi pajak daerah yang dilaksanakan oleh UPT Bakeuda dan

instansi terkait lainnya.

g. Penyiapan bahan rumusan monitoring dan evaluasi kegiatan

pemungutan dan pelayanan publik dibidang pajak daerah ke UPT

Bakeuda.

h. Penyiapan bahan rumusan tindak lanjut hasil pemeriksaan dibidang

pajak daerah.

i. Pelaksanaan penyusunan badan kajian dan rumusan keberatan dan

penghapusan pajak daerah.

j. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis hukum dan perundang-

undangan dibidang pajak daerah dan dana perimbangan.


52

k. Pelaksanaan penyusunan bahan fasilitasi dan pembinaan legal drafting

produk hukum dibidang pajak daerah dan dana perimbangan.

l. Penyiapan bahan petunjuk teknis keberatan, keringanan dan restitusi

pajak daerah.

m. Pelaksanaan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan teknis pembinaan dan

pengawasan pajak daerah, dan

n. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

b. Subbidang Data dan Informasi Pajak Daerah

Subbidang Data dan Informasi Pajak Daerah mempunyai tugas

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan

pelaksanaan dibidang data dan informasi pajak daerah.

Subbidang Data dan Pajak Daerah mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan program kerja subbid data dan informasi pajak

daerah;

b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis administrasi data

informasi pajak daerah;

c. Pelaksanaan penyusunan bahan fasilitasi penyelenggaraan data dan

informasi pajak daerah;

d. Pelaksanaan pengelolaan data-data dan informasi pajak daerah;


53

e. Pelaksanaan rekonsiliasi data realisasi penerimaan dana perimbangan

ke pemerintah pusat;

f. Pelaksanaan pelaporan atas pajak daerah dan dana perimbangan;

g. Pelaksanaan penyusunan bahan koordinasi data pengendalian pajak

daerah;

h. Pelaksanaan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan teknis penyusunan data dan

pengendalian pajak daerah;

i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan subbidang;

j. Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan

k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

5. Bidang Retribusi dan Penerimaan Lain-lain.

Bidang Retribusi dan Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas

penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan

dibidang retribusi dan pendapatan lain-lain.

Untuk melaksanakan tugas dimaksud Bidang Retribusi dan Penerimaan

Lain-lain mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

pelaksanaan dibidang teribusi;

b. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan

pelaksanaan dibidang pendapatan lain-lain;


54

c. Penyelenggaraan pengkajian program kerja, bahan kebijakan teknis

pembinaan dan bahan fasilitasi bidang retribusi dan pendapatan lain-

lain;

d. Penyelenggaraan fasilitasi dan pengembangan retribusi dan pendapatan

lain-lain;

e. Penyelengaraan fasilitasi dan pengembangan retribusi dan pendapatan

lain-lain, telaah staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan

kebijakan;

f. Penyelenggaraan evaluasi dan pengawasan dan pelaporan kegiatan

retribusi dan pendapatan lain-lain;

g. Penyelenggaraan koordinasi retribusi daerah dan pendapatan lain-lain

dengan instansi terkait;

h. Penyelenggaraan perumusan bahan – bahan produk hukum dibidang

retribusi dan pendapatan lain-lain; dan

i. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

Bidang Retribusi dan Penerimaan Lain-lain terdiri dari :

a. Subbidang Pendapatan Lain -lain

Subbidang Pendapatan Lain – lain mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan pelaksanaan

disubbidang pendapatan lain - lain, meliputi penetapan kebijakan


55

pendapatan lain – lain daerah provinsi, fasilitasi, supervisi, monitoring

dan evaluasi pelaksanaan pendapatan lain – lain daerah.

Subbidang Pendapatan Lain - lain mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis perencanaan dan

program pendapatan lain – lain;

b. Pelaksanaan pelayanan administrasi, teknis pengembangan dan fasilitasi

pendapatan lain-lain;

c. Pelaksanaan penyusunan program kerja, kebijakan teknis pemungutan,

rencana dan analisa pendapatan di subbid pendapatan lain-lain;

d. Pelaksanaan fasilitasi dan pemungutan pendapatan lain-lain;

e. Pelaksanaan penyusunan bahan koordinasi pendapatan lain-lain;

f. Pelaksanaan penyusunan bahan-bahan referensi teknis pemungutan

sebagai bahan pembuatan produk hukum yang menjadi dasar hukum

pemungutan pendapatan lain-lain;

g. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi kegiatan penerimaan pendapatan

lain-lain;

h. Pelaksanaan pengolahan data, koordinasi dan memonitor pelaksanaan

pemungutan pendapatan lain-lain ke unit kerja terkait; dan

i. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.

b. Subbidang Data dan Informasi Retribusi Daerah


56

Subbidang Data dan Informasi Retribusi Daerah mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan

dan pelaksanaan dibidang data dan informasi retribusi dan penerimaan

lain – lain.

Subbidang Data dan Informasi Retribusi Daerah mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan program kerja subbidang;

b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis administrasi data dan

informasi retribusi dan penerimaan lain – lain;

c. Pelaksanaan penyusunan bahan fasilitasi penyelenggaraan data dan

informasi dan penerimaan lain – lain;

d. Pelaksanaan pengelolaan data – data dan informasi retribusi dan

penerimaan lain – lain;

e. Pelaksanaan penyusunan bahan koordinasi dan pengendalian retribusi

dan penerimaan lain – lain;

f. Pelaksanaan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan

pertimbangan pengambilan kebijakan teknis penyusunan data dan

pengendalian retribusi dan penerimaan lain – lain;

g. Pelaksanaan evaluasi, pelaporan retribusi dan penerimaan lain – lain

serta kegiatan subbidang;

h. Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja terkait; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

bidang tugasnya.
57

6. Bagian Sekretariat

Bagian Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan urusan umum,

keuangan dan aset kantor, kepegawaian, program dan pelaporan,

mengkoordinir seluruh kegiatan Badan Keuangan.

Bagian Sekretariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum, Keuangan dan Aset.

Sub Bagian Umum, Keuangan dan Aset mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan,pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan adminsitrasi umum, pengelolaan keuangan meliputi pengelolaan

administrasi keuangan, organisasi dan tata laksana, ketatausahaan, rumah

tangga perlengkapan di lingkungan badan, verifikasi, pembukuan dan

pelaksanaan di bidang keuangan dan aset.

b. Sub Bagian Kepegawaian,Program dan Pelaporan.

Sub Bagian Kepegawaian, Program dan Pelaporan mempunyai

tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan adminstrasi dan pelaksanaan di bidang kepegawaian, program

dan pelaporan meliputi koordinasi perencanaan, administrasi

kepegawaian dan pelaporan dilingkungan badan Keuangan daerah.

3.2 Pembahasan
58

3.2.1 Nama,Objek dan Subjek Retribusi

1. Nama Objek Retribusi

a. Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana dimaksud

adalah pemakaian kekayaan Daerah.

b. Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan sebagaimana

dimaksud adalah penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis

barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang

disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

c. Objek Retribusi Tempat Pelelangan sebagaimana dimaksud adalah

penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh

Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil

bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya

yang disediakan di tempat pelelangan.

d. Objek Retribusi Terminal sebagaimana dimaksud dalam adalah

pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan

bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan

terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah.

e. Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 127 huruf e adalah pelayanan tempat khusus parkir yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

f. Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa sebagaimana

dimaksud dalam adalah pelayanan tempat


59

g. penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau

dikelola oleh Pemerintah Daerah.

h. Objek Retribusi Rumah Potong Hewan sebagaimana dimaksud adalah

pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak

termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan

sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

i. Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud

adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di

lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh

Pemerintah Daerah.

j. Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga sebagaimana dimaksud

adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang

disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.

k. Objek Retribusi Penyeberangan di Air sebagaimana dimaksud adalah

pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan

kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah

Daerah.

l. Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah sebagaimana

dimaksud adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah.

2. Subjek Retribusi

1. Subjek Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.


60

2. Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan.

3. Subjek Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau Badan

yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah Daerah.

3.2.2 Latar belakang perhitungan

Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi

Tarif retribusi adalah nilai rupiah atau presentase tertentu yang

ditetapkan untuk menghitung besarnya retribusi yang terutang, tarif

retribusi ditinjau kembali secara berkala dengan memperhatikan prinsip

dan sasaran penetapan tarif retribusi kewenangan daerah untuk

meninjau kembali tarif retribusi secara berkala dan jangka waktu

penerapan tersebut, dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan

perekonomian daerah berkaitan dengan objek retribusi yang

bersangkutan.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum

didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya

penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif dalam retribusi jasa

usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha

swasta sejenis yang beroperasi secara efesien dan berorientasi pada

harga pasar.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan

tertentu didasarkan pada tujuan untuk menutup sebgian atau seluruh


61

biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan, biaya

penyelenggaraan izin ini meliputi penerbitan pedoman izin, pengawasan

di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, dan biaya yang muncul

akibat dampak negatif dan pemberian izin tersebut. Tarif retribusi di

atas ditinjau paling lama lima tahun sekali.

3.2.3 Pehitungan Retribusi Daerah

1. perhitungan retribusi penerimaan

Kontribusi = Realisasi Penerimaan Retribusi Kolam Renang X 100%

Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah / PAD

Tabel 3.2

Realisasi Penerimaan Retribusi Kolam Renang Tahun 2016-2018

Dinas Dispora Provinsi Jambi

Realisai retribusi Persentase


Tahun Target retribusi
kolam renang
anggaran kolam renang (Rp.) (%)
(Rp.)
2016 2.322.334.646 2.621.802.000 112,90

2017 2.377.241.500 2.611.070.000 109,83

2018 2.432.150.000 2.813.874.000 115,69

Potensi retribusi penerimaan kolam renang pada tahun 2016 - 2018

mengalami surplus pendapatannya dari tahun ke tahun yaitu dengan

potensi di tahun 2016 sebesar Rp. 2.621.802.000 dan target yang

ditetapkan sebesar Rp. 2.322.334.646, di tahun 2017 sebesar Rp.

2.611.070.000 dan target yang ditetapkan sebesar Rp. 2.377.241.500,

dan tahun 2018 sebesar 2.813.874.000 dan target yang ditetapkannya


62

sebesar Rp. 2.432.150.000. hal tersebut didukung dengan faktor adanya

sarana dan perasarana yang lengkap , harga tiket tidak terlalu mahal di

bandingkan dengan kolam renang swasta, tingkat pengawasan ketat,

playanan prima yang baik, letak strategis, halaman parkir luas, dan

dijadikan tempat latihan dan event perlombaan kolam renang. Dalam

hasil realisasi retribusi penerimaan pendapatan disektor kolam renang

dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2. Tata cara pemungutan retribusi

1. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain

yang dipersamakan.

2. Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berupa karcis, kupon, dan kartu langganan.

3. Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada

waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif

berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi

yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan

menggunakan STRD.

4. Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

didahului dengan Surat Teguran.

5. Tata cara pelaksanaan pemungutan Retribusi ditetapkan dengan

Peraturan Kepala Daerah.


63

3.3.4 Keberatan

1. Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatanhanya kepada

Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan.

2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesiadengan

disertai alasan-alasan yang jelas.

3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama3 (tiga)

bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi

tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat

dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.

4. Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksudpada ayat (3)

adalah suatu keadaan yang terjadi di luarkehendak atau kekuasaan

Wajib Retribusi. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban

membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

3.3.5 Pembukuan dan Pemeriksaan

1. Pembukuan

1. Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib

menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

2. Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet sertatata cara

pembukuan atau pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.


64

2. Pemeriksaan

1. Kepala Daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakandaerah dan kewajiban

Retribusi dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-

undangan perpajakan daerah dan Retribusi.

2. Wajib Pajak atau Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang

berhubungan dengan objek Pajak atau objek Retribusi yang

terutang;

b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan

yang dianggap perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran

pemeriksaan; dan/atau

c. memberikan keterangan yang diperlukan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan

Pajak dan Retribusi diatur dengan Peraturan Kepala

Daerah.

3.3.6 Ketentuan Pidana dan Penutup

1. Ketentuan Pidana

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannyasehingga

merugikan keuangan Daerah diancam pidanakurungan paling lama 3

(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah

Retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.


65

2. Ketentuan Penutup

Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah mengenai jenis

Retribusi Jasa Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat

(1), jenis Retribusi Jasa Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal

127, dan jenis Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 141, masih tetap berlaku untuk jangka waktu 2 (dua)

tahun sebelum diberlakukannya Peraturan Daerah yang baru

berdasarkan Undang-Undang 28 Tahun 2009.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Usaha untuk menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor

retribusi kolam renang didukung dengan adanya sarana dan perasarana

yang lengkap , harga tiket tidak terlalu mahal di bandingkan dengan

kolam renang milik swasta, pelayanan prima yang baik, letak strategis,

halaman parkir luas, dan dijadikan tempat latihan dan event

perlombaan kolam renang. Dalam hasil realisasi retribusi penerimaan

pendapatan disektor kolam renang dapat meningkatkan Pendapatan

Asli Daerah (PAD).

2. Dari potensi retribusi jasa usaha seperti rekreasi dan olahraga

khususnya sektor kolam renang yang ditangani oleh Pemerintah

Provinsi Jambi melalui Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 1 Tahun

2012 memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah.

Berdasarkan hasil penerimaan pendapatan kolam renang pada tahun

2016 - 2018 mengalami surplus pendapatannya dari tahun ke tahun

yaitu dengan potensi di tahun 2016 sebesar Rp. 2.621.802.000 dan

target yang ditetapkan sebesar Rp. 2.322.334.646, di tahun 2017

sebesar Rp. 2.611.070.000 dan target yang ditetapkan sebesar Rp.

2.377.241.500, dan tahun 2018 sebesar 2.813.874.000 dan target yang

ditetapkannya sebesar Rp. 2.432.150.000.

66
67

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan setalah melakukan observasi mengenai

retribusi tempat dan olahraga khususnya di sektor kolam renang pada

pendapatan asli daerah provinsi jambi tahun 2016 – 2018 adalah sebagai

berikut:

1. Sebaiknya dari sektor kamar mandi dikolam renang Kota Baru

sarananya lebih diperhatikan lagi karna banyak fasilitas yang

membuat pengunjung tidak nyaman.

2. Penambahan sektor wahana agar lebih menarik lagi untuk ketertarikan

pengunjung yang membawa anak – anaknya beserta keluarga yang

ingin menikmati liburan tempat kolam renang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai