PEMBAHASAN
Penelitian jangka panjang dari Harvard Six Cities Studies (HSCS) selama
14-16 tahun menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara adanya kadar
polutan di tubuh dengan kejadian kanker paru dan mortalitas akibat
kardiorespirasi atau sistem jantung. Partikel dalam polusi udara dapat bersifat
toxic (seperti beracun) dan dapat menimbulkan proses inflamasi baik di
permukaan sel jaringan pelindung (epitel) saluran napas, tempat pertukaran atau
masuknya gas oksigen dari udara ke sel - sel darah dan keluarnya
karbondioksida (alveoli) atau sebaliknya, maupun jaringan interstitial sesuai
dengan ukuran partikelnya.
3.1.1 Dampak Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Paru – Paru
Seorang dokter ahli paru dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR (CCN News Pages of 3/6) (2015),
menjelaskan polusi udara yang terus dihirup menyebabkan kerusakan pada fungsi
organ. Paparan partikel polusi udara dapat bersarang di paru - paru. Pada
umumnya, partikel polusi udara PM2.5 berupa partikel kecil - kecil yang sangat
halus sekali. Jika seseorang terus terpapar partikel PM2.5, paru-paru kian rusak.
Dampak polusi udara sangat berbahaya terhadap kesehatan paru-paru.
Sebagai organ pernapasan paling akhir, paru-paru menjadi tempat bersarangnya
partikel-partikel sangat kecil dan berbahaya yang terkandung dalam polusi udara,
Ukuran partikel PM2.5 halus sekali. Bahkan 100 kali lebih halus daripada satu
helai rambut. Terbayang, bila terus terhirup dalam jangka panjang akan
meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan
alami dalam tubuh. Partikel PM2.5 yang bersarang di paru - paru akan
merangsang terjadinya perubahan sel dalam saluran pernapasan, diserap ke
pembuluh darah, dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Dalam waktu yang lama
akan terjadi peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, serta merangsang
terbentuknya risiko penyempitan pembuluh darah. Yang lebih berbahaya, dampak
berbahaya PM2.5 memicu sejumlah penyakit kronik. Partikel berbahaya polusi
udara ini memicu sejumlah penyakit kronik seperti kanker paru, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), stroke, penyakit jantung, dan diabetes.
Menurut DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR (2015), Berikut ini
dampak polusi udara pada kesehatan tubuh khususnya paru - paru berdasarkan
polutannya:
Gas ini seringkali dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor. Faktanya, gas ini
mampu mencegah penyerapan oksigen oleh darah. Paparan karbon monoksida
yang berlebihan berbahaya karena menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke
jantung secara signifikan, terutama paada orang yang mengidap penyakit jantung.
Akibatnya perlahan - lahan membuat kesehatan kita semakin menurun.
b) Partikulat (PM)
NO2 adalah sumber utama dari aerosol nitrat yang membentuk pecahan kecil
dari partikulat. Sumber utama emisi antropogen NO2 adalah proses pembakaran
seperti pemanas, pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal. Pada konsentrasi
jangka pendek yang melebihi 200 mikrogram per meter kubik, nitrogen dioksida
dianggap sebagai gas beracun yang menyebabkan perdagangan yang signifikan
pada saluran pernapasan. Polutan ini menyebabkan gejala bronkitis pada anak
yang memiliki asam . penyakit paru - paru akibat penurunan fungsi paru-paru pun
juga dapat terjadi.
Polutan satu ini dihasilkan dari pembakaran minyak dan batu bara atau
peleburan bijih mineral yang mengandung sulfur seperti dari pembangkit listrik
dan kendaraan bermotor. Surfur dioksida adalah gas tidak berwarna dengan bau
yang cukup tajam dan mempengaruhi sistem pernapasan dan fungsi paru - paru,
bahkan menyebabkan iritasi mata. Penyakit paru - paru yang dapt muncuk adalah
radang saluran pernapasan penyebab batuk, sekresi lendir, asam, bronkitis kronis,
dan membantu orang rentang infeksi pada saluran pernapasan.
3. Ispa
Penyakit itu terjadi karena adanya infeksi yang memicu inflamasi pada
salah satu atau kedua kantong paru-paru. Biasanya penderita penyakit itu akan
mengalami pembengkakan paru-paru yang berisi cairan. Sebanyak 373.935 jiwa
pun diprediksi mengalami penyakit paru - paru basah. Penyakit tersebut diawali
dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas. Tidak hanya orang dewasa
yang dapat terserang paru - paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat
mengalaminya. Pengidap paru-paru basah biasanya tidak dianjurkan untuk keluar
malam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Hal tersebut diduga karena
keluarnya gas karbondioksida yang tinggi di malam hari.
5. Jantung koroner
Siapa sangka jika polusi udara justru berpengaruh pada kesehatan jantung.
Sebanyak 1.386.319 jiwa dikatakan memiliki penyakit jantung koroner.
Penyakit tersebut biasanya disebabkan karena jantung tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Gejalanya diawali dengan nyeri pada bagian dada. Rasa
nyeri dapat semakin parah saat seseorang sedang melakukan aktivitas.Ahmad
mengatakan, hal tersebut seperti yang dialami oleh aktor Adjie Masaid. Pemicu
utamanya, dia menilai, didasari oleh pencemaran udara yang terhirup paru-paru.
b. Gunakan masker
Saat berada di dalam ruangan seperti di rumah atau kantor, tutup akses
udara luar dengan menutup jendela dan menutup pintu. Cara ini dapat menjaga
udara di dalam ruangan tidak banyak terpapar polusi.
d. Air purifier
e. Pengobatan
Jika mulai merasakan dampak kesehatan dari kualitas udara yang buruk
seperti batuk, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), hingga penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), segera cari pengobatan. Jika tidak terlalu parah bisa
menggunakan obat-obatan yang dijual bebas. Jika masih berlanjut, sebaiknya
langsung ke petugas kesehatan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR, dalam jumpa pers di RS
Persahabatan, Jakarta Timur, Senin (12/10/2015), Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI) angkat bicara soal buruknya kualitas udara di DKI Jakarta yang
dikategorikan tidak sehat/unhealthy (AQI >150). Bahkan Jakarta menempati
posisi teratas sebagai kota nomor 1 terpolusi di Dunia (Versi Air visual). Ketua
Umum PDPI, Agus Dwi Susanto mengatakan, kondisi ini sangat
mengkhawatirkan karena bisa menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan
masyarakat Jakarta. Melihat besarnya masalah kesehatan yang dapat timbul akibat
polusi udara khususnya di kota Jakarta, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) memberikan beberapa saran upaya pencegahan dan penanganan yang
dapat dilakukan baik masyarakat maupun pemerintah
Berikut saran PDPI (DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR)
(2015) untuk masyarakat:
1. Ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara seperti beralih
dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal, tidak membakar
sampah sembarangan dan lainnya;
Saran PDPI (DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR) (2015) pada
pemerintah dan pemangku kebijakan: