Anda di halaman 1dari 8

Prevalensi rasa sakit fisik tinggi diantara individu dengan borderline

personality disorder yang mencari perawatan

Laura M. Heath, MSc, Joel Paris, MD, Lise Laporte, PhD,

and Kathryn J. Gill, PhD

Penelitian telah mendemonstrasikan bahwa sekitar 30% pasien rasa sakit kronis
menderita Bprderline Personality Disorder (BPD), tetapi rasa sakit tidak sering
didiskusikan dalam penelitian untuk perawatan BPD. Enam puluh lima pasien mendaftar
untuk rawat jalan untuk BPD dinilai pada garis dasar untuk prevalensi DSM-IV kelainan
rasa sakit seumur hidup, masalah medis terkini, dan pengalaman rasa sakit seperti yang
diukur oleh McGill Pain Questionnaire. Diagnosis DSM-IV kelainan rasa sakit seumur
hidup ada pada 65% dari pasien. Rasa sakit terkini dialami oleh 89% dari pasien, dengan
intensitas berkisar dari ringan (19%) sampai menyiksa (2%). Beberapa individu (21.5%)
juga melaporkan mengalami masalah medis harian sebulan terakhi sebelum mulai
perawatan. Rasa sakit fisik memiliki prevalensi tinggi diantara individu dengan BPD yang
mencari perawatan. Fenomena rasa sakit ini perlu dipertimbangkan selama perawatan
untuk membantu mencegah penurunan fungsional seumur hidup, termasuk kemungkinan
menyalahgunakan zat sebagai mekanisme coping maladaptif.

Borderline Personality Disorder (BPD) mempengaruhi 1%-2% dari populasi umum


(Lenzenweger, Lane, Loranger, & Kessler, 2007; Tomko, Trull, Wood, & Sher, 2014),
tapi tingkat prevalensi diantara pasien dengan sindrom rasa sakit kronis telah ditemukan
berjumlah sebanyak 30% (Sansone & Sansone, 2012). Keparahan rasa sakit dan komplain
somatik telah ditunjukan untuk meningkat sebagai fungsi dari jumlah fitur BPD
diekspresikan pasien dengan rasa sakit kronis (Sansone, Mueller, Mercer, & Wiederman,
2010; Tragesser, Bruns, & Disorbio, 2010).

Studi longitudinal telah mendemonstrasikan prevalensi kondisi rasa sakit diantara


individu dengan BPD. Sebagai contoh, BPD non remitted (vs remitted) diasosiasikan
dengan fibromyalgia, sindrom sendi temporal-mandibular, dan sakit punggung pada 6
tahun follow-up (Frankenburg & Zanarini, 2004). Enam belas tahun setelah penelitian
garis dasar pada pasien rawat jalan, penurunan fungsional dikarenakan rasa sakit secara
signifikan lebih tinggi diantara mereka dengan BPD dibandingkan mereka dengan
kelainan kepribadian lainnya (Biskin, Frankenburg, Fitzmaurice, & Zanarini, 2014).
Sudah jelas bahwa individu dengan BPD memiliki masalah serius dengan rasa sakit dan
penyakit medis lainnya pada follow-up jangka panjang. Tetapi, literatur terbatas dimana
penelitian pada BPD dan rasa sakit komorbid telah dilakukan dalam sampel pasien
dengan rasa sakit kronis atau sebagai penilaian pada perkembangan penyakit kronis
diantara individu dengan BPD secara longtudinal, bertahun-tahun setelah perawatan.
Laporan singkat ini akan menyoroti prevalensi rasa sakit terkini dan seumur hidup
diantara sampel individu muda memasuki perawatan untuk BPD dan mendiskusikan
implikasi untuk resiko penyalahgunaan zat.

Metode

Kriteria penyertaan dan karaktristik sampel


Individu yang dirujuk ke klinik kelainan kepribadian dari McGill University Health
Centre dinilai oleh psikiater senior (J.P) menggunakan Revised Diagnostic Interview for
Borderlines (DIB-R; Zanarini, Gunderson, Frankenburg, & Chauncey, 1989). DIB-R
adalah wawancara tersemistruktur yang telah mendemonstrasikan interater yang baik (rs
= 0.94) dan test-retest (rs = 0.91) reliabilitas untuk diagnosis BPD dalam jangka waktu 2
tahun (Zanarini, Frankenburg, & Vujanovic, 2002). Pasien yang mendapat nilai lebih
tinggi dari 8 pada DIB-R didaftarkan dalam program perawatan. Selama penilaian asupan,
verifikasi diangosis BPD dikonfirmasi dengan memastikan bahwa pasien memenuhi 5
atau lebih kriteria DSM-V untuk BPD (American Psychiatric Association, 2013). Tidak
pasien yang memenuhi ata DIB-R yang tidak memenuhi kriteria DSM-V.

