Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini
berkembang semakin cepat dan diperkirakan dari setiap 1.000.000 penduduk terdapat 100
penderita kanker baru.

Penyakit kanker merupakan penyakit keganasan yang timbul ketika sel tubuh
mengadakan mutasi menjadi sel kanker yang kemudian tumbuh cepat dan tidak lagi
memperhatikan tugasnya sebagai sel normal. Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan
sel secara normal yang tidak dapat dikontrol sehingga cepat menyebar, yang terjadi dari
perubahan sel yang melepaskan diri dari mekanisme pengaturan normal. Sel-sel ini akan
merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu fungsi organ tubuh yang terkena.

Ada banyak teori tentang terjadinya penyakit ini, salah satunya adalah teori radikal
bebas, di mana oksidasi sel yang berlebihan sebagai akibat dari polusi (asap rokok, gas
buangan pabrik, kendaraan), atau penggunaan zat kimia (misalnya bahan adiktif makanan)
dapat menyebabkan mutasi tersebut; kendati dalam tubuh juga terdapat enzim-enzim
pencegah superoksidasi, dan makanan/diet yang baik dapat pula memberikan vitamin,
mineral, juga antioksidan seperti betakaroten, vitamin E, vitamin C, serta selenium.

Kanker kolon dan rektum adalah kanker yang menyerang usus


besar dan rektum. Penyakit ini adalah kanker peringkat 2 yang mematikan. Usus besar
adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan
dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum,
yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari
kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri
dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum)
dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan
saluran di atas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut caecum,
sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon sigmoid.

Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa


mengenai organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker

1
kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon
maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.

Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh
dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya
serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh
darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teoritis kanker kolorektal ?
2. Bagaimana askep teoritis kanker kolorektal ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep teoritis kanker kolorektal.
2. Mengetahui askep teoritis kanker kolorektal.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Kanker Kolorektal


A. Defenisi
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan
epithelial dari colon atau rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma
yang berembang dari polyp adenoma.

B. Etiologi
Penyebab pasti belum diketahui, namun terdapat faktor-faktor predisposisi, yaitu :
1. Usia lebih dari 40 tahun
2. Herediter
3. Riwayat kanker dibagian tubuh yang lain
4. Polyp benigna, polip korektal, polip adematosa atau adenoma vilus
5. Kolitis ulseratif lebih dari 20 tahun
6. Merokok, obesitas
7. Diet tinggi kolesterol/lemak dari protein (konsumsi daging) serta rendah
serat/karbohidrat

C. Patofisiologi

Penyakit kanker mengenai sel sebagai unit dasar kehidupan. Sel akan tumbuh dan
membelah untuk mempertahankan fungsi normalnya, tetapi kadang-kadang pertumbuhan
ini diluar kontrol sehingga sel terus membelah meskipun sel-sel baru tersebut tidak
diperlukan. Pertumbuhan yang berlebihan ini dapat merupakan suatu keadaan prekanker,
contohnya adalah polip di daerah usus besar. Setelah melalui periode panjang, polip ini
dapat menjadi ganas. Pada keadaan lanjut, kanker ini dapat menembus dinding usus
besar dan menyebar melalui saluran pembuluh getah bening.

Hampir semua karsinoma kolon rektum berasal dari polip, terutama polip
adenomatus. Ini disebutadenoma-carsinoma sequence. Menurut P. Deyle,
perkembangannya dibagi atas 3 fase. Fase pertama yaitu fase karsinogen yang bersifat
rangsangan. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor, fase ini tidak menimbulkan

3
keluhan atau fase tumor asimtomatis. Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan
dan gejala yang nyata, karena keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan tersebut
timbulnya perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya penderita merasa terbiasa dan baru
memeriksakan dirinya ke dokter setelah memasuki stadium lanjut.

Tipe nodularsecara makroskopik karsinoma kolon dapat dibagi atas 3 tipe, yaitu:

1. Tipe Koloid

Tipe koloid ini tumbuhnya mengalami degenerasi mukoid.

2. Skirous (Schirrous)

Pada tipe ini reaksi fibrous sangat banyak sehingga terjadi pertumbuhan
yang keras serta melingkari dinding kolon sehingga terjadi konstriksi kolon
untuk membentuk napkin ring.

3. Papilary atau polipoid

Tipe ini merupakan pertumbuhan yang sering berasal dari papiloma simple
atau adenoma.

Secara histologis, hampir semua kanker usus besar adalah adenokarsinoma


yang berasal dari epitel kolon. Bentuk dan diferensiasinya sempurna
mempunyai struktur glandula dan kelenjar-kelenjarnya sendiri membesar,
terjadi pembengkakan sel kolumna dengan nuklei hipokromasi dengan sel yang
mengalami mitosis. Pada bentuk yang kurang berdifirensiasi sel-sel epitel
terlihat didalam kolumna atau massa.

Desar sel barvariasi dan mungkin terdapat invasi dari pembuluh darah dan
pembuluh limfe. Pada pertumbuhan anplastik kadang terlihat signet ring cell (inti
mendesak ke arah sel).

D. Manifestasi Klinis
1. Bervaiasi dan tidak spesifik, bisa dijumpai tanpa keluhan sampai adanya keluhan
berat dan ergantung pada lokasi atau besarnya tumor
2. Umumnya asymptomatis atau relatif bergejala ringan pada saat penyakit
ditemukan. Keluhan perenal merupakan keluhan penderita dengan gejala berupa
perdarahan segar bercampur atau tanpa disertai tinja

4
3. Gejala tidak khas yaitu : anemia idiopatik, nausea, malaise, hemoroid, anokreksia,
dan perubahan berat badan (BB menurun) akibat iritasi dan respon refluks
4. Gejala spesifik :
1) Karinoma kolon kanan :
a. Keluhan ada masa di abdomen kanan, obstruksi akan timbul bila tumor
sudah besar
b. Nyeri dangkal abdomen
c. Diare
d. Melena
2) Karisinoma kolon kiri :
a. Kanker kolon kiri lebih cepat terjadi obstruksi
b. Tanda-tanda obstruksi (nyeri abdomen dan rahim)
c. Penipisan faeses yang mengakibatkan feases berbentuk pensil (konstipasi
dan distensi)
d. Adanya darah segar dalam feses
e. Perut masih terasa penuh meskipun sudah BAB

E. Komplikasi
1. Obstruksi usus parsial atau lengkap diikuti penyempitan lemen akibat lesi
2. Haemorrhagi
3. Pembentukkan abses akibat perforasi dinding usus oleh tumor yang diikuti
konstaminasi dari rongga peritoneal oleh isi usus
4. Shock akibt peritonitis dan sepsis
5. Metastase keorgan lain yang berdekatan. Terjadi fistel pada kantong kemih,
vagina atau usus

F. Penatalaksanaan
1. Pendidikan mengenal diet agar individu meningkatkan asupan buah, sayuran,
makanan kasar dan padi-padian untuk meningkatkan masa makanan
menurunkan lemak dan menyediakan antioksidant.
2. Manajemen stress
a. Penatalaksanaan Medik
1) Keberhasilan pengobatan kanker kolorektal ditentukan oleh
stadium saat diagnosis dibuat. Penentuan stadium sebelum tindakan

5
operasi, khususnya pada kanker rectum berguna untuk menentukan
strategi pengobatan seperti pemberian kemotherapi ajuvan,
pemilihan jenis operasi yang dilakukan. Pemx Ro foto dada harus
dikerjakan untuk memastikan ada tidaknya metastasis keparu.
2) Dalam penatalaksanaan medic terapi adjuvant, mencakup
kemotherapi, terapi radiasi, dan ataupun imunoterapi. Therapy
radiasi diberikan praoperatif. Intraoperative, dan pasca operatif.
Untuk tumor yang tidak dioperasi atau direseksi, radiasi digunakan
untuk menghilangkan gejala.
b. Penatalaksanaan Medik berdasarkan Stadium :
1) Stadium 0, berupa polip dimukosa kolon disebut juga dengan
precursor Ca -> pemotongan polip (colonoskopi)
2) Stadium 1, tumor tumbuh dimukosa usus -> pembedahan
3) Stadium 2, tumor menyebar hingga lapisan muskukaris mukos (lap
usus) -> pembedahan
4) Stadium 3, tumor menyebar ke kelenjar getah bening ->
pembedahan , kemotherapi, radiasi
5) Stadium 4, tumor bermetastase -> kemothetrapi

c. Pemasangan Colostomi
Colostomy merupakan tindakan pembuatan lobang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
Tujuan pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus
pada kasus sumbatan/obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi
yang membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain. Untuk
membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi berikutnya
untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Tempat pemasangan kolostomi :
1) Colostomy sigmoid -> feses padat
2) Colostomy desenden -> feses semi bubur
3) Colostomy transversal -> feses bubur
4) Colostomy asenden -> feses cair
d. Penatalaksanaan Keperawatan

6
1) Pra Operatif
 Pastikan tanda-tanda prosedur valid. Ini berguna bagi pasien dan
keluarga memahami prosedur dan kemungkinan resiko dan alternative
persiapan prosedur, penandatangan inform consent sebagai
dokumentasi bahwa klien dan keluarga setuju.
 Kaji pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur, klarifikasi dan
interprestasikan sesuai kebutuhan, beri instruksi selama periode post
operatif, meliputi penanganan nyeri, pemasangan NGT/IVFD, latihan
pernapasan, reintroduksi intake oral, makanan dan cairan. Persiapan
klien yang adekuat selama pra operatif biasanya tidak cemas dan
mampu lebih baik mendukung perawatan pasca operatif, mengurangi
kebutuhan analgesic dan meningkatkan pemulihan klien.
 Pemasangan NGT -> dipasang pra operatif untuk membuang sekresi
dan pengosongan isi lambung.
 Prosedur persiapan usus. AB oral dan parental sebaiknya khatartik
dan enema/ ditelan dapat diberikan pra operatif untuk membersihkan
usus dan mengurangi risiko kontaminasi perineal oleh isi usus selama
pembedahan.

Tujuan Perawatan Pra- Operatif :

 Menghilangkan nyeri
 Meningkatkan toleransi aktivitas
 Memberikan tindakan nutrisional
 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
 Menurunkan ansietas
 Mencegah infeksi
 Pendidikan klien Pra-operatif
2) Pasca Operatif
 Monitor TTV dan intake dan output, meliputi drainase lambung dan
lainnya dari drain luka. Kaji perdarahan dari insisi abdomen dan
perineal, kolostomi, atau anus. Evaluasi komplikasi luka yang lainnya
dan pertahankan integritas psikologis.

7
 Monitor bising usus dan derajat distensi abdomen. Manipulasi
pembedahan dari usus menghintakan peristaltic, menyebabkan ileus.
Adanya B.U dan pasase flaturs indikasi kembalinya peristaltic.
 Sediakan obat untuk mengurangi nyeri dan pemberian rasa nyaman
seperti perubahan posisi
 Kaji status pernapasan, sangga abdomen dengan selimut atau bantal
untuk membantu batuk
 Kaji posisi dan patensi NGT, persambungan suction. Bila selang
terlipat irigasi dengan salin steril secara hati-hati
 Kaji warna, jumlah, dan bau drainase dan kolostomi (bila ada) catat
berbagai perubahan atau adanya bekuan atau perdarahan berwarna
merah terang
 Hindari pemasangan temperature rectal, suppositoria atau prosedur
rectal lain, sebab dapat merusak jahitan anal, menyebabkan
perdarahan, infeksi/gangguan penyembuhan
 Pertahankan cairan IV saat masih dilakukan suctionasogastric
 Anjurkan ambulasi untuk merangsang peristaltic
 Pemberian antacid dan A.B

Tujuan Perawatan Pasca Operatif :

 Perawatan luka
 Pendidikan klien dan pertimbangan perawatan di rumah
 Citra tubuh postif
 Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi
e. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal, pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas
pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik
dengan polipektomi merupakan suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop
digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan dikolon, massa tumor
kemudian di eksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A
dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk

8
mengatasi kanker kolon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah
paliatif. Apabila tumor sudah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar,
operasi tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung dari lokasi dan
ukuran tumor.
Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut.
1) Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan
porsi usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus
limfatik)
2) Reseksi abominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta
sfingter anal)
3) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan
anastomosis serta reanastomosis lanjut dari kolostomi
4) Kolostomi permanen atau iliostomy (untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi)
2.2. Asuhan Keperawatan Kanker Kolorektal
A. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif
yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan
yang menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013).
Identitas pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
1. Nama dan alamat
2. Jenis kelamin
3. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun
4. Pekerjaan
Pengkajian Riwayat Keperawatan, meliputi :
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan
pertanyaan yang bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya
kata “ya” atau “tidak” atau hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
2. Riwayat Kesehatan Sebelumnya
Pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita penyakit lain. Orang yang sudah pernah terkena kanker usus
besar dapat terkena kanker usus besar untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita

9
dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara
mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker usus besar.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga:
Secara patologi kanker colon tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya
mempunyai riwayat kanker usus besar pada keluarga, maka kemungkinan
terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika saudara anda terkena kanker
pada usia muda
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan
pertumbuhan seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi
buruk atau obesitas.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pada riwayat sosial ekonomi pasien terkait makanan dan nutrisi yang
dikonsumsi oleh pasien setiap harinya.
6. Riwayat Psikologi
Cara pasien menghadapi penyakitnya saat ini, dapat menerima, ada tekanan
psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian.

