PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DOSEN PEMBIMBING :
AIDYNAL MUSTARI, S.T.,M.T.
ANGGOTA KELOMPOK VI :
ANAS RASYID F 441 18 086
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1-TEKNIK ELEKTRO
TAHUN AJARAN 2019/2020
ABSTRAK
Negara yang memiliki hukum dan arti dari hak asasi manusia dapat saling
menghargai satu sama lainnya. Negara hukumadalah Negara yang mempunyai
aturan penyelengaraan aturan dalam kehidupan berwarga Negara untuk mencapai
keadilan di masyarakat, kelebihannya mengatur ketertiban dan memberikan
keadilan bagi seluruh warga negaranya namun hukum yang telah dibuat oleh
penegak hukum tidak semua terlaksana sesuai dengan aturan. Hal itu dikarenakan
di lapangan ada beberapa pelanggararan yang masih di tolerir walaupun sanksi
sudah tercantum dalam KUHP (Kitab Undang-UndangHukumPidana). Hak asasi
manusia adalah hak-hak dasar manusia yang dimiliki sejak berada dalam
kandungan dan setelah lahir ke dunia (kodrat) yang berlaku secara universal dan
diakui oleh semua orang, kelebihannya masyarakat dapat melindungi diri dari
ketidakadilan yang dilakukan orang lain tapi kebanyakan orang menyalahgunakan
hak asasi untuk kepentingan pribadi. Jadi, hukum mempunyai aturan yang telah
ditetapkan agar masyarakat dapat mendapatkan kesejahteraan, untuk
memperhatikan itu maka perlu mempertimbangkan faktor internal (Hak Asasi
Manusia) dan eksternal (masyarakat yang memahami dan menaati) agar
terciptanya masyarakat yang sejahtra, tentram, dan damai.
i
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Dan Berkat limpahan dan rahmat-Nya
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan kewarganegaraan bermanfaat sebagai acuan untuk mengetahui
bagaimana hidup berbangsa dan bernegara serta mengetahui apakah itu negara
hukum dan hak asasi manusia. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu tentang Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang kami
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber mulai dari mencari
informasi di internet, serta referensi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen pengajar yang bernama
AidynalMustari S.T., M.T agar sekiranya dapat memperbaiki dan member
masukan agar Makalah ini kedepanya bisa lebih baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Tadulako.
KELOMPOK VI
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI…………………………......……….………………………………i
KATA PENGANTAR………..……………………………………………….......ii
DAFTAR ISI …….…………….…………………………………………............iii
DAFTAR GAMBAR……………..………...……………………………...……..iv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………............1
BAB II PEMBAHASAN …………...…………………………………………….2
2.1 Pengertian Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia…….……………...2
2.2 Tujuan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia …........……....…..…...5
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Negara Hukum & Hak Asasi Manusia……6
2.4 Contoh-contoh Studi Kasus …………….....…………………..……….7
BAB III. PENUTUP ……………………………..…………………..……...…..10
3.1 Kesimpulan………….............………………………….………...…....10
3.2 Saran………………….....……………………………………………..10
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...…....11
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1…………………………...………………………………..…………11
Gambar 1.2…………………………...…………………………………..………11
Gambar 2.1………………………………...……………………………………..12
Gambar 2.2…………………………………...………………….……………….12
Gambar 2.3……………………………………...……………………..…………12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari pada Hak Asasi Manusia
dan seperti apa praktek pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia. Serta
hukuman apa yang diberlakukan untuk orang yang melanggar Hak Asasi Manusia.
1
BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia
1. Pengertian Negara Hukum
Negara dalam pandangan teori klasik diartikan sebagai suatu masyarakat
yang sempurna (a perfect society). Negara pada hakikatnya adalah suatu
masyarakat sempurna yang para anggotanya mentaati aturan yang sudah berlaku.
Suatu masyarakat dikatakan sempurna jika memiliki sejumlah kelengkapan yakni
internal dan eksternal. Kelengkapan secara internal, yaitu adanya penghargaan
nilai-nilai kemanusiaan di dalam kehidupan masyarakat itu. Saling menghargai
hak sesama anggota masyarakat. Kelengkapan secara eksternal, jika keberadaan
suatu masyarakat dapat memahami dirinya sebagai bagian dari organisasi
masyarakat yang lebih luas. Dalam konteks ini pengertian negara seperti halnya
masyarakat yang memiliki kedua kelengkapan internal dan eksternal, there exists
only one perfect society in the natural order, namely the state (Henry J. Koren
(1995:24).
