Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca No. 10, Bandung 40132, Indonesia
Email : Anisahfirdar@gmail.com
Abstrak. Pepaya (Carica papaya) merupakan sumber nutrisi yang kaya dengan vitamin C, vitamin A,
vitamin E, mineral-mineral (magnesium dan kalium), serat, dan enzim pencernaan yakni papain yang
banyak terletak di getah, sehingga mempengaruhi pencernaan. Untuk membuktikan hal tersebut
penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah buah pepaya memiliki efek menurunkan berat badan
mencit (Mus musculus).Metode penelitian yang digunakan adalah pemberian larutan pepaya yang
dilakukan melalui oral gavage.Pada percobaan ini digunakan 9 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi
tiga kelompok berdasarkan perlakun yg diberikan. Kelompok pertama merupakan kontrol, kelompok
kedua diberikan larutan berkonsentrasi 1,3 g/ 50 ml , dan kelompok ketiga diberikan larutan
berkonsentrasi 3,4 g / 50 ml. Pemberian larutan pepaya dilakukan selama 2 minggu setiap jam 06.00
WIB, dan hasil feses, urin, dan sisa pakan ditimbang. Kemudian setiap parameter pencernaan dihitung
yang menunjukkan bahwa pepaya mempengaruhi parameter pencernaan.
1. Pendahuluan
2.2 Perlakuan
Mencit-mencit tersebut dibagi kedalam 3 kelompok perlakuan. Kelompok
mencit pertama merupakan variabel control (P-1) yang didedahkan aquades secara
berkala. Tujuannya adalah sebagai pembanding antara mencit pada kondisi normal
dan mencit yang diberi perlakuan konsentrasi buah pepaya muda yang berbeda.
Kelompok mencit kedua (P-2) diberikan perlakuan dengan konsentrasi buah pepaya
3,4 gram dalam 50mL aquades. Kelompok mencit ketiga (P-3) diberi perlakuan
dengan konsentrasi buah pepaya 1,3 gram dalam 50 mL aquades. Dalam pembuatan
konsentrasi perlakuan, buah pepaya muda diblender dan ditimbang 3,4 gram dan 1,3
gram lalu masing-masing dilarutkan ke dalam 50 mL aquades. Buah pepaya yang
telah dilarutkan disaring dengan kertas saring.
1.00
0.80 Kandang 1 (Akuades)
0.60 Kandang 2 (1,3 g/ 50 ml)
0.40 Kandang 3 (3,4 g/ 50 ml)
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Perlakuan
Gambar 1 Grafik laju konsumsi pakan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)
Laju konsumsi pakan mencit dapat diartikan sebagai seberapa banyak jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh mencit dengan satuan waktu per harinya. Semakin tinggi
angkanya maka semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi mencit, sementara
semakin rendah angkanya maka semakin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi
mencit. Pada grafik, penurunan laju konsumsi terlihat pada ketiga
perlakuan.Penurunan laju konsumsi yang paling besar ditunjukkan pada perlakuan
kontrol yaitu perlakuan akuadest, sedangkan penurunan yang berikutnya pada grafik
perlakuan ketiga, dan penurunan yang paling kecil terjadi pada grafik perlakuan
kedua. Untuk perlakuan kontrol, penurunan laju konsumsi dapat disebabkan karena
adanya persaingan dan stress pada mencit, dikarenakan satu kandang diisi tiga
mencit, maka persaingan dapat timbul. Untuk penurunan perlakuan ketiga dan kedua
yang diberi ekstrak pepaya muda dalam jumlah berbeda, terjadi dikarenakan suatu
serat pada pepaya yang disebut dengan pektin. Pektin merupakan suatu kompleks
turunan karbohidrat koloidal yang dapat diekstrak dari tanaman seperti pepaya muda
[16]. Serat pektin memiliki efek untuk menahan rasa lapar dan dalam jumlah yang
banyak bahkan mampu membuat seseorang kenyang selama satu hari penuh [16].
Efek penahan rasa lapar ini didapatkan karena serat pektin merupakan serat yang
meski larut dalam air tergolong serat yang cukup lama untuk diolah. Hal ini
dikarenakan saat serat pektin bercampur dengan air, serat tersebut akan membentuk
suatu cairan kental seperti jelly yang selain berfungsi untuk melapisi dinding lambung
agar aman dari luka, jelly ini juga membutuhkan waktu ekstra untuk diolah. Serat
pektin pada pepaya muda banyak terdapat pada daging buah dan kulit buah. Adanya
serat pektin yang dapat menahan rasa lapar inilah yang diyakini berperan dalam
penurunan laju konsumsi mencit. Baik mencit pada perlakuan kedua dan ketiga
mengalami penurunan laju konsumsi, membuktikan bahwa pektin pada pepaya
memiliki cukup peran dalam menahan rasa lapar pada mencit juga sehingga jumlah
makanan yang dimakan mencit berkurang. Berdasarkan perhitungan ANOVA, Fhitung
sebesar 1.199 dan Ftabel sebesar 3.47, sehingga Fhitung<Ftabel.
1.00
0.80
0.60
Kandang 1 (Akuades)
RGR (g)
0.40
Kandang 2 (1,3g/50 ml)
0.20
Kandang 3 (3,4 g/ 50 ml)
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
-0.20
-0.40
-0.60
Hari Perlakuan
Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus) (Dokumen
Pribadi, 2013)
Pertumbuhan merupakan suatu proses seluler dimana terjadi peningkatan
jumlah sel, penambahan ukuran sel dan substansi interseluler. Dari sudut kimiawi
pertumbuhan merupakan penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang
diakumulasikan dalam tubuh [5]. Peningkatan berat badan selama pertumbuhan
terutama disebabkan oleh peningkatan akumulasi protein tubuh [20]. Penambahan
berat badan ini biasanya digunakan sebagai parameter pertumbuhan [11].
Pertumbuhan terjadi apabila dalam makanan terkandung protein sebagai bahan
pembentuk jaringan; karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi utama; vitamin,
mineral dan air sebagai pengontrol prosesnya [18]. Hewan membutuhkan protein
dengan kandungan asam amino, energi, vitamin, mineral, dan air dalam proporsi yang
seimbang [17].
Laju pertumbuhan dihitung dari pengurangan berat badan akhir dengan berat
badan awal dibagi lamanya waktu pengamatan [14]. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, didapatkan hasil grafik laju pertumbuhan pada perlakuan 2 naik
terhadap laju pertumbuhan perlakuan 1 (kontrol), hal ini disebabkan karena efisiensi
penyerapan nutrisi pada mencit tidak terlalu efisien. Penyerapan yang tidak efisien ini
menyebabkan penumpukan ion Ca2+ yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
enzim papain yang terdapat pada buah pepaya muda karena ion Ca2+ merupakan
kofaktor dari enzim papain. Enzim papain dapat memecah ikatan molekul protein
menjadi arginin. Arginin berfungsi sebagai peningkat hormon pertumbuhan
sehingga pada grafik perlakuan 2 didapatkan kenaikan laju pertumbuhan. Sedangkan
pada perlakuan 3 laju pertumbuhan menurun terhadap perlakuan 1, hal ini disebabkan
karena tingkat efisiensi pakan rendah sehingga pakan dikonsumsi mencit sedikit yang
kemudian berpengaruh terhadap laju pertumbuhan mencit menjadi menurun [11].
Fhitung dan Ftabel yang didapatkan sebesar 0.256 dan 3.24, sehingga Fhitung<Ftabel.
6.00
4.00
-4.00
-6.00
Hari Perlakuan
Gambar 3 Grafik laju pertumbuhan relatif setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumen Pribadi, 2013)
Laju pertumbuhan relatif dari mencit perlakuan 2 menunjukkan bahwa
pertumbuhan mencit relatif menurun , tetapi pertumbuhan yang terjadi cenderung
naik bila dibandingkan dengan perlakuan 1 (kontrol) dan perlakuan 3. Dimana
pertumbuhan mencit perlakuan 3 relatif menurun cukup drastis sebesar . Hal ini
didukung juga dengan efisiensi pakan perlakuan 3 yang cenderung menurun drastis
meski memiliki laju konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1
(kontrol) dan 2. Serta efisiensi penyerapan perlakuan 3 yang juga tidak cukup baik
dibandingkan perlakuan lainnya. Nilai Fhitung dan Ftabel yang didapatkan adalah 0.652
dan 3.24, sehingga Fhitung<Ftabel.
5
FE (g/hari)
0 Kandang 1 (Akuades)
1 2 3 4 5 6 7 8
Kandang 2 (1,3 g/50 ml)
-5
Kandang 3 (3,4 g/ 50ml)
-10
-15
Hari Perlakuan
Gambar 4 Grafik efisiensi pakan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus) (Dokumentasi
Pribadi, 2013)
0.950
ED (g/hari)
0.900
Kandang 1 (Akuades)
0.850 Kandang 2 (1,3 g/ 50 ml)
0.750
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Perlakuan
Gambar 5 Grafik efisiensi pencernaan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)
0.1
AE (g/hari)
-0.1
-0.2
Hari Perlakuan
Gambar 6 Grafik efisiensi penyerapan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah
1. Buah pepaya dapat menurunkan berat badan mencit (Mus musculus).
2. Buah papaya berpengaruh terhadap parameter pencernaan mencit (Mus
musculus).
