Anda di halaman 1dari 10

TUGAS II

PENULISAN ILMIAH

MENGUBAH KE MENDELEY - BLIBLIOGRAPHY

OLEH :

NAMA : NI MADE AYU SASKARANI


NIM : 18120706025

PROGRAM STUDI SI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DHYANA PURA BALI
2019
Mengidentifikasi Faktor – Faktor Penyebab Terjadinya
Stunting Pada Anak - Anak

ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengidentifikasi korelasi antara karekteristik status gizi anak, riwayat
ASI eksklusif, hyang kurang serta lingkungan yang buruk yang merupakan faktor
penentu terjadinya stunting pada anak.
Metode: Metode penelitian di Wilayah Kerinci menggunakan desain penelitian
Cross Sectional dengan metode cluster random sampling. Penelitian stunting di
Jakarta menggunakan observasional dan deskriptif dengan desain cross sectional
sedangkan di Guetamala menggunakan desaian penelitian analisis dengan
menyamakan dua populasi. Dan ketiga penelitian menggunakan desain penelitian
cross sectional dan regresi logistic.
Hasil: Pevalensi stunting din wilayah Kerinci adalah 46,9% dimana faktor penyebab
yang utama adalah pola atau tehnik dalam pemberian makan. Di Jakarta faktor
stunting dilihat dari karakteristik keluarga terutama dari segi pendapatan keluarga
bahwa keluarga dengan pendapatan di bawah upah minimum cenderung anaknya
mengalami stunting di banding keluarga dengan pendapatan diatas upah minimum.
Di Guetamala sanitasi yang buruk meliputi cara pengolahan air, sumber air, dan
letak geografis juga merupakan faktor pendukung terjadinya stunting.
Kesimpulan: Kejadian stunting pada anak-anak dapat di kurangi dengan
meningkatkan pemberian ASI Eksklusif, prilaku pemberian makan dengan baik.
faktor sosial ekonomi keluarga dan juga Hygine dan sanitasi lingkungan yang baik
dapat mengurangi kejadian stunting. Stunting pada anak-anak memiliki dampak
yang berkelanjutan dan merugikan generasi bangsa, gangguan kognitif, kesulitan
belajar dan memepengaruhi kesehatan. Sehingga saat dewasa nanti akan berakibat
lemahnya produktifitas yang akan mempengaruhi kesejahteraan keluarga dan
Ekonomi Nasional.
PENDAHULUAN

Stunting di difinisikan sebagai standar deviasi rata-rata tinggi badan anak


berada di bawah grafik pertumbuhan 1 Anak stunting tentunya akan mempengaruhi
terjadi peningkatan morbiditas, resiko penyakit tidak menular, obesitas saat dewasa
dan juga bisa terjadi kematian.
Prevalensi stunting di ASIA adalah 36% yang paling banyak ditemukan di ASIA
Selatan, dimana kejadian stunting terjadi hampir setengah dari semua balita.
Penelitian Kesehatan pada tahun 2013 menjelaskan kejadian stunting di pada balita
di Indonesia adalah 37,3%, prevalensi stunting di Jakarta tercapai 26,6%. Di Wilayah
Kerinci yang terletak di Pulau Sumatera kejadian stunting meningkat 14,5% pada
tahun 2017. Di Guetamala kejadian stunting merupakan urutan keenam terburuk di
Dunia dengan tingkat stunting 48% dan di daerah pedesaan di dataran tinggi barat
Guetamala tingkat stunting hampir 77% . 2
Kejadian stunting adalah masalah yang sulit diatasi karena tingginya jumlah
penyebab yang berpotensi stunting. Faktor-faktor penyebanya adalah kurangnya
asupan nutrisi, riwayat ASI yang tidak maksimal, hygine yang kurang, sanitasi yg
buruk seperti: tidak adanya air bersih, pengolahan air yang kurang bahkan prilaku
makan pada anak seprti paksaan dalam hal makan juga berpotensi terjadi stunting.
Faktor penentu stunting di wilayah Kerinci selain karakteristik demografi prilaku
orang tua dalam menentukan jenis makanan dan juga bagaimana prilaku dalam
pemberian makanan menjadi faktor penentu stunting.
Di Wilayah Jakarta Selatan karakteristik keluarga menjadi faktor utama stunting
pada anak yaitu sosial ekonomi dimana adalah penghasilan keluarga yang kurang
Di Guetamala faktor lingkunganlah yang paling dominan dimana sanitasi yg buruk
dan juga hygine yg kurang menjadi penyebab utamanya.
Keluarga adalah komponen penting status kesehatan seseorang. Tingkat
pengetahuan keluarga memiliki makna hubungan terhadap sikap dan prilaku
keluarga.