Perawatan terdiri dari 12 minggu terapi individu dan grup; tagetnya pengurangan
menyakiti diri sendiri, bunuh diri, gejala depresif, gejala kecemasan, dan penggunaan zat,
dan peningkatan hubungan intim. Beberapa pasien dirawat dengan pengobatan (utamanya
antidepresan) yang telah diresepkan oleh dokter keluarga sebelum pendaftaran kedalam
program.

Semua pasien yang layak masuk program perawatan diminta untuk menemui dengan
asisten peneliti untuk mendiskusikan studi dan mendapatkan izin. Enam puluh lima
peserta mendpat nilai 8 atau lebih DIB-Rdan maka memenuhi kriteria pendaftaran dalam
perawatan inap 3 bulan. Usia mean peserta 25.54 ± 6.66 tahun. Hanya satu peserta
berkelamin pria.

Persetujuan etika penelitian


Pasien iminta untuk menemui dengan asisten peneliti (L.M.H.) untuk mendiskusikan
studinya dan mendapatkan izin untuk pengumpulan data seperti yang dideskripsikan pada
bagian instrumen. Dewan etika penelitian McGill University Health Centre menyetujui
izin dan protokol.

Instrumen
Addiction Severity Index (ASI). ASI (McLellan, Parikh, & Bragg, 1990) adalah
wawancara tersemistruktur yang digunakan untuk menilai mesalah seumur hidup dan
sebulan terakhir pada 7 wilayah, laporan ini akan fokus pada bagian medis. Didala setiap
wilayah, sebuah indeks keparahan kuantitatif berkisar dari 0.00 sampai 1.00 dibuat
berdasarkan dari jumlah, durasi, frekuensi dan intensitas dari gejala yang dialami selama
30 hari terakhir, dengan 1.00 mengindikasikan masalah yang paling parah. Properti
psikometrik ASI telah ditemukan berhasil bagus, dengan reliabilitas interrater berkisar
dari 0.86 sampai 0.96 dan reliailitas test-retest berjumlah 0.92 (Alterman, Brown,
Zaballero, & McKay, 1994; Leonhard, Mulvey, Gastfriend, & Shwartz, 2000). Sebelum
pengumpulan data, asisten peneliti dilatih tentang ASI dengan membaca manual,
menonton video latihan, meniru administrator terlatih, dan memastikan kemampuan
reliabilitas interrater dalam penilaian ASI.

McGill Pain Questionaire (MPQ). The MPQ (Melzack, 1975) adalah questionnaire lapor
sendiri yang bertujuan untuk mengkuantifikasi kualitas dan intensitas rasa sakit. Individu
diminta untuk medeskripsikan rasa sakit mereka dengan memilih kata sifat berbeda
diantara dimensi rasa sakit yang berbeda (indra, afektif, evaluatif, dan lain-lain) dan
intensitasnya. Nilai ras sakit dikalkulasikan berdasarkan kata yang dipilih, jumlah kata
yang dipilih, dan tingkat intensitas rasa sakit yang ada. MPQ telah ditemukan untuk
mendemonstrasikan tingkat konsistensi internal yang tinggi (Cronbach’s α > 0.9) untuk
semua kategori rasa sakit (Melzack, 1975). Tingkat konsistensi internal dari keempat
subskala pada studi terkini berhasil yang bisa diterima atau bagus (Cronbach’s α between
0.77 and 0.89). MPQ telah digunakan secara ekstensif dalam penelitian yang
menginvestigasikan fenomena rasa sakit (Melzack, 2005).
Menyiksa
2%
Buruk
7%

Tidak sakit
11%
Menderita
13% Ringan
19%

Tidak nyaman
48%

FIGURE 1. McGill Pain Questionnaire: Pain intensity at baseline.

Computerized Diagnostic Interview Schedule (CDIS-IV). CDIS-IV (Robins et al., 2000)


diberikan pada sesi kedua untuk menentukan keberadaan atau ketidakberadaan kelainan
DSM-IV Axis I, termasuk kelainan rasa sakit. Karena sifat CDIS yang sepenuhnya
terstruktur, orang yang bukan dokter dapat melakukan administrasi dengan pelatihan
yang cukup, memastikan validitas dan reliabilitas (Robins et al., 2000). Enam puluh
peserta menyelesaikan wawancara CDIS intuk ementukan prevalensi kelainan rasa sakit
DSM-IV seumur hidup. Kelainan rasa sakit didefinisikan sebagai rasa sakit yang
menyebabkan derita yang signifikan secara klinis atau penurunan dalam fungsi sosial,
pekerjaan dan wilayah lain dimana faktor psikologis berkontribusi terhadap onset,
peningkatan, penanggulangan, atau keparahan dan rasa sakit tidak disebabkan kelainan
mental lain, ataupun palsu (American Psychiatric Association, 2000).

Analisis statistik

Semua analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS versi 22 (IBM Corp., City, ST).
Chi Square Test dilakukan untuk variable kategorikal, dan ukuran efek dilaporkan sebagai
koefisien phi (Φ). Analisis dikoreksi secara Bonferroni untuk berbagai perbandingan.
Data berkelanjutan dilaporkan sebagai mean ± standard deviation.

Hasil

Masalah medis terkini


Pada garis dasar, 65% dari peserta pernah mengalami masalah medis sebulan terakhir,
dan 21.5% mengalami masalah setiap hari. Masalah medis kronis yang berlanjut
menghambat fungsi dilaporkan ada pada 38.5% dari peserta. Beberapa contoh masalah
medis termasuk sakit kepala, migrain, sakit punggung, pilek/flu atau infeksi bakteri,
Crohn’s disease, kista ovarium, dan sindrom kaki gelisah. Sekitar sepertiga dari semua
peserta menganggap memerlukan perawatan medis tambahan sebagai lumayan (13.8%)
atau sangat (20%) penting. Nilai mean keparahan medis komposit ASI adalah 0.40 ± 0.35.

Rasa sakit terkini


Hanya 11.3% dari peserta tidak melaporkan rasa sakit sehari terakhir pada MPQ saat
asupan. Klasifikasi intensitas rasa sakit adalah sebagai berikut: tidak ada rasa sakit (11%),
ringan (19%), tidak nyaman (48%), menderita (13%), parah (7%) dan tidak tertahankan
(2%). Nilai mean untuk setiap subskala rasa sakit dipresentasikan dalam tabel 1. Beberapa
kata untuk mendeskripsikan rasa sakit menurut PMQ termasuk: indra- tajam, menyengat,
menembak; afektif-melelahkan, menghukum, menakutka; evaluatif-menyebalkan ; dan
lain-lain-menyebar, dingin, menggerutu.

Kelainan rasa sakit seumur hidup


Kelainan rasa sakit DSM-IV seumur hidup ada pada 65% dari sampel. Individu dengan
dan tanpa kelainan rasa sakit memiliki tingkat prevalensi kelainan kecemasan seumur
hidup (94.9% vs. 71.4%) [χ2(1, N = 60) = 6.49, p = .011, Φ = 0.33], tapi bukan mood
(97.4% vs. 90.5%) atau kelainan penggunaan zat (74.4% vs. 66.7%).

Individu dengan kelainan rasa sakit seumur hidup secara signifikan lebih mungkin untuk
melaporkan mengalami masalah medis dalam 30 hari terakhir dibandingkan dengan
mereka tanpa kelainan rasa sakit (76.9% vs. 42.9%) [χ2(1, N = 60) = 6.96, p = .008, Φ =
0.34]. Tidak hubungan signifikan diantara diagnosis kelainan rasa sakit seumur hidup dan
presentasi rasa sakit terkini pada MPQ (p > .05).

TABLE 1. Nilai rasa sakit peserta dari dimensi pada McGill Pain Questionnaire

Dimension Kemungkinan nilai Mean Score (±SD) Data normatif rasa sakit akut

Indra 42 10.62 ± 7.93 14.2 (11.5–26.3)


Afektif 14 2.22 ± 2.89 2.3(0.9–3.3)
Evaluatif 5 1.55 ± 1.80 2.3(1.3–2.9)
Lain-lain 17 3.27 ± 3.38 3.9(2.4–9.7)
Total Score 78 17.66 ± 13.88 20.5(7.4–40.7)

Note. Results are compared to normative data of individuals with acute/postoperative pain diagnoses from Wilkie et al.
(1990). Study results are presented as mean ± SD, and normative data are presented as mean (range of mean scores).

Diskusi
Laporan singkat ini mendemonstrasikan tingkat prevalensi tinggi rasa sakit dan masalah
medis lain yang dialami oleh individu memasuki perawatan unutk BPD. Ada tingkat
prevalensi tinggi masalah medis kronis yang ebrlanjut untuk mengganggu dengan fungsi.
Dalam National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions, sebuah studi
sampel dewasa yang merepresentasi secara nasional di Amerik Serikat, BPD
diasosiasikandengan kondisi mental termasuk penyakit jantung (rasio kemungkinan
disesuaikan [AOR] 1.47), arthritis (AOR 1.59), dan penyakit pencernaan (AOR 1.35)
(Quirk et al., 2015).