Dalam perkembangannya, teori klasik tentang negara ini tampil dalam
ragam formulasinya, misalnya menurut tokoh; Socrates, Plato dan Aristoteles.
Munculnya keragam konsep teori tentang negara hanya karena perbedaan cara-
cara pendekatan saja. Pada dasarnya negara harus merepresentasikan suatu bentuk
masyarakat yang sempurnya.Teori klasik tentang negara tersebut mendasarkan
konsep “masyarakat sempurna” menginspirasikan lahirnya teori modern tentang
negara, kemudian dikenal istilah negara hukum.
Istilah negara hukum secara terminologis terjemahan dari kata Rechtsstaat
atau Rule of law. Para ahli hukum di daratan Eropa Barat lazim menggunakan
istilah Rechtsstaat, sementara tradisi Anglo–Saxon 110 menggunakan istilah Rule
of Law. Di Indonesia, istilah Rechtsstaat dan Rule of law biasa diterjemahkan
dengan istilah “Negara Hukum” (Winarno, 2007).
Gagasan negara hukum di Indonesia yang demokratis telah dikemukakan
oleh para pendiri negara Republik Indonesia (Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan
kawan-kawan) sejak hampir satu abad yang lalu. Walaupun pembicaraan pada
waktu itu masih dalam konteks hubungan Indonesia (Hindia Belanda) dengan
Netherland. Misalnya melalui gagasan Indonesia (Hindia Belanda) berparlemen,
berpemerintahan sendiri, dimana hak politik rakyatnya diakui dan dihormati. Jadi,
cita-cita negara hukum yang demokratis telah lama bersemi dan berkembang
dalam pikiran dan hati para perintis kemerdekaan bangsa Indonesia. Apabila ada
pendapat yang mengatakan cita negara hukum yang demokratis pertama kali
dikemukakan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
2
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah tidak memiliki dasar historis dan bisa
menyesatkan.
Para pendiri negara waktu itu terus memperjuangkan gagasan negara
hukum. Ketika para pendiri negara bersidang dalam BPUPKI tanggal 28 Mei –1
Juni 1945 dan tanggal 10-17 Juli 1945 gagasan dan konsep Konstitusi Indonesia
dibicarakan oleh para anggota BPUPKI. Melalui sidang-sidang tersebut
dikemukakan istilah rechsstaat (Negara Hukum) oleh Mr. Muhammad Yamin
(Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2).
Dalam sidang–sidang tersebut muncul berbagai gagasan dan konsep
alternatif tentang ketatanegaraan seperti: negara sosialis, negara serikat
dikemukakan oleh para pendiri negara. Perdebatan pun dalam sidang terjadi,
namun karena dilandasi tekad bersama untuk merdeka, jiwa dan semangat
kebangsaan yang tinggi (nasionalisme) dari para pendiri negara, menjunjung
tinggi azas kepentingan bangsa, secara umum menerima konsep negara hukum
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Semangat cita negara hukum para pendiri negara secara formal dapat
ditemukan dalam setiap penyusunan konstitusi, yaitu Konstitusi RIS 1949 dan
UUDS 1950. Dalam konstitusi – konstitusi tersebut dimasukkan Pasal-pasal 111
yang termuat dalam Deklarasi Umum HAM PBB tahun 1948. Hal itu
menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan tentang penghormatan, dan
perlindungan HAM perlu dan penting untuk dimasukkan ke dalam konstitusi
negara (Abdul Hakim G Nusantara, 2010:2)
Pengertian negara hukum selalu menggambarkan adanya penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Pemerintah dan
unsur-unsur lembaga di dalamnya dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
terikat oleh hukum yang berlaku. Menurut Mustafa Kamal (2003), dalam negara
hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum
(supremasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada
Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), “Negara Indonesia
adalah Negara Hukum” Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya
kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan
yang berkeadilan.
