Anda di halaman 1dari 81

PENGINDERAAN JAUH

Pengantar :

Penginderaan jauh berkembang sangat pesat sejak lima dasawarsa terakhir ini. Perkembangannya
meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa sensor, jenis citra serta liputan dan
ketersediaannya, alat dan analisis data, dan jumlah pengguna serta bidang penggunaannya.
Di Indonesia, penggunaan foto udara untuk survey pemetaan sumberdaya telah dimulai oleh
beberapa instansi pada awal tahun 1970-an. Saat ini telah beredar banyak jenis satelit
sumberdaya. Mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Jepang, Rusia,
hingga negara-negara besar namun dengan pendapatan per kapita yang rendah seperti India dan
Republik Rakyat Cina. Berbagai satelit sumberdaya yang diluncurkan itu menawarkan
kemampuan yang bervariasi, dari resolusi spasial 0,6 meter (QuickBirth milik Amerika) hingga
sekitar 1,1 kilometer (NOAA-AVHRR juga milik Amerika Serikat). Berbagai negara di Eropa,
Amerika Utara, Amerika Latin, Asia dan bahkan Afrika telah banyak memanfaatkan satelit itu
untuk pembangunan.
Di dalam perkembangan penginderaan jauh yang sangat pesat ini masih terdengar pertanyaan-
pertanyaan seperti antara lain :
(1) apakah penginderaan jauh itu,
(2) apa pula citra dan interpretasi citra,
(3) apakah penginderaan jauh sama dengan interpretasi citra,
(4) apakah penginderaan jauh merupakan ilmu atau teknik,
(5) mengapa penginderaan jauh semakin banyak digunakan.

Definisi Penginderaan Jauh :

Penginderaan Jauh atau PJ atau Inderaja, menurut :

1. Lilesand and Keifer


Remote sensing is the science and art of obtaining information about and object, area, or
phenomenon throught the analysis of data acquired by a device that is not contact with the
object, area, or phenomenon under investigation (Lillesand and Kiefer, 1979)
Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah
atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa
kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang sedang dikaji.

2. Lindgren
Teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis informasi tentang bumi.
Informasi tersebut berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan dari permukaan bumi.

3. Colwell (1984) Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek
di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek yang diindera.

4. Curran, (1985) Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk
merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna.

1
Ada beberapa istilah dalam bahasa asing yang sering digunakan untuk penginderaan jauh.
Reeves (1975) mengutarakan istilah “remote sensing” (Inggris), “teledectection” (Perancis),
“fernerkundung” (Jerman), “sensoriamento remota” (Portugis), “distantsionaya” (Rusia), dan
“perception remota” (Spanyol). Di Indonesia pernah digunakan dua istilah yaitu penginderaan
jauh dan teledeteksi. Keunggulan istilah teledeteksi terletak pada ringkasnya, dan ia serupa
dengan istilah lain yang telah banyak digunakan orang, seperti misalnya telegram, telepon dan
televisi. Kelemahannya terletak pada arti kata deteksi yang sering digunakan dengan lingkup
lebih sempit bila dibandingkan dengan arti penginderaan.

Skema Proses Penginderaan Jauh

Penginderaan Jauh Sebagai Ilmu dan Teknik

Penginderaan Jauh bisa dikatakan sebagai Ilmu karena memiliki berbagai karakteristik yang
jelas. Karakteristik yang jelas itu antara lain terdapat pada lingkup studinya, konsepsi dasarya,
metodologi, serta filosofinya. Bila Peninginderaan jauh digunakan digunakan oleh pakar lain
untuk menopang penelitian atau pekerjaannya, maka penginderaan jauh merupakan teknik bagi
mereka. Misalnya seorang pakar lingkungan hidup yang menggunakan bantuan citra satelit untuk
mengetahui kerusakan hutan.

2
Komponen Penginderaan Jauh

1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
Fungsi tenaga adalah untuk menyinari obyek permukaan bumi dan memantulkannya pada
sensor

 Tenaga Alamiah, yaitu sinar matahari


 Tenaga Buatan, yang berupa gelombang mikro

Jumlah tenaga yang diterima oleh obyek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain :

 Waktu penyinaran, jumlah energi yang diterima oleh obyek pada saat matahari tegak
lurus (siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak enegri
yang diterima obyek, makin cerah warna obyek tersebut.

Sudut datang sinar matahari mempengaruhi jumlah energi yang diterima bumi

 Bentuk permukaan bumi, permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna
cerah pada permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan
permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah bertopografi
halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas
 Keadaan Cuaca, kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber
tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang berkabut
menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak terlihat.

2. Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2, nitrogen, hidrogen dan
helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap,
memantulkan dan melewatkan radiasi elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian spektrum elektromagnetik
yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat menjadi penghalang pancaran sumber
tenaga yang mencapai ke permukaan bumi.
3
Kondisi Cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai permukaan
bumi

3. Interaksi antara tenaga dan obyek


Interaksi antara tenaga dan obyek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan oleh foto udara.
Tiap-tiap obyek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor.

 Obyek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra, sedangkan
obyek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.

Contoh :

Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya pantul tinggi yang
terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang tertutup oleh lahar dingin.

4. Sensor dan Wahana


a. Sensor
Merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Sensor dapat dibedakan menjadi dua :

 Sensor Fotografik, merekam obyek melalui proses kimiawi. Sensor ini menghasilkan
foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra foto (foto udara), sensor
yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit)

4
 Sensor Elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik ini
direkam dalam pada pita magnetic yang kemudian dapat diproses menjadi data visual
atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih dikenal dengan
sebutan citra.

b. Wahana

Adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan


inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat pemantauannya di angkasa,
wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok :

 Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya antara 1.000
– 9.000 meter di atas permukaan bumi
 Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000
meter di atas permukaan bumi
 Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km – 900 km diluar atmosfer bumi.

5
Satelit, wahana dengan peredaran di luar angkasa

5. Perolehan Data

Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :

 Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi
citra secara manual diperlukan alat bantu bernama stereoskop, stereoskop dapat
digunakan untuk melihat obyek dalam bentuk tiga dimensi.

6
Stereoskop Cermin, salah satu jenis alat yang digunakan untuk melakukan interpretasi citra

 Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus penginderaan jauh
yang diterapkan pada komputer.

6. Pengguna Data

Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem inderaja, yaitu orang
atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak ada pengguna, maka data inderaja
tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang menggunakan data inderaja misalnya adalah :

 Bidang militer
 Bidang kependudukan
 Bidang pemetaan
 Bidang Meteorologi dan Klimatologi

7
INTERPRETASI CITRA
Pengertian Citra :

Ada lima pengertian tentang citra menurut (Hornby, 1974), tiga diantaranya adalah :

1. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone, etc.
Keserupaan atau tiruan seseorang atau sesuatu barang, terutama yang dibuat dari kayu, batu
dan sebagainya.
2. Mental picture or idea, concept of something or some one.
Gambaran mental atau gagasan, konsep tentang sesuatu barang atau seseorang.
3. Reflection seen in a mirror or throughtthe lens of a camera.
Gambaran yang tampak pada cermin atau melalui lensa kamera.

Pengertian citra yang lainnya juga diutarakan oleh Simonett et all. (1983), yaitu :

1. The Counterpart of an object produced by the reflection of light when focussed by a lens or
a mirror.
Gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan oleh
sebuah lensa kamera atau sebuah cermin.
2. The recorded representation (coomonly as a photo image) of object produced by optical
mechanical, or electrical means. It is generally used when the EMR emited or reflected from
a scene is not directly recorded on film.
Gambaran rekaman suatu objek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang dibuahkan
dengan cara optik, elektro-optik, optik-mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia
digunakan bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan dari suatu objek
tidak langsung direkam pada film.
3. Imagery is visual representation of energy recorded by remote sensing instrument.
Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti
penginderaan jauh.

Interpretasi citra :

Image interpretation is defined as the act of examining photographs and or image for the purpose
of identifying objects and judging their significance ( Estess dan Simonet, 1975 dalam Sutanto).

Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali obyek
pada citra, selanjutya menilai arti penting dari obyek tersebut

Di dalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji dan berupaya melalui proses penalaran untuk
mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya objek yang tergambar pada citra.
Dengan kata lain, penafsir citra berupaya untuk mengenali objek yang tergambar pada citra dan
menterjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan
disiplin ilmu lainnya.

8
Kegiatan memperoleh data inderja dari interpretasi citra ini dilakukan dengan menggunakan alat
bantu, yaiatu Stereoskop. Alat ini berfungsi untuk memunculkan gambar 3D dari 2 buah foto
udara 2D yang diletakkan secara bertampalan. Dua buah foto udara tersebut merupakan wilayah
yang sama namun sudut pemotretannya berbeda.

Stereoskop - Alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan Interpretasi Citra

Langkah-langkah umum yang dilakukan untuk memperoleh data penginderaan jauh agar dapat
dimanfaatkan oleh berbagai bidang adalah :

1. Deteksi

Pada tahap ini dilakukan kegiatan mendeteksi obyek yang terekam pada foto udara maupun
foto satelit

2. Identifikasi

Mengidentifikai obyek berdasarkan ciri-ciri spektral, spasial dan temporal.

3. Pengenalan

Pengenalan obyek yang dilakukan dengan tujuan untuk mengklasifikasikan obyek yang
tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu

4. Analisis

Analisis bertujuan untuk mengelompokkan obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama

9
5. Deduksi

Merupakan kegiatan pemrosesan citra berdasarkan obyek yang terdapat pada citra ke arah
yang lebih khusus.

6. Klasifikasi

Meliputi deskripsi dan pembatasan (deliniasi) dari obyek yang terdapat pada citra

7. Idealisasi

Penyajian data hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.

Mengapa Penginderaan Jauh Semakin Banyak Digunakan ?

Baik diukur dari jumlah bidang penggunaannya pada tiap bidang, penggunaan penginderaan jauh
memang meningkat pesat pada lima dasawarsa terakhir ini. Peningkatan penggunaannya
dilandasi oleh beraneka alasan.
Sekurang-kurangnya ada enam alasan yang melandasi peningkatan penggunaan penginderaan
jauh, yaitu :

1. Citra menggambarkan objek, daerah dan gejala di permukaan bumi dengan :


a. Ujud dan letak objek yang mirip dengan ujud dan letaknya di permukaan bumi.
b. Relatif lengkap
c. Meliput daerah yang luas
d. Permanen
2. Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila pengamatannya
dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
3. Karakteristik objek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra, sehingga
dimungkinkan pengenalan objeknya.
4. Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana
5. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek, yaitu misalnya 16 hari bagi citra
Landsat IV dan dua kali tiap hari bagi citra NOAA. Dengan demikian maka citra merupakan
alat yang baik sekali untuk memantau (monitoring) perubahan cepat seperti pembukaan
daerah hutan, pemekaran kota, perubahan kualitas lingkungan dan perluasan lahan garapan.

10
UNSUR-UNSUR INTERPRETASI CITRA
Dalam melakukan kegiatan interpretasi citra, ada beberapa unsur yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan deteksi, identifikasi untuk mengenali sebuah obyek. Unsur-unsur
tersebut jika disusun secara hirarki menurut tingkat kesulitan interpretasi akan terlihat seperti
pada gambar di bawah ini :

Hirarki Interpretasi Citra

Unsur-unsur interpretasi citra :

1. Rona dan Warna

Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada citra

Warna adalah ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih
sempit dari spektrum tampak.

2. Bentuk

Mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk
rinci (form) untuk mempermudah pengenalan data.

11
3. Ukuran

Termasuk dalam unsur ukuran adalah jarak, lua, volume, ketinggian tempat dan kemiringan.
Ukuran dapat mencirikan obyek sehingga dapat dijadikan sebagai ciri pembeda dengan obyek
lainnya

4. Tekstur

Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengolangan rona pada citra. Dibedakan menjadi
tiga tingkatan yaitu tekstur halus, sedang dan kasar.

5. Pola

Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek , misal pola aliarn sungai, jaringan jalan dan
pemukiman penduduk.

6. Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada pada daerah gelap. Obyek
yang berada pada daerah gelap biasanya tidak terlihat atau hanya samar-samar. Meskipun
demikian bayangan sering menjadi kunci penting pada pengenalan beberapa obyek yang
justru lebih tampak pada bayangannya.

7. Situs

Merupakan tempat kedudukan suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya. Situs bukan
merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan
sekitarnya.

8. Asosiasi

Adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang lain. Karena adanya
keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk bagi
adanya obyek lain.

9. Konvergensi bukti

Di dalam mengenali sebuah obyek pada pada foto udara dianjurkan tidak hanya
menggunakan satu unsur interpretasi citra, tetapi sebaiknya menggunakan unsur-unsur yang
lainnya sekaligus. Semakin banyak jumlah unsur yang digunakan, semakin menciut
lingkupnya ke arah titik simpul tertentu.

12
Unsur Rona dan Warna Pada Interpretasi Citra
Rona dan Warna merupakan unsur interpretasi citra yang digunakan untuk mengenali obyek
dengan tingkat kesulitan termudah. Artinya hanya dengan menggunakan unsur rona dan warna
ini maka suatu obyek dalam sebuah citra/foto udara dapat dikenali.

1. Rona

Rona adalah tingkat kecerahan/kegelapan suatu obyek yang terdapat pada citra. Rona pada
foto udara pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh
spektrum tampak yang sering disebut dengan sinar putih. Rona merupakan tingkatan dari
putih ke hitam atau selanjutnya.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rona pada citra, yaitu:

a. Karakteristik obyek

Karakterisitik obyek yang mempengaruhi rona antara lain :

 Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap pada citra karena sinar yang
datang mengalami hamburan hingga mengurangi pantulan sinarnya.