Studi kami juga menemukan bahwa 70% dari peserta melaporkan mengalami rasa sakit
yang tidak nyaman sampai tidak tertahankan pada hari penilaian garis dasar. Seperti yan
ditunjukan pada tabel 1, nilai dimensi dan total rasa sakit terkini dari sampel sekarang
sebanding dengan data normatif MPQ dari individu dengan rasa sakit akut (n = 422) dan
diagnosis rasa sakit lain (Wilkie, Savedra, Holzemer, Tesler, & Paul, 1990). Penemuan
ini medemonstrasikan rasa sakit intens yangs serius diantara sampel BPD yang mungkin
tidak menerima perawatan medis yang cukup mengingat 30% dari individu melaporkan
anggapan membutuhkan perawatan medis tambahan. Meskipun pengobatan tidak diikuti
selama perawatan, tidak ada peserta dirujuk terus menerus menerima perawatan dari
klinik rasa sakit.

Kelainan rasa sakit DSM-IV seumur hidup ada pada 65% dari sampel dibandingkan
tingkat prevalensi 12 bulan berjumlah 8.1% dalam populasi jerman menggunakan
wawancara klinis terstruktur mirip dengan CDIS (Fröhlich, Jacobi, & Wittchen, 2006).
Fenomena rasa sakit ini memastikan penemuan oleh Sansone and Wiederman (2009)
dalam grup non psikiarik dan oleh Frankenburg and Zanarini (2004) pada pasien lebih
tua yang sebagian remitted. Dengan memperpanjang literaturnya ke sampel yang lebih
muda, studi terkini mendemostrasikan bahwa rasa sakit dialami dini pada perkembangan
BPD, tidak saat perkembangan lanjut penyakit medis lainnya seperti penyakit jantung dan
arthritis. Penemuan memiliki implikasi serius mengenai resiko penyalahgunaan zat dalam
populasi klinis ini.

Pasien dengan BPD secara signifikan lebih mungkin untuk diberi resep candu selama 10
tahun follow up dibandingkan pasien dengan kelainan kepribadian (26% vs. 16%).
Prediktor penggunaan candu diantara pasien BPD termasuk sakit punggung dan sejarah
garis dasar penyalahgunaan obat-obatan (Frankenburg, Fitzmaurice, & Zanarini, 2014).
Dalam sampel yang terdiri dari 1039 pasien dengan dan tanpa BPD, tingkat
penyalahgunaan obat resep secara signifikan lebih tinggi diantara mereka dengan BPD
dalam setting perawatan psikiatrik (47% vs. 22%) dan umum (46% vs. 9%) (Sansone &
Wiederman, 2009). Sebuah studi retrospektif terkini dari 203 pendaftaran terus menerus
untuk detoksifikasi pasien menemukan komorbididtas tumpang tindih dari kelainan
keperibadian dan kondisi rasa sakit diantara individu yang tergantung-candu
dibandingkan dengan pasien dengan ketergantungan-bius-hipnotis (31.6% vs. 4%)
(Coupland et al., 2014).

Intensitas rasa sakit yang meningkat ini mungkin adalah manifestasi fisik dari kesulitan
regulasi emosi karena asosiasi antara fitur BPD dan keparahan rasa sakit telah ditunjukan
untuk berkurang setelah mempetimbangkan skala afektif dari depresi, kecemasan dan
permusuhan (Tragesser et al., 2010). Studi terkini menemukan tingkat prevalensi
kecemasan yang lebih tinggi diantara grup kelainan rasa sakit, tapi bukan kelainan mood
atau penggunaan zat. Kurangnya perbedaan pada diagnosis kelainan mood diantara
mereka dengan dan tanpa kelainan rasa sakit kemungkinan besar karena 95% dari semua
peserta memenuhi kriteria untuk kelainan mood dalam masa hidup mereka. Meskipun
kelainan rasa sakit tidak diasosiasikan dengan penggunaan zat, ini tidak menyingkirkan
resiko pengembangan penyalahgunaan zat bila rasa sakit tetap ada melampaui tahap dini
mencari perawatan.

Batasan dari studi adalah tidak adanya grup perbandingan non BPD untuk negukur
apakah pengalaman rasa sakit hanya spesifik untuk individu dengan BPD atau mirip
dengan pasien rawat jalan psikiatrik lainnya. Lebih lagi, tingkat generalisasi studi terbatas
pada wanita, yang meliputi 75% dari populasi BPD (American Psychiatric Association,
2013).

Tidak peduli apakah adanya rasa sakit pada sampel klinis lainnya, demosntrasi rasa sakit
dan masalah medis diantara individu yang mencari perawatan dengan BPD dalam studi
terkini adalah kontribusi penting terhadap literatur yang menunjukan keberadaan rasa
sakit lebih dini daripada follow-up jangka panjang. Asi sakit sebagai ekspresi disregulasi
emosi mungkin berkontribusi terhadapa perkembangan perilaku maladptif seperti
penyalahgunaan zat dan perlu diurus selama perawatan untuk mencegah penghambatan
fungsional seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai