Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan merupakan hak dari setiap orang. Hal ini tercantum jelas dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hal inilah yang di
inginkan oleh setiap orang agar memiliki keadaan yang sehat selalu. Namun
kenyataannya masyarakat di dunia ini terkhususnya di Indonesia masih sangat jauh
dari keadaan sehat itu. Masalah kesehatan sering terjadi. Masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat sangatlah beragam. Ada yang terkena penyakit seperti
Difteri, Pertusis, kanker, DBD, malaria dan lain sebagainya.
Adapun penyakit dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Penyakit menular adalah suatu gangguan pada
bentuk dan fungsi tubuh sehingga tubuh berada dalam keadaan abnormal dimana
penyebab dari penyakit tersebut dapat ditularkan ke orang lain. Sedangkan penyakit
tidak menular adalah suatu gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh sehingga tubuh
berada dalam keadaan abnormal dimana penyebab dari penyakit tersebut tidak
dapat ditularkan ke orang lain, misalnya penyakit yang menjadi terkenal saat ini
yaitu stroke.
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengakibatkan
kematian pada seseorang dan menyebabkan kecacatan. Dilihat dari pola kematian
penderita rawat inap, stroke menempati posisi pertama, dan urutan ketiga terbesar
penyebab kematian di dunia setelah jantung dan kanker. Penderita stroke saat ini
menjadi penghuni terbanyak di ruangan hampir semua pelayanan rawat inap
penderita penyakit syaraf. Stroke menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan
keluarganya, hal ini menjadi perhatian pemerintah. Kasus stroke meningkat di
negara maju seperti Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap
tahunnya terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut
menunjukan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena
serangan stroke. Dan pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal

1
karena stroke. Di Indonesia stroke merupakan pembunuh nomor tiga. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 pada usia 45-54 tahun angka
kematian akibat stroke sebesar 15,9% (di daerah perkotaan) dan 11,5% (di daerah
pedesaan).Dari jumlah total penderita stroke di Indonesia, sekitar 2,5 persen atau
250 ribu orang meninggal dunia dan sisanya cacat ringan maupun berat.
Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus strok baik
dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Prevalensi strok di Indonesia
sebesar 8,3 per 1000 penduduk menurut Riset Kesehatan Dasar (2008) dan 51,6 per
100.000 penduduk menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) tahun 2011. Data dari profil kesehatan Indonesia 2008 menunjukkan
bahwa penyebab kematian utama untuk semua umur adalah strok (15,4%), disusul
tuberkulosis (7,5%) dan hipertensi (6,8%).
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
masalah utama di bidang kesehatan. Oleh kaena itu masalah stroke ini harus segera
diatasi untuk mengatasi masalah ini diperlukan strategi penanggulangan stroke yang
mencakup aspek preventif, tetapi rehabilitasi dan promotif.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
sebagai berikut:
1. Gambaran umum penyakit stroke?
2. Epidemiologi dari penyakit stroke?
3. Gejala penyakit stroke?
4. Patofisiologi penyakit stroke?
5. Apa saja faktor risiko terjadinya stroke?
6. Bagaimanakah pencegahan stroke?

C. Tujuan Penulisan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Gambaran umum penyakit stroke?
2. Untuk mengetahui Epidemiologi dari penyakit stroke?
3. Untuk mengetahui Gejala penyakit stroke?
4. Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit stroke?
5. Untuk mengetahui apa saja faktor risiko terjadinya stroke?
2
6. Untuk mengetahui bagaimanakah pencegahan stroke?

D. Manfaat Penulisan
Agar kita bisa mengetahui tentang penyakit stroke dan bisa mencegah terlebih
dini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan
penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan dijumpai
pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat secara
eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100 kali
lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000
dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak
ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa
pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang
dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara naju dan berkembang antara
Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang
paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun,
sedang yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per
tahun. Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara
adalah sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur,
sedang perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna,
dari hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 1984 dilaporkan prevalensi stroke
pada golongan umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan pada kelompok umur 55 tahun ke
atas berturut-turut 6,7; 24,4 dan 276,3 per 100.000 penduduk sedangkan proporsi
stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun 1986
meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah tangga,
mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk ;
sementara di negara – negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi
antargeografi , namun secara rata – rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000
penduduk per tahun.
4
B. Epidemiologi Penyakit Stroke
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit
ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk.
Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling sering setelah
penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat. Angka kematiannya mencapai 160.000
per tahun dan biaya langsung sebesar 27 milyar dolar US setahun. Insiden bervariasi
1,5–4 per 1000 populasi. Selain penyebab utama kematian juga merupakan penyebab
utama kecacatan. Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi stroke juga selalu
menduduki urutan pertama dari seluruh jumlah pasien yang dirawat di Bangsal Saraf.
Insidens serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per tahun.
Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya, dengan semakin
panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia, akan semakin banyak pula
kasus stroke dijumpai. Perbandingan antara penderita pria dan wanita hampir sama.
Prevalensi stroke berkisar 5-12 per 1000 penduduk. MacDonald et al. (2000) yang
meneliti prevalensi dari berbagai jenis penyakit susunan saraf menemukan prevalensi
stroke sebesar 800 per 100.000 penduduk.
Stroke dapat ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke meningkat
secara eksponensial denagn bertambahnya usia, dimana akan terjadi peningkatan 100
kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000
dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak
ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa
pengaruh umur.
Insiden stroke bervariasi antarnegara dan tempat. Menurut hasil penelitian yang
dikoordinasi oleh WHO, dari 16 pusat riset di 12 negara maju dan berkembang antara
Mei 1971 sampai dengan Desember 1974 memperlihatkan bahwa insiden stroke yang
paling tinggi adalah di Ahita (Jepang) yaitu 287 per 100.000 populasi per tahun, sedang
yang terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per 100.000 populasi per tahun.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan negara adalah
sebesar perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur, sedang
perdarahan subarachnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.

5
Di Indonesia, walaupun belum ada penelitian epidemiologis yang sempurna, dari
hasil survei kesehatan rumah tangga tahun 2013 dilaporkan prevalensi stroke pada
golongan umur ≥ 15 tahun adalah 7 per mil sedangkan Prevalensi Stroke berdasarkan
diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI Yogyakarta (10,3‰),
Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan 92 terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan
(17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur
sebesar 16 per mil. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan
pendidikan rendah, masyarakat kota baik dan masyarakat yang tidak bekerja.
Proporsi stroke di rumah-rumah sakit di 27 provinsi pada tahun 1984 dan tahun
1986 meningkat 0,96 per 100 penderita. Masih dari hasil survei kesehatan rumah
tangga, mortalitas stroke pada tahun 1986 adalah tercatat 37,3 per 100.000 penduduk
sementara di negara–negara maju, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan keganasan. Walaupun mortalitasnya sangat bervariasi
antargeografi, namun secara rata–rata disebutkan angka 100 kematian per 100.000
penduduk per tahun.

C. Manifestasi Klinis Stroke


Tanda dan gejala stroke yang dialami oleh setiap orang berbeda dan bervariasi,
tergantung pada daerah otak mana yang terganggu. Beberapa tanda dan gejala stroke
akut berupa :
1) Terasa semutan/seperti terbakar
2) Lumpuh/kelemahan separuh badan kanan/kiri (Hemiparesis)
3) Kesulitan menelan, sering tersedak
4) Mulut mencong dan sulit untuk bicara
5) Suara pelo, cadel (Disartia)
6) )Bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami (Afasia)
7) Kepala pusing atau sakit kepala secara mendadak tanpa diketahui sebabnya
8) Gangguan penglihatan
9) Gerakan tidak terkontrol
10) Bingung/konfulsi, delirium, letargi, stupor atau koma

6
D. Patofisiologi Penyakit Stroke
Otak mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dengan berat hanya 2% dari
berat badan, menggunakan 20% oksigen total dari 20% darah yang beredar. Pada
keadaan oksigenisasi cukup terjadi metabolisme aerobik dari 1 mol glukosa dengan
menghasilkan energi berupa 38 mol adenosin trifosfat (ATP) yang diantaranya
digunakan untuk mempertahankan pompa ion (Na-K pump), transport neurotransmitter
(glutamat dll) kedalam sel, sintesis protein, lipid dan karbohidrat, serta transfer zat-zat
dalam sel, sedang menghasilkan energi 2 ATP dari 1 mol glukosa (Alireza, 2009).
Keadaan normal aliran darah otak dipertahankan oleh suatu mekanisme otoregulasi
kuang lebih 58 ml/100 gr/menit dan dominan pada daerah abu-abu, dengan mean
arterial blood presure (MABP) antara 50-160 mmHg. Mekanisme ini gagal bila terjadi
perubahan tekanan yang berlebihan dan cepat atau pada stroke fase akut. Jika MABP
kurang dari 50 mmHg akan terjadi iskemia sedang, jika lebih dari 160 mmHg akan
terjadi gangguan sawar darah otak dan terjadi edema serebri atau ensefalopati
hipertensif. Selain itu terdapat mekanisme otoregulasi yag peka terhadap perubahan
kadar oksigen dan karbondioksida. Kenaikan kadar karbondioksida darah menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah dan kenaikan oksigen menyebabkan vasokontriksi. Nitrik-
oksid merupakan vasodilator lokak yang dilepaskan oleh sel endotel vaskuler (Arbour
et all, 2005)
Gangguan aliran darah otak akibat oklusi mengakibatkan produksi energi menurun,
yang pada gilirannya menyebabkan kegagalan pompa ion, cedera mitokondria, aktivasi
leukosit (dengan pelepasan mediator inflamasi), generasi radikal oksigen, dan kalsium
dalam sel, stimulasi phospolipase dan protease, diikuti oleh pelepasan prostaglandin
dan leukotrien kerusakan DNA dan sitoskeleton, dan akhirnya terjadi kerusakan
membran sel. Perubahan komponen genetik mengatur unsur kaskade untuk mengubah
tingkat cedera. AMPA (alpha amino 3 hidroksi 5 metil 4 isoxazole asam propionat) dan
NMDA (N-metil d aspartat).
Otak sangat tergantung kepada oksigen dan otak tidak mempunyai cadangan
oksigen apabila tidak adanya suplai oksigen maka metabolisme di otak mengalami
perubahan, kematian sel dan kerusakan permanen dapat terjadi dalam waktu 3 sampai
10 menit. Iskemia dalam waktu lama menyebabkan sel mati permanen dan berakibat
menjadi infark otak yang disertai odem otak sedangkan bagian tubuh yang terserang
stroke secara permanen akan tergantung kepada daerah otak mana yang terkena. Stroke
itu sendiri disebabkan oleh adanya arteroskelorosis (Junaidi, 2011).
7
Arteroskelorosis terjadi karena adanya penimbunan lemak yang terdapat di
dinding-dinding pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah kejaringan otak.
Arterosklerosis juga dapat menyebabkan suplai darah kejaringan serebral tidak adekuat
sehingga menyebakan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (Nurarif et all,
2013).
Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut :
a) Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel otak,
sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis perdarahan (stroke hemoragik),
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial maupun subarakhnoid.
Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh darah otak dapat karena berry
aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang mengubah morfologi arteriol otak
atau pecahnya pembuluh darah otak karena kelainan kongenital pada pembuluh
darah otak tersebut. Perdarahan subarakhnoid disebabkan pecahnya aneurysma
congenital pembuluh arteri otak di ruang subarakhnoidal (Misbach, 2007)
b) Stroke Iskemik
Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan pemasokan
darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Infrak otak terjadi jika ada
daerah otak yang iskemik menjadi nekrosis akibat berkurangnya suplai darah
sampai pada tingkat lebih rendah dari titik kritis yang diperlukan untuk kehidupan
sel sehingga disertai gangguan fungsional dan struktural yang menetap.Terdapat
dua penyebab utama infrak otak, yaitu trombus dan emboli. Kebanyakan infrak otak
terjadi setelah adanya trombosis pada pembuluh darah yang arterosklerotik. Dengan
demikian trombosis pada pembuluh darah yang aterosklerotik. Dengan demikian
trombosis menyerang individu-individu yang memiliki satu arah atau lebih faktor
resiko yang memacu terbentuknya aterosklerosis. Terdapat dua patologi utama
stroke iskemik adalah :
1) Trombosis
Aterosklerosis adalah salah satu obstruksi vaskular yang terjadi akibat
perubahan patologis pada pembuluh darah, seperti hilangnya elastisitas dan
menyempitnya lumen pembuluh darah. Aterosklerosis ini merupakan respon
normal terhadap injury yang terjadi pada lapisan endotel pembuluh darah arteri.

8
Proses aterosklerosis ini lebih mudah terjadi pada pembuluh darah arteri karena
arteri lebih banyak memiliki sel otot polos dibandingkan vena.
Proses aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang terjadi secara
lambat pada dinding-dinding arteri yang disebut plak, sehingga dapat
memblokir atau menghalangi sama sekali aliran pembuluh darah ke otak. Akibat
terjadinya aterosklerosis ini bisa juga disebabkan oleh terbentuknya bekuan
darah atau trombus yang teragregasi platelet pada dinding pembuluh darah dan
akan membentuk fibrin kecil yang menjadikan sumbatan atau plak pada
pembuluh darah, ketika arteri dalam otak buntu akibat plak tersebut, menjadikan
kompensasi sirkulasi dalam otak akan gagal dan perfusi terganggu, sehingga
akan mengakibatkan kematian sel dan mengaktifkan banyak enzim fosfolipase
yang akan memacu mikroglia memproduksi Nitrit Oxide secara banyak dan
pelepasan sitokin pada daerah iskemik yang akan menyebabkan kerusakan atau
kematian sel ( Lakhan et al, 2009).
Apabila bagian trombus tadi terlepas dari dinding arteri dan ikut terbawa
aliran darah menuju ke arteri yang lebih kecil, maka hal ini dapat menyebabkan
sumbatan pada arteri tersebut, bagian dari trombus yang terlepas tadi disebut
emboil.
2) Emboli
Hampir 20%, stroke iskemik disebabkan emboli yang berasal dari jantung.
Sekali stroke emboli dari jantung terjadi, maka kemungkinan untuk rekuren
relatif tinggi. Resiko stroke emboli dari jantung meningkat dengan
bertambahnya umur, karena meningkatnya prevelansi fibrilasi atrial pada lansia.
Umumnya prognosis stroke kardioemboli buruk dan menyebabkan kecacatan
yang lebih besar. Timbulnya perdarahan otak tanpa tanda-tanda klinis
memburuk dan terjadi 12-48 jam setelah onset stroke emboli yang disertai
infark besar.

E. Faktor Risiko Penyakit Stroke


Stroke erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi Karena
adanya gangguan aliran darah kebagian otak.
Faktor risiko penyebab stroke digolongkan menjadi 2 :
1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan antara lain :

9
a. Umur
Risiko stroke meningkat seiring pertambahan usia. Setelah umur
memasuki 55 tahun keatas,resiko stroke meningkat dua kali lipat
setiap kurun waktu 10 tahun. Namun bukan berarti strok hanya
terjadi pada kelompok usia lanjut melainkan stroke juga dapat
menyerang berbagai kelompok umur.
b. Jenis Kelamin Pria memiliki resiko terkena stroke lebih besar
daripada wanita. Resiko stroke pada pria lebih tinggi 20 persen dari
wanita. Namun setelah seseorang wanita menginjak usia 55 tahun,
saat kadar estrogennya menurun karena menopause, resikonya justru
lebih tinggi dibandingkan pria.
c. Garis Keturunan
Risiko stroke lebih tinggi jika dalam keluarga terdapat riwayat
keluarga penderita stroke. Perlu diwaspadai apabila ada anggota
keluarga (orang tua dan saudara) yang mengalami stroke atau
serangan transien iskemik.
d. Ras atau etnik
Berdasarkan data American Heart Association, ras Afrika Amerika
memiliki resiko lebih tinggi karena stroke dibandingkan dengan ras
kaukasia.
e. Diabetes
Penderita diabetes mempunyai resiko 2 kali lebih besar mengalami
stroke, hal ini dapat terjadi akibat gangguan metabolisme pada para
penderita diabetes.
f. Arterosklerosis
Kondisi dimana terjadi penyumbatan dinding pembuluh darah
dengan lemak,kolesterol ataupun kalsium.
g. Penyakit Jantung
Orang dengan penyakit jantung mempunyai resiko dua kali lipat
terkena stroke dibandingkan orang berjantung sehat.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan antara lain :
1. Obesitas
Resiko stroke akan meningkat pada orang dengan indeks massa tubuh (IMT)
lebih dari 30 kg/m2 (obesitas).
10
2. Kurang aktivitas fisik dan olahraga
Efeknya adalah meningkatkan risiko hipertensi, rendahnya kadar HDL
(kolesterol baik) dan diabetes. Berolahraga yang dilakukan secara rutin 30-40
menit per hari dapat mengurangi resiko tersebut.
3. Merokok
Peluang terjadinya stroke pada orang yang mempunyai kebiasaan merokok
50 persen lebih tinggi daripada yang bukan perokok.
4. Mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan
Risiko stroke iskemik akan meningkat dalam dua jam setelah mengkonsumsi
minuman beralkohol. Penggunaan obat-obatan terlarang seperti halnya
kokain juga dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.
5. Tekanan darah tinggi (Hipertensi)
Hampir sekitar 40 % kejadian stroke disebabkan atau dialami oleh penderita
hipertensi.
6. Tingkat kolesterol darah yang berbahaya
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya
pengerasan pembuluh nadi (arterosklerosis), karena kolesterol cenderung
menumpuk pada dinding pembuluh darah dan membentuk plak.
7. Sleep apnea (mendengkur disertai berhenti bernafas selama 10 detik)
Penderita sleep apnea berisiko mengalami hipertensi dan kekurangan suplay
oksigen dalam darahnya yang dapat menyebabkan stroke.

F. Pencegahan Stroke
Deteksi dini terhadap adanya aterosklerosis pada stadium dini sulit dilakukan.
Namun yang penting dilakukan adalah mendeteksi ada tidaknya faktor risiko,
sebelum seseorang mengalami kelainan pembuluh darah.
Tujuan upaya pencegahan penyakit stroke ini adalah untuk menurunkan
kejadian penyakit, kecacatan dini dan kematian, sehingga dapat memperpanjang
hidup dengan kualitas yang memadai. Pencegahan dibagi atas dua kategori yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada
mereka yang masih sehat dan belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan
pencegahan sekunder dilakukan terhadap mereka yang sudah pernah mengalami
penyakit stroke.
1. Pencegahan primer
11
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pencegahan primer antara lain :
 Menghindari kegemukan
Pencegahan stroke perlu dilakukan dengan menghindari kegemukan
(obesitas), sebisa mungkin mengurangi kolesterol tinggi. Untuk itu pola
konsumsi harus diubah yaitu dari yang cenderung tinggi karbohidrat dan
lemak menjadi banyak sayur dan buah yang tinggi serat. Dari sumber
protein hewani gantikan posisi daging dengan ikan, karena ikan memiliki
kandungan lemak yang jauh lebih baik bagi kesehatan daripada daging.
 Menghindari stress
Beban kerja yang tinggi, tekanan hidup yang berat, tuntutan ekonomi,
keinginan yang belum tercapai ataupun hal lainnya tanpa disadari dapat
menyebabkan efek jangka panjang pada fisik dan mental.
Stres menyumbang hingga 20% penyebab stroke, selain itu juga
menimbulkan hipertensi. Stress yang tidak terkendali akan memicu
naiknya tekanan darah dan berisiko terkena serangan jantung. Stres juga
dapat menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Kondisi tersebut
nantinya dapat membuat pembuluh darah tersumbat sehingga penderita
rentan terhadap stroke.
Stres dalam kehidupan sekarang ini memang merupakan suatu kondisi
yang sulit untuk dihindari, sehingga perlu pengelolaan yang baik. Jika
mampu mengelola stress dengan baik maka risiko terkena stroke dapat
berkurang hingga 25%.
 Menghindari minum alkohol dan obat yang memiliki efek buruk pada
pembuluh darah
Konsumsi alkohol selain membuat orang yang mengkonsumsinya terlalu
banyak akan mengalami gejala mabuk, namun yang lebih perlu
diwaspadai adalah pengaruhnya terhadap tekanan darah.
Alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, memperlemah jantung,
mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.
 Menghentikan kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok akan meningkatkan serangan stroke dibandingkan
dengan orang-orang bukan perokok. Merokok dapat mengurangi

12
elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh
darah dan akan meningkatkan serangan stroke.
 Mengurangi asupan lemak, kolesterol dan garam yang dikonsumsi secara
berlebihan
Makanan cepat saji, gorengan, steak, dan gulai mengandung kadar lemak
dan kolesterol tinggi. Konsumsi dari jenis makanan tersebut harus
dibatasi, karena bila dikonsumsi berlebihan akan menimbulkan
arterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah ke otak.
Makanan yang menggunakan garam berkadar tinggi dalam
pengolahannya juga harus dihindari, sebab natrium adalah mineral utama
dalam garam, berefek meningkatkan ketegangan kontraksi pembuluh
darah. Batasilah konsumsi garam dengan mengurangi camilan, gorengan
dan makanan yang diolah dengan garam seperti makanan kalengan dan
makanan yang diawetkan.

 Mengendalikan gula darah dan kadar lemak darah (dislipidemia)


Terlalu banyak mengkonsumsi gula akan mengakibatkan kegemukan
dan memicu munculnya diabetes tipe 2 karena hormon insulin sudah
resisten sehingga terjadi penumpukan gula di dalam darah.
 Mengobati penyakit seperti : Hipertensi, Diabetes mellitus, penyakit
jantung/aterosklerosis

13
Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan penyakit jantung
koroner. Diabetes juga meningkatkan resiko stroke 1,5 hingga 4 kali
lipat, terutama pada penderita yang gula darahnya tidak terkendali. Oleh
karena itu pengobatan dan kontrol terhadap penyakit-penyakit ini sangat
perlu di lakukan untuk mengurangi resiko terkena stroke.
 Berolahraga secara teratur, minimal 3 kali seminggu
Hasil optimal olahraga tidak hanya ditentukan oleh jenis dan frekuensi
berolahraga. Waktunyapun sebaiknya dipertimbangkan sehingga tidak
terbuang percuma.
Hasil penelitian menunjukan bahwa olahraga dengan intensitas rendah
bermanfaat bagi penyakit jantung dan dapat mencegah stroke.
Berolahraga secara teratur, tidak hanya membuat jantung tetap kuat, tapi
juga meningkatkan jumlah enzim alami (superoksida dismutase,
glutation peroksidase dan katalase) yang berperan sebagai antioksidan
untuk mencegah arterosklerosis. Olahraga juga dapat mengontrol berat
badan dan mengendalikan stress yang bermanfaat untuk mencegah
stroke.
2. Pencegahan Sekunder
Dalam pencegahan sekunder yang perlu dilakukan :
1) Mengontrol faktor resiko penyakit stroke melalui :
a) Mengobati penyakit-penyakit yang diderita yang merupakan
resiko timbulnya stroke seperti hipertensi,diabetes mellitus,
penyakit jantung.
b) Mengatasi dislipidemia dengan diet rendah lemak
c) Berhenti merokok
d) Menghindari konsumsi alkohol
e) Mengatasi kegemukan (obesitas)
f) Menghindari dan mengobati hiperurisemia
g) Mencegah terjadinya polisitemia (jumlah sel darah merah yang
tinggi)
h) Menghindari stress
i) Mengatsi keadaan depresi
2) Dengan menggunakan obat-obatan (stroke iskemik).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak berupa kematian sel-sel saraf
neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah satu bagian otak. Stroke dapat
terjadi karena suplai oksigen yang didapat dari darah untuk otak tidak mencukupi.
Berat otak hampir 2,5 % dari berat badan seluruhnya. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, maka sangat bergantung dengan kondisi aliran darah. Di klinik,
secara umum ada 2 jenis stroke, yakni sroke iskemik (nonhemorhagik) dan
hemorhagik. Iskemik otak adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan
pemasokan darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron. Sedangkan stroke
hemorhagik pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal.
Darah yang keluar akan merembes masuk kedalam suatu daerah di otak dan
merusaknya. secara umum dapat dikemukakan tanda dan gejala yang sering
dijumpai, antara lain timbul rasa kesemutan pada seisi badan, mati rasa, terasa
seperti terbakar, atau terkena cabai, lemas, mulut, lidah mencong bila diluruskan,
ganggan menelan, atau bila minum sering tersedak, gangguan bicara, berupa pelo,
atau aksentuasi kata-kata sulit dimengerti, tidak mampu membaca dan menulis,
berjalan menjadi sulit, Kurang mampu memahami pembicaraan orang lain, dll.

Adapun beberapa faktor risiko dari stroke dimana faktor risiko tidak dapat
dikendalikan antara lain umur, jenis kelamin, garis keturunan, ras atau etnik,
diabetes, Arterosklerosis, Penyakit Jantung.Sedangkan faktor risiko yang dapat
dikendalikan antara lain obesitas, kurang aktivitas fisik dan olahraga, merokok,
mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan, tekanan darah tinggi
(Hipertensi). Inseden stroke bervariasi diberbagai tempat, dengan umur yang
bervarisi pula namun, banyaki ditemukab dengan umur 55 tahun.

Beberapa akibat stroke yang sering dijumpai adalah (Heart and Stroke
Foundation, 2003) yaitu kelumpuhan satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, Afasia,
Gangguan persepsi, lelah, depresi, emosi yang labil, gangguan memori, dan
perubahan kepribadian. Pencegahan stroke dibagi atas dua kategori yaitu
pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan primer dilakukan pada
mereka yang masih sehat dan belum parah mengalami penyakit stroke. Sedangkan

15
pencegahan sekunder dilakukan terhadap mereka yang sudah pernah mengalami
penyakit stroke. Misalnya dengan mengontrol faktor risiko dan menggunakan obat-
obatan. Cara penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien stroke adalah :

1. Diagnostik seperti ingiografi serebral, yang berguna mencari lesi dan


aneurisme.
2. Pengobatan, karena biasanya pasien dalam keadaan koma, maka pengobatan
yang diberikan yaitu :
a. Kortikosteroid , gliserol, valium manitol untuk mancegah terjadi Edema
acak dan timbulnya kejang
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu Serta
berangsur-angsur diturunkan untuk mencegah terjadinya Lisis bekuan
darah atau perdarahan ulang.
3. Operasi bedah syaraf. (kraniotomi)
Jenis terapi medis yang dapat diberikan pada penderita stroke yaitu
fisioterapi, terapi olupasi dan terapi bicara.

B. Saran
a. Bagi Pemerintah.
Agar lebih memperhatikan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
pengobatan penyakit stroke sehingga bahaya kematian akibat penyakit
stroke dapat dikurangi.
b. Bagi Masyarakat.
Agar lebih memperhatikan kesehatan serta pola hidup yang sehat sehingga
terhindar dari penyakit Stroke. Mencegah lebih baik daripada
mengobati.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang
harus kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang
sehat dan teratur, dengan memperhatikan gizi yang seimbang. Jika kita
membiasakan hidup sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.

16

Anda mungkin juga menyukai