Menurut Winarno (2010), konsepsi negara hukum Indonesia dapat di
masukkan dalam konsep negara hukum dalam arti material atau negara hukum
dalam arti luas. Pembuktiannya dapat kita lihat dari perumusan mengenai tujuan
bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD Negara RI 1945 Alenia
IV. Bahwasannya, negara bertugas dan bertanggungjawab tidak hanya melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia tetapi juga
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
3
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara hukum
Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34 UUD
Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. 112
4
c. Miriam Budiarjo
Menurut Miriam Budiarjo, pengertian HAM adalah hak yang dimiliki setiap
orang sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya universal sebab dimiliki tanpa adanya
perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, dan agama.
d. Prof. Koentjoro Poerbopranoto
Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, pengertian HAM adalah suatu hak
yang sifatnya asasi atau mendasar. Hak-hak yang dimiliki setiap manusia
berdasarkan kodratnya yang pada dasarnya tidak akan bisa dipisahkan sehingga
bersifat suci.
e. Oemar Seno Adji
Menurut Oemar Seno Adji, pengertian HAM adalah hak yang melekat pada
setiap martabat manusia sebagai insan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun.
f. Jack Donnely
Menurut Jack Donnely, definisi HAM adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan
karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif,
melainkan semata-mata berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
g. UU No 39 Tahun 1999
Menurut UU No 39 Tahun 1999 pasal 1, pengertian HAM adalah
seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, dimana hak tersebut merupakan anugerah yang wajib di
dilindungi dan hargai oleh setiap manusia.
h. David Beetham dan Kevin Boyle
Menurut David Beetham dan Kevin Boyle, pengertian HAM dan
kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual yang berasal dari
kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
5
2. Tujuan Hak Asasi Manusia
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Negara Hukum & Hak Asasi Manusia
1. KelebihanHAM
Mutlak
Perlindungandiri
Penegakdemokrasi
Kebebasan/merdeka
6
2. Kekurangan HAM
Penyalah gunakan Hak
Melangar hak orang lain
Lebih mengutamakan hak ketimbang kewajiban
Kurang adanya pedoman
7
Depok. (gambar 1.2) Adapun pencegahan tindak penipuan yaitu
perlunya hukum yang memberi jerah penipuan agar tidak merugikan
masyarakat lainnya. Dan ganti rugi terhadap para korban yang
dirugikan.
2. StudiKasusHakAsasiManusia
(Gambar2.1)
Pencegahan tindak rasisme terhadap kelompok maupun ras tertentu yaitu perlunya
ditanamkan sikap toleransi antar masyarakat Indonesia dan perlunya tindakan
hukum yang tegas.
Penganiayaan anak
(gambar 2.2)
Pencegahan tidak pemerkosaan yaitu perlu adanya penanaman nilai spiritual
tentang larangan pemerkosaan ataupun perlunya hukum yang tegas serta untuk
yang sudah jadi korban perlu adanya rehabilitasi terhadap korban.
8
Pemerkosaan anak dibawah umur
(gambar 2.3)
Umumnya tindakan ini pelakunya adalah orang tua sendiri atau keluarga terdekat.
Pencegahan tidak penganiayaan anak yakni perlu adanya keharmonisan dalam
rumah tangga agar tidak adanya kehancuran rumah tangga sehingga dapat
meminimalisir penganiyaan anak
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kami dapat menyimpulkan bahwa negara hukum mempunyai aturan yang telah
ditetapkan agar masyarakat mendapatkan kesejahteraan untuk memperhatikan
itu maka perlu mempertimbangkan faktor internal (HakAsasiManusia) dan
eksternal (masyarakat yang memahami dan menaati) agar terciptanya
masyarakat yang sejahtra, tentram, dan damai.
3.2 Saran
Untuk menyempurnakan Makalah ini sebaiknya perlu adanya asistensi terlebih
dahulu agar kami dapat memperbaiki kekurangan Makalah kami.
10
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Modul-Kuliah-Kewarganegaraan.pdf
Daftar link
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-ham.html
https://id.scribd.com/document/372334659/Tujuan-Negara-Hukum
https://www.ilmudasar.com/2017/07/Pengertian-Fungsi-Ciri-Tujuan-dan-
Jenis-HAM-adalah.html
https://belajargiat.id/hukum/
http://yudhiprasetyo2701.blogspot.com/2015/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
11