1 Lee E Voth-gaeddert and others, ‘International Journal of Hygiene and What Causes Childhood
Stunting among Children of San Vicente , Guatemala : Employing Complimentary , System-Analysis
Approaches’, International Journal of Hygiene and Environmental Health, January, 2018, 0–1
<https://doi.org/10.1016/j.ijheh.2018.01.001>.
2 Voth-gaeddert and others.
METODE

Pada Jurnal 1.Desain penelitian menggunakan cross sectional. Pengumpulan


data dengan melakukan pengukuran antropometri, pengamatan, penyebaran
kuisioner, pengumpulan data sekunder dari catatan kesehatan Ibu dan Anak di
bawah 5 tahun. Kuisioner diberikan untuk menilai respon anak terhadap makanan,
apakah anak menikmati makanannya , apakah lambat dalam hal makan dan juga
respon anak jika makan kurang atau berlebih. Sampel 290 anak dipilih secara acak
dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
Pada Jurnal 2: Penelitian menggunakan desain observasional, deskriptif dan
pendekatan cross sectional. Sampel 192 anak di bawah umur 5 tahun. Variabel yang
diukur adalah karekteristik keluarga dan juga pola pengasuhan gizi. Karakteristik
keluarga yang dimaksud tipe keluarga, pendapatan keluarga, pekerjaan, usia ibu,
tingkat pendidikan, berat badan lahir dan panjang badan lahirnya. Sementara pola
pengasuhan gizi anak meliputi pengetahun, sikap dan prilaku orang tua. Penelitian
ini menggunakan kuesioner yang di moditifikasi oleh 3
Pada Jurnal 3: Penelitian dengan tehnik pengumpulan data menggunakan
kuesioner yang diberikan langsung di dalam keluarga dan juga dilakukan
pengukuran langsung antopometri oleh penyedia layanan kesehatan meliputi tinggi
badan, berat badan, dan usia yang mengikuti pedoman WHO. 4. Desain penelitian
menggunakan analisis deskriptif karena selain pengukuran antopometri dilihat juga
kejadian diare pada anak serta riwayat menyusuinya juga di teliti.

3 Ressa Andriyani, Agus Setiawan, and Poppy Fitriyani, ‘Identifying Causal Risk Factors for Stunting
in Children under Five Years of Age in South Jakarta , Indonesia ଝ’, Enfermería Clínica, xx, 2019, 6–
11 <https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.04.093>.
4 Voth-gaeddert and others.
HASIL

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerinci bahwa kejadian


stunting dari analisis yang dilakukan menunjukkan prevalensi stunting dalam sampel
penelitia136 anak (46,9%) bahwa usia anak terkena stunting sebagian besar adalah
anak laki-laki, anak tidak menyusui secara eksklusif, status ekonomi yang kurang
dan skor terbanyak menunjukkan variable prilaku makan yaitu paksaan dalam hal
makan paling dominan.
Hasi penelitian yang dilakukan di wilayah Jakarta Selatan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara prevalensi dengan berat badan lahir, usia ibu,
tingkat pendidikan, pekerjaan keluarga, pengetahuan keluarga, pola nutrisi anak.
Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi terjadinya stunting pada anak-anak
adalah pendapatan keluarga, dimana keluarga dengan penghasilan rendah dari
upah minimum lebih cenderung anaknya mengalami stunting.
Hasil penelitian di Guetamala dimana ada hubungan yg signifikan terjadinya
stunting pada anak dimana faktor paling dominan adalah faktor lingkungan yaitu
sanitasi yang kurang, ketersediaan air bersih kurang, tidak adanya sumber air dan
juga hygine yg buruk, sehingga banyak terdapat kasus diare pada anak yang
mengganggu system pencernaan anak sehingga asupan nutrisi pun menjadi kurang
yang tentunya menjadi faktor penghambat pertumbuhan anak.
DISKUSI

