Anda di halaman 1dari 17

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh
lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe. Agen
infeksius utama adalah Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic
tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan
sinar ultraviolet. M.bovis dan M.avium pernah, pada kejadian yang jarang,
berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2002).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang


disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara
(pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke
organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe,
saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes
RI, 2002).

2. ETIOLOGI
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis.
Sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang
membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. M. tuberculosis hominis merupakan
penyebab sebagian besar kasus tuberculosis. Mikobakterium ini tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada
dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali
dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob.
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-
paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini
merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Macam-macam jenis Micobacterium tubercolusae complex adalah:
a. M. tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. M. Bovis
Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical adalah:
a. M. kansasi
b. M. avium
c. M. intra cellular
d. M. scrofulaceum
e. M.malmacerse
f. M. xenopi
(Amin, 2007)

3. PATOFISIOLOGI
Paru merupakan port d’entrée kasus infeksi TB. Pada waktu batuk atau
bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis
dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terinfeksi
kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah
Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke
alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri.
Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya
(lobus atas).
Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi
awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan.Massa jaringan
baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih
hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral
dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon (fokus primer Gohn).

Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju ke


kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi
di saluran limfe. Pada sebagian besar individu dengan sistem imun yang
berfungsi baik, begitu sistem imun seluler berkembang, proliferasi kuman
TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
granuloma.

Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya


mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe
regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus primer di jaringan
paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun
dalam kelenjar ini.

Komplek primer dapat juga mengalai komplikasi. Komplikasi yang terjadi


dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Jika
terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan
keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
atau kavitas. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat
menyebabkan atelektasis. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi
komplit pada bronkus sehingga menyebabkan atelektasis dan pneumonitis.

Sebelum terbentuknya imunitas selular, dapat terjadi penyebaran limfogen


dan hematogen. Pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam
sirkulasi darah yang menyebar ke seluruh tubuh yang sering disebut
penyakit sistemik.
(Sudoyo, 2006; Price & Wilson, 2006; Raharjoe, 2005).

4. KLASIFIKASI
Menurut Price & Wilson, (2006), TB dibedakan menjadi:
Klasifikasi I
Tabel 1. Klasifikasi TB
Class 0 Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar, reaksi test
tuberculin (PPD) tidak bermakna.
Class 1 Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak bermakna
Class 2 Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan bakteri (-),
tidak ada bukti.
Class 3 Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna, Rontgent
Thorax (+). Lokasi tempat : Paru-paru, Pleura, Limfatik,
tulang/sendi, meninges, peritoneum, dsb.
Class 4 Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan, Rontgent
Thorax (+), test mantoux bermakna.
Class 5 dicurigai TBC, sedang dalam pengobatan

Klasifikasi II
1. Tuberculosis Primer
a. Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang
yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah mengalami TB)
atau peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium.
b. Dampak utama dari tuberculosis primer adalah
a) penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan resistensi.
b) fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup selama
bertahun-tahun bahkan seumur hidup
c) penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis primer
progresif. Hal ini terjadi ada orang yang mengalami gangguan
akibat suatu penyakit (terutama penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh, seperti AIDS dan biasanya terjadi pada pada anak
yan mengalami malnutrisi atau usia lanjut).
2. Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)
Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah terpajan
penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang di mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium tersebut. Penyakit ini mungkin terjadi segera
setelah tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi lesi
primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal, terutama jika sistem
pertahanan penjamu (seseorang yang pernah terkena TB sebelumnya)
melemah.
5. TANDA GEJALA
Menurut Jhon Crofton (2002), gejala klinis yang timbul pada pasien
Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :
a) Batuk lebih dari 3 minggu
Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses
destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit
menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif
walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada
permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian
menjadi produktif.
b) Dahak (sputum)
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen
(kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan.
c) Batuk darah
Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah
sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk.
Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan
bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.
d) Sesak napas
Sesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru.
Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran
pernapasan.
e) Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan
pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis
dan tegangan otot pada saat batuk.
f) Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang
disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.
g) Demam dan menggigil
Peningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi
umum dari proses infeksi.
h) Penurunan berat badan
Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul
belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
i) Malaise
Ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
j) Rasa lelah dan lemah
Gejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk.
k) Berkeringat banyak terutama malam hari
Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit
Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses
telah lanjut.

Gejala khas TB, yaitu TRIAS TB yaitu batuk > 3 mggu yang tidak disebabkan
penyakit lain, kadang hemoptisis; berkeringat terutama di malam hari; dan
nafsu makan ↓ diikuti penurunan BB. Penyakit tuberculosis sering dijuluki “the
great imitator” yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan
dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan
demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga
diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Gambaran klinik TB paru dapat
dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik (Sudoyo,
2006).
1. Gejala respiratorik meliputi:
a. Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum
Batuk dapat terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk
mulai dari kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lebih lanjut
adalah berupa batuk darah (hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberculosis terjadi pada
kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronchus.
b. Dahak bercampur darah.
Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum).keadaan yang
lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang
pecah.kebanyakan batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Batuk darah berupa garis
atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
banyak
c. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri dada
Gejala ini sedikit jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis, terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini
timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
e. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan
oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi.

2. Gejala sistemik meliputi:


a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip dengan demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek
b. Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan, serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu sampai bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,
sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai pneumonia.

6. PEMERIKSAAN FISIK
a) Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat
badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak
tertinggal dalam pernapasan. RR meningkat (>24 x/menit). Adanya
dyspnea, sianosis, distensi abdomen, batuk dan barrel chest.
b) Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas
yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani.
Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.
c) Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi
memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi
memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama
sekali.
d) Palpasi
Badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat (>100x/menit),
turgor kulit menurun, fremitus raba meningkat disisi yang sakit.
(Amin, 2007)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
a) Aksi Tes Tuberkulin Intradermal ( Mantoux).
Tes mantoux adalah dengan menyuntikan tuberculin (PPD) sebanyak
0,1 ml mengandung 5 unit (TU) tuberculin secara intrakutan pada
sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah
kulit dibesihkan dengan alkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit
yang maksimal diperlukan waktu antara 48 sampai 72 jam sesudah
penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam peiode tersebut.
b) Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum)
Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam ( AFB)
yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan
petunjuk awal utnuk menekakan diagnose, tetapi suatu sediaan yang
negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi penyakit.
Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua biakan.
Mikrobakteri akan tumbuh lambat dan membutuhkan suatu sediaan
kompleks. Koloni matur akan berwarna krem atau kekuningan,
seperti kulit dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10
bakteri/ml media konsentrasi yang telah diolah dapat dideteksi oleh
media biakan ini (Price & Wilson, 2006).
c) Vaksinasi BCG
Vaksinasi dengan BCG biasanya menimbulkan sensitivitas terhadapa
tes tuberculin. Derajat sensitivitas biasanya bervariasi, bergantubg
pada strain BCG yang dipakai dan populasi yang divaksinasi(Price &
Wilson, 2006).
d) Pemeriksaan Radiologi
Rongten dada biasanya menunjukan lesi pada losus atas atau
superior lobus bawah/ dapat juga terlihat adanya pembentukan
kavitas dan gambaran penyakit yang menyebar yang biasanya
bilateral (Price & Wilson, 2006).

8. KRITERIA DIAGNOSIS
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto thorax PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang menunjang
diagnosis TB, yaitu :
a) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical
lobus bawah
b) Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d) Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru
e) Adanya kalsifikasi
f) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g) Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang
dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
5. Tes PAP (Perksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB
6. Tes Mantoux/Tuberkulin
7. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam
berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1
mikroorganisme dalam spesimen
8. Bection Dickinson Diagnostic Instrument System
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari
metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
10. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan
pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan
dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah
memadai maka warna sisir akan berubah.
(Mansjoer, 2001)

9. PENATALAKSANAAN
Pengobatan TBC
Tujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah:
menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan
tingkat penularan (Depkes RI. 2002).
a. Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
 Isoniazid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %
populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat
efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman
yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan,
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan
dengan dosis 10 mg/kg berat badan.
 Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat
dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk
pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu.
 Pirazinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg
berat badan.
 Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama.
 Etambutol (E)
Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis
harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali
seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.
b. Tahap Pengobatan
Pengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu:
 Tahap Intensif
Penderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk
mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti
Tuberculosis (OAT).
 Tahap Lanjutan
Penderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang
lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman
persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.
c. Evaluasi Pengobatan
Kemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis ( hilangnya
keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ),
berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi
negatif.
Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-
2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA
diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada
permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan
resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif
setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat
pengobatan ulang (retreatment).
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk membuat rencana asuhan keperawatan pasien.
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal pasien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
 Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis.
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
Pola Pengkajian Gordon
1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan
baik sebelum atau sesudah sakit. Misalnya : kebiasaan merokok, minum
obat, alkohol,riwayat minum obat-obatan.
2. Nutrisi / Metabolik
Pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan
buruk/anoreksia dan ketidakmampuan untuk makan karena penurunan
nafsu makan.Gejala : adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya
penurunan berat badan, makanan yang disediakan hanya dimakan ¼ porsi
Tanda : turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang / lemak
subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat berat), Pasien tampak
kurus.
3. Eliminasi
Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada system
eliminasi jika bakteri tersebut sudah menyebar sampai ke system
gastrointestinal.
4. Aktivitas dan Latihan
Pada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan
latihan karena pasien mengalami keletihan, kelelahan, malaise,
ketidakmampuan untuk melakukan aktvitas sehari-hari karena sulit
bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada
malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat
Tanda : takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas, kelelahan otot
5. Persepsi, Sensori, Kognitif
Pasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada. Perasaan
takut.
Gejala : adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya perasaan
berduka
Tanda : ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri),
keputusasaan, kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap
penyakit, ekspresi kurang kedamaian, rasa bersalah
6. Tidur dan Istirahat
Pasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk tidur
karena nyeri dan sesak napas.
7. Konsep Diri
Pasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang terkena
TBC. Gejala : adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit
menular, adanya perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran,
tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama, perubahan pola ibadah, merasa
diabaikan dan diasingkan, menolak interaksi dengan orang lain, merasa
dipisahkan dari lingkungan sosial.
perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam
keluarga, perubahan dukungan emosional, perubahan pola komunikasi
dalam keluarga, perubahan keakraban, perubahan partisipasi dalam
menyelesaikan masalah.
8. Peran dan Hubungan
Pasien mengalami gangguan pada peran dan hubungan,hubungan yang
ketergantungan dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit lama
atau ketidakmampuan membaik.
9. Seksual dan Reproduksi
Pada pasien dengan tbc kemungkinan ditemukan penurunan libido.
10. Koping Stres dan Adaptasi
Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan
adaptasi, ansietas, ketakutan, peka rangsang.
11. Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien mengalami gangguan
dalam melakukan aktivitas beribadah diluar rumah (tempat-tempat
ibadah).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi
trakeobronkial yang sangat banyak ditandai dengan frekuensi napas,
irama, kedalaman tak normal, bunyi napas tak normal (ronchi, mengi),
stridor, dispneu.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan
efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, sekret
kental, tebal, edema bronkialditandai dengansesak, pucat, sianosis pada
bibir, napas cepat dan dangkal, RR>20x/menit, AGD abnormal, takikardi,
gelisah, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung,
pergerakan dada tidak seimbang.
c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
ditandai dengan adanya sesak, sesak semakin berat apabila stres dan sering
timbul pada malam hari, frekuensi napas >20 x/menit, napas cepat dan
dangkal, ekspansi dada tampak menurun.
d. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat
infeksi TB, ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5°C),
kulit teraba hangat, nadi meningkat (>100x/menit), kulit tampak
kemerahan, menggigil.
e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler
terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap ditandai dengan nyeri dada, sakit
kepala, nyeri sendi, melindungi area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat infeksi TB ditandai
dengan nafsu makan menurun/anoreksia, kelemahan ditandai dengan berat
badan < 10%-20% BBI, gangguan sensasi pengecap, tonus otot buruk.
g. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan kurang
pengetahuan, kompleksitas regimen terapeutik ditandai dengan klien
mengatakan tidak mengerti mengenai penyakitnya, klien mengatakan ingin
berhenti minum obat
h. Resiko kontaminasi berhubungan dengan praktik hygiene personal dan
pemajanan bersama.

Anda mungkin juga menyukai