Anda di halaman 1dari 6

TEORI LIPITTS (1973)

Lipitts (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang direncanakan

atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu, situasi, atau proses, dan

dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok,

organisasi atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung tentang status quo,

organisasi lain, atau situasi lain. Lipitts (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun

bisa lari dari peubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi

perubahan tersebut? Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menunrut Lipitts

(1973) adalah mengidentifikasi tujuh tahap dalam proses perubahan. Tujuh tahap

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Menentukan masalah

Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri

dan menghindari keputusan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. Individu

yang terlibat juga harus sering memikirkan dan mengetahui apa yang salah serta

berusaha menghindari data-data yang dianggap tidak sesuai. Setiap orang

mempunyai tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang fenomena

yang terjadi. Semakin banyak informasi tentang perubahan yang dimiliki

seseorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai

masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan harus diikutkan sedini

mungkin dalam proses perubahan tersebut.

2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan


Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi keberhasilan perubahan dalam

mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan kerja keras dan komitmen

yang tinggi dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua

orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang

kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan diberikan.

Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi,

maka struktur organisasi harus dikaji apakah peraturan yang ada, kebijakan,

budaya organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau

justru menghambatnya. Focus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi

faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan

tersebut.

3. Mengkaji motivasi agen pembaru dan sarana yang tersedia

Pada tahap ini, dibutuhkan suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses

perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan harus dapat diterima oleh staf

dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi

dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan

masukan-masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik.

4. Menyeleksi tujuan perubahan

Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu kegiatan secara

operasional, terorganisasi, berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak,

dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target

waktu dan perlu dilakukan uji coba sebelum menentukan efektivitas perubahan.
5. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaru

Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang

ahli dan sesuai dibidangnya. Manajer tersebut akan dapat memberikan masukan

dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang

mentor yang baik. Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara manajer

dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam

melaksanakan perubahan tersebut.

6. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai

Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan

komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka dan terus diinformasikan supaya

setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi

yang terbaik oleh kedua belah pihak.

7. Mengakhiri bantuan

Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh perencanaan

yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus dilaksanakan secara

bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab

dan dapat mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-

menerus bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam

perubahan.
KASUS

Perubahan penggunaan layanan kesehatan oleh konsumen berpengaruh terhadap

keefektifan untuk mencari vena. Menemukan vena untuk akses intravena melalui

perifer, sentral terutama pada pasien obesitas dan mereka yang telah memiliki

beberapa suntikan obat intravenna sering ditemukan menjadi sulit oleh perawat.

Seperti banyak dari kasus-kasus ini tidak dilakukan dalam kondisi darurat,

membangun akses vena dalam waktu singkat tidak penting, tapi kenyamanan

pasien mengambil prioritas dan menghindari beberapa jarum suntik adalah

penting. Di rumah sakit ahli bedah mengandalkan mesin ultrasound untuk

bimbingan pada lokasi dan pemetaan vena yang abnormal untuk mengobati

gangguan. Faktor-faktor seperti obesitas dan vena berukuran kecil menimbulkan

tantangan bagi mereka karena vena tidak teraba atau terlihat. Perangkat ini sangat

kompak dan tidak menyebabkan kerusakan pada kulit pasien tetapi memerlukan

lampu agar vena jelas.

Seringkali perawat atau tenaga medis di rumah sakit atau klinik kesulitan dalam

menyuntikkan jarum infus di pembuluh darah (vena) di tangan pasien. Beberapa

pasien juga memiliki vena yang dalam, dan juga karena kulit hitam vena menjadi

tak terlihat. Sama halnya dengan pasien yang memiliki kelainan Diffivult

Intravenous access (diva),dan pasien yang gemuk.


PEMBAHASAN

Vein finder merupakan sistem yang mampu menemukan jalur pembuluh vena

pada tubuh pasien, dengan cara memancarkan cahaya inframerah dengan panjang

gelombang tertentu.

Vein finder adalah suatu alat yang digunakan untuk mempermudah pencarian

pembuluh darah vena. Pembuluh darah vena sulit ditemukan karena beberapa hal

seperti letak terlalu dalam atau pembuluh darahnya terlalu kecil. Hal ini sering

kita temuka pada bayi dan anak-anak. Akan tetapi kita juga sering menemukan

pada orang dewasa yang gemuk sehingga pembuluh darah venanya terletak

dibawah kulit.

Proses perubahan menurut Lippitt dibagi menjadi 7 tahap yaitu tahap

mendiagnosa dan menetapkan masalah, tahap mengkaji motivasi dan kemampuan

untuk berubah, tahap pengkaji motivasi dan sumber-sumber agen, tahap

menyeleksi objektif akhir perubahan, tahap memilih peran yang sesuai untuk agen

perubahan, tahap mempertahankan perubahan, tahap mengakhiri hubungan saling

membantu.

1. Tahap mendiagnosa dan menentukan masalah

Dalam tahap menemukan vena secara kasat mata pada pasien yang

mempunyai pembuluh darah kecil atau obesitas dan sebagainya perawat

sering kesulitan dan gagal, harus mengalami penusukan berkali-kali karena


tidak terlihatnya pembuluh darah. Dan dengan adanya Vein finder lebih

memudahkan perawat menemukan pembuluh darah dan tidak harus

menyuntik berkali-kali sehingga membuat pasien tidak nyaman.

2. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan

Penggunaan Vein finder bertujuan agar tercapai kesadaran akan pentingnya


perubahan yang mempermudah proses mencari pembuluh darah dan tidak
membuat pasien khawatir akan masuknya jarum suntik berkali-kali ini.
3. Mengkaji motivasi agen pembaru dan sarana yang tersedia

Penggunaan vein finder di rumah sakit masih terbatas karena sulitnya


menemukan alat vein finder di toko-toko alat kesehatan. Tetapi di era
globalisasi yang canggih ini sudah ada proses jual beli melalui internet/online
jadi memudahkan untuk membeli alat vein finder agar di semua ruangan
sudah menggunakan vein finder agar pekerjaan perawat sedikit di bantu oleh
alat canggih yang satu ini.
4. Menyeleksi tujuan perubahan

Di dunia keperawatan sudah mulai mengembangkan alat yang bisa bermanfaat


bagi pekerjaannya. Perawat juga harus memiliki pemahaman terhadap
perubahan yang akan diwujudkan, karena pekerjaan perawat sangatlah
penting bagi orang yang sangat membutuhkan pertolongan cepat. Kalau
perawat tidak cepat tanggap hal yang ditakutkan akan bersifat fatal.
5. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai

6.

Anda mungkin juga menyukai