Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem perkemihan terdiri dari organ ginjal, ureter, vesika urinaria

(kandung kemih) dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal

adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam- basa cairan

tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolic dari dalam darah, dan mengatur

tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut

dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urine tersebut

disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi kandung kemih

berkontraksi dan urine akan di ekskresikan dari tubuh lewat uretra. Namun,

fungsi masing-masing organ dari sistem perkemihan tersebut tidak luput dari

suatu masalah atau abnormal. Sehingga hal ini dapat menimbulkan beberapa

penyakit atau gangguan salah satunya berupa sindrom nefrotik.

Tuberculosis ( TBC ) adalah suatu infeksi kronik, akut atau sub akut yang

disebabkan oleh mikobakterium tuberculosis yang bersifat tahan asam,

anaerob dan merupakan basil gram posistif. Yang umumnya menyerang

struktur alveolar paru-paru.

Tuberculosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri yaitu micobakterium

tuberculosis. Bakteri tuberculosis berbentuk batang dengan ukuran 2-4µ x

0,2-0,5µm, bentuknya seragam, tidak berspora, dan tidak bersimpati.

Pada makalah ini akan di bahas konsep dasar penyakit serta konsep

dasar asuhan keperawatan pada TB khususnya pada TB Renal yang meliputi

pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Konsep Dasar Sistem Perkemihan


2. Konsep Dasar Tubercolosis Renal

3. Asuhan Keperawatan pada klien Tubercolosis Renal

1.3 TUJUAN

1.Tujuan Umum :

Mengetahui konsep dasar dari system perkemihan dan tubercolosis

renal serta bagaimana asuhan keperawatannya.

2.Tujuan Khusus :

Mengetahui bagaimana menegakan pengkajian, diagnose

keperawatan, intervensi, implementasi sertas evaluasi pada pasien

tubercolosis renal.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Perkemihan

2.1 Anatomi

1.Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang

kavum abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra

lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang abdomen.

Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri

dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya

ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. Ginjal terdapat

sepasang kiri dan kanan.

Fungsi ginjal:

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun.

2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

cairan tubuh.

4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat

lain.
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum

protein

Uji fungsi ginjal terdiri dari:

1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau

tubulus, maka protein dapat bocor dan masuk ke urine.

2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan

ureum maka ureum darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.

3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12

jam untuk melihat sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.


Struktur ginjal:

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula

renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar

terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah

dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang

disebut renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri

dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Masing-masing piramid

dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. Garis-garis yang

terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil

dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti

satu), ansa henle, tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus

urinarius (papilla vateri).Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000

nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter. Arteri renalis

membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat

pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu

badan malfigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang


membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal

ke vena kava inferior.

Fisiologi ginjal:

1. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam

tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang

encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat)

menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan

konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan

tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

2. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan

keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan

elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-

ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit

perdarahan (diare, muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi

ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan posfat).


3. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung

pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine

yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil

akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran,

urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal

menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.

4. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-

zat toksik, obat-obatan, hasil metabolism hemoglobin dan bahan

kimia asing (pestisida).

5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon

renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah

(sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk eritripoiesis

mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel

darah merah (eritropoiesis).Di samping itu ginjal juga membentuk

hormone dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan

untuk absorsi ion kalsium di usus.

Filtrasi glomerulus:

Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap

protein plasma yang lebih besar dan permeabel terhadap air dan larutan

yang lebih kecil sepeti elektrolit, asam amino, glukosa dan sisa nitrogen.

Glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan ini

terjadi karena anteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai

diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler

yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan yang lebih kecil, sehingga
darah mending air dan partikel yang terlarutdalam plasma masuk ke

dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini

disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula

bowman disebut sebagai filtrasi glomerulus.

Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman

menggambarkan integrasi ketiga faktor tersebut yaitu:

a. Tekanan osmitik (TO) :

Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada

membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus

membrane semipermeabel ke dalam area yang mengandung lebih

banyak molekul yang dapat melewati membrane semipermeabel.

Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane

semipermeabel memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari

air tetapi mencegah molekul yang lebih besar misalnya protein dan

plasma.

b. Tekanan hidroststik (TH) :

Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam kapsula

dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga

mengeluarkan tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan

osmitik darah.

c. Perbedaan tekanan osmitik plasma :

Dengan cairan dalam kapsula bowman mencerminkan perbedaan

kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler

mencegah protein plasma untuk difiltrasi.


Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula

bowman bekerja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul

permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam

kapsula bowman.

Proses pembentukan urine:

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman,

berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus

ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada

glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke

ureter.

Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk

kedalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan

bagian plasma darah.

Ada tiga tahap pembentukan urine:

1) Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan

aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan

darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan

darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai

bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,

bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.

2) Proses reabsorpsi

Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,

natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara

pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.

Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali


penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap

kembali ke dalam tublus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara

aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada

papilla renali.

3) Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus

dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk

ke vesika urinaria.

Peredaran darah ginjal:

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai

percabanganarteri arteri renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan.

Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi

arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang

menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut

glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai

bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang


meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke

vena kava inferior.

Persarafan ginjal:

Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor).

Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam

ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembu;uh darah yang masuk

ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan

kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon

adrenalin dan hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.

Reabsorpsi dan sekresi tubulus:

Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini

mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai

urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara selektif dari tbulus dan

kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah ke

dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat

dalam urine akan menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar

ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi tubulus).

Ekskresi urine, Filtrasi glomerulus, Reabsorpsi tubulus, Sekresi tubulus:

a. Reabsorpsi tubulus

Ginjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas dalam

ginjaldan diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda.