Pengkajian Pola Gordon


A. Persepsi kesehatan dan cara pemeliharaan kesehatan
Cara klien menjaga kesehatan, cara menjaga kesehatan, pengetahuan klien
tahu tentang penyakitnya, tanda dan gejala apa yang sering muncul, perilaku
mengatasi kesehatan, pengetahuan penyebab sakitnya.
B. Nutrisi metabolik
Makan atau minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi, obat-obatan
yang dikonsumsi.
C. Eliminasi
Pola buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna,
konsistensi, keluhan nyeri.
D. Aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari, bantuan dalam melakukan aktivitas, keluhan klien saat beraktivitas.

10
E. Tidur dan istirahat
Kualitas tidur klien, kebiasaan tidur klien, kebiasaan sebelum tidur klien.
F. Kognitif dan persepsi sensori
Pengkajian nyeri PQRST, penurunan fungsi pancaindera, alat bantu yang
digunakan misalnya kaca mata.
G. Persepsi dan konsep diri
Cara klien menggambarkan dirinya sendiri, pandangan klien terhadap
penyakitnya, harapan klien terhadap penyakitnya.
H. Peran dan hubungan dengan sesama
Hubungan klien dengan sesama, hungan klien dengan orang lain keluraga,
perawat dan dokter
I. Reproduksi dan seksualitas
Gangguan pada hubungan seksualitas klien, mekanisme koping dan
toleransi terhadap stres
J. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Cara klien menghadapi masalah, cara klien mengatasi solus.
K. Nilai dan kepercayaan
Kebiasaan dalam menjalankan agama, tindakan medis yang bertentangan
dengan kepercayaan klien, menjalankan ajaran agama yang dianut klien,
persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai
dan kepercayaan klien.

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis GCS E4V5M6
Skala nyeri 5
Tanda vital:
a. Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
b. Nadi : 105 X/mnt
c. RR : 24 X/mnt
d. Suhu : 36°C
Interpretasi :

11
Tekanan darah pasien tinggi karena pasien berusia hmpir 60 tahun. Nadi
tinggi karena pasien biaanya nyeri, RR, suhu dalam batas normal dan tidak
ada gangguan.
Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1) Kepala
Inspeksi : Tidak ada benjolan/kanker kolon , tidak ada lesi dikepala,
penyebaran rambut merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2) Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal,
dilatasi pupil normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai
kacamata, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3) Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan
pembengkakan, telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran
normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung,
bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5) Mulut
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir kering, rongga mulut : jumlah gigi
lengkap, lidah : bersih, warna lidah putih
6) Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis,
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
7) Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak

12
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan seperti ronkhi, wheezing, snoring
8) Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9) Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan
otot Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : kekuatan otot dekstra sinistra 5
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa

5 5
5 5
10) Kulit dan kuku
Inspeksi :
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
11) Keadaan lokal
Kondisi umum pasien biasanya adalah composmentis degan nilai GCS
14-15.
Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboraorium
2. Pemeriksaan hispatologi
3. Pemeriksaan MSCT-Scan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kontipasi berhubungan dengan lesi obstruksi.

13
2. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi.
3. Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia

C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI

1 Kontipasi berhubungan Setelah dilakukan Manajemen kontipasi (


dengan lesi obstruksi. intervensi keperawatan 1 hal : 193 ), tindakan :
x 24 jam eliminasi fekal Observasi
Definisi : penurunan
pada pasien membaik - Periksa tanda dan
defekasi normal yang
dengan kriteria hasil ( hal gejala kontipasi
disertai pengeluaran
: 23 ) : - Periksa
feses sulit dan tidak
- Keluhan defekasi pergerakan usus,
tuntas serta feses kering
lama dan sulit karakteristik usus
dan banyak
menurun ( konsistensi,
Gejala dan tanda mayor - Konsistensi feses bentuk, volume
: membaik dan warna ).
Subjektif - Peristalik usus - Monitor tanda dan
membaik gejala ruptur usus
- Defekasi kurang
- Frekuensi dan atau
dari 2 kali
defekasi membaik peritonitis
seminggu
Terapeutik
- Pengeluaran
feses lama dan - Anjurkan diet
sulit tinggi serat
- Lakukan masase
Objektif
abdomen
- Feses keras - Lakukan evakuasi
- Peristaltik usus feses secara
menurun manual