Dilihat dari karakteristik anak di mana anak laki-laki lebih cenderung


mengalami stunting daripada anak perempuan karena anak laki-laki pola prilaku
makannya terhadap berbagai jenis makanan kurang dibanding anak perempuan.
Anak laki-laki cenderung lebih aktif dan memiliki prilaku makan yang buruk seperti
membeli camilan yang tidak aman agar rasa lapar terpenuhi dan juga anak laki-laki
nafsu makannya lebih besar sehingga makan lebih banyak asal mereka kenyang
yang menyebabkan orang tua tidak bisa memberi makanan pelengkap sebagai
makanan tambahan
Dilihat dari ASI Eksklusif mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
stunting dimana anak-anak yang kurang mendapat ASI secara eksklusif cenderung
menjadi stunting. Dimana ASI adalah makanan terbaik karena mengandung nutrisi
dan bioaktif yang dapat mencegah infeksi, meningkatkan system kekebalan anak
yang tentunya dengan kekebalan yang kuat akan mendukung pertumbuhan yang
optimal dan mengurangi resiko penyakit pada anak.
Dilihat dari pola makan anak memiliki pengaruh yang signifikan terjadi
stunting. Bagaimana cara orang tua dalam member makan anaknya, berapa banyak
yang harus di makan, orang tua harus tahu saat mana anaknya sudah merasa
kenyang sehingga anak mendapatkan makanan yang cukup sesuai kebutuhan
mereka.
Dilihat dari karakteristik keluarga yaitu tingkat pendidikan keluarga
mempengaruhi terjadinya stunting dimana orang tua dengan pendidikan yang tinggi
umumnya akan lebih sadar akan kesehatan keluarga khususnya dalam hal
pengasuhan nutrisi anak 5
Menurut sebuah studi oleh Zhang, Becares dan Chandola menunjukkan
faktor sosial ekonomi rumah tangga, termasuk pendapatan rumah tangga dan
pendidikan ibu adalah faktor penting terjadinya stunting pada anak. Pendapatan
rumah tangga yang kurang tentunya menjadi peluang kekurangan gizi pada anak.
Selain itu faktor pendidikan yang menjadi faktor pendukung dalam menentukan pola

5 Andriyani, Setiawan, and Fitriyani.


nutrisi anak baik kebutuhan makanan yg cukup dan jenis makanan yang harus di
konsumsi sehingga membantu mengurangi stunting pada anak
Dilihat dari karakteristik lingkungan, dimana sanitasi yang buruk seperti, tidak
adanya sumber air bersih, pengolahan air yang tidak benar, hygine yang buruk yang
menyebabkan meningkatnya angka kesakitan pada anak yang tentunya anak yang
sering sakit akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kejadian stunting pada
anak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jenis kelamin, riwayat ASI
eksklusif, paksaan dalam hal makan, sosial ekonomi juga mempengaruhi yang
tentunya keluarga dengan pendapatan yang kurang sehingga dalam hal memenuhi
kebutuhan nutrisi anak tidak bisa maksimal, faktor tingkat pendidikan keluarga juga
menjadi penentu stunting, dimana pendidikan yang rendah kan mempengaruhi
dalam hal pola pengasuhan nutrisi anak, yang mana di maksud disini jenis makanan,
jumlah kebutuhan nurtisi yang harus di konsumsi.
Faktor lingkungan juga ikut menjadi faktor pendukung kejadian stunting pada anak,
dengan sanitasi yang buruk, haygine yang kurang tentunya akan sangat
mempengaruhi kesehatan keluarga terutama anak-anak , yang tentunya dengan
kesehatan yang buruk akan mempengaruhi pertumbuhan anak sehingga cenderung
anak menjadi stunting.
DAFTAR PUSTAKA
1. Schrijner S, Smits J. Grandparents and Children’s stunting in sub-Saharan
Africa. Soc Sci Med [Internet]. 2018;205:90---8,
http://dx.doi.org/10.1016/j.socscimed.2018.03.037.
2. McGovern ME, Krishna A, Aguayo VM, Subramanian SV.AN review of the
evidence linking child stunting to economic outcomes. Int J Epidemiol.
2017;46:1171---91,
http://dx.doi.org/10.1177/15648265150361S103.
3. UNICEF, WHO, Group WB. Levels and trends in child malnutrition.
Jt Child Malnutrition Estim Ed [Internet]. 2017
http://www.who.int/nutgrowthdb/jme brochoure2017.pdf
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. Riset Kesehatan
Dasar dalam Angka Provinsi Jambi 2013. Jakarta; 2013.
5. Kementrian Keuangan RI. Penanganan Stunting Terpadu Tahun 2018
[Internet]; 2018. Available from: http://www.anggaran.
depkeu.go.id/content/Publikasi/stunting/Penanganan Stunting DJA.pdf
6. National Institute of Health Research and Development. Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013 [document on the internet]; 2013. Available from:
http://www.depkes.go.id/
Resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
7. Manary MJ, Solomons NW. Gizi kesehatan masyarakat gizi dan
perkembangan
anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
Department of Health, Ministry of Health Republic of Indonesia.
8. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI); 2007. Available
from: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/ uploads/2012/05/strategi-KIE
9. Millward, D.J., 2017. Nutrition, infection and stunting: the roles of deficiencies
of individual nutrients and foods, and of inflammation, as determinants of
reduced linear growth of children. Nutr. Res. Rev. 30, 50–72.
http://dx.doi.org/10.1017/ S0954422416000238
10. World Health Organization, 2008. Training Course on Child Growth
Assessment.

Anda mungkin juga menyukai