 Warna obyek yang gelap cenderung menghasilkan rona yang gelap

 Obyek yang basah/lembab cenderung menghasilkan rona gelap

13
 Pantulan obyek, misalnya perairan akan menghasilkan rona yang gelap.
Sedangkan perbukitan kapur akan menhasilkan rona yang terang.

14
b. Bahan yang digunakan

Jenis film yang digunakan juga mempengaruhi rona pada citra, hal dikarenakan setiap film
juga mempunyai dan kepekaan kualitas tersendiri.

c. Pemrosesan Emulsi

Proses emulsi dapat menghasikan cetakan dengan hasil redup (mat), setengah redup (semi
mat) dan cetakan gilap (glossy). Cetakan glossy menghasilkan rona yang cenderung terang
sebaliknya cetakan redup menghasilkan rona yang cenderung gelap.

d. Cuaca

Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra terlihat memiliki rona yang terang/gelap.
Jika kondisi udara di atmosfer sangat lembab dan berkabut akan menyebabkan rona pada citra
cenderung gelap

e. Letak Obyek dan waktu pemotretan

Letak obyek berkaitan dengan lintang dan bujur. Letak lintang menentukan besarnya sudut
datang sinar matahari. Waktu pemotretan juga mempengaruhi sudut datang sinar matahari.
Waktu pemotretan pada siang hari cenderung akan menghasilkan rona yang lebih terang
dibandingkan dengan pemotretan pada sore/pagi hari.

2. Warna

Warna adalah ujud tampak mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari
spektrum tampak. Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan dalam
wujud hitam putih, warna menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Contoh
penggunaan unsur warna dapat dilihat pada gambar berikut :

15
16
Unsur Bentuk Pada Interpretasi Citra
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang mencerminkan konfigurasi atau kerangka obyek.
Bentuk merupakan atribut yang jelas dan khas sehingga banyak obyek-obyek di permukaan bumi
dapat langsung dikenali pada saat interpretasi citra melalui unsur bentuk saja.

Ada dua istilah mengenai bentuk, yaitu :

1. Shape (bentuk umum/luar)

Merupakan bentuk secara umum atau dapat dikatakan “bentuk sekilas” dari suatu obyek.
Bentuk umum melihat ciri khas suatu obyek secara umum, misal :
Gunung dengan tipe strato berbentuk kerucut jika foto udara yang digunakan berskala kecil.

2. Form (bentuk rinci)

Form merupakan bentuk yang bersifat lebih rinci, maksudnya dalam bentuk umum suatu
obyek masih ada bentuknya yang terlihat lebih rinci, misal :

Jika gunung berapi dengan tipe strato diamati dengan menggunakan foto udara yang berskala
lebih besar maka kelihatan bahwa sebenarnya bentuknya tidak mutlak kerucut, tetapi masih
ada bentuk-bentuk lain yang lebih rinci. Contoh bentuk rinci :

 pada lereng gunung tersebut terdapat aliran sungai yang memanjang menuruni lereng.
 terdapat patahan-patahan sehingga membentuk puncak-puncak kecil, jurang dan lembah.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci keduanya merupakan unsur interpretasi yang penting.
Banyak bentuk yang mempunyai ciri khas sehingga mempermudah pengenalan obyeknya
pada citra. Contoh-contoh obyek yang dapat dikenali menurut bentuknya misalnya :

17
1. Gedung sekolah pada umumnya memiliki bentuk seperti huruf I, L, U dan persegi panjang
atau kotak.

2. Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon kerucut berbentuk kerucut dan tajuk
pohon bambu seperti bulu-bulu.

Pohon Enau Pohon Bambu

3. Bekas Meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai dataran rendah yang
berbentuk tapal kuda dan kadang berisi air yang menjadi danau tapal kuda (danau oxbow).

18
4. Lapangan sepakbola yang memiliki lintasan lari berbentuk elips, sedangkan yang tidak
memiliki lintasan lari akan berbentuk persegi panjang.

5. Masjid dapat dikenali dari bentuknya yang relatif persegi atau bentuk khas pada kubahnya.

19
Unsur Ukuran Pada Interpretasi Citra
Ukuran adalah atribut obyek yang meliputi jarak, luas, volume, ketinggian tempat dan
kemiringan lereng. Ukuran merupakan faktor pengenal yang dapat digunakan untuk
membedakan obyek-obyek sejenis yang terdapat pada foto udara sehingga dapat dikatakan
bahwa ukuran sangat mencirikan suatu obyek. Obyek pada foto udara dapat diketahui ukurannya
dengan membandingkan dengan skala yang terdapat pada foto udara.

Beberapa obyek yang dapat dikenali dari ukuran-ukuran yang berbeda misalnya :

1. Ukuran bangunan untuk pemukiman memiliki ukuran yang berbeda dengan ukuran bangunan
sekolah, perkantoran dan pabrik. Permukiman pendudukan memiliki ukuran yang lebih kecil
dari bangunan sekolah dan perkantoran.

2. Nilai kayu selain ditentukan menurut jenis kayunya juga dapat volumenya. Volume kayu
dapat ditaksir dari ketinggian pohon, diameter batang pohon, luas hutan serta kepadatan
pohonnya.

20
3. Lapangan olahraga selain berbentuk segi empat juga dapat dibedakan dari ukurannya.
Misalnya :

- Lapangan sepakbola memiliki ukuran yang luas, sekitar 100 m X 80 m

- Lapangan tenis memiliki ukuran kecil, sekitar 15 m X 30 m

21
Unsur Tekstur Pada Interpretasi Citra
Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra, atau pengulangan rona kelompok obyek
yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual. Tekstur seding dinyatakan dengan
kasar, belang-belang, sedang dan halus.

Suatu obyek dalam foto udara memiliki perbedaan tekstur dapat dilihat dari :

1. permukaan buminya tidak rata atau tidak

2. keadaaan dan keberadaan obyek lain di atas permukaan bumi misal pepohonan, perairan,
permukiman dll.

Beberapa contoh pengenalan obyek berdasarkan teksturnya adalah :

1. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertektur halus.

2. Lahan kosong bertekstur halus, lahan tebu bertekstur sedang, kumpulan pepohonan bertekstur
kasar.

22
5. Permukaan air yang tenang bertekstur halus, sedikit beriak bertekstur sedang, berombak
besar bertekstur kasar.

23
Unsur Pola Pada Interpretasi Citra
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu obyek yang. Tingkat kerumitan pola lebih tinggi dari
pada tingkat kerumitan bentuk, ukuran dan tekstur. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri
yang menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

Beberapa contoh obyek dipermukaan bumi yang dapat dikenali dengan menggunakan unsur pola
misalnya :

1. Pola Aliran Sungai

Beberapa contoh pola aliran sungai yang dapat kita amati misalnya :

a. Aliran sungai konsekuen

Adalah sungai yang memeiliki arah aliran yang sesuai dengan kemiringan batuan daerah
yang dilewatinya.