Gejala dan tanda minor - Berikan enema

: dan irigasi
Edukasi

14
Subjektif - Anjurkan
peningkatan
- Mengejan saat
asupan cairan
defekasi
- Ajarkan cara
Objektif mengatasi
- Distensi kontipasi
abdomen Kolaborasi
- Kelemahan - Konsultasi pada
umum tim medis tentang
- Teraba massa penurunan dan
pada rektal peningkatan
frekuensi suara
usus
- Kolaborasi
penggunaan obat
pencahar
2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri ( hal :
dengan kompresi intervensi keperawatan 1 201 ) :
jaringan sekunder x 24 jam pasien dapat
Observasi
akibat obstruksi. meredakan nyeri yang
dirasakan dengan kriteria - Identifikasi lokasi,
Defenisi : pengalaman
hasil ( hal : 58 ) : karakteristik,
sensorik atau emosional
- Melaporkan nyeri durasi, frekuensi,
yang berkaitan dengan
terkontrol kualitas, intensitas
kerusakan jaringan
meningkat nyeri )
aktual atau fungsional,
- Kemampuan - Identifikasi skala
dengan onset mendadak
mengenali onset nyeri
atau lambat dan
nyeri meningkat - Identifikasi faktor
berintensitas ringan
- Kemampuan yang memperberat
hingga berat yang
mengenali dan memperingan
berlangsung kurang dari
penyebab nyeri nyeri
3 bulan
menigkat Terapeutik
Gejala dan tanda mayor - Keluhan nyeri - Berikan teknik

15
: menurun nonfarmakologis
untuk mengurangi
Subjektif
rasa nyeri
- Mengeluh nyeri - Kontrol
Objektif lingkungan yang
memperberat rasa
- Tampak
nyeri
meringis
Edukasi
- Bersikap
protektif - Jelaskan

- Gelisah penyebab,

- Frekuensi nadi periode, dan

meningkat pemicu

- Sulit tidur - Jelaskan strategi


meredakan nyeri
Gejala dan tanda minor
- Anjurkan monitor
Objektif nyeri secara
mandiri
- Tekanan darah
- Ajarkan teknik
meningkat
farmakologis
- Pola napas
untuk mengurangi
berubah
rasa nyeri
- Nafsu makan
Kolaborasi
berubah
- Proses berpikir - Kolaborasi
terganggu pemberian
- Menarik diri analgetik
- Berfokus pada
diri sendiri
- Diaforesis

3 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan Manajemen energi ( hal :


dengan anemia dan intervensi keperawatan 1

16
anoreksia x 24 jam rasa letih pada 176 ) :
pasien menurun dengan
Definisi : penurunan Observasi
kriteria hasil ( hal : 141 )
kapasitas kerja fisik dan
: - Identifikasi
mental yang tidak pulih
- Verbalisasi gangguan fungsi
dengan istirahat
kepulihan energi tubuh yang
Gejala dan tanda mayor meningkat mengakibatkan
: - Tenaga kelelahan

meningkat - Monitor kelelahan


Subjektif
- Kemampuan fisik dan
- Merasa energi emosional
melakukan
tidak pulih - Monitor lokasi
aktivitas fisik
walaupun telah dan
meningkat
tidur ketidaknyamanan
- Merasa kurang selama melakukan
tenaga aktivitas
- Mengeluh lelah Kolaborasi

Objektif - Kolaborasi dengan

- Tidak mampu ahli gizi tentang

mempertahanka cara

n aktivitas rutin meningkatkan

- Tampak lesu asupan makanan

Gejala dan tanda minor


:

Subjektif

- Merasa bersalah
akibat tidak
mampu
menjalankan
tanggung jawab
- Libido menurun

17
Objektif

- Kebutuhan
istiraht
meningkat

D. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi
perawat

E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan Kanker kolorektal meliputi evaluasi /
catatan perkembangan yang dialami oleh pasien setelah diberikan implementasi
keperawatan.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang munvul pada jaringan
ephithelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorectal adalah adenokarsinoma yang
berkembang dari polyp adenoma.
Penyebab pasti belum diketahui, namun terdapat factor-faktor
prediposisi.Keberhasilan pengobatan kkanker kolorektal ditentukan oleh stadium saat
diagnosis dibuat. Penentuan stadium sebelum tindakan operasi, khususnya pada kanker
rectum berguna untuk menetukan strategi pengobatan seperti pemberian kemoteraphi
ajuvan, pemilihan jenis operasi yang dilakukan.

3.2. Saran
Dalam penatalaksanaan medic diberikan terapi adejuvant,mencakup
kemoteraphi,terapi radiasi, dan atau immnoterapi. Terapi radiasi diberikan
praoperatif,intraoperatif. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau direseksi,radiasi
digunakan untuk menghilangkan gejala.

19
Daftar pustaka

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Perawatan. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Wijaya, A.S., & Putri, Y.M. (2017). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa).
Yogyakarta : Nuha Medika.

20

Anda mungkin juga menyukai