Anda di halaman 1dari 14

PERAN PERAWAT SEBAGAI ADVOKASI

A. Tinjauan Umum Tentang Peran Perawat

1. Pengertian Peran

Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh

keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang besifat stabil (Kozier dan Barbara,

2004).

Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk

menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005).

Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana

pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan,sebagai

pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan keperawatan. atau peran perawat

adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktek,dimana telah menyelesaikan

pendidikan formalnya diakui.

Setiap peran memiliki 3 elemen, yaitu (Blais, 2006) :

a. Peran ideal

Peran ideal mengacu pada hak dan tanggung jawab terkait peran yang secara sosial

dianjurkan atau disepakati.

b. Peran yang dipersepsikan

Peran yang mengacu pada bagaimana penerimaan peran (orang yang menerima peran)

percaya dirinya harus berperilaku dalam peran tersebut.

c. Peran yang ditampilkan

Peran yang mengacu pada apa yang sebenarnya dilakukan oleh penerima peran.

2. Pengertian perawat
Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai pendidikan dalam sistem

pelayanan kesehatan. Kedudukannya dalam sistem ini adalah anggota tim kesehatan yang

mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan (Kozier, Barbara

2004).

3. Peran Perawat di Rumah sakit

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun1989 terdiri dari peran

sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan, dan

peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008) terdiri dari :

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar

manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan

proses keperawatan.

b. Peran sebagai advokat pasien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain

khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada

pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi

hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya dan hak atas

privasi.

c. Peran educator

Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi

perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Peran coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi

pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat

terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang

terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi

pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran konsultan

Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan pasien terhadap

informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

g. Peran pembaharu

Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan

yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran

Peran adalah sebagian dari perilaku, menurut Green Lawrence (1990) dalam

(Notoatmojo, 2003) perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

a. Predisposing factors

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,

tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem

nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya,

faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku maka sering

disebut faktor pemudah.

b. Enabling factors
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan,

bagi masyarakat misalnya air bersih, tempat pembuangan tinja. Ketersedian makanan yang

bergizi dan sebagai-nya. Temasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas,

rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan, praktek swasta

dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pen-

dukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terjadinya perilaku

kesehatan maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

c. Reinforcing factors

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama,

sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Untuk berperilaku sehat masyarakat kadang-

kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitaf saja

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama para

petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan.

B. Tinjauan Umum Tentang Advokasi dalam Praktek Keperawatan

1. Pengertian

Advoksi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang

yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan di bidang hukum atau

pengadilan.

Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan

publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program

kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi

global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan

visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif menggunakan 3 strategi pokok, yaitu :

a. Advocacy
b. Social

c. Empowerment.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap

mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang

dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau

pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di

institusi pemerintah maupun swasta.Dalam advokasi peran komunikasi sangat

penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus

agar komunikasi efektif.

Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :

a. Jelas ( clear )

b. Benar ( correct )

c. Konkret ( concrete )

d. Lengkap ( complete )

e. Ringkas ( concise )

f. Meyakinkan ( Convince )

g. Konstekstual ( contexual )

h. Berani ( courage )

i. Hati –hati ( coutious )

j. Sopan ( courteous )

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup

kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau

tekanan kepada para pemimpin institusi.

2. Tujuan advokasi

a. Komitmen politik ( Political commitment )


Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk

mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan

masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit

pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat

dibutuhkan advokasi yang baik.

b. Dukungan kebijakan ( Policy support )

Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan

advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh

komitmen politik tersebut.

c. Penerimaan sosial (Social acceptance )

Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program

kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan, maka langkah

selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan

masyarakat.

d. Dukungan sistem ( System support )

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja

yang jelas mendukung.

3. Metode atau cara advokasi

a. Lobi politik ( political lobying )

b. Seminar / presentasi

c. Media

d. Perkumpulan

4. Unsur unsur advokasi

a. Penetepan tujuan advokasi

b. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi


c. Identifikasi khalayak sasaran

d. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

e. Membangun koalisi

f. Membuat presentasi yang persuasive

g. Penggalangan dana untuk advokasi

h. Evaluasi upaya advokasi.

5. Pendekatan dalam Advokasi

Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :

a. Melibatkan para pemimpin

b. Bekerja dengan media massa

c. Membangun kemitraan

d. Memobilisasi massa

e. Membangun kapasitas.

6. Langkah langkah advokasi

a. Tahap Persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen

advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à bukti yang dikemas dalam bentuk

tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak

masalah, dampak ekonomi, dan program yang diusulkan/proposal program.

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.

c. Tahap Penilaian

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus

dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “Misi”. Misi promosi kesehatan merupakanupaya

yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para

penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal

ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat

keputusan(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan

yangditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2) Menjembatani (Mediate)

Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasamadengan

program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu

adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program

dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalahkesehatan

tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu

peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatanmemiliki

peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3) Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara

sertameningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian

keterampilankepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga

sehinggadiharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam

pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

C. Tinjauan Tentang Peran Perawat Sebagai Advokasi dalam Praktek Keperawatan

1. Pengertian
Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar

etika yang dilakukan oleh siapa pun.

FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang

memiliki penyebab atau dampak penting.

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan

membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim

kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus

mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap

pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam

menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan

memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,

hak-hak klien tersebut antara lain :

a. hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan

yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan.

Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut :

1) Penyakit yang dideritanya;

2) Tindakan medik apa yang hendak dilakukan;

3) kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;

4) Alternatif terapi lain beserta resikonya;

5) Prognosis penyakitnya;

6) Perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;

b. Hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;


c. Hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan

standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;

d. Hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat/

tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed consent);

e. Hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan

serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang

penyakitnya.

2. Tanggung jawab perawat advokat

Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab

perawat dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

a. Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara : memastikan

informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan

keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan

kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.

b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien, dengan

cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan

lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar

setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien peran

tenaga kesehatan yang merawatnya.

c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan lingkungan yang

sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan pasien,

dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

3. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat

Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien,

perawat harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu :


a. Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk menentukan pilihan

dan mengambil keputusan

b. Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas dasar saling

menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan

masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam berpikir dan

berperasaan

c. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara

memelihara kesehatannya.

Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang baik

agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki

perawat, adalah:

a. Bersikap asertif

Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang

positif. Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien.

b. Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun ada

konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.

c. Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi atau

negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.

d. Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain

Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi

pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta

dalam perawatan pasien.

e. Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan

kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki

wewenang/otoritas.
4. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien

Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan

keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat

perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi

pasien.

a. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam perawatan

pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat

kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam

perawatannya.

b. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan

Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan

dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan

keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.

c. Memiliki saran untuk alternatif pilihan

Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan

pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai keinginannya.

d. Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan

pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan pasien.

e. Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan

Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan

berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan

pasien selama dirawat di rumah sakit.

5. Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat adalah pasien akan :

a. Mengerti hak-haknya sebagai pasien

b. Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya


c. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya

d. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri

e. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang

f. Mendapatkan pengobatan yang optimal

g. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain

h. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan

i. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.


PENUTUP

A. Kesimpulan

Advokasi merupakan salah satu peran perawat dan menjadi dasar yang penting dalam

membrikan asuhan keperawatan kepada pasien. Peran perawat sebagai advokat pasien

menuntut perawat untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui nilai-nilai dan kepercayaan

yang dimilikinya tentang peran advokat, peran dan hak-hak pasien, perilaku profesional, dan

hubungan pasien-keluarga-dokter. Di samping itu, pengalaman dan pendidikan yang cukup

sangat diperlukan untuk memiliki kompetensi klinik yang diperlukan sebagai syarat untuk

menjadi advokat pasien.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Diharapkan kepada perawat untuk mengaplikasikan teori ini dalam tatanan pemberian

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dan melaksanakan peran perawat sebagai advokat

utama klien dan penghubung antar profesi kesehatan demi kepentingan pasien.

2. Bagi Mahasiswa

Supaya lebih memahami tentang peran perawat sebagai advokasi dalam praktek

keperawatan, maka disarankan kepada para pembaca atau teman – teman sesame mahasiswa

untuk mencari referensi lain yang menyangkut dengan materi yang ada pada makalah ini,

guna memberikan banyak manfaat bagi para pembaca. Semoga para pembaca memahami dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai