Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Penncemaran Udara Bagi Kesehatan Paru - Paru Masyarakat

Beberapa kota yang berada di Indonesia dinobatkan sebagai kota terpolusi.


Keadaan ini tentu mengkhawatirkan mengingat dampak dari polusi udara dapat
mengancam kesehatan, khusunya kesehatan paru - paru. Menurut dr. Jamal
Zaini, (Kompas.comp pages of 4/9) (2019) dokter spesialis paru dan pernapasan
konsultan onkologi paru dan mediastinum Rumah Sakit Pondok Indah – Jakarta
(2019), mengatakan bahwa polusi udara dapat menyebabkan gangguan kesehatan
jangka panjang dan jangka pendek bagi paru - paru. Gangguan kesehatan akibat
polusi udara bagi kesehatan paru berdasarkan World Health Organization (WHO)
Guideline 2005 adalah penurunan fungsi paru, peradangan paru, infeksi, dan
masalah pada jantung. Dalam jangka panjang, polusi udara dapat menyebabkan
masalah pernapasan yang serius, serangan asma, bahkan paling fatal adalah
kematian. Menurut Jamal (2019), Polusi udara dapat berpengaruh terhadap sistem
pernapasan dan juga sistem kardiovaskular atau jantung - pembuluh darah,
menyampaikan bahwa menurut data publikasi International Agency on Research
on Cancer (IARC) polusi udara bahkan dapat menyebabkan kanker.

Penelitian jangka panjang dari Harvard Six Cities Studies (HSCS) selama
14-16 tahun menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara adanya kadar
polutan di tubuh dengan kejadian kanker paru dan mortalitas akibat
kardiorespirasi atau sistem jantung. Partikel dalam polusi udara dapat bersifat
toxic (seperti beracun) dan dapat menimbulkan proses inflamasi baik di
permukaan sel jaringan pelindung (epitel) saluran napas, tempat pertukaran atau
masuknya gas oksigen dari udara ke sel - sel darah dan keluarnya
karbondioksida (alveoli) atau sebaliknya, maupun jaringan interstitial sesuai
dengan ukuran partikelnya.
3.1.1 Dampak Negatif Pencemaran Udara Bagi Kesehatan Paru – Paru
Seorang dokter ahli paru dan Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR (CCN News Pages of 3/6) (2015),
menjelaskan polusi udara yang terus dihirup menyebabkan kerusakan pada fungsi
organ. Paparan partikel polusi udara dapat bersarang di paru - paru. Pada
umumnya, partikel polusi udara PM2.5 berupa partikel kecil - kecil yang sangat
halus sekali. Jika seseorang terus terpapar partikel PM2.5, paru-paru kian rusak.
Dampak polusi udara sangat berbahaya terhadap kesehatan paru-paru.
Sebagai organ pernapasan paling akhir, paru-paru menjadi tempat bersarangnya
partikel-partikel sangat kecil dan berbahaya yang terkandung dalam polusi udara,
Ukuran partikel PM2.5 halus sekali. Bahkan 100 kali lebih halus daripada satu
helai rambut. Terbayang, bila terus terhirup dalam jangka panjang akan
meningkatkan jumlah radikal bebas yang tidak dapat dinetralisir oleh antioksidan
alami dalam tubuh. Partikel PM2.5 yang bersarang di paru - paru akan
merangsang terjadinya perubahan sel dalam saluran pernapasan, diserap ke
pembuluh darah, dan menyebar ke berbagai organ tubuh. Dalam waktu yang lama
akan terjadi peradangan sistemik, penurunan fungsi paru, serta merangsang
terbentuknya risiko penyempitan pembuluh darah. Yang lebih berbahaya, dampak
berbahaya PM2.5 memicu sejumlah penyakit kronik. Partikel berbahaya polusi
udara ini memicu sejumlah penyakit kronik seperti kanker paru, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), stroke, penyakit jantung, dan diabetes.

Polusi udara baik di dalam ruangan atau luar ruangan langsung


berhubungan dengan sel paru saat menarik napas. Dari sel paru, partikel polusi itu
bisa menyerang organ lainnya dalam tubuh melalui peredaran darah. Polusi udara
bukan hanya permasalahan di kota - kota besar, pembakaran hutan secara ilegal,
kebiasaan membakar sampah yang masih sering dilakukan masyarakat desa juga
merupakan sumber polusi udara yang berbahaya bagi paru-paru.

Sebuah pengkajian pada 2013 yang dilakukan oleh Badan Internasional


WHO untuk Penelitian Kanker (IARC) menyimpulkan polusi udara luar ruangan
merupakan penyebab penyakit paru - paru seperti kanker. Polusi udara luar
ruangan di kota dan di pedesaan diperkirakan menyebabkan kematian dini di
seluruh dunia pada tahun 2012. Pada tahap awal, polusi udara ini menyebabkan
perubahan subklinis atau kerusakan tanpa timbulnya gejala dan tidak memerlukan
obat. Perubahan subklinis ini mengakibatkan berkurangnya respon paru dan
terjadi kerusakan pada sel. Kondisi ini sering tidak disadari, tapi sebenarnya
polusi udara pasti sudah merusak tubuh banyak manusia. Dampaknya tentu tidak
sekarang, tapi bisa dirasakan pada sepuluh hingga dua puluh tahun mendatang.

Menurut DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR (2015), Berikut ini
dampak polusi udara pada kesehatan tubuh khususnya paru - paru berdasarkan
polutannya:

a) Karbon monoksida (CO)

Gas ini seringkali dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor. Faktanya, gas ini
mampu mencegah penyerapan oksigen oleh darah. Paparan karbon monoksida
yang berlebihan berbahaya karena menyebabkan penurunan pasokan oksigen ke
jantung secara signifikan, terutama paada orang yang mengidap penyakit jantung.
Akibatnya perlahan - lahan membuat kesehatan kita semakin menurun.

b) Partikulat (PM)

Komponen utama dari PM adalah sulfat, nitrat, amonia, natrium klorida,


karbon hitam, mineral debu, Dn IR. POLUTN ini terdiri dari campuran kompleks
partikel padat dan cair dari bahan organik dan anorgaik yang melayani di udara.
Partikel ini berbahaya karena mampu menembus dan hinggap jauh di dalam paru-
paru. Jika polutan ini terus menerus masuk, maka resiko penyakit paru-paru yang
menyebabkan kematian meningkat. Partikel polusi kecil memiliki dampak
kesehatan, bahkan pada konsentrasi yang sangat rendah. Jenis polutan ini sering
ditemukan di negara berkembangan seperti poluton dari pembakaran rumah
tangga berbahan bakar padat, seperti kompor tradisional. Asap dari kompor
tradisional ini mampu meningkatkan risiko infeksi saluran pernafasan akut dan
kematian pada anak - anak muda. Polusi udara ini dalam ruanga akibat
penggunaan bahan bakar padat merupakan faktor risiko utama untuk penyakit
jantung, penyakit paru obsruktif kronik, dan kanker paru - paru pada orang
dewasa.

c) Nitrogen dioksida (NO2)

NO2 adalah sumber utama dari aerosol nitrat yang membentuk pecahan kecil
dari partikulat. Sumber utama emisi antropogen NO2 adalah proses pembakaran
seperti pemanas, pembangkit listrik, mesin kendaraan, dan kapal. Pada konsentrasi
jangka pendek yang melebihi 200 mikrogram per meter kubik, nitrogen dioksida
dianggap sebagai gas beracun yang menyebabkan perdagangan yang signifikan
pada saluran pernapasan. Polutan ini menyebabkan gejala bronkitis pada anak
yang memiliki asam . penyakit paru - paru akibat penurunan fungsi paru-paru pun
juga dapat terjadi.

d) Sulfur dioksida (SO2)

Polutan satu ini dihasilkan dari pembakaran minyak dan batu bara atau
peleburan bijih mineral yang mengandung sulfur seperti dari pembangkit listrik
dan kendaraan bermotor. Surfur dioksida adalah gas tidak berwarna dengan bau
yang cukup tajam dan mempengaruhi sistem pernapasan dan fungsi paru - paru,
bahkan menyebabkan iritasi mata. Penyakit paru - paru yang dapt muncuk adalah
radang saluran pernapasan penyebab batuk, sekresi lendir, asam, bronkitis kronis,
dan membantu orang rentang infeksi pada saluran pernapasan.

Menurut Ahmad Safrudin (2009) (Pengantar Polusi Air dan Udara:221),


beberapa penyakit yang ditimbulkan warga kota berpolusi:
1. Asma atau Asthmatic bronchiale

Penyakit asma terjadi akibat pencemaran udara. Penyakit yang menyerang


secara tiba-tiba itu terjadi karena peradangan paru - paru yang diakibatkan oleh
udara tercemar yang dihirup seseorang. Penderita asma biasanya akan mengalami
sesak napas, suara berderak saat mengembuskan napas, batuk kering dan perasaan
menyempit pada otot dada. Sebanyak 1,4 juta orang di Jakarta menderita penyakit
asma.

2. Bronchopneumonia dan COPD, chronicle obstructive pumonary


dieses (penyempitan saluran pernapasan)

Bronchopneumonia biasanya dialami oleh anak-anak. Hal ini biasanya


terjadi karena virus yang 'bersembunyi' dalam polusi udara yang masuk pada
saluran pernapasan. Seseorang yang mengalami penyakit itu biasanya akan
merasa kesulitan dan nyeri pada saat bernapas, napas yang berbunyi, dan gerakan
yang tidak normal di bagian dada. Sebanyak 172.632 jiwa disebut mengalami
penyakit tersebut.

3. Ispa

Infeksi saluran pernapasan atas atau ispa menyebabkan seseorang tidak


bisa bernapas dengan baik. Biasanya penyakit ini menyerang seseorang mulai dari
hidung, tenggorokan dan paru-paru. Buruknya, ISPA dapat menular kepada orang
yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah. Bahkan, sebanyak 2.731.734 jiwa
orang mengalami penyakit tersebut.
4. Paru-paru basah atau pneumonia

Penyakit itu terjadi karena adanya infeksi yang memicu inflamasi pada
salah satu atau kedua kantong paru-paru. Biasanya penderita penyakit itu akan
mengalami pembengkakan paru-paru yang berisi cairan. Sebanyak 373.935 jiwa
pun diprediksi mengalami penyakit paru - paru basah. Penyakit tersebut diawali
dengan gejala demam, batuk dan kesulitan bernapas. Tidak hanya orang dewasa
yang dapat terserang paru - paru basah, anak-anak dan lansia pun dapat
mengalaminya. Pengidap paru-paru basah biasanya tidak dianjurkan untuk keluar
malam dengan menggunakan kendaraan roda dua. Hal tersebut diduga karena
keluarnya gas karbondioksida yang tinggi di malam hari.

5. Jantung koroner
Siapa sangka jika polusi udara justru berpengaruh pada kesehatan jantung.
Sebanyak 1.386.319 jiwa dikatakan memiliki penyakit jantung koroner.
Penyakit tersebut biasanya disebabkan karena jantung tidak mendapatkan asupan
oksigen yang cukup. Gejalanya diawali dengan nyeri pada bagian dada. Rasa
nyeri dapat semakin parah saat seseorang sedang melakukan aktivitas.Ahmad
mengatakan, hal tersebut seperti yang dialami oleh aktor Adjie Masaid. Pemicu
utamanya, dia menilai, didasari oleh pencemaran udara yang terhirup paru-paru.

Sebagian besar sumber polusi udara di Indonesia berasal dari sektor


transportasi (80%) diikuti dengan dari industri, pembakaran hutan dan aktivitas
domestik. Selain kontribusi kendaraan bermotor, industri, konstruksi dan kondisi
musim kemarau juga ditengarai memperburuk kualitas udara di Jakarta.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO), saat ini 92% penduduk
dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk. Bahkan, WHO
mencatat setiap tahun ada 7 juta kematian (2 juta di Asia Tenggara) akibat polusi
udara luar ruangan dan dalam ruangan. Polusi udara berhubungan dengan
penyakit paru dan pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut/ISPA, asma,
bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan kanker paru, penyakit
jantung dan stroke. Polusi udara di seluruh dunia berkontribusi sebanyak 25%
terhadap seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17% seluruh penyakit
dan kematian akibat ISPA, 16% seluruh kematian akibat stroke, 15% seluruh
kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 8% seluruh penyakit dan kematian
akibat PPOK.

Beberapa penelitian lokal di Indonesia menunjukkan polusi udara


berhubungan dengan masalah kesehatan paru seperti penurunan fungsi paru (21%
sampai 24%), asma (1,3%), PPOK (prevalens 6,3% pada bukan perokok) dan
kanker paru (4% dari kasus kanker paru). masalah polusi udara ini harus menjadi
perhatian serius pemerintah karena berdampak pada penurunan produktivitas
kerja, angka bolos sekolah dan mangkir kerja karena menderita sakit akibat
dampak polusi udara yang buruk.
3.2 Upaya - Upaya Dalam Mengurangi Dampak Negatif Bagi Kesehatan
Paru- Paru Masyarakat

Beragam penyakit terkait sistem respirasi seperti asma, penyakit paru


obstruktif kronis (PPOK), hingga infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dapat
terjadi ketika menghirup polusi udara. Dalam jangka panjang, polusi udara dapat
menyebabkan berbagai penyakit termasuk kardiovaskular. Menurut Spesialis paru,
dr. Erlang Samoedro (2019) (Liputan6:pages of 2/4), Untuk mencegah
dan mengurangi dampak kesehatan dari kualitas udara yang buruk, berikut
beberapa cara yang dapat dilakukan:

a. Kurangi aktivitas luar ruangan

Mengurangi aktivitas di luar ruangan. Semakin sering beraktivitas di luar


ruangan, semakin besar pula paparan terhadap polusi udara. Indeks kualitas udara
di Jakarta mencapai 131 atau berstatus tidak sehat bagi kelompok orang yang
sensitif. Beberapa kawasan seperti Jakarta Selatan dapat mencapai 153 atau
berstatus tidak sehat untuk semua orang. Kelompok yang sensitif terhadap polusi
udara yakni anak - anak, orang tua, ibu hamil, dan orang dengan penyakit jantung
atau paru - paru.

b. Gunakan masker

Jika memang harus beraktivitas di luar ruangan, gunakan penyaring udara


atau pelindung seperti masker agar tidak terpapar langsung. Masker apa saja boleh
digunakan, walaupun persentase penyaringannya tergantung dari jenis masker.
Tapi, tidak masalah untuk melindungi. Beberapa adalah masker kain sederhana
sementara yang lain memiliki filter bermutu tinggi untuk menjaga racun tak
masuk. Mereka tersedia dalam warna hitam atau berbagai warna. Dan ribuan
orang di ibu kota, yang terkena dampak paling buruk polusi, memakainya.
c. Tutup akses udara luar

Saat berada di dalam ruangan seperti di rumah atau kantor, tutup akses
udara luar dengan menutup jendela dan menutup pintu. Cara ini dapat menjaga
udara di dalam ruangan tidak banyak terpapar polusi.

d. Air purifier

Gunakan pula alat untuk membersihkan udara di ruangan seperti air


purifier untuk menjaga udara yang dihirup tetap bersih dan bebas polusi.

e. Pengobatan

Jika mulai merasakan dampak kesehatan dari kualitas udara yang buruk
seperti batuk, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), hingga penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), segera cari pengobatan. Jika tidak terlalu parah bisa
menggunakan obat-obatan yang dijual bebas. Jika masih berlanjut, sebaiknya
langsung ke petugas kesehatan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI),
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR, dalam jumpa pers di RS
Persahabatan, Jakarta Timur, Senin (12/10/2015), Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI) angkat bicara soal buruknya kualitas udara di DKI Jakarta yang
dikategorikan tidak sehat/unhealthy (AQI >150). Bahkan Jakarta menempati
posisi teratas sebagai kota nomor 1 terpolusi di Dunia (Versi Air visual). Ketua
Umum PDPI, Agus Dwi Susanto mengatakan, kondisi ini sangat
mengkhawatirkan karena bisa menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan
masyarakat Jakarta. Melihat besarnya masalah kesehatan yang dapat timbul akibat
polusi udara khususnya di kota Jakarta, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) memberikan beberapa saran upaya pencegahan dan penanganan yang
dapat dilakukan baik masyarakat maupun pemerintah

Berikut saran PDPI (DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR)
(2015) untuk masyarakat:
1. Ikut berperan aktif mengurangi sumber polusi udara seperti beralih
dari kendaraan pribadi ke moda transportasi massal, tidak membakar
sampah sembarangan dan lainnya;

2. Mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak


sehat (Air Quality Index > 150);

3. Hindari aktivitas fisik berat termasuk olah raga apabila berada di


luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat (Air Quality Index >
150);

4. Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari kawasan atau area


dengan kualitas udara yang tidak sehat dan berbahaya (Air Quality Index >
150);

5. Memantau kualitas udara secara realtime untuk bisa mengambil


keputusan beraktivitas di luar rumah;

6. Menggunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya


partikel ke dalam saluran napas dan paru (terutama bila beraktivitas di luar
ruangan). Disarankan masker atau respirator dengan kemampuan filtrasi
partikel yang maksimal (kemampuan filtrasi > 95%);

7. Apabila berkendaraan mobil, tutup semua jendela mobil dan


nyalakan AC dengan mode recirculate;

8. Apabila berada di dalam ruangan, tidak merokok, tidak


menyalakan lilin atau perapian atau pun sumber api lainnya dalam
ruangan. Meletakan tanaman yang mempunyai kemampuan air
purifier dalam ruangan atau peralatan air purifier disarankan untuk
menjaga kualitas udara dalam ruangan;

9. Lakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan


bergizi, istirahat cukup, cuci tangan, tidak merokok dan lainnya.
Memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan pada beberapa penelitian
dilaparkan dapat mengurangi dampak polusi udara;
10. Mengenali gejala-gejala atau keluhan yang timbul sebagai dampak
kesehatan akibat polusi udara. Segera ke dokter/pelayanan kesehatan
terdekat apabila terjadi masalah kesehatan yang mengganggu atau terjadi
perburukan/serangan pada orang yang mempunyai penyakit jantung atau
paru sebelumnya.

Saran PDPI (DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SP.P(K) FAPSR) (2015) pada
pemerintah dan pemangku kebijakan:

a. Membuat undang - undang dan peraturan yang baik tentang


pengendalian polusi udara seperti:

1. Peraturan standar baku mutu udara ambien sesuai standar WHO;

2. Peraturan menyangkut penggunaan bahan bakar kendaraan sesuai


standar EURO 4;

3. Peraturan tentang uji emisi kendaraan bermotor;

4. Peraturan untuk mengurangi emisi polusi udara dari industri.

b. Koordinasi lintas sektoral yang lebih baik termasuk dengan


akademisi dan organisasi profesi untuk menangani masalah polusi
udara seperti:

1. Kajian dan penelitian untuk mengetahui sumber-sumber polusi


udara di wilayah perkotaan (emissions inventory);

2. Kajian untuk menilai dampak kesehatan polusi udara pada


masyarakat;

3. Upaya-upaya untuk mengatasi masalah polusi udara secara lintas


sektoral.

c. Melakukan upaya - upaya memperbaiki kualitas udara dengan


berbagai langkah untuk mengurangi/menurunkan polusi udara
seperti:
1. Menggalakkan dan menerapkan uji emisi kendaraan bermotor yang
memasuki wilayah perkotaan terutama untuk kendaraan umum atau
kendaraan angkutan barang;

2. Melaksanakan dan menerapkan pemantauan emisi polusi udara dari


industri dan memberikan punishment tegas bagi industri tidak ramah
lingkungan di Wilayah Perkotaan;

3. Mendorong pembukaan pembangkit listrik tenaga alternatif seperti


tenaga angin, tenaga ombak atau tenaga matahari untuk mengurangi emisi
polusi udara dari pembangkit listrik;

4. Membuat sarana transportasi massal yang aman, nyaman, murah,


ramah lingkungan dan mudah diakses oleh masyarakat;

5. Membuat lapangan parkir yang berdekatan dengan sarana


transportasi umum yang layak, aman dan terjangkau sehingga mampu
menampung kendaraan masyarakat yang akan naik transportasi umum ke
tempat kerja;

6. Membuat dan mengkampanyekan penggunaan kendaraan ramah


lingkungan seperti kendaraan listrik (mobil, motor listrik) termasuk
memperbanyak kendaraan umum dengan tenaga listrik;

7. Meningkatkan penanaman pohon-pohon, dan menambah area hijau


di seluruh wilayah untuk menambah paru-paru kota.

d. Maksimalkan pemantauan polusi udara dan early


warning pada masyarakat seperti:
1. Membuat dan memperbanyak titik-titik monitoring/alat ukur
kualitas udara serta memberikan informasinya yang mudah diakses oleh
masyarakat;

2. Memberikan informasi secara berkala kepada masyarakat tentang


kondisi kualitas udara yang tidak sehat dan langkah-langkah antisipasi
yang dapat dilakukan mayarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang polusi udara di berbagai media (cetak, elektronik dan media
sosial).

e. Mempersiapkan sistem pelayanan kesehatan dalam melayani


masyarakat yang terdampak akibat polusi udara.

Anda mungkin juga menyukai