Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Buah Pepaya(Carica papaya L.

) pada Sistem Pencernaan Mencit (Mus


musculus)

Pengaruh Buah Pepaya(Carica papaya L.) pada Sistem Pencernaan


Mencit (Mus musculus)
Amatullah Nada Ghaida, Anisah Firda Rachmani, AnnisaAmalia,
David Gunawan, Nada Mufidah, Rosi OktaviaPurba, Taufik Rizkiandi

Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganeca No. 10, Bandung 40132, Indonesia

Email : Anisahfirdar@gmail.com

Abstrak. Pepaya (Carica papaya) merupakan sumber nutrisi yang kaya dengan vitamin C, vitamin A,
vitamin E, mineral-mineral (magnesium dan kalium), serat, dan enzim pencernaan yakni papain yang
banyak terletak di getah, sehingga mempengaruhi pencernaan. Untuk membuktikan hal tersebut
penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah buah pepaya memiliki efek menurunkan berat badan
mencit (Mus musculus).Metode penelitian yang digunakan adalah pemberian larutan pepaya yang
dilakukan melalui oral gavage.Pada percobaan ini digunakan 9 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi
tiga kelompok berdasarkan perlakun yg diberikan. Kelompok pertama merupakan kontrol, kelompok
kedua diberikan larutan berkonsentrasi 1,3 g/ 50 ml , dan kelompok ketiga diberikan larutan
berkonsentrasi 3,4 g / 50 ml. Pemberian larutan pepaya dilakukan selama 2 minggu setiap jam 06.00
WIB, dan hasil feses, urin, dan sisa pakan ditimbang. Kemudian setiap parameter pencernaan dihitung
yang menunjukkan bahwa pepaya mempengaruhi parameter pencernaan.

Keywords: Pencernaan, papaya, papain , serat

1. Pendahuluan

Pepaya adalah sumber nutrisi yang kaya dengan vitamin C, vitamin A,


vitamin E, mineral-mineral (magnesium dan kalium), serat serta enzim pencernaan
yakni papain. Bahan-bahan tersebut dapat bertindak sebagai antivirus, antijamur dan
antibakteri. Buah pepaya secara khusus merupakan sumber provitamin A, vitamin B,
vitamin C, likopen, dan serat makanan[8].
Buah pepaya mengandung serat yang dapat berikatan dengan garam asam
lemak di usus halus yang akan dilepaskan di usus besar untuk diproses oleh bakteri
dan dapat meningkatkan jumlah feses dan melunakkan feses . Kandungan serat serta
kalori yang rendah dalam pepaya dapat mengurangi nafsu makan sehingga efektif
dalam menurunkan berat badan[10]. Selain itu enzim papain dalam latex pepaya yang
terkandung di dalam daun, batang dan buah pepaya muda dapat membantu
penyerapan protein sehingga dapat menjaga stamina walaupun sedang mengurangi
asupan energi.
Penelitian yang dilakukan oleh G, Aravind et al. (2013), dalam 100 gram buah
pepaya muda terkandung 1,8 % serat dan enzim papain yang berguna dalam sistem
pencernaan. Berdasarkan penelitian tersebut, pada penelitian ini digunakan
konsentrasi buah pepaya muda 3,4 gram dan 1,3 gram dalam 50 mL akuades untuk
perlakuan terhadap mencit (Mus musculus). Perlakuan ini diberikan pukul 06.30
setiap hari dengan pemberian akuades pada mencit kontrol.Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan pengaruh pemberian buah pepaya muda dengan konsentrasi 0,068
dan 0,026 terhadap sistem pencernaan mencit (Mus musculus).

2. Bahan dan Metode

2.1 Pengadaan Mencit, Alat, Bahan Percobaan dan Aklimatisasi


Penelitian ini dilaksanakan di kandang metabolisme lantai IV Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung. Pada penelitian ini, objek yang
digunakan adalah mencit sebanyak sembilan ekor dengan berat rata-rata 34,9 gram.
Sebelum memulai penelitian, mencit diaklimatisasi selama dua hari agar mencit dapat
menyesuaikan diri dengan kandang metabolisme. Alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah timbangan digital, gelas kimia, kertas saring, syringe,
jarum gavage, alumunium foil, wadah feses dan urin, jerigen tempat aquades, batang
pengaduk, oven, baki, glove, kandang jeruji, dan blender.

2.2 Perlakuan
Mencit-mencit tersebut dibagi kedalam 3 kelompok perlakuan. Kelompok
mencit pertama merupakan variabel control (P-1) yang didedahkan aquades secara
berkala. Tujuannya adalah sebagai pembanding antara mencit pada kondisi normal
dan mencit yang diberi perlakuan konsentrasi buah pepaya muda yang berbeda.
Kelompok mencit kedua (P-2) diberikan perlakuan dengan konsentrasi buah pepaya
3,4 gram dalam 50mL aquades. Kelompok mencit ketiga (P-3) diberi perlakuan
dengan konsentrasi buah pepaya 1,3 gram dalam 50 mL aquades. Dalam pembuatan
konsentrasi perlakuan, buah pepaya muda diblender dan ditimbang 3,4 gram dan 1,3
gram lalu masing-masing dilarutkan ke dalam 50 mL aquades. Buah pepaya yang
telah dilarutkan disaring dengan kertas saring.

2.3 Perlakuan, Pemeliharan dan Pengambilan Data


Mencit dipelihara di dalam kandang metabolisme yang terdapat pemisahan
antara feses dan urin. Setiap hari pada pukul 06.30, diberikan perlakuan terhadap tiap
mencit kelompok 2 dan kelompok 3 sebanyak 0,2 mL tiap perlakuan dengan cara oral
gavage. Mencit diberikan pakan sebanyak 10% berat badan rata-rata mencit per
kandang serta pemberian air minum secara ad libithum. Pengambilan data berat
badan, urin, pakan yang dikonsumsi dilakukan setiap hari. Feses dikumpulkan setiap
hari, dioven setiap dua hari sekali dan ditimbang sebagai data. Sebelum memulai
penelitian, mencit diaklimatisasi selama dua hari agar mencit dapat menyesuaikan diri
dengan kandang metabolisme. Parameter-parameter yang diamati adalah laju
pertumbuhan, laju konsumsi pakan, laju pertumbuhan relatif, efisiensi pakan,
efisiensi pencernaan dan efisiensi penyerapan urin yang diproduksi dikali dengan
seratus persen [2]. Analisis data dilakukan dengan analisis varians (ANOVA) [13].

3. Data Pengamatan dan Pembahasan

Di bawah ini adalah data hasil pengamatan berikut pembahasannya.

Grafik Consumption Rate


1.60
1.40
1.20
CR (g/hari)

1.00
0.80 Kandang 1 (Akuades)
0.60 Kandang 2 (1,3 g/ 50 ml)
0.40 Kandang 3 (3,4 g/ 50 ml)
0.20
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Perlakuan

Gambar 1 Grafik laju konsumsi pakan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)

Laju konsumsi pakan mencit dapat diartikan sebagai seberapa banyak jumlah
pakan yang dikonsumsi oleh mencit dengan satuan waktu per harinya. Semakin tinggi
angkanya maka semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi mencit, sementara
semakin rendah angkanya maka semakin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi
mencit. Pada grafik, penurunan laju konsumsi terlihat pada ketiga
perlakuan.Penurunan laju konsumsi yang paling besar ditunjukkan pada perlakuan
kontrol yaitu perlakuan akuadest, sedangkan penurunan yang berikutnya pada grafik
perlakuan ketiga, dan penurunan yang paling kecil terjadi pada grafik perlakuan
kedua. Untuk perlakuan kontrol, penurunan laju konsumsi dapat disebabkan karena
adanya persaingan dan stress pada mencit, dikarenakan satu kandang diisi tiga
mencit, maka persaingan dapat timbul. Untuk penurunan perlakuan ketiga dan kedua
yang diberi ekstrak pepaya muda dalam jumlah berbeda, terjadi dikarenakan suatu
serat pada pepaya yang disebut dengan pektin. Pektin merupakan suatu kompleks
turunan karbohidrat koloidal yang dapat diekstrak dari tanaman seperti pepaya muda
[16]. Serat pektin memiliki efek untuk menahan rasa lapar dan dalam jumlah yang
banyak bahkan mampu membuat seseorang kenyang selama satu hari penuh [16].
Efek penahan rasa lapar ini didapatkan karena serat pektin merupakan serat yang
meski larut dalam air tergolong serat yang cukup lama untuk diolah. Hal ini
dikarenakan saat serat pektin bercampur dengan air, serat tersebut akan membentuk
suatu cairan kental seperti jelly yang selain berfungsi untuk melapisi dinding lambung
agar aman dari luka, jelly ini juga membutuhkan waktu ekstra untuk diolah. Serat
pektin pada pepaya muda banyak terdapat pada daging buah dan kulit buah. Adanya
serat pektin yang dapat menahan rasa lapar inilah yang diyakini berperan dalam
penurunan laju konsumsi mencit. Baik mencit pada perlakuan kedua dan ketiga
mengalami penurunan laju konsumsi, membuktikan bahwa pektin pada pepaya
memiliki cukup peran dalam menahan rasa lapar pada mencit juga sehingga jumlah
makanan yang dimakan mencit berkurang. Berdasarkan perhitungan ANOVA, Fhitung
sebesar 1.199 dan Ftabel sebesar 3.47, sehingga Fhitung<Ftabel.

