Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101 - 108, Agustus 2019

e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PERSEPSI PERAWATAN MANDIRI PASIEN TUBERKULOSIS


Lina Berliana Togatorop1*, Setiawan2, Cholina Trisa Siregar2
1
Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
2
Departemen Keperawatan Medika Bedah, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara
lina.togatorop@gmail.com

Abstrak
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri. Masalah ini telah
menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia secara global karena tingkat infeksi dan kematiannya yang
tinggi. Salah satu upaya tingkat pemulihannya adalah kemampuan pasien melakukan perawatan diri
yang terdiri dari pengobatan, pencegahan dan infeksi, pemenuhan nutrisi, dan peningkatan kepercayaan
diri pasien. Kemampuan mereka melakukan perawatan diri akan memaksimalkan proses pengobatan
yang lengkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi pasien tuberkulosis
tentang perawatan mandiri di Puskesmas Sentosa Baru, Medan. Desain penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan fenomenologi. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 18 pasien, diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling dari Oktober, 2018 hingga Januari 2019. Partisipan dalam
penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok besar untuk mendapatkan data yang baik yaitu kelompok
pasien tuberkulosis yang sedang menjalani pengobatan, kelompok pasien yang gagal dalam pengobatan
dan kelompok pasien yang sukses dalam pengobatan. Data yang terkumpul dianalisis dengan
menggunakan analisa kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari FGD dan wawancara mendalam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada lima tema: 1) kurangnya pemahaman pasien tuberkulosis tentang
tuberkulosis, 2) kurangnya pemahaman pasien tuberculosis tentang perawatan mandiri tuberkulosis, 3)
kurangnya kesadaran dalam melakukan perawatan mandiri, 4) hambatan implementasi perawatan
mandiri, 5) faktor pendukung pelaksanaan perawatan mandiri pasien tuberkulosis. Penelitian telah
menghasilkan persepsi pasien tuberkulosis tentang perawatan mandiri. Perawatan mandisi diperlukan
untuk keberhasilan pengobatan tuberkulosis sehingga dapat dinyatakan berhasil menjalankan perawatan
mandiri hingga akhir.

Kata kunci: Tuberkulosis; perawatan mandiri; persepsi

Abstract
Perception of mandiri tuberculosis patient care. Tuberculosis is an infectious disease caused by
bacterial contamination. This problem has become a global concern and awareness because of the high
rates of infection and death. One of the efforts to restore the level is the ability of patients to carry out
self-care which consists of treatment, prevention and infection, fulfillment of nutrition, and increased
patient confidence. Their ability to carry out self-care will maximize the complete treatment process.
The purpose of this study was to explore the perceptions of tuberculosis patients about self-care at
Sentosa Baru Health Center, Medan. The design of this study is qualitative research with a
phenomenological approach. This study uses qualitative research methods with a phenomenological
approach. Participants in this study were 18 patients, taken using a purposive sampling technique from
October, 2018 to January 2019. Participants in this study were divided into three large groups to obtain
good data, namely groups of tuberculosis patients undergoing treatment, groups of patients who failed
treatment and groups of patients who are successful in treatment. The collected data was analyzed using
qualitative analysis. Qualitative data was obtained from the FGD and in-depth interviews. The results
showed that there were five themes: 1) lack of understanding of tuberculosis patients about
tuberculosis, 2) lack of understanding of tuberculosis patients on tuberculosis self-care, 3) lack of
awareness in carrying out self-care, 4) barriers to implementation of self-care, 5) supporting factors for
treatment implementation independent tuberculosis patients. Research has produced tuberculosis
patients' perceptions of self-care. Maintenance mandates are needed for the success of tuberculosis
treatment so that it can be declared successful in running self-care until the end.
.
Keywords: Tuberculosis; self care; persepsion

Pendahuluan menjadi perhatian global dan keadaan


Tuberkulosis adalah penyakit darurat karena tingginya angka kesakitan
menular akibat kontaminasi bakteri yang dan kematian. Hal ini sesuai dengan

101
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-108, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

laporan tuberkulosis secara global bahwa tuberkulosis terkait perawatan mandiri


negara-negara dengan beban tuberkulosis melalui studi penelitian kualitatif selama 4
yang tinggi pada tahun 2017 menyumbang bulan. Tujuan penelitian untuk
87% dari semua yang dilaporkan di seluruh mengeksplorasi pengalaman pasien
dunia dan negara-negara ini menyumbang tuberkulosis tentang perawatan mandiri
dua pertiga dari total global yaitu India melalui metode penelitian dengan studi
(27%), Cina (9%), Indonesia (8%), Filipina kualitatif.
(6%), Pakistan (5%), Nigeria (4%),
Bangladesh (4%) dan Afrika Selatan (3%) Metode
(WHO, 2018). Penelitian ini merupakan penelitian
Secara global pada tahun 2017, kualitatif dengan menggunakan wawancara
orang dengan tuberkulosis di Indonesia terstruktur dan FGD (Focus Groups
adalah 6,7 juta yang diberitahukan kepada Discussion) untuk mengumpulkan data.
National Tuberculosis Proggrame (NTPs) Untuk memastikan conten validity,
dan dikonfirmasi ke WHO. Jumlah penelitian ini menggunakan panduan
tersebut, lebih dari 6,4 juta memiliki wawancara dan FGD yang telah dilakukan
kejadian (kasus baru atau kasus kambuh) uji expert terlebih dahulu (Tabel 1).
dari tuberkulosis. Jumlah secara global dari Teknik purposive sampling digunakan
kasus baru dan kasus kambuh yang untuk mengidentifikasi pasien tuberkulosis
diberitahukan dan tingkat pemberitahuan di Puskesmas Sentosa Baru, Medan.
per 100.000 penduduk telah meningkat Peserta dibagi menjadi tiga kelompok,
sejak 2013 (Kementerian Kesehatan, kelompok pasien yang gagal pengobatan,
Republik Indonesia, 2018). kelompok pasien sedang menjalani
Tuberkolosis adalah penyakit pengobatan, dan kelompok pasien sukses
kronis yang menyerang orang, secara fisik, dalam pengobatan. Jumlah peserta
mental, sosial dan emosional karena pasien keseluruhan berjumlah 18 peserta utama
harus menghadapi gejala seperti nyeri yang terdiri dari 6 kelompok pasien yang
dada, batuk darah, dan batuk gagal pengobatan, 10 kelompok pasien
berkepanjangan selama lebih dari tiga sedang menjalani pengobatan, dan 2
minggu. Gejala sistemik termasuk demam, kelompok pasien sukses dalam
menggigil, keringat malam, penurunan pengobatan. Kriteria inklusi untuk
nafsu makan, penurunan berat badan, pucat kelompok pasien yang gagal pengobatan
(Stanhope, 2010). Salah satu solusi tingkat adalah pasien berusia 18-55 tahun,
pengembaliannya adalah kemampuan didiagnosis dengan TB dan gagal
pasien untuk melakukan keberhasilan pengobatan lini pertama dapat berbicara
perawatan mandiri yang terdiri dari dan memahami bahasa Indonesia
pencegahan dan penularan, kepatuhan sementara kelompok pasien yang sedang
pengobatan, pemenuhan nutrisi, dan menjalani pengobatan dengan kriteria usia
peningkatan kepercaan diri. Perawatan 18-55 tahun, didiagnosis TB dan bisa
mandiri yang dilakukan secara baik akan berbicara dan mengerti bahasa Indonesia
mendukung kesuksesan pengobatan dan pasien berhasil pengobatan dengan
tuberkulosis (Carlsson, Johansson, Eale, & kriteria usia 18-55 tahun, didiagnosis TB
Kaboru, 2014). dan bisa berbicara dan mengerti bahasa
Permasalahan yang komplek di Indonesia, dan telah dinyatakan berhasil
masyarakat terkait tuberkulosis, peneliti dalam pengobatan. Partisipan dengan
tertarik untuk mengeksplorasi persepsi kriteria eksklusi adalah pasien dengan
perawatan mandiri pasien tuberkulosis di penyakit mental serius, dengan gangguan
Puskesmas Sentosa Baru Medan. Tujuan kognitif, gangguan visual, atau
dari penelitian ini adalah untuk pendengaran serta terdiagnosis HIV/AIDS.
mengeksplorasi persepsi pasien Peneliti menggunakan alat penelitian untuk

102
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-109, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

mengumpulkan data dengan menggunakan mengembangkan Panduan Focus Group


kuesioner sosiodemografi, panduan Discussion (FGD) dan wawancara asli
wawancara dan interview, catatan berdasarkan tinjauan literatur dan uji
lapangan, dan photo log. Peneliti expert. Pertanyaan digunakan sesuai
mengumpulkan data melalui FGD dan kebutuhan untuk menggali lebih banyak
wawancara terstruktur. Peneliti informasi selama wawancara dan FGD.

Tabel 1.
Panduan Focus Group Discussion (FGD) dan Wawancara Terstruktur
Pertanyaan
Dapatkah anda menjelaskan tentang perawatan mandiri pasien tuberkulosis?
Dapatkah anda menjelaskan pengalaman anda tentang perawatan mandiri?
Apa yang anda harapkan dalam menerapkan perawatan mandiri?
Apa yang memfasilitasi dalam perawatan mandiri anda?
Apakah ada orang atau kelompok yang berperan penting dalam perawatan mandiri anda?
Apakah ada hal lain yang ingin anda sampaikan terkait perawatan mandiri?
Langkah pertama dalam wawancara mendalam dilakukan. Semua
pengumpulan data adalah peneliti rekaman audio ditranskrip secara verbatim
mengelompokkan pasien sesuai dengan menggunakan pengidentifikasian peserta
kelompok masing-masing dan semua anonim. Data dianalisis dalam bentuk tema
peserta mengisi persetujuan penelitian dan dengan menemukan persamaan dan
melengkapi kuesioner sosiodemografi. perbedaan data dalam wawancara,
Kelompok pasien yang gagal dalam kemudian mengelompokkannya kedalam
pengobatan TB dan kelompok pasien yang kategori makna yang lebih luas, lebih
menjalani perawatan dilakukan FGD di abstrak, dan komprehensif (Lobiondo-
waktu yang berbeda dengan Wood & Haber, 2014).
memperhatikan kewaspadaan standar pada
pasien tuberkulosis. FGD dilakukan secara Hasil
tatap muka menggunakan bahasa Ada 18 peserta utama yang terdiri
Indonesia. FGD berlangsung berkisar 45- dari 10 peserta dari kelompok yang sedang
60 menit. Untuk kelompok pasien yang menjalani pengobatan, 6 peserta dari
sukses dalam pengobatan, peneliti kelompok yang gagal dalam pengobatan
mengumpulkan data dengan melakukan TB, dan 2 peserta dari kelompok yang
interview ke masing-masing partisipan. berhasil dalam pengobatan. Karakteristik
Wawancara dilakukan dengan peserta adalah usia terbanyak 18-50 tahun
menggunakan bahasa Indonesia di rumah (77,70%), jenis kelamin laki-laki (55,55%),
pasien dan berlangsung sekitar 40-60 etnis Batak (66,66%), tingkat pendidikan
menit. SMA (77,77%), sebagian besar peserta
Penelitian ini dilakukan juga adalah pekerja (77,77%), paling banyak
triangulasi data. Teknik triangulasi peserta adalah Muslim (50%), dan semua
memungkinkan peneliti untuk peserta telah dirawat lebih dari 1 bulan
mendapatkan data yang berbeda tetapi (100%).
saling melengkapi dari topik yang sama. Pengalaman pasien tuberculosis
Teknik triangulasi yang dengan cara tentang perawatan mandiri menemukan
mengumpulkan data dari beberapa sumber lima tema, yaitu: 1)kurangnya pemahaman
data seperti data dari pasien yang sedang pasien tuberkulosis tentang tuberkulosis
menjalani pengobatan, pasien yang gagal secara umum, 2)kurangnya pemahaman
dalam pengobatan, dan pasien yang sukses pasien tuberkulosis tentang perawatan
menjalani pengobatan. Analisis data mandiri, 3)kurangnya kesadaran dalam
dimulai segera setelah FGD dan melakukan perawatan mandiri, 4)hambatan
103
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-108, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

pelaksanaan perawatan mandiri, 5)faktor lupa, gak bisa bolong-bolong ya saya


pendukung pelaksanaan perawatan mandiri minum la lagi. Yar cepat sembuh saya”
pasien tuberkulosis.
“..saya harus makan 5 butir telur per hari,
Kurangnya pemahaman pasien kadang saya makan tempe dan tahu.
tuberkulosis tentang tuberkulosis. Sekali-sekali saya makan daging, kadang
Pengetahuan penderita yang sedang saya gak tau apa jenis-jenis makanan yang
menjalani pengobatan tuberkulosis masih kandungannya yang tinggi protein, yang
kurang. Beberapa pernyataan partisipan saya ketahui ya paling telur dan tahu,
yang mendukung kurangnya pemahaman tempe. Itu aja..”
penderita tentang penyakit tuberkulosis
adalah : “saya merasa malu sama teman-teman
saya. Bahkan sampai sekarang ini saja
“Penyakit TB itu dari asap rokok, balasan sudah hampir 4 bulan tapi saya tidak
karna selama ini kuat kali merokok, kena percaya diri. Karna saya merasa
TB la, kumannya itu hukuman sama orang mempunyai penyakit yang cukup parah.
yang banyak merokok” Saya tetap makan obat tapi sudah jarang
bertemu dengan teman-teman saya”
“... TB itu bisa menular bisa juga tidak
menular. Kalau gak bersih menular la, Kurangnya kesadaran dalam
kalau bersih gak menular” melakukan perawatan mandiri
Kesadaran pasien dalam melakukan
“Sakit TB ya sakit karena kebanyakan perawatan mandiri masih rendah. Hal ini
merokok. Kalau kata orang-orang terlihat dari pernyataan partisipan berikut
racunnya rokok itu tinggal di paru-paru ini :
kita”
“gimana mau menjalankan perawatan
Kurangnya pemahaman pasien mandiri Buk, untuk makan obat saja udah
tuberkulosis tentang perawatan mandiri susah kali, banyak kali la obat yang mau di
Pengetahuan partisipan dalam minum, belum lagi efek samping dari obat-
perawatan mandiri yang masih kurang. obat yang banyak itu, cukup la obat yang
Partisipan tidak mengetahui perawatan saya minum Buk, susah lagi kalau harus
mandiri yang dapat dilakukan untuk memperhatikan makan dan masker”
memaksimalkan kesuksesan pengobatan
TB. Pangetahuan partisipan tentang “saya tidak tau Buk, apa lagi yang perlu
perawatan mandiri tidak secara saya lakukan kalau merawat diri sendiri,
keseluruhan yaitu dalam hal 1) pencegahan ya palingan makan obat teratur dan makan
penularan kuman tuberkulosis, 2) telur”
kepatuhan pengobatan tuberkulosis, 3)
pemenuhan nutrisi pasien tuberkulosis, 4) Hambatan pelaksanaan perawatan
peningkatan rasa percaya diri pasien. mandiri
Penyataan partisipan tentang pemahaman Kendala pelaksanaan perawatan
perawatan mandiri dapat dilihat dari mandiri bagi pasien cukup komplek. Hal
beberapa pernyataan partisipan seperti : ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan
“kadang saya pake masker, kadang saya sebagai berikut :
tidak pakai Buk, saya gak pake karna
sesak klo lama-lama saya pake” “..Perlu adanya informasi terkait
perawatan mandiri itu seperti apa
“pertama-tama dulu saya capek minum sehingga kami paham apa yang kami
obat ini, cuman kata perawatnya gak bisa kerjakan. Bagusnya sih ada buku atau

104
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-109, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

sosialisasi terkait apa-apa yang perlu kami penularan kuman tuberkulosis oleh
lakukan supaya tuntas pengobatan” penderita, 2) perawatan mandiri dalam hal
kepatuhan pengobatan, 3) perawatan
Faktor pendukung pelaksanaan mandiri dalam hal pemenuhan nutrisi, 4)
perawatan mandiri pasien tuberkulosis perawatan mandiri dalam hal peningkatan
Perawatan mandiri akan dilakukan rasa percaya diri penderita tuberkulosis.
oleh penderita TB jika mendapat dukungan Sahile, Yared, & Kaba (2018)
dari berbagai pihak terutama keluarga dan menjelaskan bahwa pengetahuan yang baik
petugas kesehatan. Pernyataan partisipan terhadap kepatuhan pengobatan
yang menyatakan faktor pendukung tuberkulosis akan menghasilkan
berjalannya perawatan mandiri pasien TB kesuksesan pengobatan tuberkulosis.
terlihat dari beberapa pernyataan di bawah Carlsson, et al (2014) mengatakan, peran
ini : perawat dalam meningkatkan pemahaman
“...Istri saya selalu ingatkan saya pagi- pasien dalam perawatan mandiri
pagi, diambilkan obat saya dan air putih khususnya dalam kepatuhan pengobatan
yar saya minum obat..” akan meningkatkan kemandirian pasien
dalam pengobatan dan Nagpal & Chawla,
“kata perawatnya saya harus minum obat (2014) mengatakan pengetahuan pasien
sebelum makan pagi, 2 jam sebelum makan dalam hal peningkatan kebutuhan nutrisi
pagi. Saya tidak boleh kelupaan minum selama pengobatan akan meningkatkan
obat setiap harinya” kualitas pengobatan pasien tuberkulosis.
Serapelwane, Masalesele, &
Pembahasan Masito, (2016) mengatakan bahwa
Karakteristik yang didapat adalah pengalaman pasien yang berada di Afrika
usia partisipan dominan diusia produktif Selatan tentang pengobatan DOTS
yaitu diumur 18-50 tahun, dominan laki- mengatakan bahwa dukungan dari berbagai
laki, tingkat pendidikan SMP dan SMA, pihak seperti keluarga, petugas kesehatan
dan pekerjaan partisipan dominan serta informasi tentang tuberkulosis akan
pedagang dan buruh pabrik. Hal ini sesuai meningkatkan pengobatan pasien hingga
dengan faktor resiko penyebab akhir sedangkan Sukamani, Lebese, Khoza,
tuberkulosis di Indonesia adalah pada usia & Risenga, (2012) mengatakan
produktif. Menurut Nurjana, (2015) faktor pengalaman keluarga dalam merawat
resiko terjadinya tuberkulosis di Indonesia pasien tuberkulosis mempunyai kesulitan
adalah tingkat pendidikan. Hal ini sesuai yang berbeda-beda. Pasien dengan kualitas
dengan kelompok partisipan yang hidup yang tinggi akan memudahkan
mempunyai tingkat pendidikan SMP dan keluarga dalam melakukan perawatan
SMA. Menurut Widjanarko, Gompelman, pasien tuberkulosis.
Dijkers, & Werf (2009) faktor resiko lain
dari pasien tuberkulosis adalah usia dan Keuntungan dan Faktor Penghambat
jenis kelamin. Menjalankan Perawatan Mandiri
Keuntungan menjalankan
Pengetahuan Pasien tentang perawatan mandiri secara keseluruhan
Tuberkulosis dan Perawatan Mandiri yaitu pemahaman menjalankan pencegahan
Pasien Tuberkulosis dan penularan, kepatuhan dalam
Perawatan mandiri pasien pengobtan, pemenuhan nutrisi pasien
tuberkulosis di Puskesmas Sentosa Baru tuberkulosis, dan peningkatan rasa percaya
Medan masih kurang hal ini terlihat dari diri pasien tuberkulosis dan meningkatkan
tema tentang perawatan mandiri kualitas pasien tuberkulosis serta
menghasilkan subtema yaitu 1) perawatan meningkatkan kesembuhan pasien
mandiri dalam hal pencegahan dan tuberkulosis. Hal ini sesuai dengan
105
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-108, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

penjelasan Howyida, (2012) bahwa pemberian informasi yang menyeluruh


perawatan mandiri akan berpengaruh kepada pasien sehingga keberhasilan
dalam keberhasilan pengobatan pengobatan pasien dapat berjalan dengan
tuberkulosis dengan adanya konseling. baik. Muhtar, et al (2013) mengatakan
Menurut Wilson, et al (2016) mengatakan pasien cenderung menyela dan gagal dari
pengetahuan pasien tuberkulosis tentang pengobatan ketika penyedia perawatan
pengobatan harus didukung dari berbagai mereka tidak cukup diawasi oleh Petugas
media sehingga kegagalan pengobatan Minum Obat (PMO). Tidak tersedianya
dapat dihindari. Davtyan, et al (2015) perawatan mandiri di fasilitas kesehatan
mengatakan bahwa program sosial yang dikaitkan dengan hilang dosis harian.
dilakukan kepada pasien tuberkulosis dapat Mokgothu, Plessis, & Koen (2015)
meningkatkan pengetahuan pasien tentang mengatakan anggota keluarga merupakan
perawatan mandiri. kekuatan dan pemberi dukungan dalam
Nezenaga, Gacho & Tafere (2013) meningkatkan psikologis pasien
mengatakan pasien yang mendapat tuberkulosis sedangkan menurut Andrade,
dukungan dari faktor eksternal seperti et al (2016), kontribusi petugas kesehatan
dukungan keluarga, petugas kesehatan sangat mempengaruhi perawatan mandiri
akan meningkatkan kepuasan pasien dalam pasien tuberkulosis yang menjalankan
menjalani pengobatan dan Nursasi (2014) pengobatan rutin.
mengatakan kemandirian pasien dalam
menjalankan perawatan mandiri setelah Simpulan dan Saran
pasien didiagnosis tuberkulosis merupakan Berdasarkan hasil analisis diperoleh
hal yang perlu dilatih sehingga lima tema yang mengungkapkan persepsi
keberhasilan pengobatan dapat berjalan pasien tuberkulosis di Puskesmas Sentosa
hingga akhir. Pinto (2016) mengatakan Baru, Medan yaitu kurangnya
bahwa hal yang utama dalam kesuksesan pengetahuan penderita TB terkait
pengobatan antara lain adalah kemampuan tuberkulosis, kurangnya pengetahuan
pasien melakukan perawatan mandiri penderita tuberkulosis terkait perawatan
mulai pasien didiagnosis tuberkulosis. mandiri, kesadaran rendah dalam
Perawatan mandiri tersebut antara lain melakukan perawatan mandiri, kendala
kemampuan pasien dalam minum obat pelaksanaan perawatan mandiri, faktor
secara rutin, kemampuan pasien dalam pendukung perawatan mandiri pada pasien
pencegahan dan penularan kuman tuberkulosis. Hasil penelitian ini
tuberkulosis dan pemenuhan nutrisi. menunjukkan ada lima tema yang
mendukung dalam perawatan mandiri
Faktor Pendukung Pelaksanaan pasien tuberkulosis, untuk itu diperlukan
Perawatan Mandiri penguatan perawatan mandiri secara
Faktor pendukung pelaksanaan kontinu kepada pasien tuberkulosis untuk
perawatan mandiri dapat diperoleh dari keberhasilan pengobatan dan diharapkan
pemahaman tentang perawatan mandiri adanya pengembangan sebuah panduan
yang baik, tersedianya panduan tentang perawatan mandiri untuk dipahami pesien
perawatan mandiri, mendapat informasi tuberkulosis.
terkait perawatan mandiri pada pasien TB,
mendapat dukungan dari keluarga/PMO, Daftar Pustaka
mendapat dukungan dari petugas Andrade, R.P., Maia, V.F., Queires, R.F.,
kesehatan, serta mendapat dukungan dari Carreiro, G. S. P., Villa, T.C.S., et al.
fasilitas kesehatan. Hal ini sesuai dengan (2016). Profesional Contribution of
penelitian Carlsson, et al (2014) bahwa Primary Health Care for Assisted Self
perawat mengambil andil yang tinggi Care to Patient with Tuberculosis. E-
dalam keberhasilan pengobatan melalui Journal of Revista de Pesquisa :

106
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-109, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Cuidado e Fundamental Online 8 Self Care Activity Keluarga dan


(2016), 3, Page 4857-4863 Penderita TB Paru.Politeknik
Kesehatan Kemenkes Mataram : Nusa
Carlsson,M., Johansson,S., Eale,R.B., & Tenggara Barat
Kaboru,B.B (2014). Nurses’ Roles and
Experiences with Enhancing Nagpal,M., Devgun, P., &Chawla, N.
Adherence to Tuberculosis Treatment (2014). A Study on Nutrisional Status
among Patients in Burundi: A and Change in Body Mass Index with
Qualitative Study. E-Journal of Treatment Outcome in Smear-Positive
Tuberkulosis Research and Treatment Pulmonary TB Patient on DOTS in
Volume 2014. Retrieved from Amritsar City from Journal of Medical
http://dx.doi.org/10.1155/2014/984218 Science and Public Health 12015 vol 4
issue 4
Davtyan,K., Aghabekyan, S., Davtyan, T.,
Zachariah, R., Acosta, C., & Dadu, Nezenaga, Z.S., Gacho, M., & Tafere, T.E,.
A.(2015). Social Support Programme (2013). Patient Satisfaction On
for Tuberculosis Patients in Armenia : Tuberculosis Treatment Service And
Perceptions of Patients and Doctors Adherence To Treatment In Public
from Public Health Pandrama volume Health Facilities Of Sidama Zone,
1. Issue 3 .205.268 South Ethiopia. BMC Health Service
Research, 13, 110
Howyida, S. (2012). Effect of Counseling
on Self Care Management among Nursasi, A.Y. (2014). Peningkatan
adult Patients with Pulmonary Kemandirian Perawatan Klien TB
Tuberculosis. Life Science Journal Paru melalui Pemberdayaan dalam
Kelompok KeluargaMandiri diunduh
Kementerian Kesehatan Repoblik dari
Indonesia. (2018). INFODATIN http://stoptbindonesia.org/dok/Article
Tuberkulosis 2018. Jakarta: Pusat Data %20for%20FSTPI_Yuni_Indonesia.pd
dan Informasi Kementerian Kesehatan f
Republik Indonesia
Pinto,E.S.G., Lira,A.L.B.,
LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. (2014). Fernandes,M.I.D., Beraldo,A.A.,
Nursing Research: Methods and Batista,P.F.B., Andrande,.R.P.S.,
Critical Appraisal for Evidence-Based &Villa,T.C.S. (2016). Self Care
Practice. 8th Edition. China: Elsevier Assisted in People with Tuberkulosis
Mosby Treatment from International Archives
Medicine
Mokgothu, M.C., Plessis, E.D., & Koen,
M. P. (2015). Experiences The Serapelwane,.G.,Masalesele,M.D.,&Masito
Strengths of Families in Supporting ,G.M. (2016). Experinces of Patient
Mentally-illl Family Members’, E- Having Tuberculosis (TB) Regarding
Journal from curationis 38(1), the Use of Directly Observed
Art.#1258,8 pages Treatment Short-Course (DOTS) in
http://dx.doi.org/10.4102/curationis.v3 the North West Province, South Africa
8i1.1258 from South Africa, citationis 36 (1),
org/10.4102/curationis.v39i1.1629

Sukamani, J.T., Lebese, R.T., Khoza, L.


Muhtar. (2013). Pemberdayaan Keluarga B., &Risenga, P.R. (2012).
dalam Peningkatan Self Efficacy dan Experiences of Family Members
107
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 2, Hal 101-108, Agustus 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Caring for Tuberculosis Patient at


Home at Vhembe District of the
Limpopo Province from curationis
35(1), Art.#54,8 pages,
http://dx.doi.org/10.4102/curationis.v3
5i1.54

Sahile,Z., Yared,A. & Kaba,M.(2018).


Patients’ experiences of TB
Treattment Adherence: a Qualitative
Study on DOTS Service in Public
Health Centers in Addis Ababa,
Ethiopia.E-Journal of BMC Public
Health (2018)18:462. Retrieved from
https://doi.org/10.1186/s12889-018-
5404-y

Widjanarko, B., Gompelman, M., Dijkers,


M., &Werf, M.J.(2009). Factors that
Influence Tretment Adherence of
Tuberkulosis Patient Living in Java,
Indonesia from Academic Medical
Center, The Netherlands

Wilson,J.W., Ramos, J.G., Castillo, F.


Castellanos,E.F., & Escalante, P.
(2016). Tuberculosis Patient and
Family Education Through
Videography in Salvador E-Journal
from Journal of Clinical Tuberculosis
and Other Mycobacterial
Diseases,Volume 4, August 2016,
pages 14-20.Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.jctube.2016.0
5.001

WHO. (2018). Global Tuberculosis Report


2018. Diunduh dari website:
http://apps.who.int/iris/bitstream/handl
e/10665/274453/9789241565646-
eng.pdf?ua=1 Pada Tanggal 21 Juni
2019

108

Anda mungkin juga menyukai