Pola Aliran Sungai Konsekuen.

b. Aliran sungai radial sentrifugal

Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya meninggalkan titik
pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah vulkan atau puncak yang
berbentuk kerucut

24
Pola Aliran Radial Sentrifugal : arah aliran menjauhi/meninggalkan titik pusat.

c. Aliran sungai radial sentripetal

Adalah pola aliran sungai dalam bentuk menjari yang arah alirannya menuju ke titik
pusat. Pola aliran sungai ini biasanya terdapat di daerah ledokan/basin atau aliran sungai
yang masuk ke danau.

Pola Aliran Radial Sentripetal : arah aliran menuju ke titik pusat.

25
2. Permukiman

Perumahan rakyat yang disediakan khusus oleh suatu proyek baik pemerintah atau swasta
memiliki pola yang teratur, biasanya memiliki jarak dan ukuran seragam. Sedangkan rumah
yang di bangun oleh penduduk cenderung memiliki pola tidak beraturan, dengan bentuk dan
jarak yang tidak seragam.

Perumahan Teratur, ukuran dan jarak antar rumah cenderung sama jika dibandingkan dengan
perumahan di atasnya.

3. Pola tanam pada tanaman di lahan perkebunan.

Kebun kelapa, kebun karet, kebun kopi, kebun kelapa sawit dapat dibedakan dari hutan atau
vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola dan jarak tanamannya.

26
Perkebunan kelapa sawit terlihat teratur pada pola tanam dan jarak antar tanamannya.

27
Unsur Bayangan Pada Interpretasi Citra
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek atau
gejala yang terletak di daerah bayangan biasanya hanya tampak samar-samar atau bahkan tidak
tampak sama sekali. Meskipun bayangan membatasi gambaran penuh suatu obyek pada foto
udara, kadang justru menjadi kunci penting dalam interpretasi terutama untuk mengenali suatu
obyek yang justru kelihatan lebih tampak/jelas dengan melihat bayangannya.

Beberapa contoh obyek yang dapat dikenali dari bayangannya misalnya :

1. Jalan layang

Jalan layang dapat dikenali dari posisinya yang lebih tinggi dari jalan lain disekitarnya
sehingga pancaran sinar matahari akan menghasilkan bayangan jalan layang tersebut.

Jembatan layang jelas terlihat dari bayangannya.

2. Jembatan

Jembatan dapat dikenali dari bayangannya yang memotong sebuah sungai.

28
Bayangan jembatan terlihat pada aliran sungai di bawahnya

3. Tembok stadion dan gawang terlihat lebih tampak dari bayangannya.

4. Cerobong asap, tangki minyak dan bak air.

Cerobong asap, tangki minyak dan bak air yang dipasang pada sebuah pabrik terlihat lebih
tinggi dari bayangannya.

29
5. Menara.

 Menara suatu bangunan terlihat jelas dari bayangannya

Menara dan bangunan besar terlihat lebih jelas pada bayangannya

 Monumen Nasional (Monas) terlihat lebih jelas pada foto udara karena ada bayangannya
yang tampak.

Bayangan Monumen Nasional (monas)

30
6. Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

Bayangan yang terbentuk pada suatu obyek sangat dipengaruhi oleh arah datang sinar
matahari dan letak lintang.

 Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan obyek akan terletak di sebelah
barat.

Posisi bayangan obyek yang dipotret pada pagi hari dan pada bulan-bulan tertentu di
Equator.

31
 Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan obyek akan terletak di sebelah
timur.

Posisi bayangan obyek pada foto udara yang dipotret pada sore hari dan bulan-bulan
tertentu di Equator.

 Gerak semu matahari juga akan menyebabkan letak bayangan berbeda meskipun sama-
sama dipotret pada pagi atau sore hari. Gerak semu matahari menyebabkan matahari
seolah-olah mengalami perpindahan letaknya di garis paralel bumi pada bulan-bulan
tertentu.
 Bayangan dapat digunakan untuk menentukan orientasi/arah mata angin pada foto udara.

32
Unsur Situs Pada Interpretasi Citra
Situs adalah tempat kedudukan suatu obyek dengan obyek lain di sekitarnya. Situs bukan
merupakan ciri obyek secara langsung tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar.

Situs dapat diartikan sebagai berikut :

1. Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonet, 1975). Van
Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situasi atau situs geografi, yang diartikan
sebagai tempat kedudukan atau letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya.
Misal pengaruh letak iklim terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi
2. Letak suatu obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonet, 1975), seperti misalnya
situs suatu obyek di rawa, di puncak bukit yang kering dan di sepanjang tepi sungai. Van
Zuidam menjelaskan pengertian ini dengan situs topografi, yaitu letak suatu obyek
dengan obyek lain di sekitarnya.

Beberapa contoh kenampakan obyek yang dapat dikenali dengan menggunakan unsur situs
misalnya :

 Situs permukiman memanjang/linear umumnya sejajar dengan bentukan alam dan budaya
tertentu, misalnya :

1. Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan

Pola permukiman memanjang sejajar dengan jalan.

33
2. Pola permukiman memanjang sejajar dengan garis pantai

Pola permukiman memanjang sejajar dengan garis pantai.

3. Pola permukiman memanjang sejajar dengan sungai

34
Pola permukiman memanjang sejajar dengan sungai.

 Situs permukiman radial/melingkar biasanya karena mengelilingi suatu bentukan


alam/budaya, misalnya :

1. Pola permukiman radial mengelilingi puncak gunung

Pola permukiman radial/melingkar mengelilingi puncak gunung.

2. Pola pemukiman radial mengelilingi danau

3. Pola permukiman radial mengelilingi fasilitas pemerintahan dll.

 Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengatusan
yang baik.
 Lahan pertanian berpetak dalam bentuk persegi dan cenderung lurus biasanya terdapat di
daerah dataran, sedangkan lahan pertanian dalam bentuk persegi, cenderung
membengkok dan berteras-teras biasanya terdapat di daerah miring.
 Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma, bila tumbuhnya
menggerombol dan berada di daerah air payau maka mungkin sekali pohon nipah.

35
Unsur Asosiasi Pada Interpretasi Citra
Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain. Karena adanya
keterkaitan itu, maka terlihatnya suatu obyek sering merupakan petunjuk bagi obyek lain.

Keterkaitan suatu obyek dengan obyek lain dapat dimaksudkan sebagai berikut :

 Sebuah obyek A dapat dikenali karena adanya obyek B yang mempunyai


kaitan/hubungan dengan obyek A.
 Dengan kata lain obyek B merupakan petunjuk bagi obyek A.
 Obyek B dapat merupakan bagian dari obyek A, atau merupakan ciri-ciri khusus obyek
A.
 Obyek B belum tentu ciri-ciri khusus obyek A, tetapi sangat berhubungan dengan obyek
A.

