Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

KEPERAWATAN GERONTIK
MASALAH DEMENSIA PADA LANSIA

DISUSUN OLEH

NAMA : ROSLINA LASARIMA

KLAS : D3 PROGSUS RST

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN ( STIKes ) MALUKU HUSADA

TAHUN 2018/2019
MASALAH PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA

Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa
gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian,
dan kemampuan bersosialisasi. Demensia adalah suatu gangguan yang dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup seseorang. Namun, tidak hanya orang dengan demensia (ODD) saja,
penurunan kualitas hidup juga bisa dialami oleh keluarga pendampingnya (family caregiver).

Demensia seringkali disalahartikan sebagai penyakit “pikun” yang akan dialami oleh
setiap lansia. Padahal tidak demikian, demensia berbeda dengan pikun. Pikun adalah terminologi
awam yang berarti lupa, sedangkan demensia lebih dari itu.

Demensia didefinisikan sebagai sebuah gangguan (disorder) yang biasanya dialami oleh
orang-orang lanjut usia. Gangguan ini menyerang fungsi otak yang menyebabkan penurunan
fungsi kognitif yang dapat memengaruhi produktifitas seseorang, sehingga menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Penurunan tersebut terjadi karena beberapa gangguan seperti,
gangguan berbahasa/komunikasi, orientasi ruang dan waktu, kemampuan konstruksional,
berpikir abstrak, gangguan daya ingat, sulit fokus saat melakukan aktivitas, sulit melakukan
kegiatan yang familiar, kesulitan membaca dan membedakan warna, serta gangguan pada
kemampuan memecahkan persoalan. Adanya gangguan tersebut bahkan dapat menyebabkan
orang dengan demensia (ODD) akhirnya mengalami perubahan perilaku dan kepribadian hingga
menyebabkan penarikan diri dari pergaulan. Selain itu, perlu ditekankan bahwa demensia tidak
hanya tentang gangguan kognitif saja, tetapi lebih dari itu seseorang dengan demensia dapat
mengalami gangguan emosional dan psikomotorik.

Gangguan-gangguan yang dialami oleh orang dengan demensia pada akhirnya


menyebabkan ODD kesulitan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, termasuk bekerja dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut menyebabkan ODD membutuhkan
bantuan orang lain atau keluarga sebagai pendamping (caregiver/family caregiver), agar
membantu mereka dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik. Namun, family
caregiver ini juga memiliki kemungkinan terpengaruh dengan proses perawatan dan
pendampingan ODD dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Family caregiver diketahui
memiliki kecenderungan mengalami penurunan kualitas hidup seperti halnya orang dengan
demensia yang dirawatnya. Mereka seringkali menjadi “the invisible second patient”. Hal
tersebut tentu menjadi hal yang perlu diperhatikan karena penurunan kualitas hidup pada family
caregiver jelas akan berpengaruh juga terhadap kualitas hidup ODD yang dirawatnya.

Beberapa faktor baik dari internal maupun eksternal. dapat menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas hidup pada family caregiver. Sebuah studi menyebutkan bahwa faktor
perubahan perilaku dan psikologis pada orang dengan demensia atau Behavioral and
Psychological Symptoms of Dementia (BPSD) menjadi salah satu faktor yang
dapat memengaruhi kualitas hidup family caregiver ODD. Mereka yang mendampingi ODD
yang memiliki gejala BPSD menyebabkan family caregiver–nya merasakan beban yang lebih
berat bahkan dibanding merawat orang dengan disabilitas. Tingkat keparahan gejala BPSD pada
ODD ditambah dengan kurangnya pengetahuan family caregiver tentang BPSD menjadi faktor
penyebab penurunan kualitas hidup pada caregiver/family caregiver secara
signifikan. Kurangnya pengetahuan family caregiver terhadap gejala BPSD menyebabkan
mereka bingung, frustasi, marah dan tidak tahu apa yang harus dilakukan karena perubahan-
perubahan yang muncul pada ODD yang dirawatnya. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang
menyebutkan bahwa family caregiver dengan pengetahuan tentang demensia yang rendah
menunjukkan tingkat kemarahan, depresi dan frustasi yang tinggi.

Demensia memang sebuah gangguan yang perlu mendapatkan perhatian. Namun, bukan
berarti kita melupakan orang lain/keluarga pendamping (caregiver/family caregiver) yang
merawat ODD. Sangat penting bagi family caregiver untuk mengenali keterbatasan diri dalam
melakukan perawatan dan menggali informasi tentang demensia yang dialami oleh ODD. Hal ini
setidaknya dapat mengantisipasi kurangnya informasi tentang demensia yang dapat
menimbulkan kebingungan terhadap family caregiver.

Penurunan kualitas hidup bisa terjadi pada orang dengan demensia, tapi hal itu tidak
harus terjadi pada family caregiver. Hal yang terpenting ketika menjadi family caregiver adalah
dengan tidak melupakan kebutuhan pribadi sebagai manusia. Ketahui bahwa kita punya
keterbatasan, termasuk dalam merawat seseorang. Apabila dirasa perlu, family caregiver dapat
berkonsultasi dengan psikolog atau tenaga professional untuk membantu mengatasi keterbatasan
kemampuan dan informasi mengenai perawatan ODD.

Dukungan atau peran keluarga.


a. Mempertahankan lingkungan yang familier dan memodifikasi lingkungan
sesuai kebutuhan lansia
b. Membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
c. Memarahi atau menghukum lansia tidak akan membantu.
d. Meminta bantuan organisasi yang memberikan bantuan sosial keperawatan.
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak, seperti:
- Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
- Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
- Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
- Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
- Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
- Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks
dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat

Anda mungkin juga menyukai