Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR FEMUR

Oleh :
FARRAS SYAFIQAH FANANI
NIM : 201710300511002

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020
Laporan Prndahuluan Fraktur Femur

2.1 Definisi
Femur merupakan tulang terbesar dan terkuat dalam tubuh manusia, diselubungi oleh otot
terbesar dan terpanjang, fraktur femur biasanya diakibatkan oleh kekuatan yang sangat besar.
Fraktur ini memiliki implikasi pada penatalaksanaan keperawatan karena besarnya trauma
yang dialami dan kemungkinan untuk cidera lain. (McRae & Esser,2002 dalam buku Kneale
Julia.2011)
Batang femur didefinisikan sebagai bagian yang memanjang dari trokanter hingga kondil.
Seperti gambar dibawah ini :

Sebagian besar fraktur batang femur disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau trauma
industri, khususnya kecelakaan hyang melibatkan kecepatan tinggi atau kekuatan besar.
(McRae & Esser,2002 dalam buku Kneale Julia.2011)
Fraktur adalah patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price 7 Wilson,
2006 dalam buku Nurarif Amin Huda.2015))
Fraktur femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha tanpa atau disertai adanya
kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jeringan saraf, dan pembuluh darah). Fraktur femur
disebut terbuka apabila terdapat hubungan langsung antara tulang dengan udara luar. Kondisi
ini secara umum disebabkan oleh trauma langsung pada paha. Paha mendapat distribusi darah
dari percabangan arteri iliaka. Secara anatomis pembuluh darah arteri mengalir disepanjang
paha dekat dengan tulang paha, sehingga apabola terdapat fraktur femur juga akan
menyebabkan cidera pada arteri femoralis yang berdampak pada banyak nya darah yang keluar
sehingga beresiko tinggi terjadi nya syok hipovolemik. Distribusi saraf feriver berjalan pada
sepanjang tulang femur sehingga adanya fraktur femur akan mengakibatkan saraf terkompresi,
menyebabkan respon nyeri hebat yang beresiko terhadap kondisi syok neurogenik pada fase
awal trauma. Respon dari pembengkakan hebat terutama pada fraktur femur area dekat
persendian akan memberikan respon sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen adalah
suatu keadaan terjebaknya otot, pembuluh darah, dan jaringan saraf karena pembengkakan
local yang melebihi kemampuan suatu kompartemen atau ruang lokal. (Helmi Noor Zairin,
2012)

2.2 Etiologi
Penyebab fraktur femur menurut Rendy, M Clevo.2012 yaitu :
a. Trauma atau tenaga fisik
b. Fraktur fatologis terjadi pada tulang karena adanya kelainan atau penyakit yang
menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) dan dapat
terjadi secara sepontan atau akibat trauma ringan.
c. Fraktur stress terjadi adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang
yang menopang berat badan. Fraktur stress jarang sekali ditemukan pada anggota gerak
atas
d. Osteoforosis
2.3 Klasifikasi Fraktur
Menurut Smelzer.2001 dalam buku Jitowiyono Sugeng.2010:
a. Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar
b. Fraktur tebuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit dimana potensial
untuk terjadinya infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat:
1. Derajat I
a. Luka kurang dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c. Fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan
d. Kontaminasi ringan
2. Derajat II
a. Laserasi lebih dari 1cm
b. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
c. Fraktur komuniti sedang
3. Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi
c. Fraktur complete
Patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergerseran (bergeser dari
posisi normal).

d. Fraktur incomplete
Patah hanya terjadi pada sebagian terjadi pada sebagian garis tengah tulang

2.4 Patofisiologi
Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta pembuluh darah didalam
korteks, dan jaringan lunak disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk
diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah periosterum, dan akhirnya jaringan
granulasi menggantikan hematoma tersebut.
Kerusakan jaringan tulang memicu respons inflamasi intensif yang menyebabkan sel-sel
dari jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi daerah fraktur dan aliran darah
keseluruh tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan
endosteum akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum
mengalami klasifikasi, yang juga disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras disepanjang
permukaan luar korpus tulang dan pada kedua ujung patahan tulang. Sel-sel osteoklast
mereabsorpsi material dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast
membangun kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi
osteosit (sel-sel tulang yang matur). (Kowalak,P Jennifer,2012)

2.5 Manisfestasi Klinis


Tanda dan gejala menurut Jutowiyono.Sugeng.2010:
a. Tidak dapat menggunakan anggota gerak
b. Nyeri pembengkakan
c. Terdapat trauma seperti (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, penganiayaan,
tertinpa benda berat, kecelakaan kerja)
d. Gangguan pada anggota gerak
e. Deformitas
f. Kelainan gerak
g. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
h. Odema : muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
i. Kehilangan sensasi (mati rasa mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau perdarahan)

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Rendy,M Clevo.2012:
a. Radiologi foto polos dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada tulang
femur
b. Skor tulang tomography dapat digunakan untuk menidentifikasi kerusakan jaringan
lunak
c. Arterogtram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat atau menurun.

2.7 Penatalaksanaan Medis


a. Reduksi dan imobillisasi fraktur
1) Reduksi fraktur dilakukan untuk menurunkan nyeri dan membantu emncegah
formasi hematum reduksi dapat dilakukan dengan menggunakan traksi.
2) Bidai pneumatik dipasang untuk menurunkan kehilangahan darah dengan
memberikan tekanan dan tamponadeu pada formasi hematum. Traksi diperlukan
untuk menahan tulang paha agar tidak memberikan tekanan pada jaringan lunak
akibat kontraksi massa otot paha yang besar dan kuat pada saat mengalami spasme.
b. Pemberian analgesik yang tepat managemen nyeri harus segera diberikan. Apabila status
hemodinamik baik, maka pemberian narkotika intravena biasanya dapat menurunkan
respon nyeri.
c. Profilaksis antibiotik
d. Transfusi darah, terutama pada fraktur femur terbuka dengan adanya penurunan kadar
hemoglobin.
e. Lakukan pemasangan foley kateter
f. Radigrafi harus segera dilakukan untuk mendeteksi patologi.
g. Konsultasi ortopedi untuk intervensi reduksi terbuka

2.8 Komplikasi
a. Trauma syaraf
b. Trauma pembuluh darah
Indikasi ischemia post trauma: pain, pulseless, parasthesia, pale, paralise menjadi
kompartemen syndrome : kumpulan gejala yang terjadi karena kerusakan akibat trauma
dalam jangka waktu 6 jam pertama, jika tidak dibersihkan maka sampai terjadi nekrose
yang menyebabkan terjadinya amputasi.
c. Komplikasi tulang :
1. Delayed union : penyatuan tulang lambat
2. Non union (tidak bisa nyambung)
3. Mal union (salah sambung)
4. Kekakuan sendi
5. Nekrosis avaskuler
6. Osteoarthritis
7. Reflek simpatik distrofi
d. Stres pasca traumatik
e. Dapat timbul emboli lemak setelah patah tulang, terutama tulang panjang

Pathway

Analisa data
No Data Etiologi Masalah
DS:
Diskontinuitas tulang
- Pasien mengeluh nyeri

pada paha sebelah kanan
Pergeseran fragmen tulang dan
- Pasien mengeluh nyeri
terjadi proses inflamasi
seperti diremas-remas

DO:
1 Menekan ujung saraf bebas
- Pasien terlihat meringis

kesakitan
Noniseptor Nyeri akut
- Pasien

mengatakan skala nyeri 6
Merangsang medulla spinalis
(1-10).

- Pasien terlihat cemas
- Pasien sangat Pesan di sampaikan ke korteks
berkeringat serebri
- Pasien tampak ↓
menahan nyeri dengan Nyeri akut
meremas alat tenun
- Pasien terlihat berhati
hati dengan kakinya untuk
melindunginya
- Pasien terlihat tidak
dapat beristirahat
DS : Pergeseran fragmen tulang dan
- Pasien mengeluh nyeri terjadi proses inflamasi
- Pasien mengeluh tdak ↓
bisa tidur Menekan ujung saraf bebas
DO : ↓
- Pasien terlihat meringis Noniseptor
kesakitan dengan skala 6 ↓
Gangguan Pola
2 (1-10). Merangsang medulla spinalis
Tidur
- Pasien tampak cemas ↓
- Pasien tidur ± 5 jam Pesan di sampaikan ke korteks
pada malam hari dan 1 serebri
jam pada siang hari ↓
Nyeri akut

Gangguan Pola Tidur
DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- Pasien mengatakan
tidak bisa melakukan Diskontuinitas tulang
pergerakan bebas ↓
- Pasien mengatakan Perubahan jaringan sekitar
nyeri hilang timbul karena ↓
gerakan. Kerusakan fragmen tulang
DO: ↓
3- Kekuatan otot : 2 Deformitas tulang
- Pasien memiliki ↓
keterbatasan gerak Gangguan fungsi ekstremitas Gangguan mobilitas
- Pasien memerlukan ↓
bantuan dalam melakukan Terapi dengan pemasangan pen
aktivitas sehari-hari ↓
- Pasien tidak mampu Gangguan mobilitas
berjalan untuk memenuhi
kebutuhan eliminasi dan
personal hygiene
DS : Diskontuinitas tulang
4 Resiko infeksi
DO : ↓
- Terpasang pen pada Perubahan jaringan sekitar
ekstremitas bawah (femur) ↓
Kerusakan fragmen tulang

Deformitas tulang

Gangguan fungsi ekstremitas

Terapi dengan pemasangan pen

Resiko infeksi
DS: Cedera jaringan atau kulit
DO: ↓
- Tanda-tanda vital : Diskontinuitas tulang
TD : 100/60 mmHg ↓
RR : 22x/menit Perubahan jaringan sekitar
HR : 76x/menit ↓
Suhu : 36°C Spasme otot
- Adanya tanda-tanda ↓
infeksi Peningkatan tekanan kapiler
5- Adanya edema ↓
- Pasien terlihat tidak Pelepasan histamine Kerusakan
mengganti baju ↓ integritas kulit
Protein plasma hilang

Edema

Penekanan pembuluh darah

Kerusakan integritas kulit

Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (00132)
b. Gangguan mobilitas berhubungan dengan gamngguan muskuloskeletal (00092)
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan kerusakan fragmen tulang ditandai dengan
pemasangan pen (00004)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penonjolan tulang (00046)
Implementasi Keperawatan
No Tujuan Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan proses
1. Kaji karakteristik
1. Untuk membantu
keperawatan selama 2x24 jam nyeri mengkaji kebutuhan
diharapkan nyeri berkurang intervensi, dapat
atau hilang dengan kriteria: mengidentifikasikan
1. Memperlihatkan pengendalian terjadinya komplikasi
nyeri
2. Menunjukkan tingkat nyeri 2. Pantau tanda-tanda 2. Perubahan frekuensi
3. Memperlihatkan teknik vital jantung atau tekanan darah
relaksasi secara individual yang menunjukkan bahwa
efektif untuk mencapai pasien mengalami nyeri
kenyamanan 3. Berikan posisi
3. Duduk tinggi
4. Melaporkan pola tidur yang nyaman (semi memungkinkan ekspansi
baik fowler) paru dan memudahkan
5. Melaporkan kemampuan pernafasan
untuk mempertahankan perfoma 4. Untuk meningkatkan
peran dan hubungan4. Ajarkan latihan ventilitas maksimal dan
interpersonal nafas dalam oksigenasi
5. Untuk meningkatkan
5. Ajarkan distraksi kemampuan koping pasien
relaksasi terhadap nyeri
6. Untuk meredakan nyeri
6. Kolaborasi
pemberian obat
analgetik
2 Setelah dilakukan proses
1. Kaji respon emosi, 1. Untuk menetap
keperawatan selama 7x24 jam sosial, dan spiritual kemampuan atau
diharapkan pasien menunjukkan terhadap aktivitas kebutuhan pasien dan
penghematan energi, dengan memudahkan pilihan
kriteria hasil: 2. Kaji penyebab intervensi
1. Mencapai mobilitas di tempat kelemahan 2. Untuk menentukan
tidur, yang dibuktikan oleh intervensi yang tepat
pengaturan posisi 3.
tubuh, Kaji tanda-tanda 3. Untuk mengetahui
kemauan sendiri, gerakan vital perubahan yang terjadi
terkoordinasi, pergerakan sendi pada pasien yaitu respon
aktif, dan mobilitas yang automatik meliputi
memuaskan perubahan tekanan darah,
2. Mendemonstrasikan mobilitas, nadi, pernafasan, dan suhu
yang dibuktikan oleh indikator berhubungan dengan
(1-10) keluhan kelemahan tubuh
3. Melakukan rentang pegerakan karena berpengaruh pada
penuh seluuruh sendi 4. Pantau asupan aktivitas tubuh
4. Berbalik sendiri di tempat nutrisi 4. Untuk memastikan
tidur atau memerlukan bantuan keadekuatan sumber-
pada tingkat yang realistis 5. Ciptakan sumber energi
5. Meminta bantuan reposisi lingkungan yang
5. Lingkungan yang
sesuai dengan kebutuhan nyaman nyaman dapat
menurunkan reaksi
terhadap stimulasi dari
luar dan meningkatkan
relaksasi sehingga pasien
dapat beristirahat dengan
nyaman
6. Bantu aktivitas
6. Untuk meminimalkan
pasien sesuai kelelahan dan membantu
kemampuan pasien keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Kolaborasi dengan 7. Untuk merencanakan
ahli gizi makanan, untuk
meningkatkan asupan
makanan yang tinggi
energi
3 Setelah dilakukan proses
1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 7x24 jam infeksi adanya tanda-tanda infeksi
diharapkan tidak terjadi resiko 2. Perubahan frekuensi
infeksi dengan kriteria hasil: 2. Pantau tanda-tanda jantung atau tekanan darah
1. Faktor infeksi akan hilang, vital menunjukkan bahwa
dibuktikan oleh pengendalian pasien mengalami nyeri
risiko komunitas, keparahan 3. Untuk meminimalkan
infeksi, pengendalian resiko, dan 3. Berikan terjadinya infeksi
penyembuhan luka lingkungan yang4. Untuk membantu
2. Terbebas dari tanda dan gejala bersih dan nyaman mengurangi terjadinya
infeksi infeksi
3. Memperlihatkan hygiene 4. Kolaborasi
personal yag adekuat pemberian obat
4. Menggambarkan faktor yang antibiotik
menunjang penularan infeksi
4 Setelah dilakukan proses
1. Ubah posisi pasien1. Meminimalkan resiko
keperawatan selama dengan sering terjadinya kerusakan kulit
7 x 24jam: diharapkanm pasien (dekubitus)
meminimalkan terjadinya2. Kaji posisi cincin2. Posisi yang tidak tepat
kerusakan integritas kulitbebat pada otot traksi dapat menyebabkan
dengan kriteria hasil : cedera kulit
1. Mendemonstrasikan aktivitas 3. Beri bantalan
3. Meminimalkan tekanan
perawatan kulit rutin yang dibawah kulit yang pada area yang terpangan
efektif terpasang pen pen
2. Memiliki nadi kuat dan 4. Lakukan perawatan 4. Mencegah terjadinya
simetris (60-100 x/menit) pada area kulit yang kerusakan kulit
3. Memiliki suhu tubuh normal terpasang pen
(36-37⁰C) ataupun yang
4. Mengkonsumsi makanan dilakukan tindakan 5. Mempercepat proses
secara adekuat untuk bedah penyembuhan
meningkatkan integritas kulit 5. Kolaborasi dengan
dokter dalam6. Mempercepat proses
pemberian obat- penyembuhan
obatan topikal
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
pemberian diit
Daftar Pustaka

Helmi,Zairin Noor.2012.Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah Ortopedi.Jakarta:Salemba


Medika.
Herdman,T Hearther.2013.NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi.Jakarta:EGC.
Jitowiyono,Sugeng.,Weni kristiyani.2010.Asuhan Keperawatan Post
Operasi.Yogyakarta:Nuha Medika.
Kowalak.,Welsh.,dan Mayer.2011.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:EGC
Nugroho,Taufan.2011.Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah dan Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika.
Nurarif,Amin Huda.,Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA.Yogjakarta:MediAction.
Rendy,M Clevo.,Margareth TH.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai

  • Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Dokumen16 halaman
    Askep Minggu 3 Obstruksi Ileus
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Fraktur
    Fraktur
    Dokumen8 halaman
    Fraktur
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • LP Paraplegia Minggu 6
    LP Paraplegia Minggu 6
    Dokumen16 halaman
    LP Paraplegia Minggu 6
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen15 halaman
    Bab Ii
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen4 halaman
    Bab Iii
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • LP R 19
    LP R 19
    Dokumen8 halaman
    LP R 19
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Farras Syafiqah Fanani
    Belum ada peringkat