Beberapa contoh obyek dalam citra yang dapat dikenali melalui interpretasi mengggunakan
unsur asosiasi misalnya :

1. Lapangan Sepakbola

Sebuah obyek dikenali sebagai lapangan sepakbola jika lapangan tersebut memiliki gawang
pada dua sisi lapangannya. Jika tidak terlihat adanya gawang maka obyek tersebut belum
tentu merupakan lapangan sepakbola, bisa lapangan lain. Obyek gawang dapat dikatakan
sebagai ciri-ciri khas dari lapangan sepakbola.

Lapangan Sepakbola berasosiasi dengan gawang yang ada di dua sisi lapangan.

36
2. Stasiun Kereta Api

 Sebuah bangunan dengan bentuk memanjang dikenali sebagai stasiun kereta api jika pada
sekitar bangunan tersebut terdapat rel kereta api lebih dari satu jalur. Rel bukan
merupakan ciri-ciri bangunan stasiun tetapi sangat berhubungan dengan keberadaan
stasiun.
 Selain jumlah rel, bangunan stasiun kereta api dapat juga di asosiasikan dengan adanya
gerbong-gerbong yang diparkir karena belum/tidak beroperasi.

Stasiun Kereta Api berasosiasi dengan adanya rel di sekitarnya yang berjumlah lebih dari
satu.

3. Terminal Bis

Sebuah obyek dikenali sebagai terminal bis jika pada lahan bagian dalam terminal tersebut
berupa lahan parkir yang dipenuhi oleh bus/kendaraan angkutan umum. Lahan parkir di
bagian dalam merupakan ciri-ciri terminal, sedangkan bus/angkutan umum yang sedang
diparkir bukan ciri-ciri terminal tetapi keduanya sangat berkaitan dengan bangunan terminal
itu sendiri.

37
Terminal diasosiasikan dengan adanya lahan parkir di dalam yang dipenuhi oleh
bus/kendaraan angkutan umum

4. Bandara/Lapangan Terbang

Sebuah obyek dikenali sebagai bandara/lapangan terbang jika di sekitar landasan terdapat
hanggar dan area parkir untuk pesawat.

Bandara/Lapangan Terbang

38
5. Bangunan Sekolah

Sebuah bangunan dikenali sebagai sekolah jika di sekitar/dalam kompleks bangunan tersebut
memiliki lapangan untuk kegiatan olahraga seperti lapangan basket, tenis, voli atau
badminton.

Bangunan Sekolah

39
Konvergensi Bukti Pada Interpretasi Citra
Konvergensi bukti dapat diartikan penggunaan kombinasi unsur-unsur interpretasi sebagai
pengumpulan dan pemilahan bukti untuk menyimpulkan suatu obyek yang terdapat pada citra.

Di dalam mengenali obyek pada citra hendaknya tidak hanya menggunakan satu unsur
interpretasi saja, tetapi dianjurkan untuk menggunakan unsur sebanyak mungkin. Semakin
banyak menggunakan kombinasi unsur-unsur interpretasi, semakin menciut lingkupnya ke arah
titik simpul tertentu. Jadi konvergensi bukti dapat pula dikatakan sebagai bukti-bukti yang
mengarah pada simpul-simpul tertentu.

Salah satu contoh penerapan konvergensi bukti dalam mengenali obyek pada citra misalnya
dalam mengenali pohon.

Konvergensi bukti pengenalan obyek.

Unsur-unsur yang digunakan dalam identifikasi misalnya :

1. Bentuk

Pada sebuah citra terlihat kumpulan pepohonan dengan bentuk tajuknya seperti bintang.
Dengan melihat bentuk tajuk dapat diidentifikasi pohon tersebut adalah pohon jenis palme,
tetapi ini masih belum rinci karena pohon jenis palma banyak contohnya misalnya kelapa,
kelapa sawit, sagu, enau dan nipah

40
2. Pola

Dengan menambahkan unsur pola maka dari hasil pengamatan diketahui pohon tersebut
memiliki pola tanam yang tidak teratur. Dari kelima jenis pohon yang disebutkan tadi
kemudian diklasifikasi :

 Kelapa sawit dan kelapa mempunyai pola tanam yang teratur karena kedua tanaman ini
banyak dibudidayakan oleh manusia.
 Enau, sagu dan nipah mempunyai pola yang tidak teratur karena pohon ini banyak yang
tumbuh secara alamiah dan tidak dibudidayakan oleh manusia

Dari data tersebut makan identifikasi mengerucut pada pohon sagu, enau dan nipah saja

3. Ukuran

Penggunaan unsur ukuran digunakan untuk melihat berap tinggi pohon tersebut melalui
interpretasi citra. Jika pohon yang terdapat pada citra mempunyai tinggi 10 meter atau lebih
maka kemungkinannya tinggal 2 yaitu pohon nipah dan sagu.

4. Situs

Penggunaan unsur situs digunakan untuk mengamati lingkungan sekitar pohon tersebut. Jika
dari hasil pengamatan diketahui pohon tersebut terdapat di daerah bertanah becek dan berair
payau, maka kemungkinan obyek tersebut menciut ke satu titik simpul. Tumbuhan tersebut
tidak lain adalah sagu, karena enau merupakan tumbuhan darat yang tidak terdapat di daerah
air payau.

41
Manfaat Penginderaan Jauh
Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah untuk mengumpulkan data seumber daya alam dan
lingkungan. Penginderaan jauh makin banyak dimanfaatkan karena berbagai macam alasan
sebagai berikut :

 Citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui
daratan, contohnya hutan, rawa danpegunungan.

Manfaat penginderaan jauh

42
Daerah Pedalaman Papua

 Citra menggambarkan obyek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip
dengan sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas dan sifat gambar
yang permanen

 Citra tertentu dapat memberikan gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan
stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan karena menjyajikan model
obyek yang jelas, relief lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi, pengukuran
lereng dan pengukuran volume.

 Citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan


pengenalan obyeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.

 Citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.

Inderaja memiliki peran yang sangat besar dalam sistem informasi data dan pengelolaannya.
Peran tersebut antara lain untuk mendeteksi perubahan data dan pengembangan model di
berbagai kepentingan.

43
Penerapan Teknologi Inderaja Di Bidang Kependudukan
Pengeinderaan jauh menghasilkan data yang ringkas tentang lingkungan yan berkenaan dengan
bumi. Salah satu aplikasi yang nyata dari pemanfaatan hasil pengeinderaan jauh dalam bidang
kependudukan adalah untuk memetakan distribusi spasial penduduk.

Pemanfaatan Inderaja Di Bidang Kependudukan

Selain pemetaan distribusi spasial kependudukan, data inderaja juga dapat dimanfaatkan untuk
meneliti dampak keberadaan manusia dalam lingkungan hidup.

Oleh karena ukuran penduduk terlalu kecil, pola distribusinya hanya dapat diinterpretasi secara
tidak langsung, yaitu berdasarkan pola permukiman penduduk atau bukti lain yang tampak. Pola
permukiman penduduk itu sendiri dapat diketahui dengan menginterpretasikan bentuk lahan dan
penggunaanya.

44
Pemanfaatan Inderaja Di Bidang Kependudukan

45
Penerapan Teknologi Inderaja Di Bidang Meteorologi
dan Klimatologi
Pemanfaatan aplikasi penginderaan jauh untuk bidang meteorologi dan klimatologi memiliki
acuan yang sangat luas. Data yang dihasilkan oleh inderaja penting untuk diterapkan guna
mengetahui keadaan lingkungan atmosfer. Guna memperoleh data lingkungan tentang atmosfer
melalui inderaja, wahana yang diperlukan adalah satelit. Di antara satelit-satelit yang digunakan
untuk informasi lingkungan atmosfer misalnya Synchronous Meteoroligical Satellite (SMS) yang
diluncurkan pada tanggal 17 Mei 1974. Generasi ke-tiga dari satelit tersebut diganti namanya
menjadi Geosyncronous Operational Environment Satellite (GOES) yang diluncurkan pada 16
Oktober 1975.

Pemanfaatan Satelit MODIS untuk perekaman kondisi atmosfer secara harian. (Sumber :
www.lapanrs.com)

Aplikasi penginderaan jauh untuk bidang meteorologi dan klimatologi antara lain sebagai berikut
:

 Melakukan perekaman terhadap pola awan guna mengetahui bidang pergerakan tekanan
udara.

46
 Melakukan perekaman terhadap tingkat per-awanan dan kandungan air di udara untuk
mengetahui keadaaan cuaca dan iklim.

Dari hasil perekaman seperti yang telah disebutkan di atas kemudian dapat dibuat peta animasi
kondisi cuacanya. Untuk melihat beberapa contoh hasil-hasil penginderaan jauh dapat anda lihat
di situs LAPAN.

Hasil perekaman kondisi atmosfer dapat di buat peta animasinya. (Klik untuk melihat animasi)

47
Penerapan Teknologi Inderaja Di Bidang Pemetaan
Pemanfaatan foto udara/citra hasil penginderaan untuk kegiatan pemetaan merupakan kegiatan
yang umum dilakukan pada saat sekarang. Kegiatan pemetaan menggunakan foto udara lebih
mudah dilakukan daripada pemetaan secara manual. Beberapa keunggulan pemetaan
menggunakan teknologi inderaja antara lain :

 Hasil inderaja dapat digunakan untuk memetakan daerah yang sangat luas dengan cepat,
pemetaan manual biasanya hanya digunakan untuk memetakan daerah yang sangat
sempit.
 Berbiaya lebih murah.
 Dapat memetakan bermacam-macam peta tematik sekaligus
 Proses pembuatan lebih cepat

Salah satu contoh pemanfaatan teknologi inderaja untuk kegiatan di bidang pemetaan misalnya
untuk pemetaan daerah rawan genangan air di wilayah Jakarta. Untuk membuat peta ini
diperlukan lebih dahulu foto udara wilayah Jakarta untuk di interpretasi lebih lanjut.

Foto Udara Wilayah Jakarta

Tahapan dalam pemetaan menggunakan hasil inderaja ini dengan membuat pola dengan
menggunakan data inderaja yang di awali dengan penggabungan foto udara dalam bentuk
mozaik guna membatasi wilayah yang akan dipetakan.

48
Dari foto udara wilayah Jakarta misalnya di interpretasi pada tempat-tempat yang :

 Memiliki ketinggian lebih rendah/sama dari permukaan air laut.


 Berbentuk cekungan/basin.
 Terletak di bantaran/pinggiran sungai.
 Permukiman padat
 Tidak memiliki lahan terbuka.
 Tidak memiliki daerah resapan air

Wilayah yang diinterpretasi tersebut kemudian dideliniasi untuk membedakan dengan wilayah
yang tidak rawan tergenang. Hasil deliniasi kemudian dapat dibuat dan diproses lebih lanjut
menjadi peta daerah rawan genangan air.

Peta Daerah Rawan Genangan Air

49
Teknik Interpretasi Citra
Teknik Interpretasi Citra adalah cara-cara khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh
secara ilmiah. Teknik ini terdiri atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangkan
kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil interpretasi atau jumlah informasi yang
diperoleh.

Teknik Interpretasi Citra

Cara-cara interpretasi citra terdiri atas :

1. Data Acuan

Merupakan kumpulan data pendukung untuk kegiatan interpretasi. Data ini bersifat
melengkapi data yang terdapat pada citra. Contoh data acuan ini dapat berupa :

 Data pustaka/kepustakaan
 Peta
 Hasil kerja lapangan dll

Data acuan berguna untuk membantu proses interpretasi, analisis dan verifikasi hasilnya.

50
2. Kunci Interpretasi

Kunci interpretasi pada citra umumnya berupa potongan citra yang telah di interpretasi,
diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan berupa jenis obyek yang digambarkan, unsur
interpretasi, serta keterangan tentang citra meliputi :

 jenis citra yang digunakan


 skala citra
 waktu perekaman
 lokasi yang diinterpretasi

3. Penanganan Data

Data yang tersimpan dalam citra perlu dijaga agar tidak menimbulkan goresan atau terhapus,
sehingga perlu penanganan yang hati-hati pada setiap citra.

4. Pengamatan Stereoskopis

Adalah suatu kegiatan menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang dinamakan
stereoskop. Salah satu syarat dapat dilakukan pengamatan stereoskopis adalah adanya daerah
yang bertampalan pada sebuah foto udara. Pengamatan stereoskopis pada citra yang
bertampalan akan menimbulkan gambaran tiga dimensi. Jenis citra yang umum untuk
pengamatan stereoskopis adalah foto udara.

5. Metode Pengkajian

Adalah suatu cara yang bersistem dalam menelaah atau melakukan penyelidikan terhadap
obyek.

6. Penerapan Konsep

Data inderaja diperoleh dengan menerapkan konsep multi, yang terdiri atas konsep
multispektrum, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi dan multidisiplin.

51
Data Acuan Pada Interpretasi Citra
Citra menyajikan gambaran yang lengkap miri dengan wujud dan letak sebenarnya. Akan tetapi
dalam melakukan interpretasi suatu obyek/fenomena / gejala pada citra masih diperlukan data
lain yang lebih meyakinkan hasil interpretasi. Data yang diperoleh selain dari kegiatan
interpretasi ini disebut dengan data acuan. Data acuan pada kegiatan interpretasi citra digunakan
untuk membantu proses interpretasi, analisis dan verifikasi hasilnya.

Data Acuan

Data acuan dapat berupa :

 Data kepustakaan
 Data peta
 Data statistik
 Data hasil kerja lapangan dan lain-lain

Meskipun citra menyajikan gambaran lengkap, pada umumnya masih perlu dilakukan kegiatan
lapangan (observasi ). Observasi dilakukan untuk menguji atau meyakinkan kebenaran hasil
interpretasi yang telah dilakukan. Observasi atau uji medan (field check) perlu dilakukan
terutama pada tempat-tempat yang interpretasinya meragukan.

Hasil interpretasi yang memerlukan uji medan antara lain dipengaruhi oelh faktor-faktor berikut :

 Kualitas citra meliputi skala, resolusi dan informasi yang harus diinterpretasi

52
Uji Lapangan dilakukan karena kualitas citra kurang baik

 Jenis Interpretasi atau analisisnya


 Tingkat ketelitian yang diharapkan
 Pengalaman dan pengetahuan pengguna dalam melakukan interpretasi
 Kondisi medan
 Ketersediaan data acuan

53
Kunci Interpretasi
Kunci interpretasi citra pada umunya dapat berupa potongan citra yang telah diinterpretasi,
diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan sebelumnya. Keterangan pada kunci interpretasi
ini dapat berupa :

 Jenis obyek yang digambarkan


 Unsur interpretasi yang digunakan
 Keterangan tentang citra meliputi jenis, skala, waktu pemotretan dan lokasi daerahnya

Kunci interpetasi citra dimaksudkan sebagai pedoman dalam melaksanakan interpretasi citra.

Atas dasar ruang lingkupnya kunci interpretasi terdiri dari :

1. Kunci Individual (item key)

Adalah kunci interpretasi citra yang digunakan untuk obyek individual. Misalnya rumah.

Kunci Individu

2. Kunci Subyek (subject key)

Adalah kunci interpretasi citra yang digunakan untuk identifikasi obyek-obyek atau kondisi
penting dalam suatu subyek/kategori tertentu. Misalnya perumahan penduduk, perumahan
umum.

54
Kunci Subyek

3. Kunci Regional (regional key)

Adalah himpunan kunci individu atau kunci subyek untuk identifikasi obyek-obyek atau
wilayah tertentu. Misalnya wilayah administratif dan daerah aliran sungai (DAS)

Kunci Regional

55
4. Kunci Analog (analogue key)

Adalah kunci subyek atau kunci regional suatu daerah yang tidak terjangkau secara terestrial,
tetapi dipersiapkan untuk daerah lain yang serupa. Misalnya hutan Hutan di Kalimantan untuk
interpretasi hutan Papua. Namun cara ini tidak dianjurkan kecuali untuk keadaan darurat.

Atas dasar lainnya terdiri dari :

1. Kunci Langsung (direct key)

Adalah kunci interpretasi yang disiapkan untuk obyek atau kondisi yang tampak langsung.
Misalnya bentuk lahan, pola aliran permukaan.

Kunci Langsung

2. Kunci Asosiatif (associative key)

Adalah kunci interpretasi yang digunakan untuk deduksi informasi yang tidak tampak
langsung pada citra. Misalnya tingkat bahaya erosi dan penaksiran jumlah penduduk.

56
Kunci Asosiatif

57
Penanganan Data Interpretasi Citra
Penanganan Data Interpretasi Citra (data handling) :

Cara yang digunakan untuk mengelola hasil interpretasi penginderaan jauh. Data hasil
interpretasi penginderaan jauh dapat berupa :

1. Potongan-potongan citra yang diinterpretasi


2. Kertas/plastik transparansi yang digunakan untuk interpretasi

Tujuan dari penanganan data interpretasi citra adalah untuk memelihara citra atau plastik
transparansi agar tidak tergores atau bahkan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan citra
tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk kegiatan interpretasi.

Cara penanganan data (data handling) interpretasi citra misalnya :

1. Menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik dan menghadap ke atas

58
2. Mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan
memberikan penyekat di antaranya

3. Meletakkan tumpukan citra hingga membentuk jalur terbang membentang dari arah kiri ke
kanan terhadap pengamat

59
4. Meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding di sebelah citra yang akan
diinterpretasi

5. Pada saat citra dikaji, tumpukkan menghadap ke bawah dalam urutannya.

60
Pengamatan Stereoskopis
Pengamatan Stereoskopis :

Adalah suatu kegiatan interpretasi citra/ foto udara dengan menggunakan alat bantu yang
bernama stereoskop. Pada kegiatan pengamatan ini stereoskop berfungsi untuk menampilkan
gambar 3 dimensi.

Gambar 3 dimesi dari citra yang diinterpretasi akan memudahkan pengamatan. Bidang 3 dimensi
menunjukkan obyek yang mempunyai unsur ukuran lebar, panjang dan tinggi. Bidang 3 dimensi
memungkinkan dilakukan pengamatan terhadap beda tinggi dan kemiringan lereng suatu obyek.

Foto udara pada umumnya lebih banyak menampilan gambar 2 dimensi, terutama pada foto
udara tegaklurus. Untuk dapat menampilkan bentuk 3 dimensi dari foto udara yang diamati, ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Terdapat daerah bertampalan pada foto udara. Setiap foto udara/citra yang akan
diinterpretasi harus merupakan foto udara/citra yang berurutan garis terbangnya dan
mempunyai daerah tampalan (pada foto 1 ada sebagian wilayah yang sama dengan foto
2)
2. Untuk dapat diinterpretasi dengan jelas maka lebar daerah yang bertampalan kira-kira 1/3
– 2/3 dalam sebuah foto/citra.

61
Prinsip kerja stereoskop adalah sebagai berikut :

1. Mata 1 (mata kanan) mengamati citra sebelah kanan


2. Mata 2 (mata kiri) mengamati citra sebelah kiri
3. Stereoskop menyatukan daerah bertampalan sehingga seolah-olah hanya mengamati 1
citra saja
4. Daerah bertampalan menghasilkan gambar 3 dimensi yang dapat digunakan untuk
mengamati unsur ketinggian dan kemiringan.

62
63
Konsep Multi Pada Kegiatan Interpretasi Citra
Konsep multi adalah cara memperoleh data dan menganalisis penginderaan jauh yang meliputi 6
konsep, yaitu :

1. Multi Spektrum

Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh dengan memanfaatkan
banyaknya warna.

Pemanfaatan citra/foto udara banyak warna untuk mengkaji kasus Lumpur Lapindo

64
2. Multi Tingkat

Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh dengan memanfaatkan
perbedaan ketinggian terbang atau orbit wahana pada saat melakukan inderaja

Pemanfaatan citra/foto udara yang memiliki perbedaan tinggi terbang pada saat pemotretan

3. Multi PolarisasiMerupakan cara memperoleh dan menganalisis data inderaja dengan


memanfaatkan bidang obyek yang terekam oleh sensor, apakah mengikuti bidang horisontal atau
vertikal

4. Multi Arah

65
Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauah dengan
memanfaatkan sensor yang dapat diatur ke segala arah untuk meningkatkan kemampuan
pengadaan data inderaja, terutama di daerah tropik yang banyak tertutup awan.

5. Multi Temporal

Merupakan cara memperoleh dan menganalisis data penginderaan jauh dengan memanfaatkan
waktu perekaman yang berbeda. Obyek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi
dan waktu perekaman yang berbeda-beda.

Citra/foto udara pada wilayah yang sama dan dipotret pada waktu yang berbeda untuk
pengamatan perubahan lahan di pelabuhan Aceh.

6. Multi Disiplin

66
Data yang terdapat dalam citra dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang keilmuan.

Berbagai bidang ilmu memanfaatkan hasil penginderaan jauh

67
Metode Pengkajian Interpretasi Citra
Pekerjaan Interpretasi Citra dimulai dari kegiatan mengkaji suatu obyek pada citra sesuai dengan
tujuan interpretasi.

Metode Pengkajian :

Suatu cara bersistem dalam menelaah atau melakukan penyelidikan terhadap obyek pada citra.

Kegiatan Interpretasi citra mengikuti metode tertentu yaitu :

 Pengamatan mulai dari obyek umum ke obyek khusus


 Pengamatan mulai dari obyek yang sudah diketahui ke obyek yang belum diketahui.

Metode pengkajian dalam kegiatan interpretasi citra secara umum menggunakan 2 macam
metode, antara lain :

1. Fishing Expedition

Metode pengkajian obyek pada citra dengan cara melakukan pengamatan ke seluruh wilayah
dan disertai dengan pengambilan data. Kegiatan ini mirip dengan orang yang memancing,
seluruh daerah perairan dijelajahi untuk mencari ada tidaknya ikan. Sehingga metode ini
kemudian disebut dengan metode “Fishing Expedition” atau “Ekspedisi Memancing”

68
2. Logical Search

Pada metode ini pengamatan terhadap seluruh wilayah pada citra dilakukan tetapi
pengambilan data hanya dilakukan secara selektif pada daerah-daerah tertentu yang sesuai
dengan tujuan interpretasi.

69
Citra Penginderaan Jauh
Citra :

gambaran suatu gejala atau objek hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optik,
elektrooptik maupun elektronik.

Citra merupakan salah satu jenis data hasil penginderaan jauh yang berupa data visual/gambar.
Citra sering disebut dengan Image atau Imagery. Hasil penginderaan jauh selain citra misalnya
adalah data digital atau data angka/numerik.

Citra dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

1. Citra Foto (photographic image)

yaitu citra yang yang dihasilkan dari perekaman obyek di permukaan bumi yang
menggunakan sensor kamera fotografik.

2. Citra Nonfoto (nonphotographic image)

yaitu citra yang dihasilkan dari perekaman obyek di permukaan bumi yang menggunakan
sensor nonkamera yang merekam dengan cara memindai/scanning

70
Beberapa perbedaan antara citra foto dengan cira nonfoto antara lain :

71
CITRA FOTO HASIL PENGINDERAAN JAUH
Citra Foto

adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan/perekaman


menggunakan kamera.

Cita foto dibedakan atas dasar spektrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera,
sudut lipatan kamera, jenis kamera, warna yang digunakan, dan sistem wahananya.

1. Citra foto berdasarkan warna yang digunakan

a. Citra Foto Warna Asli

72
b. Citra Foto Warna Semu

2. Citra foto berdasarkan posisi sumbu kamera

a. Citra Foto Vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu tegak lurus terhadap
permukaan bumi

b. Citra Foto Condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring,
dengan sudut kemiringan kamera lebih dari 100. Adadua jenis foto condong yaitu :

- Citra foto agak condong, yaitu jika cakrawala tidak tergambar pada foto

73
- Citra foto sangat condong, yaitu jika cakrawala tergambar pada foto.

3. Citra foto berdasarkan sudut lipatan kamera

Jenis kamera Sudut Liputan Jenis Foto


Sudut kecil
< 600 Sudut kecil
(narrow angle)
Sudut normal
600 – 750 Sudut normal/sudut standar
(normal angle)
Sudut lebar
750 – 1000 Sudut lebar
(wide angle)
Sudut sangat lebar
> 1000 Sudut sangat lebar
(super-wide angle)

74
4. Citra foto berdasarkan jenis kamera yang digunakan

a. Citra foto tunggal, citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal

b. Citra foto jamak, citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan obyek
liputan yang sama. Foto jamak dapat dibuat dengan 3 cara :

 Multikamera, menggunakan beberapa kamera yang diarahkan secara bersamaan ke satu


obyek.
 Multilensa, menggunakan satu kamera yang memiliki banyak lensa
 Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna

5. Citra foto berdasarkan sistem wahananya

a. Citra Foto Udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak
di udara misalnya pesawat terbang, helikopter dll

b. Citra Foto Satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana satelit yang
bergerak di luar angkasa.

6. Citra foto berdasarkan Spektrum Elektromagnetik yang digunakan

a. Citra Foto Ultraviolet, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
Ultraviolet

75
b. Citra Foto Otokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau

c. Citra Foto Pankromatik, yaitu cira foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum
tampak

76
d. Citra Foto Inframerah Asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
infamerah

e. Citra Foto Inframerah Modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan
spektrum inframerah dan sebagian spektrum tampak dari warna merah dan sebagian hijau.

77
Citra Nonfoto Hasil Penginderaan Jauh
Citra Nonfoto

adalah gambar atau citra tentang suatu obyek dipermukaan bumi yang dihasilkan oleh sensor
bukan kamera dengan cara memindai (scanning).

Prinsip memindai adalah merekam obyek di permukaan bumi dengan mekanisme parsial. Obyek
dipermukaan bumi terbagi dalam sub area berupa garis yang membentuk area seluruhnya.
Mekanisme perekaman baris perbaris pada sub area inilah yang di sebut perekaman secara
parsial.

Citra Nonfoto dibedakan atas dasar :

1. Citra Nonfoto berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan

a. Citra Radar

Citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum gelombang mikro dan sumber tenaga
buatan

78
b. Citra Inframerah Termal

Citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah termal

c. Citra Gelombang Mikro

Citra yang dibuat dengan menggunakan spektrum gelombang mikro

2. Citra Nonfoto berdasarkan sensor yang digunakan

a. Citra Tunggal

Citra yang dibuat dengan menggunakan sensor tunggal

b. Citra Multispektral

Citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak

79
3. Citra Nonfoto berdasarkan wahana yang digunakan

a. Citra Dirgantara

Citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara

b. Citra Satelit

Citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa/luar angkasa.

Citra satelit dampak lumpur Sidoarjo

80
81

Anda mungkin juga menyukai