Anda di halaman 1dari 8

Laporan Kasus

ERUPSI OBAT ALERGI


Weynasari Francicela Pagaya (2018-84-059)
Bagian / SMF L.P. Kulit dan Kelamin
FK UNPATTI / RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

Pendahuluan

Selulitis adalah peradangan supuratif akut yang melibatkan jaringan dermis dan
subkutan.1-5 Selulitis disebabkan oleh infeksi Staphyloccus aureus dan B-homolytic
Steptococcus.1-5Selulitis biasanya ditandai oleh adanya eritema, edematosa, teraba hangat
dan nyeri pada kulit.1-3 Faktor risiko terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit),
luka terbuka di kulit (gangguan integritas kulit), atau gangguan pada pembuluh vena
maupun pembuluh limfe, serta gangguan imunitas.1,5

Selulitis merupakan beban kesehatan global yang umum, dengan lebih dari 650000
kasus per tahun di Amerika Serikat (AS). Selulitis adalah diagnosis umum yang insidensinya
meningkat dan menyumbang 10% dari kasus penyakit menular yang rawat inap di AS tahun
1998-2006. Jumlah rawat inap meningkat untuk kasus selulitis dan abses di AS yaitu sebesar
73% dari 12 per 10.000 di tahun 1997 menjadi 21 per 10.000 di tahun 2011. Selain itu
penelitian di belanda menunjukkan bahwa total, erisipelas, selulitis atau abses rawat inap
per penduduk per tahun meningkat tajam seiring bertambahnya usia, dengan peningkatan 5
kali lipat pada pasien yang berusia 54 tahun sampai 85 tahun atau lebih (insiden >100 per
100.000).4

Gambaran klinis pada selulitis biasanya muncul sebagai area eritema yang akut,
dapat meluas, dan berbatas tidak tegas, juga memiliki tanda-tanda peradangan yaitu dolor
(nyeri), kalor (panas), rubor (eritema), dan tumor (pembengkakan). Gambaran klinis
tambahan yang mungkin ditemui yaitu dilatasi dan pembengkakan kelenjar limfatik
menyerupai gambaran kulit jeruk (peau d’orange), dan edematosa; pembentukan bula; atau
peradangan kelenjar limfatik proksimal ke area selulitis, menyebabkan garis eritematosa
linier atau limfangitis. Peradangan pada limfatik juga dapat menyebabkan limfadenopati
tender regional. Selulitis hampir selalu unilateral. Biasanya ditemukan pada ekstremitas
bawah, meskipun dapat muncul pada area kulit mana saja dan sering ditemukan pada
ekstremitas atas pada pasien yang merupakan pengguna narkoba suntikan. Selain itu
demam juga sering dialami oleh pasien dengan sesulitis.1-4

Diagnosis selulitis dapat ditegakkan atas dasar klinis, belum ada teknik standar baku
untuk konfirmasi diagnostik selulitis.3 Pemeriksaan darah, termasuk kultur, biopsi atau
aspirasi dapat dilakukan tetapi hasil yang didapatkan jarang positif, namun bila ada luka
terbuka, ada kemungkinan besar kultur positif.3-4

Terapi pasien dengan selulitis secara umum dapat berupa elevasi area yang terinfeksi,
pemberian antibiotik sistemik baik oral maupun intravena, kortikosteroid sistemik juga dapat
diberikan untuk pasien non-diabetik dengan selulitis berat dan sedang, dan bila ada indikasi
dapat rawat inap.6

Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah untuk membahas erupsi obat alergi dan
penatalaksanaannya.

Kasus

Seorang wanita usia 23 tahun, suku Maluku, bangsa Indonesia, alamat Masohi.
Datang ke instalasi gawat darurat RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon tanggal 05 Maret 2019
dengan keluhan utama luka pada tungkai kiri.

Autoanamnesis

Keluhan dialami sejak ± 10 hari sebelum masuk rumah sakit disertai nyeri pada kedua
kaki dan saat berjalan harus dibantu. Selain itu terdapat luka kering pada samping kiri dari
luka baru yang dialami pasien, luka tersebut karena tertusuk tumbuhan berduri sebelumnya.
Pasien mengatakan keluhan muncul tiba-tiba awalnya muncul berupa kemerahan, lepuhan,
kemudian menjadi luka dan bernanah, disertai demam, gatal(-).

Riwayat penyakit dahulu : Keluhan yang sama tidak ada, diabetes melitus (DM)
disangkal, hipertensi disangkal.
Riwayat Penyakit keluarga : Keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat pengobatan : Pasien belum melakukan pengobatan.
Riwayat atopi/alergi : Tidak ada.
Pemeriksaan Fisik

Status generalis
Keadaan umum : Kesadaran kompos mentis, tampak sakit sedang, gizi cukup,
TD: 120/80 mmhg, Nadi: 84x/ menit
Kepala : Bentuk monosepal, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher dan aksila : Tidak akanda pembesaran kelenjar getah bening
Toraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas : Ada luka pada ekterimitas inferior
Status dermatologis
Lokasi : Generalisata
UKK : Eritema, edema dan ulkus dengan dasar kotor

Gambar 1. Hari perawatan ke-1


DIAGNOSIS BANDING
1. Erisipelas
DIAGNOSA SEMENTARA : Selulitis dan Ulkus cruris
PENATALAKSANAAN :
1. Rawat inap
2. Pasang venflon 20 G
3. Ceftriaxone 1 g / 12 jam//IV diawali dengan skin test
4. Rawat luka dengan NaCl 0,9%, cutimed sorbact, dan cutimed siltec
PENGAMATAN SELANJUTNYA :
Tanggal 07 Maret 2019
Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 07 Maret 2019:
Darah rutin :
Leukosit : 21,2x103/µl,
Neutrofil : 80,2 %,
LED : 118mm/jam,
Glukosa puasa : 62 mg/dl,
Glukoasa 2 jam PP :101 mg/dl.
DIAGNOSIS : Selulitis dan Ulkus cruris

Tanggal 09 Maret 2019


Keluhan : Nyeri semakin berkurang, bengkak berkurang.
TD : 110/80 mmhg
Status Dermatologis
Lokasi : Ekstremitas inferior
UKK : Eritema, edema, ulkus dengan dasar luka bersih dan jaringan
granulasi mulai terbentuk.
Terapi
Sistemik : Ceftriaxone 1g/ 12 jam/IV
Topikal : Rawat luka dengan NaCl 0,9%, cutimed sorbact, cutimed siltec

Gambar 2. Hari perawatan ke-5


Tanggal 11 Maret 2019
Keluhan : Nyeri semakin berkurang, luka bersih dan mengering, serta bengkak
berkurang
TD : 110/80 mmhg
Status Dermatologis
Lokasi : Ekstermitas inferior
UKK : Eritema, edema, ulkus bersih dan terbentuk jaringan granulasi
Terapi
Sistemik : Ceftriaxone 1g/ 12 jam/IV
Topikal : Rawat luka dengan NaCl 0,9%, cutimed sorbact, cutimed siltec

Gambar 3. Hari perawatan ke-7


PEMBAHASAN

Diagnosis selulitis pada pasien ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan
gambaran klinis.

Pada anamnesis didapatkan seorang wanita usia 23 tahun datang dengan keluhan
utama luka pada tungkai kiri dan diketahui memiliki riwayat trauma sebelumnya.. Menurut
kepustakaan selulitis sering terjadi pada ekstremitas inferior. 4,7,8-10 Insiden selulitis tidak
memiliki hubungan antara usia dan jenis kelamin. 7,8 Selulitis biasanya disebabkan oleh S.
aureus atau B-hemolytic Streptococcus (terutama grup A Streptococcus), faktor yang
meningkatkan kemungkinan infeksi kulit dan jaringan lunak adalah pajanan pada organisme
patogen akibat gangguan fungsi sawar kulit misalnya trauma.1-5,7,11
Gambaran klinis pada pasien ini muncul tiba-tiba, awalnya muncul berupa
kemerahan, kemudian menjadi lepuhan, dan menjadi luka yang kemudian bernanah, disertai
demam. Menurut kepustakaan lesi pada selulitis awalnya muncul sebagai tanda-tanda
radang seperti eritema lokal ringan dan nyeri, malaise, sensasi dingin atau rasa dingin dan
demam saat onset muncul. Eritema dengan cepat menjadi intens dan menyebar. Area
menjadi terinfiltrasi dan mengalami tekanan. Bagian sentral dapat menjadi nodular dan
berakhir dengan vesikel yang pecah dan mengeluarkan nanah dan bahan nekrotik.1,3,10

Pada pemeriksaan penunjang didapati adanya leukositosis. Menurut kepustakaan,


umunya terjadi leukositosis pada pasien selulitis akibat adanya infeksi. 12

Diagnosis banding dengan erisipelas dapat disingkirkan karena gejala klinis pada
erisipelas biasanya berupa eritema lokal yang berbatas tegas dengan tepi meninggi. Pada
erisipelas biasanya jaringan yang terkena lebih superficial, sedangkan pada kasus selulitis
didapatkan lesi eritema yang berbatas tidak tegas dengan tepi tidak meninggi, dan jaringan
yang tekena lebih dalam dapat mencapai jaringan subkutan.1,3,5,10

