Penelitian telah mendemonstrasikan bahwa sekitar 30% pasien rasa sakit kronis
menderita Bprderline Personality Disorder (BPD), tetapi rasa sakit tidak sering
didiskusikan dalam penelitian untuk perawatan BPD. Enam puluh lima pasien mendaftar
untuk rawat jalan untuk BPD dinilai pada garis dasar untuk prevalensi DSM-IV kelainan
rasa sakit seumur hidup, masalah medis terkini, dan pengalaman rasa sakit seperti yang
diukur oleh McGill Pain Questionnaire. Diagnosis DSM-IV kelainan rasa sakit seumur
hidup ada pada 65% dari pasien. Rasa sakit terkini dialami oleh 89% dari pasien, dengan
intensitas berkisar dari ringan (19%) sampai menyiksa (2%). Beberapa individu (21.5%)
juga melaporkan mengalami masalah medis harian sebulan terakhi sebelum mulai
perawatan. Rasa sakit fisik memiliki prevalensi tinggi diantara individu dengan BPD yang
mencari perawatan. Fenomena rasa sakit ini perlu dipertimbangkan selama perawatan
untuk membantu mencegah penurunan fungsional seumur hidup, termasuk kemungkinan
menyalahgunakan zat sebagai mekanisme coping maladaptif.
Metode
Perawatan terdiri dari 12 minggu terapi individu dan grup; tagetnya pengurangan
menyakiti diri sendiri, bunuh diri, gejala depresif, gejala kecemasan, dan penggunaan zat,
dan peningkatan hubungan intim. Beberapa pasien dirawat dengan pengobatan (utamanya
antidepresan) yang telah diresepkan oleh dokter keluarga sebelum pendaftaran kedalam
program.
Semua pasien yang layak masuk program perawatan diminta untuk menemui dengan
asisten peneliti untuk mendiskusikan studi dan mendapatkan izin. Enam puluh lima
peserta mendpat nilai 8 atau lebih DIB-Rdan maka memenuhi kriteria pendaftaran dalam
perawatan inap 3 bulan. Usia mean peserta 25.54 ± 6.66 tahun. Hanya satu peserta
berkelamin pria.
Instrumen
Addiction Severity Index (ASI). ASI (McLellan, Parikh, & Bragg, 1990) adalah
wawancara tersemistruktur yang digunakan untuk menilai mesalah seumur hidup dan
sebulan terakhir pada 7 wilayah, laporan ini akan fokus pada bagian medis. Didala setiap
wilayah, sebuah indeks keparahan kuantitatif berkisar dari 0.00 sampai 1.00 dibuat
berdasarkan dari jumlah, durasi, frekuensi dan intensitas dari gejala yang dialami selama
30 hari terakhir, dengan 1.00 mengindikasikan masalah yang paling parah. Properti
psikometrik ASI telah ditemukan berhasil bagus, dengan reliabilitas interrater berkisar
dari 0.86 sampai 0.96 dan reliailitas test-retest berjumlah 0.92 (Alterman, Brown,
Zaballero, & McKay, 1994; Leonhard, Mulvey, Gastfriend, & Shwartz, 2000). Sebelum
pengumpulan data, asisten peneliti dilatih tentang ASI dengan membaca manual,
menonton video latihan, meniru administrator terlatih, dan memastikan kemampuan
reliabilitas interrater dalam penilaian ASI.
McGill Pain Questionaire (MPQ). The MPQ (Melzack, 1975) adalah questionnaire lapor
sendiri yang bertujuan untuk mengkuantifikasi kualitas dan intensitas rasa sakit. Individu
diminta untuk medeskripsikan rasa sakit mereka dengan memilih kata sifat berbeda
diantara dimensi rasa sakit yang berbeda (indra, afektif, evaluatif, dan lain-lain) dan
intensitasnya. Nilai ras sakit dikalkulasikan berdasarkan kata yang dipilih, jumlah kata
yang dipilih, dan tingkat intensitas rasa sakit yang ada. MPQ telah ditemukan untuk
mendemonstrasikan tingkat konsistensi internal yang tinggi (Cronbach’s α > 0.9) untuk
semua kategori rasa sakit (Melzack, 1975). Tingkat konsistensi internal dari keempat
subskala pada studi terkini berhasil yang bisa diterima atau bagus (Cronbach’s α between
0.77 and 0.89). MPQ telah digunakan secara ekstensif dalam penelitian yang
menginvestigasikan fenomena rasa sakit (Melzack, 2005).
Menyiksa
2%
Buruk
7%
Tidak sakit
11%
Menderita
13% Ringan
19%
Tidak nyaman
48%
Analisis statistik
Semua analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS versi 22 (IBM Corp., City, ST).
Chi Square Test dilakukan untuk variable kategorikal, dan ukuran efek dilaporkan sebagai
koefisien phi (Φ). Analisis dikoreksi secara Bonferroni untuk berbagai perbandingan.
Data berkelanjutan dilaporkan sebagai mean ± standard deviation.
Hasil
Individu dengan kelainan rasa sakit seumur hidup secara signifikan lebih mungkin untuk
melaporkan mengalami masalah medis dalam 30 hari terakhir dibandingkan dengan
mereka tanpa kelainan rasa sakit (76.9% vs. 42.9%) [χ2(1, N = 60) = 6.96, p = .008, Φ =
0.34]. Tidak hubungan signifikan diantara diagnosis kelainan rasa sakit seumur hidup dan
presentasi rasa sakit terkini pada MPQ (p > .05).
TABLE 1. Nilai rasa sakit peserta dari dimensi pada McGill Pain Questionnaire
Dimension Kemungkinan nilai Mean Score (±SD) Data normatif rasa sakit akut
Note. Results are compared to normative data of individuals with acute/postoperative pain diagnoses from Wilkie et al.
(1990). Study results are presented as mean ± SD, and normative data are presented as mean (range of mean scores).
Diskusi
Laporan singkat ini mendemonstrasikan tingkat prevalensi tinggi rasa sakit dan masalah
medis lain yang dialami oleh individu memasuki perawatan unutk BPD. Ada tingkat
prevalensi tinggi masalah medis kronis yang ebrlanjut untuk mengganggu dengan fungsi.
Dalam National Epidemiologic Survey on Alcohol and Related Conditions, sebuah studi
sampel dewasa yang merepresentasi secara nasional di Amerik Serikat, BPD
diasosiasikandengan kondisi mental termasuk penyakit jantung (rasio kemungkinan
disesuaikan [AOR] 1.47), arthritis (AOR 1.59), dan penyakit pencernaan (AOR 1.35)
(Quirk et al., 2015).
Studi kami juga menemukan bahwa 70% dari peserta melaporkan mengalami rasa sakit
yang tidak nyaman sampai tidak tertahankan pada hari penilaian garis dasar. Seperti yan
ditunjukan pada tabel 1, nilai dimensi dan total rasa sakit terkini dari sampel sekarang
sebanding dengan data normatif MPQ dari individu dengan rasa sakit akut (n = 422) dan
diagnosis rasa sakit lain (Wilkie, Savedra, Holzemer, Tesler, & Paul, 1990). Penemuan
ini medemonstrasikan rasa sakit intens yangs serius diantara sampel BPD yang mungkin
tidak menerima perawatan medis yang cukup mengingat 30% dari individu melaporkan
anggapan membutuhkan perawatan medis tambahan. Meskipun pengobatan tidak diikuti
selama perawatan, tidak ada peserta dirujuk terus menerus menerima perawatan dari
klinik rasa sakit.
Kelainan rasa sakit DSM-IV seumur hidup ada pada 65% dari sampel dibandingkan
tingkat prevalensi 12 bulan berjumlah 8.1% dalam populasi jerman menggunakan
wawancara klinis terstruktur mirip dengan CDIS (Fröhlich, Jacobi, & Wittchen, 2006).
Fenomena rasa sakit ini memastikan penemuan oleh Sansone and Wiederman (2009)
dalam grup non psikiarik dan oleh Frankenburg and Zanarini (2004) pada pasien lebih
tua yang sebagian remitted. Dengan memperpanjang literaturnya ke sampel yang lebih
muda, studi terkini mendemostrasikan bahwa rasa sakit dialami dini pada perkembangan
BPD, tidak saat perkembangan lanjut penyakit medis lainnya seperti penyakit jantung dan
arthritis. Penemuan memiliki implikasi serius mengenai resiko penyalahgunaan zat dalam
populasi klinis ini.
Pasien dengan BPD secara signifikan lebih mungkin untuk diberi resep candu selama 10
tahun follow up dibandingkan pasien dengan kelainan kepribadian (26% vs. 16%).
Prediktor penggunaan candu diantara pasien BPD termasuk sakit punggung dan sejarah
garis dasar penyalahgunaan obat-obatan (Frankenburg, Fitzmaurice, & Zanarini, 2014).
Dalam sampel yang terdiri dari 1039 pasien dengan dan tanpa BPD, tingkat
penyalahgunaan obat resep secara signifikan lebih tinggi diantara mereka dengan BPD
dalam setting perawatan psikiatrik (47% vs. 22%) dan umum (46% vs. 9%) (Sansone &
Wiederman, 2009). Sebuah studi retrospektif terkini dari 203 pendaftaran terus menerus
untuk detoksifikasi pasien menemukan komorbididtas tumpang tindih dari kelainan
keperibadian dan kondisi rasa sakit diantara individu yang tergantung-candu
dibandingkan dengan pasien dengan ketergantungan-bius-hipnotis (31.6% vs. 4%)
(Coupland et al., 2014).
Intensitas rasa sakit yang meningkat ini mungkin adalah manifestasi fisik dari kesulitan
regulasi emosi karena asosiasi antara fitur BPD dan keparahan rasa sakit telah ditunjukan
untuk berkurang setelah mempetimbangkan skala afektif dari depresi, kecemasan dan
permusuhan (Tragesser et al., 2010). Studi terkini menemukan tingkat prevalensi
kecemasan yang lebih tinggi diantara grup kelainan rasa sakit, tapi bukan kelainan mood
atau penggunaan zat. Kurangnya perbedaan pada diagnosis kelainan mood diantara
mereka dengan dan tanpa kelainan rasa sakit kemungkinan besar karena 95% dari semua
peserta memenuhi kriteria untuk kelainan mood dalam masa hidup mereka. Meskipun
kelainan rasa sakit tidak diasosiasikan dengan penggunaan zat, ini tidak menyingkirkan
resiko pengembangan penyalahgunaan zat bila rasa sakit tetap ada melampaui tahap dini
mencari perawatan.
Batasan dari studi adalah tidak adanya grup perbandingan non BPD untuk negukur
apakah pengalaman rasa sakit hanya spesifik untuk individu dengan BPD atau mirip
dengan pasien rawat jalan psikiatrik lainnya. Lebih lagi, tingkat generalisasi studi terbatas
pada wanita, yang meliputi 75% dari populasi BPD (American Psychiatric Association,
2013).
Tidak peduli apakah adanya rasa sakit pada sampel klinis lainnya, demosntrasi rasa sakit
dan masalah medis diantara individu yang mencari perawatan dengan BPD dalam studi
terkini adalah kontribusi penting terhadap literatur yang menunjukan keberadaan rasa
sakit lebih dini daripada follow-up jangka panjang. Asi sakit sebagai ekspresi disregulasi
emosi mungkin berkontribusi terhadapa perkembangan perilaku maladptif seperti
penyalahgunaan zat dan perlu diurus selama perawatan untuk mencegah penghambatan
fungsional seumur hidup.