Daftar Pustaka
[1] Aksara, Rasyaf. 1990. BahanMakananUnggasdi Indonesia. Yogyakarta:
PenerbitKanisius
[2] Areej et. al. 2012. “Role of Anise Seeds Powder (Pimpinella anisum) on SomeBlood
Aspects and Growth Parameters of Common Carp Fingerlings (Cyprinus
carpioL.).Pakistan Journal of Nutrition11(11): 1081-1086
[3] Astawan, M., Kasih, A. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Utama.
[4] Baldwin, R. L.. 1984. “Digestion and Metabolism of Ruminants”. Bioscience34(4):
244-249.Brooks, J. E. 1973. “A review of commensal rodents and their
control”.CRC Critical Rev. Environ.Control(3): 405-453
[5] Campbell, J. R. and J. F. Lesley. 1975. The Science of Animal That Serve Mankind.
New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited
[6] Chinoy, Souza dan Padman. 1994. “Effect of crude aqueous extract of Carica papaya
seeds in male albino mice”. http:
//www.ansci.cornell.edu/plants/medicinal/papaya. diakses tanggal 29
Oktober 2013.
[7] Duke, J.A., 1984. Carica Papaya L. Handbook of Energy Crops. Unpublished
[8] G, Aravind et al. 2013. “Traditional and Medicinal Uses of Carica papaya”.Journal
of Medicinal Plants Studies 1(1): 7-15
[9] Koehler’s Medicinal-Plants. 1887. Diakses melalui “http;//pharm1.pharmazie.uni-
greifswald.de/allgeme/koehler/koeh-eng.htm” pada tanggal 30 Oktober 2013
pukul 01.24.
[10] Kusharto, Clara M. 2006. “Serat Makanan dan Peranannya dalam Kesehatan”.Jurnal
Gizi dan Pangan 1(2): 45-54
[11] Maynard, L. A. and J. A. Loosli. 1969. Animal Nutrition.Seventh Edition.New Delhi:
Tata McGraw-HillPublishing Co. Ltd. Bombay
[12] Musser, G., Amori, G. 2008.Mus musculus.IUCN 2013.“IUCN Red List of
Threatened Species”.1.
[13] Perveen, Farzana & Zahid Hussain. 2012. "Use of Statistical techniques in Analysis
of Biological data". Basic Research Journal of Agricultural Science and
Review1(1): 01-10
[14] Pond, W. G. and J. H. Manner, 1974.Swine Production in Temperate and Tropical
Environments. New York: W. H. Freeman and Co
[15] Purnomo, H., Budianta, B. 2001. “Pemanfaatan Buah Pepaya Muda dalam
Pembuatan Dendeng Giling Kambing”. Jurnal Teknologi Pangan dan
Gizi2(1): 28-33
[16] Purwoko, 1992. “Pembuatan Pektin Dari Pepaya (Cairca papaya L.) Sisa Sadap”.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian12(1) : 8-13
[17] Rasyaf. 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
[18] Rukmana, Rahmat. 1995. PEPAYA, Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta
[19] Santoso, U. 1969. LimbahRansumUnggas yang Rasional. PT. Jakarta: BharataKarya
Stevens ,Edward C.. 2008. “Digestivess
system”.http;//accessscience.com/abstract.aspx?id=194600&referURL=http
%3a%2f%2faccessscience.com%2fcontent.aspx%3fsearchStr%3ddigestive%
2bsystem%26id%3d194600 Diakses tanggal 19 Oktober pukul 04:16 WIB.
[20] Siregar, Sorry Basya. 2008. Penggemukan Sapi. Jakarta : Penebar Swadaya.
[21] Spiller, G., Spiller, M. 2005. What’s with Fiber. Laguna Beach: Basic Health
Publications, Inc.
[22] Sturkie, P. D. 1976. Avian Physiology.New York: Cornell University Press
[23] Timm, M. 2013. House Mice. California: University of California.
[24] Warisno. 2003. Budi Daya Pepaya. Yogyakarta : Kanisius.
[25] Widodo, W. 2005.Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Cetakan pertama,
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
[26] Wong, Dominic W. S. 1995. Food Enzymes: Structure and Mechanism. New
York: Chapman & Hall.