Anda di halaman 1dari 2

1.

LATAR BELAKANG
Kabupaten Brebes yang terletak di utara barat Provinsi Jawa Tengah memiliki panjang pantai
±53 km, yang sebagian besar wilayah pantainya digunakan untuk usaha
pertambakan.Kabupaten Brebes memiliki lokasi yang cukup strategis untuk pengembangan
wilayah pesisir. Perilaku kesehatan sangat berhubungan dengan kegiatan seseorang dalam
meningkatkan kesehatan, termasuk dalam tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan
dan sanitasi. Jumlah balita stunting di Kabupaten Brebes masuk dalam 10 besar di Indonesia
dan tertinggi di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes sebesar 32,7% dari balita di Brebes
mengalami keterlambatan dalam tumbuh kembang. Ada 10 desa dan kelurahan di Kabupaten
Brebes yang memiliki jumlah balita stunting tertinggiBerdasarkan uraian diatas, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Faktor Determinan Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Stunting Pada Usia 1 – 3 tahun di Wilayah Pesisir Kabupaten Brebes “..
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko pengerdilan di wilayah pesisir
Kalimantan Tengah Kabupaten Brebes.
3. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain studi case control.
Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan purposive sampling. Variabel
yang diteliti meliputi sanitasi lingkungan, penyakit infeksi, tingkat pengetahuan, tingkat
asupan energi, status ekonomi, tingkat asupan protein dan status gizi. Variabel bebas
diperoleh dari hasil wawancara. Hasil penelitian yang sudah didapatkan akan dilakukan
analisis data secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square.
4. Sampel
Populasi penelitian adalah balita status gizi normal dan balita status stunting. Total
sampel berjumlah 60 balita yang terdiri dari 30 kasus dan 30 kontrol.

5. Hasil
 Terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada
balita usia 1 – 3 tahun dengan p=0,001 dan sanitasi lingkungan merupakan
faktor risiko OR=8,000.
 Terdapat hubungan penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada anak balita
usia 1 – 3 tahun dengan p=0,001 dan penyakit infeksi merupakakn faktor risiko
OR=17,875.
 Terdapat hubungan pengetahuan pengasuh dengan kejadian stunting pada balita
usia 1 – 3 tahun p=0,001 dan pengetahuan pengasuh merupakan faktor risiko
OR=36,000.
 Terdapat hubungan asupan energi dengan kejadian stunting pada balita usia 1 –
3 tahun p=0,008 dan asupan energi merupakan faktor risiko OR=4,297

1. Latar belakang
Pada saat dilakukan studi pendahuluan pada Februari 2019 di wilayah kerja Puskesmas
Lepasan Kabupaten Barito Kuala, setelah melakukan wawancara didapatkan hasil
terdapat 7 ibu yang menikah usia kurang dari 20 tahun dan terdapat 4 ibu yang menikah
lebih dari 20 tahun dengan balita stunting.Di Desa Batik terdapat 6balita dengan
kelahiran anak pertama yang mengalami stunting dan di Desa Bahalayung terdapa 5
balita yang mengalami stunting dengan kelahiran anak pertama. Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan usiamenikah remaja dengan
kategori stunting di wilayah kerja Puskesmas Lepasan Kabupaten Barito Kuala.

2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia pernikahan remaja dan
kategori stunting di area kerja Pusat Kesehatan Lepas di Kabupaten Barito Kuala.

3. Metode
Jenis penelitian ini adalah analitik, dengan menganalisis hubungan usia menikah remaja
dengan kategori stuntingdi wilayah kerja Puskesmas Lepasan Kabupaten Barito Kuala
tahun 2019. Rancangan Penelitian yang digunakan adalah cross-sectional, dengan
melakukan wawancara, observasi dan pengukuran dari variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu waktu.

4. Sampel
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 ibu yang menikah usia remaja mempunyai
anak pertama stunting di wilayah kerja Puskesmas Lepasan Kabupaten Barito Kuala
tahun 2019. Sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden yang memenuhi kriteria
dan 5 orang dari populasi tidak memenuhi kriteria karena pada saat pengambilan data
penelitian anaknya telah berusia lebih dari 60 bulan sehingga tidak masuk dalam.
sampel penelitian. Untuk itu sampel yang digunakan adalah 30 responden yang
menikah usia remaja mempunyai anak pertama stunting di wilayah kerja puskesmas
Lepasan Kabupaten Barito Kuala tahun 2019 dengan teknik sampling penelitian ini
adalah total sampling atau sampel jenuh berjumlah 30 responden.

6. Hasil
 Usia menikah yang terjadi pada usia 17-19 tahun 73,3% dan menikah pada usia
14-16 tahun 26,7%.
 .Kategori stunting terjadi dengan tinggi badan pendek 70% dan sangat pendek
30%
 Hasil hitung uji statistika menggunakan Spearman’s rho diperoleh hasil0,160
> 0,05 maka ini menunjukan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima, yang artinya
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan usia menikah remaja dengan
kategori stunting.

Anda mungkin juga menyukai