Kebanyakan zat proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara

kuntitatif relatif sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja

perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi secara potensial dapat


menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan

seperti ureum dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi

dalam jumlah yang relatif besar.

b. Mekanisme pasif :

Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran epitel

tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus

kembali ke dalam darah. Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam

darah, misalnya air dan zat terlarut dapat ditranpor melalui membran

selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang sambungan antar-sel

(jalur para seluler).

Setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan

interstisial air dan zat terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam

darah dengan cara ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik

dan tekanan osmotik koloid.

Traspor aktif :

Mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan

membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang

berhubungan langsung dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis

adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif primer.

Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber

energi seperti yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif

sekunder.

Reabsorpsi tubulus proksimal

Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan

nilai persentase terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus


proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle. Persentase ini dapat

meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.

Sel tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan

membran brush boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion

natrium melewati membran lumen yang bertalian dengan mekanisme

transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus proksimal

merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti

garam garam empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.

Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu

keseimbangan yang tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi

glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal, dan kontrol

setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk mengatur filtrasi

glomerulus maka reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara

bebas terpisah dari yang lain terutama melalui mekanisme pengontrolan

hormonal.

2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke

kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan

penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen

dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding abdomen terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik

tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urine

melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam

bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung

kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia

muskulus psoas dan dilapisi oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi

pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf

dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf

sensorik.

Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di

belakang peritoneum sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi

oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika interna menyilang ureter

secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan

menyilang arteri iliaka eksterna.

Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu

turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra

dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan dilewati oleh bagian

bawah mesenterium dan bagian akhir ilium.

Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis

superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.

Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada

kavum pelvis sepanjang tepi anterior dari insura iskhiadikamayor dan

tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan arteri

hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan

arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor,

ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari

vesika urinaria.
Ureter pada pria:

Terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus

deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan

oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut

lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika urinaria, dinding

atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika

urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah

pengambilan urine dari vesika urinaria.

Ureter pada wanita:

Terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke

bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas,

vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya,

ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya

arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan

ligamentum. Ureter mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga

tempat yang penting dari ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu

pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka

diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter

1-5 cm.

Pembuluh darah ureter

a. Arteri renalis

b. Arteri spermatika interna

c. Arteri hipogastrika

d. Arteri vesika inferior


Persarafan ureter:

Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus

inferior, pleksus spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai

eferens dan nervus vagusrantai eferen dari nervus torakalis ke-11 dan ke-

12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai aferen

untuk ureter.

3. Vesika Urinaria:

Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan

mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di

dalam rongga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot

yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.


Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah,

bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh

jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis dan prostat.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan

dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar

(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa, dan

lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe vesika urinaria

mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan

eksterna.

2.1.2 Fisiologi

Mikturisis adalah peristiwa pembentukan urine. Karena dibuat di

dalam, urine mengalir melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan


membuang air kecil disebabkan penambahan tekanan di dalam kandung

kencing, dan tekanan ini di sebabkan isi urone di dalamnya. Hal ini terjadi

Pbila tertimbun 170 sampai 230 ml. mikturisi adalah gerak reflek yang

dapat dikendalikan dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih

tinggi pada manusia.

Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang

menambah tekanan di dalam rongga abdomen, dan berbagai organ yang

menekan kandung kencing membantu mengkosongkannya. Kandung

kencing dikendalikan saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari pleksus

hipogastrik.

Ciri-ciri urine yang normal:

Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-beda sesaui

jumlah cairan yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau

banyak protain dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan

untuk melarutkan ureanya.

1) Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya

jenjot lendir tipis tanpak terapung di dalamnya.

2) Baunya tajam.

3) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

4) Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.

Komposisi urine normal:

Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada

seseorang yang menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100

gram protein dalam 24 jam, jumlah persen air dan benda padat dalam

urine adalah seperti berikut:

1) Air 96%
2) Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)

yakni ureum, asam urat, kretin, elektrolit/garam

2.2 Konsep Dasar Tuberkulosis Renal

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah

sangat lama di kenal pada manusia, (Amin, Zulkifli, etal.2006).

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang

parenkim paru, (Smeltze, Suzanne C, et al. 2005). Tuberkulosis adalah

penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, (Price, Sylvia A, et al, 2005). Tuberculosis paru merupakan

penyakit kronik, menular yang disebabkan oleh M.tuberculosa. (Robbins,

Stanley L, et al, 1999).

TBC Renal merupakan penyakit infeksi yang menyerang organ

tubuh pada Renal dan disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

(Somantri , 2009). Sementara itu, Junaidi (2010) menyebutkan

tuberculosis (TB) sebagai suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis

yang dapat menyerang berbagai organ , termasuk Renal dengan gejala

sangat bervariasi.
Sedangkan Tuberculosis ginjal dan saluran kemih disebabkan

oleh organisme mikrobakterium tuberkulosa. Organisme ini biasanya

berjalan dari paru-paru melalui aliran darah ke ginjal. Mikroorganisme

kemudian menjadi dorman di ginjal selama bertahun-tahun.

2.3 Etiologi

TBC disebabkan oleh basil mycobacterium tuberkulosis. M.

tuberculosis termasuk familie mycobacteriaceae yang mempunyai

berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium, yang salah satu

spesiesnya adalah M. tuberculosis. M. tuberculosis yang paling

berbahaya pada manusia adalah type humanis. sejenis kuman berbentuk

batang. Basil TBC mempunyai dinding sel lipid (lemak), sehingga tahan

asam, Oleh karena itu, kuman ini disebut pula basil Tahan asam (BTA).

Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan dingin karena

sifatnya yang dormant, yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih

aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob.

Tuberculosis ginjal dan saluran kemih disebabkan oleh organisme

mikrobakterium tuberkulosa. Organisme ini biasanya berjalan dari paru-


paru melalui aliran darah ke ginjal. Mikroorganisme kemudian menjadi

dorman di ginjal selama bertahun-tahun.

2.4 Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi

terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat

dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga

dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainya

(ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainya (lobus atas).

System imun berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik

tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi

jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli,

menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai

10 minggu setelah pemajanan. (Smeltzer, Suzanne C, et al.2001)


2.5 Tanda Dan Gejalah

1. Tanda :

 Penurunan berat badan

 Anoreksia

 Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala :

Gejala dari jenis tuberculosis pada renal ini adalah awalnya gejala

tuberculosis renal adalah ringan, disertai :

 Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya

infeksi kuman TBC yang masuk.

 Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan

turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

 Hematuria (adanya darah dalam urin) dan piuria

Menandakan bahwa sudah terganggunya fungsi ginjal dalam hal

ini terganggunya system filterisasi ginjal.

 Nyeri, disuria dan sering berkemih yang terjadi adalah akibat

keterlibatan kandung kemih..

 Nyeri bagian abdomen

Timbul bila peradangan sudah sampai ke ginjal.

 Lemah dan gelisah


2.6 Cara Penularan

TB ekstra paru dapat menular, tapi penulrannya tidak seperti Tb paru

yang melalui kontak langsung lewat udara tercemar bakteri tuberkolosis.

TB ekstra paru menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi

bakteri tuberkolosis. Biasanya penularan terjadi melalui transfusi darah.

M.Tuberkolosis merupakan sprofit bebsa dan dapat ditemukan dalam air.

TB Saluran kemih dapat terjadi karena M.Tuberkulosis yang terdapat

dalam air mengkontaminasi urethra bagian distal dan genetalia eksterma.

Tuberkulosis Saluran Kemih dapat timbul pada segala usia dengan

keadaan umum kurang baik. Basil tuberculosis mencapai ginjal atau

epididimis secara hematogen. Penyebaran tuberculosis ke saluran kemih

dapat terjadi puluhan tahun setelah kompleks primer karena berada

dalam bentuk aktif (dormant) di dalam makrofag.

2.7 Pencegahan

1. Vaksin

Badan peneliti luar negeri telah mengembangkan vaksin TB terbaru

yang aman dan efektif. Penelitian ini menggunakan genom lengkap

M.Tuberkulosis. Bacilius Calmate Guerin (BCG) masih digunakan di

Negara-negara berkembang. Telah diketahui cara kerja BCG yaitu

dengan membatasi multiplikasi dan penyebaran M.Tuberkulosis, bukan

mencegah infeksinya.

2. Intravesikal BCG

Intravesikal BCG pertama kali diperkenakan (1976) untuk terapi

kanker kandung kemih superficial. Pencegahan cara ini memberikan

toleransi baik dan hasil memuaskan untuk jangka waktu panjang, hal ini

pula yang menyebabkan intravesikal jenis ini palig banyak di gunakan.


Untuk mengurangi penyerapan sistemik dan mengurangi resiko yang

merugikan pemberian BCG harus di tunggu 1 sampai 3 minggu setelah

reaksi transurethral.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Croflon, John, et al. (2002) mengajukan beberapa jenis pemeriksaan

untuk menegakkan diagnose tuberculosis renal pada orang dewasa yaitu

Pemerisaan dahak pada sediaan langsung :]

a). Pemeriksaan dilakukan dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen

(ZN) atau dipusat-pusat kesehatan yang lebih lengkap dengan

menggunakan sinar ultraviolet.

b). Biakan dahak dapat meningkatkan jumlah yang positif, tetapi mungkin

memerlukan 4-8 minggu sebelum anda mendapat hasilnya.

c). Tes resintesi obat hanya dapat dilakukan di laboratium khusus

d). Cairan lambung (sering diambil pada “lavemen” atau “cuci lambung)

e). pemeriksaan utogram intravena. Untuk melihat adanya pembentukan

rongga dan pengapuran di ginjal/kandung kemih

f). Pemeriksaan Lab untuk melihat adanya Basil TB dalam darah.

Biasanya pasien ini mendapatkan basil TB lewat tranfusi darah.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Tuberkulosis ekstra paru pada umunya sama

dengan penangana paru. Namun pada beberapa keadaan perlu

modifikasi, yaitu apabila TB menginfeksi organ vital seperti pada efusi

pleura, perkadial, TB spinal, TB genitor urinaria dan Meningitis


tuberculosis. Selain itu pengobatan padA TB ekstra paru biasanya lebih

lama dibandingkan dengan TB pada paru biasa.

a). Penyuluhan

b). Pencegahan

c). Pemberian obat-obatan :

 OAT (obat anti tuberkulosa) :

 OBH

 Vitamin

2.10 JENIS-JENIS TUBERCULOSIS (CROFTON, JOHN, ET AL. 2002)

1. Tuberculosis pada saluran nafas bagian atas : epiglottis. Laring, faring

Hampir semua tuberculosis pada saluran pernapasan bagian atas

merupakan komplikasi dari penyakit paru. Akan tetapi, infeksi melalui

peredaran darah kadang-kadang dapat menyebabkan tuberculosis laring.

Dan sering salah didiagnosis, sebagai kanker laring . epiglottis sering


terlibat pada tuberculosis laring. Faring juga mungkin terkena. Gejala

yang terdapat pada tuberculosis pada saluran nafas bagian atas : pasien

mungkin mengalami batuk dan mengeluarkan sputum selama beberapa

saat, karena penyakit TB pada laring paling sering terjadi pada

tuberkulosiss paru yang lanjut, mungkin juga terdapat penurunan berat

badan, suara serak dan perubahan suara, menjadi suara bisikan yang

basah, rasa nyeri pada telinga, rasa nyeri pada saat menelan biasanya

menandakann bahwa epiglottis juga terkena, rasa nyeri mungkin sangat

hebat, pada keadaan penyakit yang lanjut pada lidah mungkin dapat

ulkus-ulkus, pada pemeriksaan terlihat ulserasi pada pita suara atau pada

bagian lain saluran nafas atas.

2. Tuberculosis pada mulut, tonsil dan lidah

Tuberculosis pada mulut sangat jarang, biasanya terjadi pada gusi.

Terlihat sebagai pembengkakan yang tidak begitu nyeri yang sering kali

disertai ulkus. Oleh karena hal ini biasanya merupakan lesi primer, sering

kali terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional, keadaan ini dan

juga lesi pada tonsil, ang biasanya mirip, biasanya disebabkan oleh susu

yang terinfeksi, atau mungkin oleh makanan atau droplet dari udara. Lesi

pada tonsil mungkin tidak terlihat jelas secara klinis. Lesi pada lidah

biasanya merupakan akibat sekunder dari tuberculosis paru yang lanjut.

Lesi ini sering kali disertai ulkus dan mungkin sangat nyeri. Kelainan ini

cepat mengalami perbaikan dengan kemoterapi.

3. Tuberkulosis Meningitis

Tuberkulosis meningitis tetap merupakan maslah utama dan

merupakan penyebab kematian penting dibeberapa Negara.


Micobakterium tuberculosis tipe human sekarang merupakan penyebab

dari sebagian besar tuberculosis meningitis, tetapi mikobakteria

opertunistik mungkin menjadi penyebab penyakit ini pada pasien AIDS.

Gejala yang terdapat pada tuberculosis meningitis adalah biasanya

terdapat riwayat sakit yang menyeluruh selama 2 sampai 8 minggu, rasa

lelah, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun dan demamm

ringan.

4. Tuberkulosis pada pericardium

Penyakit ini jarang terjadi dibanyak tempat di dunia dan relative

umum terjadi dibeberapa tempat, khususnya bila infeksi HIV tersebar

luas. Gejala yang terdapat pada tuberculosis pericardium adalah

perikarditis kering tampak dari : nyeri mendadak yang terasa lebih ringan

dengan duduk condong kedepan. Friction rub yang terdengar dengan

stetoskop pada jantung dan mengikuti bunyi jantung. Pada pada

gelombang EKG, didapatkan perubahan gelombang T di banyak tempat.


Bila terjadi efusi pericardial, gejala-gejala klinisnya adalah sesak nafas

pada kegiatan fisik, denyut nadi cepat, tekanan darah rendah, pericardial,

gejala-gejala klinisnya adalah sesak nafas pada kegiatan fisik, denyut

nadi cepat, tekanan darah rendah, pembesaran hati, demam.

5. Tuberkulosis Kelenjar getah bening

Tuberkulosis kelenjar getah bening pada orang dewasa sama

dengan tuberculosis kelenjar getah bening pada anak. Namun ada

beberapa hal yang perlu ditekankan. Pada orang dewasa kemungkinan

pembesaran kelenjar getah bening mungkin berkaitan dengan karsinoma

yang berasal dari karsinoma primer didaerah sekitarnya.

6. Tuberkulosis tulang dan sendi

Kuman tuberculosis dapat menyebar dari kompleks primer ke

tulang atau sendi manapun. Resiko kejadian tersebut semakin besar

pada anak dengan usia muda. Kebanyakan dari tuberculosis tulang dan

sendi terjadi dalam waktu 3 tahun sesudah terjadinya infeksi pertama,

tetapi dapat juga timbul lebih lama sesudahnya. Yang sering terkena

tulang belakang, kemudian pinggul, lutut serta tulang kaki sedangkan

tulang lengan atau tangan lebih jarang terkena. Tanda dan gejala yang

terdapat pada tuberculosis tulang dan sendi adalah : gejala pertama

terasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri tersebut, anak atau orang

dewasa yang sakit enggan menggerakkan punggungnya, sehingga

seakan-akan kaku. Nyeri akan berkurang jika beristirahat.

7. Tuberkulosis ginjal dan saluran kemih


Tuberculosis ginjal dan saluran kemih disebabkan oleh organisme

mikrobakterium tuberkulosa. Organisme ini biasanya berjalan dari paru-

paru melalui aliran darah ke ginjal. Mikroorganisme kemudian menjadi

dorman di ginjal selama bertahun-tahun. Gejala dari jenis tuberculosis ini

adalah awalnya gejala tuberculosis renal adalah ringan, biasanya disertai

sedikit demam di sore hari, kehilangan berat badan, keringatan malam,

nafsu makan hilang dan malese umum. Hematuria dan piuria dapat

terjadi. Nyeri, disuria dan sering berkemih yang terjadi adalah akibat

keterlibatan kandung kemih. Pembentukan rongga dan pengapuran dapat

di jumpai pada pemeriksaan utogram intravena.

8. Tuberculosis pada alat kelamin wanita

Jenis ini merupakan terjadi akibat penyebaran dari infeksi primer

melalui predaran darah. Penyakit ini mengenai endometrium dan tuba

falopi.gejalanya adalah infertilitas, nyeri pada perut bagian bawah atau

panggul, rasa lelah, pembentukan abses pada tuba fallopi, kehamilana

diluar kandungan.

9. Tuberkulosis pada alamat kelamin pria

Prostat, vesikula seminalis dan epididimis dapat terkena tersendiri

atau bersama-sama. Infeksi dapat berasal dari aliran darah atau dari
ginjal melalui saluran kemih. Gejalanya adalah epididmis membesar dan

menjadi keras serta kasar., dimulai dari bagian atasnya. Biasanya hanya

sedikit bengkak. Epididmitis tuberkulosa akut sangat membengkak dan

nyeri. Lesi pada epididimis dapat menjadi abses, melibatkan kulit dan

memecah menjadi lubang. Prostat mungkin terasa kasar.

10. Tuberkulosis usus

Pasien tuberculosis paru menelan sputumnya. Kuman TB dalam

sputum akan menginfeksi dinding usus dan menimbulkan ulserasi. Infeksi

dapat menyebar ked ala rongga abdomen dan menyebabkan asites.

Gejalanya adalah berat badan menurun, nafsu makan berkurang, nyeri

perut, adanya masa dalam abdomen, batuk.

11. Tuberculosis Mata

Jenis ini menyerang lebih sering daripada yang di duga. Kuman

dapt tertanam di bawah kelopak mata melalui debu atau dari batuk orang

yang terinfeksi, atau mencapai mata melalui aliran darah berasal dari

focus primer atau tempat lain. Selain itu terasa nyeri hebat, yaitu

konjungtivitis fliktenula yang tidak diakibatkan oleh infeksi langsung, tetapi

kemungkinan terjadi akibat sensitivitas terhadap tuberculin yang

dihasilkan dari lokasi primer pada paru atau lokasi lain.

12. Tuberkulosis kulit dan jaringan ikat

Tuberkulosis kulit tidak sering terjadi tetapi diagnosis penyakit ini

sering terlewatkan. Ada beberapa kelainan kulit yang disebabkan oleh

tuberculosis yaitu lesi primer : kuman dapat memasuki kulit melalui luka

teriiris atau lecet yang baru. Kemudian secara berlahan selama beberapa
waktu akan pecah dan membentuk ulkus yang dangkal. Eritema

Nodosum: merupakan keadaan hipersensitivitas terhadap tuberculin. Lesi

Millier : jarang terjadi, tetapi munkin menjadi lebih sering pada paisen

dengan infeksi HIV dan tuberculosis. Ulkus pada mulut, hidung dan anus :

biasanya terjadi pada pasien tuberculosis lanjut. Lupus Vulgaris : kelainan

ini biasanya menmgenai kepala dan leher. Biasanya terjadi pada hidung

dan menjalar ke pipi. Timbul benjolan seperti keli, kadang terjadi ulserasi.

2.11 Gambaran Radiologi

Pemeriksaan film dada harus dilakukan untuk menyingkirkan

tuberkulosis paru. Film polos abdomen dapat memperlihatkan kalsifikasi

ginjal, vesika seminalis, atau vas deferens. Kalsifikasi terlihat sebagai

intensitas yang bervariasi dengan kisaran dari beberapa bintik-bintik kecil

hingga daerah-daerah yang sangat padat pada kasus-kasus

lanjut. Disorganisasi ginjal yang besar dapat menyebabkan ginjal tidak

berfungsi.

Pada PVI, pada Ginjal dapat ditemukan deformitas pada

calyces, striktur, pembentukan kavitas yang ireguler, dan jaringan parut

pada parenkim ginjal.

Gb. Lobar calcification Pada kerusakan yang luas pada ginjal kanan akibat
tuberkulosis ginjal

Gb. Kiri : Tuberkulosis ginjal yang menunjukkan kalsifikasi yang kasar Kanan :menunjukkan

dilatasi calyces dan ureter akibat striktur ureter

Terapi

Tuberkulosis ginjal merupakan tuberkulosis ekstra paru kategori

berat, maka penatalaksanaan OAT termasuk dalam kategori I yaitu

minimal 4 macam obat pada 2 bulan pertama(2HRZE), dilanjutkan

dengan 2 macam obat sampai 12 bulan (4H3R3).

Jenis dan dosis OAT Kategori I

Jenis obat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3xseminggu

Isoniazid (H) 5 10

(4-6) (8-12)

Rifampicin (R) 10 10

(8-12) (8-12)
Pyrazinamide (Z) 25 35

(20-30) (30-40)

Ethambutol 15 30

(15-20) (20-35)

Pengobatan TB ginjal bersifat holistik yaitu selain pemberian obat

anti tuberkulosis juga penanganan terhadap kelainan ginjal .

Apabila diperlukan tindakan bedah, dapat dilakukan setelah

pemberian OAT 4 ± 6 minggu


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUBERCULOSIS RENAL

Unit : RSU GMIM Kalooran Amurang Tggl MRS : 16 Maret 2018

Ruang / Kamar : Lukas/01.02 Tgl Pengkajian : 16 Maret 2018

Jenis Pengkajian : Allo-Auto Anamnesa No. Register : 1610014

3.1. Pengkajian

I. Identitas Klien :

 Nama : Tn A.R

 Umur : 30 tahun

 Jenis Kelamin : Laki-laki

 Tempat, Tanggal dan Lahir : Amurang, 12-September-1988

 Pendidikan : S1

 Pekerjaan : Swasta

 Agama : Kristen Protestan

 Suku/Bangsa : Indonesia

 No.Registrasi : 1610014

 Tanggal Masuk : 16 Maret 2018

 Diagnosa Medis : Tuberculisis Renal

 Ruang/Kelas : Lukas/01.02

 Alamat : Kel. Ranomea Kec. Amurang Timur

II. Identitas Penanggung Jawab

 Nama : Ny. N.L

 Umur : 28 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Hubungan dengan klien : Isteri

III. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama: Nyeri

2. Riwayat kesehatan sekarang: Klien mengatakan kurang lebih 1 bulan

klien merasakan nyeri saat tidur dan saat BAK dengan skala 7. Klien

juga susah untuk makan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu: Klien dan keluarga klien mengatakan tidak

pernah/mempunyai penyakit yang seperti ini.

4. Riwayat Alergi: Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai

alergi terhadap makanan ataupun obat-obatan.

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Klien tampak gelisah

2. Kesadaran : Compos mentis

3. TTV : TD:130/90 mmHg

Nadi: 110x/menit

R:20x/menit

SB:37⁰C

4. Antropemetri: BB: 96kg

TB: 178cm
V. Genogram

Generasi I

Generasi II

Generasi III (Tn A.R)

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Klien (30thn)
VI. II Pola Gordon

1. Pola Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan selalu memeriksa kesehatan ke dokter dan

puskesmas jika sakit. Klien juga mengonsumsi obat-obatan

warung tanpa resep dokter.

2.) Sejak Sakit :

Klien mengatakan kurang lebih dari 1 bulan klien merasa nyeri

saat BAK dan sesak saat bergerak. Klien langsung di bawah ke

rumah sakit.

Klien dan keluarga klien tidak tahu-menahu tentang penyakit ini

mereka mengaku tidak paham apa yang dialami klien.

2. Pola Nutrisi Metabolik

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan sebelum sakit klien makan dengan normal.

Frekuensi 3xsehari, jenis makanan (nasi, ikan, sayur), jumlah

makanan 2 porsi sekali makan.

Minum frekuensi 7-8xsehari, jenis air putih, jumlah minum 2

liter/hari.

2.) Sejak Sakit :

Klien makan dengan porsi yang sedikit dan tidak di habiskan.

Frekuensi 3 xsehari, jenis (bubur).


Minum frekuensi 5-6 xsehari, jumlah minum 1 liter/hari, jenis air

hangat.

Berat badan klien menurun dari BB: 96kg hingga BB: 88kg

3. Pola Eliminasi

1.) Sebelum sakit :

Klien mengatakan BAK sebelum sakit normal Frekuensi 4-

5xsehari, warna kuning jernih dengan jumlah 800-900 cc/hari.

BAB klien normal Frekuensi 1xsehari, warna coklat dengan bau

feses yang normal.

2.) Sejak Sakit :

BAK klien sedikit berkurang karena klien sedikit minum air, warna

kuning

BAB klien 1xsehari kadang juga sehari tidak BAB

Klien juga saat BAK terasa nyeri.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan bahwa klien sebagai seorang pegawai yang

setiap hari rutinitas bekerja di luar rumah, klien juga aktiv

berolahraga setiap pagi ketika ada hari libur.

2.) Saat Sakit :


Keadaan klien tampak lemah dan gelisah saat beraktivitas, klien

beberapa hari berhenti untuk menjalankan aktivitas seperti

biasanya. Kadang aktivitas klien di bantu kadang juga tidak.

5. Pola Tidur dan Istirahat

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan tidur klien normal. Setiap hari klien tidur lebih

dari 8-10 jam. Jadwal tidur malam klien sekitar pukul 21:30 WITA

dan bangun sekitar pukul 06:30 WITA.

2.) Saat Sakit :

Klien mengalami susah tidur, sehari tidur 5-6 jam, kadang-kadang

klien terbangun di malam hari kerena adanya nyeri.

6. Pola Persepsi dan Kognitif

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan tidak ada gangguan, dapat melihat dan

mendengar dengan jelas tanpa ada alat bantu, dapat merasakan

sentuhan dengan normal.

2.) Saat Sakit :

Klien tidak terdapat gangguan pada kelima panca indra.

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan tidak ada gangguan terhadap dirinya karena

klien menganggap dirinya positif.


2.) Saat Sakit :

Klien mampu mengenali dirinya sendiri dan klien tidak malu pada

orang lain tentang penyakitnya. Klien berharap agar bisa sembuh

dari penyakitnya.

8. Pola Peran Hubungan Sosial

1.) Sebelum Sakit :

Klien mengatakan tinggal di rumah klien aktiv dalam kegiatan

masyarakat dan di kenal ramah serta baik oleh orang lain. Klien

juga bergaul dengan sesama maupun yang lebih tua, klien mudah

di ajak berkomunikasi dengan orang lain.

2.) Sejak Sakit :

Klien tidak lagi mengikuti kegiatan masyarakat di lingkungan, klien

juga tidak ada masalah dengan siapapun apalagi dengan

keluarganya. Klien mudah diajak komunikasi dengan dokter dan

perawat.

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas

1.) Sebelum Sakit :

Klien adalah seorang laki – laki, berusia 30 tahun dan telah

menikah dan mempunyai 1 orang isteri dan 1 orang anak.

Dari pihak klien dan isteri tidak terdapat gangguan system

reproduksi ataupun penyakit menular seks lainnya.


2.) Sejak sakit :

Klien dan isteri klien tidak terdapat gangguan system reproduksi

ataupun penyakit menular seks lainnya.

10. Pola Mekanisme Koping

1.) Sebelum sakit :

Klien mengatakan mampu mengatasi dan masalah yang terjadi,

sehingga klien tidak merasa stress, cemas dan gelisah.

2.) Sejak sakit :

Klien mengatakan bahwa dirinya pasrah dengan apa yang

menimpanya, klien mengatakan akan sabar dalam menghadapi

penyakitnya ini. Bila ada masalah, klien selalu membicarakannya

dengan isteri dan keluarga-nya. Klien mengatakan tidak merasa

cemas yang berlebihan pada kondisinya ini, ia masih dapat

mentoleransi perasaan cemasnya dengan berdoa, membaca

Alkitab serta karena klien juga mendapat dukungan dan perhatian

penuh dari keluarga serta dukungan doa dari pihak pastoral RS

dan Gereja.

11. Pola Spiritual - Keyakinan

1.) Sebelum sakit :

Klien seorang yang percaya dan menganut kepercayaan Kristen

Protestan, yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Klien

juga aktiv dalam kegiatan-kegiatan spiritual ditempat ibadah serta


dilingkungan tempat tinggalnya. Setiap ada masalah klien selalu

berserah pada TYME.

2.) Sejak Sakit :

Klien seorang yang percaya dan menganut kepercayaan Kristen

Protestan, klien menyadari bahwa penyakitnya adalah ujian dari

TYME. Klien selalu berdoa agar penyakitnya cepat sembuh.

Selama sakit, klien tidak bisa melaksanakan ibadah dirumah

Gereja. Akan tetapi klien merasa sedikit tenang, karena pihak

pastoral RS dan Gereja dan rekan-rekan datang untuk

mendoakannya.
3.2. Pathway/Penyimpangan KDM

TUBERCULOSIS

Melalui
pernafasan

Anoreksia
Melalui aliran
darah menuju
ke ginjal Makanan
tidak
seimbang
Kerusakan sel

Intake dan
Merangsang output kurang
reseptor nyeri

Lemah
Medula spinalis

Resiko
Persepsi nyeri
ketidakseimbang
an nutrisi/ cariran
Perubahan
status Nyeri saat tidur
kesehatan Dx 2

Masuk RS Nyeri akut


Insmonia
Rawat inap
Dx 1
Sering
Informasi terbangun
indadekuat

Bertanya-tanya Gelisah
pada petugas
kesehatan
Kebutuhan istirahat
Kurangnya dan tidur tidak
pengetahuan b/d normal
informasi yang
adekuat Dx 4 Dx 3 Gangguan pola
istirahat dan tidur
3.3. Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif

Klien mengatakan: Hasil yang kita lihat:

 Klien merasakan nyeri  klien tampak gelisah

selama kurang lebih 1

bulan, nyeri saat BAK dan  makan dengan porsi yang

sesak bergerak. sedikit dan kadang tidak di

 Klien makan dengan porsi habiskan. Frekuensi 3

yang sedikit dan kadang xsehari, jenis (bubur).

tidak di habiskan. Frekuensi  Minum frekuensi 5-6

3 xsehari, jenis (bubur). xsehari, jumlah minum 1

 Minum frekuensi 5-6 liter/hari, jenis air hangat.

xsehari, jumlah minum 1  BB klien menurun

liter/hari, jenis air hangat.  Jumlah minum klien sangat

 mengalami susah tidur, sedikit

sehari tidur 5-6 jam,  Klien tidur tidak normal dan

kadang-kadang klien kadang-kadang terbangun di

terbangun di malam hari malam hari.

kerena adanya nyeri.  Keluarga tampak tidak

 Saat sakit dan masuk paham dan mengerti dengan

rumah sakit klien dan kondisi klien,

keluarganya mengatakan  Merekaosering bertanya-

tidak tahu-menahu tentang tanya tentang penyakitnya

penyakit yang dideritanya. pada petugas


3.4. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS :
Melalui pernafasan
 Klien mengatakan Nyeri akut

kurang lebih dari 1

bulan klien merasa Melalui aliran darah

nyeri saat BAK dan

sesak saat bergerak. Kerusakan sel

 Klien dan keluarga

klien tidak tahu- Merangsang

menahu tentang reseptor nyeri

penyakit ini mereka

mengaku tidak Persepsi nyeri

paham apa yang

dialami klien. Nyeri akut

DO :

 Klien tampak gelisah

2. DS :

 Klien mengatakan Anoreksia Resiko

makan dengan porsi ketidakseimbangan

yang sedikit dan Intake dan output nutrisi/cairan

kadang tidak di tidak seimbang

habiskan. Frekuensi

3 xsehari, jenis Lemah


(bubur).

 Klien mengatakan

Minum frekuensi 5-6 Resiko

xsehari, jumlah ketidakseimbang

minum 1 liter/hari, nutrisi/cairan

jenis air hangat.

3. DS : Nyeri saat tidur Gangguan pola

 Klien mengalami istirahat dan tidur

susah tidur, sehari Sering terbangun

tidur 5-6 jam,

kadang-kadang klien Gelisah

terbangun di malam

hari kerena adanya

nyeri. Gangguan pola

DO : istirahat dan tidur

 Klien tampak tampak

gelisah

4. DS :

 Saat sakit klien dan Perubahan status Kurangnya

keluarga pengetahuan b/d

mengatakan tidak informasi yang

tahu-menahu Masuk RS inadekuat

tentang kondisi yang

dialami klien saat ini,


 Mereka mengaku Informasi inadekuat

tidak paham dan

butuh penjelasan

yang akurat dari Bertanya-tanya

pihak yang pada petugas

bersangkutan

Do :

 Klien dan Kurangnya

keluarga tampak pengetahuan

tidak paham dan

mengerti dengan

kondisi klien,

 Sering bertanya-

tanya pada

petugas

kesehatan

tentang

penyakitnya
3.5. Diagnosa Keperawatan Klien

Nama/Umur : Tn A.R

Rumah Sakit : RS GMIM Kalooran Amurang

Ruang/Kamar: Lukas/01.012

NO Diagnosa Keperawatan Klien

1. Nyeri abdomen berhubungan dengan agens cidera

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi/cairan berhubungan dengan

intake dan output tidak seimbang

3. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur klien

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan informasi yang

inadekuat.
3.7. Evaluasi/SOAP

NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi/SOAP

1 Nyeri abdomen S :

berhubungan dengan Klien mengatakan tidak merasakan nyeri lagi

agens cidera dan bisa melakukan aktivitas lain

O:

Klien tampak tidak ada rasa gelisah ataupun

rasa nyeri.

Skala nyeri 0

A : masalah nyeri klien teratasi

P : Intervensi di hentikan
NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi/SOAP

2. Resiko ketidakseimbangan S :

nutrisi/cairan berhubungan Klien mengatakan nafsu makan mulai

dengan intake dan output tidak membaik

seimbang

O:

Porsi makan tampak dihabiskan

Pola makan sedikit tapi sering

A: masalah nutrisi/cairan teratasi

sepenuhnya

P : Intervensi di pertahankan
NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi/SOAP

3. Gangguan kebutuhan istirahat S :

dan tidur klien Klien mengatakan Ia dapat tidur

dengan nyenyak seperti biasanya.

O:

Saat dikaji kebutuhan tidur klien

menjadi normal.

A : masalah istirahat dan tidur teratasi

P : Intervensi keperawatan di hentikan


NO Diagnosa Keperawatan Evaluasi/SOAP

4. Kurangnya pengetahuan S :

berhubungan dengan informasi Klien dan keluarganya mengatakan

yang inadekuat. sudah paham dan mengerti dengan

kondisi klien saat ini.

O:

Klien dan kelurganya tidak bertanya-

tanya lagi.

A : masalah diatasi

P : Intervensi keperawatan di hentikan


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat

lama di kenal pada manusia, (Amin, Zulkifli, etal.2006). Tuberkulosis adalah

penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, (Smeltze,

Suzanne C, et al. 2005). Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, (Price, Sylvia A, et al, 2005).

Tuberculosis ginjal dan saluran kemih disebabkan oleh organisme

mikrobakterium tuberkulosa. Organisme ini biasanya berjalan dari paru-paru

melalui aliran darah ke ginjal. Mikroorganisme kemudian menjadi dorman di

ginjal selama bertahun-tahun. Gejala dari jenis tuberculosis ini adalah

awalnya gejala tuberculosis renal adalah ringan, biasanya disertai sedikit

demam di sore hari, kehilangan berat badan, keringatan malam, nafsu makan

hilang dan malese umum. Hematuria dan piuria dapat terjadi. Nyeri, disuria

dan sering berkemih yang terjadi adalah akibat keterlibatan kandung kemih.

4.2 SARAN

4.2.1 Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca,

terutama mahasiswa keperawatan

4.2.2 Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa

keperawatan.

4.2.3 Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai

diskusi dan forum terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Http://syuhadapunya.blogspot.com/2012/11/pegertian-TB.html

http ://asuhan keperawatanonline.blogspot.com

Buku saku Diagnosis Keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinsos, Nancy R

dan Ahern

Rencana asuhan keperawatan edisi 3 oleh Marilnn E. Doenges, Mary

Frances Moorhouse dan Alice C. Geissler.

Rasad Siriraj.2005.RADIOLOGI DIAGNOSTIK Edisi Kedua.Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.

Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC

Basuki.2011.Dasar- Dasar UROLOGI Edisi III. Jakarta :CV Sagung Seto

Membaca BNO IVP. Available from http://kioswikan.wordpress.com/tag/ivp/.

Accessed on 2012 june 06

Sukandar, E. 2006. Infeksi Akut Saluran Kemih Atas (Ginjal)

Pielonefritis Akut. Dalam Nefrologi Klinik. Edisi III. Pusat Informasi Ilmiah

bagian Penyakit Dalam FK UNPAD/RS dr. Sadikin. Bandung.

Infeksi Traktus Urinarius . Available from http:// www.scribd.com /doc/

76714126/ spek-radiologi-infeksi-pada-traktus-urinarius. Accessed on 2012

may 30

Hidronefrosis. Available from http:// perawatpskiatri.blogspot.com /2008/ 11/

hidronefrosis. html. Accessed on 2012 may 31

Tuberkulosis Ginjal. Available from http://www.scribd.com/doc/59213346/58/

Tuberkulosis-ginjal. . Accessed on 2012 may 3.


Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………

1.3 Tujuan ……………………………………………………………………..

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem Perkemihan …………………………………………..


2.2 Konsep Dasar TB Renal ………………………………………………………
2.3 Etiologi …………………………………………………………………..............
2.4 Patofisiologi ……………………………………………………………………..
2.5 Tanda dan Gejala………………………………………………………………..
2.6 Cara Penularan ………………………………………………………………
2.7 Pencegahan …………………………………………………………………..
2.8 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………….
2.9 Penatalaksanaan ……………………………………………………………….
2.10 Jenis-Jenis TB ………………………………………………………….
2.11 Gambar Radiologi ……………………………………………………

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TB RENAL

3.1 Pengkajian ……………………………………………………………………..


3.2 Diagnosa ………………………………………………………………………..
3.4 Intevensi-Implementasi ……………………………………………………….
3.5 Evaluasi/SOAP ………………………………………………………………..

BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..


4.2 Saran ……………………………………………………………………….

Daftar Pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN

TUBERCOLUSIS RENAL

Di Susun Oleh:

ESTHER SANGKOY

15061104

Dosen Pembimbing:

Ns Sofitje Pangkerego S.Kep M.Kes

Mata Kuliah : Sistem Perkemihan

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS KEPERAWATAN

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Kuas, sehingga kami

dapat menyelesaikan Asuhan Kperawatan tentang ”Tuberculosis Renal”.

Kami mengucapan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing serta

semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan Asuhan Keperawatan

ini. Kami menyadari Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan Asuhan Keperawatan ini. Semoga Asuhan Keperawatan ini

bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan bagi. Atas perhatianya kami

ucapkan terima kasih.

Tomohon, April 2018

Anda mungkin juga menyukai