Grafik Growth Rate


1.20

1.00

0.80

0.60
Kandang 1 (Akuades)
RGR (g)

0.40
Kandang 2 (1,3g/50 ml)
0.20
Kandang 3 (3,4 g/ 50 ml)
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
-0.20

-0.40

-0.60
Hari Perlakuan

Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus) (Dokumen
Pribadi, 2013)
Pertumbuhan merupakan suatu proses seluler dimana terjadi peningkatan
jumlah sel, penambahan ukuran sel dan substansi interseluler. Dari sudut kimiawi
pertumbuhan merupakan penambahan jumlah protein dan zat-zat mineral yang
diakumulasikan dalam tubuh [5]. Peningkatan berat badan selama pertumbuhan
terutama disebabkan oleh peningkatan akumulasi protein tubuh [20]. Penambahan
berat badan ini biasanya digunakan sebagai parameter pertumbuhan [11].
Pertumbuhan terjadi apabila dalam makanan terkandung protein sebagai bahan
pembentuk jaringan; karbohidrat dan lemak sebagai sumber energi utama; vitamin,
mineral dan air sebagai pengontrol prosesnya [18]. Hewan membutuhkan protein
dengan kandungan asam amino, energi, vitamin, mineral, dan air dalam proporsi yang
seimbang [17].
Laju pertumbuhan dihitung dari pengurangan berat badan akhir dengan berat
badan awal dibagi lamanya waktu pengamatan [14]. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, didapatkan hasil grafik laju pertumbuhan pada perlakuan 2 naik
terhadap laju pertumbuhan perlakuan 1 (kontrol), hal ini disebabkan karena efisiensi
penyerapan nutrisi pada mencit tidak terlalu efisien. Penyerapan yang tidak efisien ini
menyebabkan penumpukan ion Ca2+ yang dapat menyebabkan peningkatan aktivitas
enzim papain yang terdapat pada buah pepaya muda karena ion Ca2+ merupakan
kofaktor dari enzim papain. Enzim papain dapat memecah ikatan molekul protein
menjadi arginin. Arginin berfungsi sebagai peningkat hormon pertumbuhan
sehingga pada grafik perlakuan 2 didapatkan kenaikan laju pertumbuhan. Sedangkan
pada perlakuan 3 laju pertumbuhan menurun terhadap perlakuan 1, hal ini disebabkan
karena tingkat efisiensi pakan rendah sehingga pakan dikonsumsi mencit sedikit yang
kemudian berpengaruh terhadap laju pertumbuhan mencit menjadi menurun [11].
Fhitung dan Ftabel yang didapatkan sebesar 0.256 dan 3.24, sehingga Fhitung<Ftabel.

Grafik Realtive Growth Rate


8.00

6.00

4.00

2.00 Kandang 1 (Akuades)


RGR (%)

Kandang 2 (1,3 g/ 50ml)


0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Kandang 3 (3,4 g/ 50 ml)
-2.00

-4.00

-6.00
Hari Perlakuan

Gambar 3 Grafik laju pertumbuhan relatif setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumen Pribadi, 2013)
Laju pertumbuhan relatif dari mencit perlakuan 2 menunjukkan bahwa
pertumbuhan mencit relatif menurun , tetapi pertumbuhan yang terjadi cenderung
naik bila dibandingkan dengan perlakuan 1 (kontrol) dan perlakuan 3. Dimana
pertumbuhan mencit perlakuan 3 relatif menurun cukup drastis sebesar . Hal ini
didukung juga dengan efisiensi pakan perlakuan 3 yang cenderung menurun drastis
meski memiliki laju konsumsi pakan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 1
(kontrol) dan 2. Serta efisiensi penyerapan perlakuan 3 yang juga tidak cukup baik
dibandingkan perlakuan lainnya. Nilai Fhitung dan Ftabel yang didapatkan adalah 0.652
dan 3.24, sehingga Fhitung<Ftabel.

Grafik Food Eficiency


10

5
FE (g/hari)

0 Kandang 1 (Akuades)
1 2 3 4 5 6 7 8
Kandang 2 (1,3 g/50 ml)
-5
Kandang 3 (3,4 g/ 50ml)
-10

-15
Hari Perlakuan

Gambar 4 Grafik efisiensi pakan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus) (Dokumentasi
Pribadi, 2013)

Efisiensi pakan adalah kemampuan mencit mengubah pakan yang dikonsumsi


ke dalam bentuk tambahan bobot berat tubuh. Efisiensi pakan tergantung pada nutrisi,
lingkungan, dan aktivitas fisiologi mencit tersebut [12]. Dari 8 hari perlakuan,
efisiensi pakan dari ketiga perlakuan sebagian besar menunjukkan angka negatif.
Efisiensi pakan yang dikonsumsi bernilai negatif yang berarti mencit mengalami
penurunan berat badan atau pakan yang dikonsumsi mencit tidak menambah bobot
berat badan mencit. Berdasarkan grafik efisiensi penyerapan (Gambar 6), nilai
efisiensi penyerapan pada mencit yang diberi perlakuan kedua (perlakuan pepaya
1.3g/50mL) dan ketiga (perlakuan pepaya 3.4g/50mL) sebagian besar menunjukkan
angka negatif. Hal ini berarti pakan yang dikonsumsi mencit tidak diserap. Jika pakan
yang dikonsumsi tidak diserap tubuh mencit, makan pakan yang dikonsumsi tersebut
tentunya tidak akan menambah berat badan mencit. Nilai Fhitung dan Ftabel yang
didapatkan adalah 2.386 dan 3.47, sehingga Fhitung<Ftabel.
Grafik Efficiency of Digestion
1.000

0.950
ED (g/hari)

0.900
Kandang 1 (Akuades)
0.850 Kandang 2 (1,3 g/ 50 ml)

0.800 Kandang 3 (3,4 g / 50ml)

0.750
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Perlakuan

Gambar 5 Grafik efisiensi pencernaan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)

Pada grafik terlihat ketiga kelompok perlakuan memiliki efisiensi pencernaan


yang berbeda-beda. Efisiensi pencernaan kelompok mencit kontrol (perlakuan dengan
akuades) memiliki efisiensi pencernaan yang hampir selalu lebih tinggi dari dua
kelompok lain yang diberi perlakuan. Mencit kelompok kedua dengan perlakuan 1,3
g pepaya/50 mL akuades memiliki efisiensi pencernaan yang relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok ketiga yang diberi perlakuan dengan konsentrasi
lebih besar (3.4 g pepaya/50 mL akuades). Dari grafik yang dihasilkan setelah
pengolahan data, dapat dikatakan bahwa pendedahan sari pepaya pada mencit dapat
memengaruhi efisiensi kerja dari sistem pencernaan mencit. Mencit yang diberi
perlakuan mencerna lebih sedikit pakan jika dibandingkan dengan mencit yang hanya
didedahkan akuades. Pada buah pepaya terdapat provitamin A, vitamin B, vitamin C,
likopen, dan serat makanan[8]. Menurut penelitian yang dilakukan oleh G, Aravind et
al. (2013), dalam 100 gram buah pepaya muda terkandung 1,8 % serat dan enzim
papain yang berguna dalam sistem pencernaan [8]. Kandungan serat serta kalori yang
rendah dalam pepaya dapat mengurangi nafsu makan sehingga efektif dalam
menurunkan berat badan[10]. Kandungan serat inilah yang dapat juga menurunkan
efisiensi pencernaan dari mencit yang diberi perlakuan sehingga berat badannya terus
menurun, karena tidak banyak pakan yang dicerna oleh mencit-mencit tersebut.
Penurunan berat badan juga dapat disebabkan oleh serat yang terkandung dalam buah
yang dapat mengikat molekul-molekul gula dan menjebaknya agar tidak terserap dan
terus terbawa bersama serat di sepanjang saluran pencernaan [21]. Enzim papain
dalam getah pepaya yang terkandung dalam buah pepaya muda dapat membantu
penyerapan protein sehingga dapat menjaga stamina walaupun sedang mengurangi
asupan energi. Namun enzim papain yang tergolong dalam proteinase sistein juga
berperan dalam degradasi protein intraseluler [26]. Dengan didedahkan sari pepaya
muda, kedua kelompok mencit yang diberi pendedahan tersebut mengalami
penurunan efisiensi pencernaan karena tidak banyaknya molekul gula dan protein
yang merupakan nutrisi penting dalam pencernaan yang benar-benar dicerna dan
dikonversikan menjadi energi dan menambah massa dari mencit-mencit tersebut.
Mencit-mencit yang diberi sari pepaya muda ini kemudian mengalami kekurangan
nutrisi karena banyaknya serat dan enzim papain dalam buah pepaya muda yang
digunakan. Kekurangan nutrisi berupa gula (karbohidrat) dan protein inilah yang
menyebabkan penurunan berat badan dari mencit-mencit tersebut. Nilai Fhitung dan
Ftabel adalah 1.601 dan 3.47, sehingga Fhitung<Ftabel.

Grafik Absorption Efficiency


0.1

0.1
AE (g/hari)

0.0 Kandang 1 (Akuades)


1 2 3 4 5 6 7 8
Kandang 2 (1,3 g/ 50 ml)
-0.1
Kandang 3 (3,4 g / 50 ml)

-0.1

-0.2
Hari Perlakuan
Gambar 6 Grafik efisiensi penyerapan setiap kelompok perlakuan mencit (Mus musculus)
(Dokumentasi Pribadi, 2013)

Pada buah pepaya terdapat serat yang mempengaruhi sistem pencernaan.Serat


pangan berfungsi untuk mengikat air. Buah papaya muda memiliki kandungan air
sebesar 92,1 % [7]. Selain itu, terdapat sekitar 0,9 gram dari 100 gram serat yang
dikandung oleh buah pepaya muda [15]. Serat pangan pada dasarnya terbagi menjadi
dua, yaitu serat pangan larut dalam air dan serat pangan tidak larut dalam air. Semua
pangan berserat mengandung komposisi kedua tipe serat, akan tetapi komposisi serat
tidak larut dalam air lebih dominan dibandingkan serat larut dalam air. Sifat utama
dari serat tidak larut dalam air adalah kemampuan menyerap air yang tinggi serta
yang dapat meningkatkan volume feses dan tekstur sehingga mempermudah makanan
melewati usus besar. Contoh dari serat ini adalah selulosa, hemiselulosa, dan
lignin. Berdasarkan grafik efisiensi penyerapan, efisiensi pada kelompok II dan III
turun pada hari kedua dibandingkan hari pertama. Kemudian selanjutnya, kelompok
III mengalami penurunan besar hingga hari ketujuh. Hal ini disebabkan karena serat
dapat menurunkan efisiensi penyerapan mineral. Serat pangan dapat mengikat
kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), seng (Zn2+), dan zat besi (Fe2+) yang terjadi
dengan struktur polisakarida seperti, gugus fenolin, lignin, senyawa oksalat, dan asam
filtrat yang terikat pada dinding sel [3]. Nilai Fhitung dan Ftabel yang didapatkan adalah
2.684 dan 3.47, sehingga Fhitung<Ftabel.

4. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah
1. Buah pepaya dapat menurunkan berat badan mencit (Mus musculus).
2. Buah papaya berpengaruh terhadap parameter pencernaan mencit (Mus
musculus).

Daftar Pustaka
[1] Aksara, Rasyaf. 1990. BahanMakananUnggasdi Indonesia. Yogyakarta:
PenerbitKanisius
[2] Areej et. al. 2012. “Role of Anise Seeds Powder (Pimpinella anisum) on SomeBlood
Aspects and Growth Parameters of Common Carp Fingerlings (Cyprinus
carpioL.).Pakistan Journal of Nutrition11(11): 1081-1086
[3] Astawan, M., Kasih, A. 2008. Khasiat Warna-warni Makanan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka
Utama.
[4] Baldwin, R. L.. 1984. “Digestion and Metabolism of Ruminants”. Bioscience34(4):
244-249.Brooks, J. E. 1973. “A review of commensal rodents and their
control”.CRC Critical Rev. Environ.Control(3): 405-453
[5] Campbell, J. R. and J. F. Lesley. 1975. The Science of Animal That Serve Mankind.
New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited
[6] Chinoy, Souza dan Padman. 1994. “Effect of crude aqueous extract of Carica papaya
seeds in male albino mice”. http:
//www.ansci.cornell.edu/plants/medicinal/papaya. diakses tanggal 29
Oktober 2013.
[7] Duke, J.A., 1984. Carica Papaya L. Handbook of Energy Crops. Unpublished
[8] G, Aravind et al. 2013. “Traditional and Medicinal Uses of Carica papaya”.Journal
of Medicinal Plants Studies 1(1): 7-15
[9] Koehler’s Medicinal-Plants. 1887. Diakses melalui “http;//pharm1.pharmazie.uni-
greifswald.de/allgeme/koehler/koeh-eng.htm” pada tanggal 30 Oktober 2013
pukul 01.24.
[10] Kusharto, Clara M. 2006. “Serat Makanan dan Peranannya dalam Kesehatan”.Jurnal
Gizi dan Pangan 1(2): 45-54
[11] Maynard, L. A. and J. A. Loosli. 1969. Animal Nutrition.Seventh Edition.New Delhi:
Tata McGraw-HillPublishing Co. Ltd. Bombay
[12] Musser, G., Amori, G. 2008.Mus musculus.IUCN 2013.“IUCN Red List of
Threatened Species”.1.
[13] Perveen, Farzana & Zahid Hussain. 2012. "Use of Statistical techniques in Analysis
of Biological data". Basic Research Journal of Agricultural Science and
Review1(1): 01-10
[14] Pond, W. G. and J. H. Manner, 1974.Swine Production in Temperate and Tropical
Environments. New York: W. H. Freeman and Co
[15] Purnomo, H., Budianta, B. 2001. “Pemanfaatan Buah Pepaya Muda dalam
Pembuatan Dendeng Giling Kambing”. Jurnal Teknologi Pangan dan
Gizi2(1): 28-33
[16] Purwoko, 1992. “Pembuatan Pektin Dari Pepaya (Cairca papaya L.) Sisa Sadap”.
Jurnal Teknologi Industri Pertanian12(1) : 8-13
[17] Rasyaf. 1990. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
[18] Rukmana, Rahmat. 1995. PEPAYA, Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta
[19] Santoso, U. 1969. LimbahRansumUnggas yang Rasional. PT. Jakarta: BharataKarya
Stevens ,Edward C.. 2008. “Digestivess
system”.http;//accessscience.com/abstract.aspx?id=194600&referURL=http
%3a%2f%2faccessscience.com%2fcontent.aspx%3fsearchStr%3ddigestive%
2bsystem%26id%3d194600 Diakses tanggal 19 Oktober pukul 04:16 WIB.
[20] Siregar, Sorry Basya. 2008. Penggemukan Sapi. Jakarta : Penebar Swadaya.
[21] Spiller, G., Spiller, M. 2005. What’s with Fiber. Laguna Beach: Basic Health
Publications, Inc.
[22] Sturkie, P. D. 1976. Avian Physiology.New York: Cornell University Press
[23] Timm, M. 2013. House Mice. California: University of California.
[24] Warisno. 2003. Budi Daya Pepaya. Yogyakarta : Kanisius.
[25] Widodo, W. 2005.Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. Cetakan pertama,
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang
[26] Wong, Dominic W. S. 1995. Food Enzymes: Structure and Mechanism. New
York: Chapman & Hall.

Anda mungkin juga menyukai