Penalatalaksanaan pada penderita ini dilakukan rawat inap kemudian diberikan


pengobatan sistemik berupa Ceftriaxone 1g/ 12 jam selama 7 hari. Serta rawat luka dengan
Nacl 0,9%, cutimed sorbact, dan cutimed siltec. Menurut kepustakaan tujuan
penatalaksanaan adalah mengatasi gejala, mengurangi durasi rawat inap dan menghindari
komplikasi. Selulitis yang tidak menunjukan tanda infeksi sistemik, dapat menerima agen
antibiotik yang efektif terhadap Streptococcus. Untuk selulitis dengan tanda-tanda infeksi
sistemik (nonpurulen sedang) antibiotik sistemik dapat diberikan misalnya Amoxicillin dan
atau Cefalosprorin generasi ke-3. Terapi antibiotik dapat diberikan selama 5 hari namun bila
infeksi belum membaik dapat diberikan lebih. Elevasi area yang terinfeksi direkomendasikan
untuk mengatasi faktor predisposisi seperti edema, dan faktor penyakit kulit yang
mendasari.4-6,13 Pada pasien dengan selulitis pada ekstremitas bawah daerah interdigitalis
perlu mendapat perhatian khusus untuk menghindari adanya fisura atau maserasi sehingga
mengurangi kolonisasi patogen yang dapat menyebabkan kasus rekuren. Pasien dapat rawat
jalan apabila tidak memiliki ciri sebagai berikut: Sistemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS), gangguan mental, atau hemodinamik tidak stabil. Indikasi rawat inap bila adanya
infeksi yang dalam dan nekrosis, pasien yang tidak patuh dalam terapi, dan pasien dengan
immunocompromised.6
Prognosis penderita ini quo ad vitam, ad sanationam, ad functionam, ad kosmetikam
bonam. Hal ini dikarenakan pemberian terapi yang adekuat serta faktor presidposisi yang
telah diatasi umumnya memberikan hasil yang cukup baik. 4-6,13

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus selulitis pada seorang wanita usia 23 tahun dengan
keluhan luka pada tungkai kiri, keluhan dialami sejak ± 10 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan awalnya muncul berupa kemerahan, lepuhan, kemudian menjadi luka dan
bernanah, disertai nyeri, dan demam.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan eritema, edema, dan ulkus. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis.
Penatalaksanaan pasien berupa rawat inap, perawatan luka dengan NaCl 0,9%,
cutimed sorbact dan siltec, antibiotik: injeksi ceftriaxone 1gr/12 jam/IV. Prognosis pasien ini
quo ad vitam, ad sanationam, ad functionam, ad kosmetikam bonam.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lipworth AD, Saavedra P, Weinberg AN, Johnson RA.Non-necrotizing infections of the


dermis and subcutaneous fat: cellulitis and erysipelas, In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K. Fitzpatricks Dermatolgy in general medicine. 8
th
Ed. USA: The McGraw-Hill Companies,Inc;2012.
th
2. Wolff K, Johnson R, Saavedra A. Color atlas and synopsis of clinical dermatology. 7 Ed.
USA: The McGraw-Hill Companies,Inc;2013. p.531-537.
3. James WD, Berger TG, Eiston DM, Neuhaus IM. Diseases of the skin: clinical
dermatology.12th. China: Elsevier;2016.

4. Raff AB, Koroshinsky D. Cellulitis: a review. JAMA.2016;316(3):325-57.


5. Albuainain KM, Aljuwayd AA, Almazong AA, AlSaud ZAA,Alkhattal NAM, Alabdrabalrasol
EA, Zamzamy NA, Al-Lashit AH, Al-Saad MH. Causes and management of cellulitis. The
Egyptian Journal of Hospital Medicine. 2018;70 (12): 2148-2151
6. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJ, Gorbach SL, et al. Practice
giudelines for the diagnosis and management of skin and soft tissue infections: 2014
update by the infectious disease society of America.IDSA Guidline.2014;59:10-15.

7. Phoenix G, Das S, Joshi M, Diagnosis and management of cellulitis.BMJ.2012;345:4955.


8. Nassaji M, Ghorbani R, Ghashghaee S. Risk factors of acute cellulitis in adult patients: A
case-control study. East J Med. 2016. 21;1: 26-30.
9. Novarina RM, Sawitri. Profil Pasien Erisipelas dan Selulitis.BIKKK.2015;27:33-40.
10. Rositawati A, Sawitri. Studi Retrospektif: Profil Pasien Erisipelas dan Selulitis.
BIKKK.2016;28:59-67.
11. Jeyamani VP, Rajan AK, Indumathi, Divya R, Lavanya R, Prema M, Babu N. Causative
organisms of cellulitis : a retrospective study. J Young Pharm. 2018; 10(3): 367-370.
12. Sawitri, Listiawan MY, Rosita C. Selulitis. Dalam: Pedoman diagnosis dan terapi SMF
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: RSUD Dr. Soetomo. 2005. h.39-40.
rd
13. Burgdorf W, Plewig G, Landthaler M, Wolf H. Braun-Falco’s Dermatology. 3 Ed.
Germany:Springer;2012.

Anda mungkin juga menyukai