Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA SOSIAL

“Optimalisasi peran rumah binaan untuk membentuk kader dengan


militansi yang kuat dan pemahaman yang benar untuk mewujudkan
kemenangan dakwah kampus”

MAKALAH TRANSFORMERS
Disususun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti Transformation For
Muslimers

Oleh :
Ari Yuli Lestari
152154088

UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2017

3i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan
makalah dengan tema “REKAYASA SOSIAL” yang diberi Judul
“Optimalisasi peran rumah binaan untuk membentuk kader dengan
militansi yang kuat dan pemahaman yang benar untuk mewujudkan
kemenangan dakwah kampus”. Adapun makalah ini disusun untuk
memenuhi syarat mengikuti TRANSFORMERS KISI. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi isi maupun teknik penulisannya, karena keterbatasan kemampuan
yang penulis miliki. Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya maupun bagi pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, 18 November 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR .........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................2
C. Tujuan Makalah ......................................................................................2
D. Manfaat Makalah ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Rekayasa Perubahan Sosial..................................................3
B. Syarat-syarat terjadinya perubahan sosial..............................................4
C. Permasalahan organisasi KISI...............................................................4
D. Solusi yang ditawarkan..........................................................................6

BAB III PENUTUP


A. Simpulan .................................................................................................9
B. Saran .......................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................10

iii
BAB 1

Pendahuluan
a. Latar Belakang

Adanya rezim Soeharto membuat rakyat Indonesia khususnya


mahasiswa menjadi geram, atas dasar hal itu lahir berbagai organisasi
pergerakan mahasiswa yakni Dewan Mahasiswa, Lembaga Dakwah
Kampus dsb. Lembaga Dakwah Kampus, didirikan atas dasar
pembungkaman aspirasi mahasiswa pada saat itu, dimana usaha
pembungkaman gerakan mahasiswa ini dikemas dengan nama yang unik
“normalisasi”. Normalisasi ini kemudian melahirkan SK No. 0156/U/1978
tentang Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Disusul dengan SK No.
0230/U/J/1980 tentang Pedoman Umum Organisasi dan Keanggotaan
Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK).
NKK/BKK adalah kebijakan pemerintah untuk mengubah format
organisasi kemahasiswaan dengan melarang mahasiswa terjun kedalam
politik praktis. Sejak tahun 1978 itulah, NKK/BKK diterapkan di kampus,
aktivitas kemahasiswaan terkonsentrasi di kantong-kantong himpunan
jurusan dan fakultas. Mahasiswa dipecah-pecah dalam disiplin ilmu
mereka masing-masing, ditambah lagi dengan adanya sistem SKS yang
menurunkan masivitas gerakan mahasiswa. (Amin Sudarsono 2010 : 14)
LDK KISI sebagai salah satu wadah pergerakan mahasiswa islam di
ranah kampus Universitas Siliwangi memiliki peran besar dalam
mewujudkan kapmus UNSIL madani sebagaimana disebutkan dalam visi
organisasi ini. Yususf Qordhawi dalam Maulana Jannah (2014 : 14)
mengatakan bahwa kunci keberhasilan setiap gerakan yang menciptakan
perubahan sosial terletak pada penyiapan jiwa (afektif), pembentukan
perasaan dan pendidikan akhlak, yang mengubah sikap setiap individu.
Lalu dengan jalan itu berubahlah masyarakat dari suatu keadaan kepada
keadaan yang lain.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.” (Q.S. Ar-Ra’d : 11)
Banyaknya kader sebenarnya adalah ujian untuk organisasi dakwah
ini, bagaimana organisasi ini mengelola banyaknya kader baik secara
fikriyah, ruhaniyah dan jasadiyah sehingga tercipta kesinambungan antara
kuantitas dan kualitas kader. Kenyataannya sekarang, dengan melakukan

1
survey sederhana dari 7 kader KISI, ketika ditanya apa visi dan misi KISI
di kampus UNSIL sebagian besar hanya menjawab “Apa ya?” hanya satu
yang menjawab “menjadikan UNSIL sebagai kampus Madani” dari data
tersebut terlihat bahwa banyaknya kader tidak menjamin organisasi
dakwah ini melesat cepat, bagaimana bisa melesat cepat jika tujuan yang
akan dicapai tidak diketahui secara jelas oleh para kader yang mengaku
sebagai kader dakwah KISI. Hal ini menjadi perhatian khusus untuk semua
baik demisioner kisi yang masih aktif, pengurus, dan anggota lain untuk
memperbaiki kondisi internal utama pemahaman kader KISI tentang
medan juangnya.
Banyaknya kader juga seharusnya bisa menjadi keuntungan dan
mempercepat gerakan dakwah di kampus, hanya saja jika diri dari setiap
kader tidak diberi pemahaman tentang visi dan misi dari gerakan
organisasi yang mereka bawa, nantinya kader yang banyak tersebut sama
seperti buih di lautan bergerak tanpa arah dan tujuan yang jelas. Oleh
karena itu, diperlukan strategi khusus untuk membentuk pemahaman dan
militansi kader.
Atas dasar permasalahan tersebut, penulis ingin membahas lebih
lanjut tentang solusi yang bisa diberikan guna menciptakan kader dakwah
KISI yang unggul dan memiliki militansi yang kuat dengan menggunakan
konsep rekayasa perubahan sosial.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Rekayasa Perubahan Sosial?
2. Bagaimana rekayasa perubahan sosial dapat terjadi?
3. Apa saja permasalahan yang dihadapi kader KISI saat ini?
4. Solusi apa yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
tersebut?

c. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian rekayasa perubahan sosial
2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya dan keberhasilan
rekayasa perubahan sosial
3. Untuk mengetahui permasalahan apa saja yang dihadapi oleh kader
KISI?
4. Untuk mengetahui solusi penyelesaian masalah tersebut.

d. Manfaat Penulisan
Menambah pengetahuan untuk penulis dan pembaca tentang
konsep rekayasa perubahan sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rekayasa Perubahan Sosial
Perbuahan Sosial merupakan suatu gejala sosial yang dapat
diidentifikasi berdasarkan dua perspektif, yaitu perspektif nilai-nilai agama
dan perspektif teori sosiologi. Dua pisau analisis ini bisa digunakan untuk
melihat kondisi yang sedang terjadi dalam kehidupan manusia.(Maulana
Janah : 6)
Perubahan Sosial muncul karena adanya ide-ide baru dan penemuan
baru, sebagai upaya manusia untuk mengatasi kehidupannya, keinginan
untuk melangsungkan kehidupan yang lebih baik juga merupakan
kepentingan yang berhubungan dengan individu, keluarga, masyarakat
serta kelompok-kelompok sosial lainnya.(Maulana Janah : 17)
Factor-faktor Perubahan Sosial menurut Maulana Janah (2014), adalah
sebagai berikut :
1. Faktor Sunah Kauniyah (Alamiah)
2. Faktor Keturunan (Biologis)
3. Faktor Kemajuan Ilmu Pengetahuan
4. Faktor Kebudayaan dan Peradaban
5. Faktor Politik dan Kekuasaan
6. Faktor Pembangunan

Perubahan Sosial dalam kehidupan amusia ada yang direncanakan dan


dikehendaki yakni perubahan ini diwujudkan karena ada tujuan-tujuan
tertentu yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak pencetus
perubahan yang dinamakan agent of change. Dalam melancarkan agenda-
agenda perubahan tersebut agen perubahan harus merumuskan agenda-
agenda perubahan secara jelas dan tetap dalam pengendalian dan
pengawasan. Identifikasi permasalahan secara matang harus dilakukan
agar solusi-solusi perubahan sesuai dengan harapan. Suatu perubahan
sosial yang dilakukan oleh para pelaku perubahan harus mampu membuat
suatu proses rekayasa sosial yang matang.
Rekayasa sosial (social engineering) pada prinsipnya berupaya
mengubah masyarakat ke arah yang dikehendaki. Dengan kata lain,
rekayasa sosial merupakan perubahan sosial yang direncanakan (planned
social change). Dalam rekayasa sosial diupayakan kiat-kiat dan strategi-
strategi untuk menjadikan kehidupan sosial menjadi lebih baik. (Said
Romadlan : 84)
Setiap proses perubahan sosial selalu ada faktor-faktor yang
memengauhinya diantaranya :
a. Faktor pelancar: Toleransi, Sistem Terbuka, Heterogenitas, rasa
tidak puas, karakter masyarakat, disorganisasi sosial, pendidikan,
ideologi

3
b. Faktor penghalang : terasing, kegoyahan integrase, kepentingan
yang tertanam, prasangka, adat-istiadat dan tertutup dari ilmu
pengetahuan.

B. Syarat-syarat terjadinya perubahan sosial


Menurut (Maulana Jannah : 2014)
“Berbicara tentang Rekayasa Sosial, tidak terlepas dari adanya
perubahan sosial yang diharapkan sehingga perlu adanya rekayasa.
dalam melakukan rekayasa sosial ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, dimana hal-hal ini menjadi syarat-syarat perubahan
sosial yakni :
1. Adanya interaksi sosial
Setiap proses interaksi sosial yang didasarkan pada perubahan
sosial senantiasa memiliki kepentingan yang nyata dari para
agen perubahan sosial. Suatu perubahan sosial tidak akan terjadi
jika individutidak pernah melakukan proses interaksi sosial.
2. Arah gerakan yang jelas
Perubahan sosial harus berangkat dari konsepsi pemikiran yang
berkaitan dengan materi dan arah gerakan perubahan. Hal ini
bisa meliputi 5 paradigma yaitu : ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan hankam.
3. Kematangan ideologi
Ideologi merupakan ruh bagi setiap actor yang ingin melakukan
perubahan. Ini merupakan tanggung jawab yang mesti dipikul
oleh gerakan perubahan.
4. Pelaku perubahan
Setiap perubahan sosial terjadi karena digerakkan oleh aktor-
aktor yang memiliki cita-cita untuk melakukan perubahan sosial.
5. Gagasan dan cita-cita yang besar
Walaupun bersifat abstrak, gagasan memiliki kekuatan dan
pengaruh yang besar terhadap perubahan realitas. Suatu gagasan
muncul karena respon terhadap realitas yang berkembang.
6. Momentum perubahan
Dalam melakukan proses perubahan sosial ditengah-tengah
masyarakat, diperlukan proses identifikasi terhadap kondisi yang
sedang dan yang akan terjadi. Para agen perubahan sosial
semestinya peka terhadap perkembangan yang terjadi
dilingkungannya”

C. Permasalahan dalam organisasi KISI


Permasalahan kader KISI yang penulis tulis disini sangat bersifat
subjektif karea hanya berdasar pemikian penulis pribadi. Melalui survey
sederhana yang dilakukan penulis dari 7 kader KISI, ketika ditanya apa
visi dan misi KISI di kampus UNSIL sebagian besar hanya menjawab
“Apa ya?” hanya satu yang menjawab “menjadikan UNSIL sebagai
kampus Madani” dari data tersebut terlihat bahwa hanya 1 dari 7 kader
KISI yang setidaknya mengetahui arah geraknya. Banyaknya kader tidak

4
menjamin organisasi dakwah ini melesat cepat, bagaimana bisa melesat
cepat jika tujuan yang akan dicapai tidak diketahui secara jelas oleh para
kader yang mengaku sebagai kader dakwah KISI. Berikut ini adalah visi
dan misi LDK KISI
Visi : KISI sebagai rumah dan pelita yang bergerak selaras untuk UNSIL
dan Indonesia Madani
Misi :
 Mewujudkan manajemen organisasi yang solid dan professional
 Mewujudkan mentoring yang berkelanjutan untuk seluruh mahasiswa
unsil
 Menyiarkan nilai-nilai islam secara menyeluruh dan menyentuh
civitas akademika UNSIL
 Mewujudkan system kaderisasi yang dapat memenuhi profil kader
KISI?
 Menyelaraskan pergerakan dakwah di Universitas, Fakultas dan
Jurusan
 Menjadikan KISI sebagai pusat kajian Islam di kampus UNSIL
 KISI mandiri Finansial
 Optimalisasi peran FSLDK, alumni, dan seluruh civitas akademika
UNSIL.

Menurut penulis permasalahan yang dihadapi oleh KISI berasal dari


internal KISI itu sendiri, diri yang terlalu senang bermalas-malasan, yang
tidak mau membuka diri dengan sesama kader, kurang dewasa. Diri kita
yang juga menjadi budak kekecewaan, budak pemikiran, budak figuritas,
budak kepentingan dan budak tujuan pribadi. Diri kita yang hanya bisa
kecewa dan marah. Inilah penghalang bagi kemajuan kita (KISI) hari ini.
Tidak paham arah gerak menjadi salah satu penghambat pasifnya
gerakan dakwah ini. Kader KISI bukan hanya yang sudah memahami arah
geraknya dan memahami dakwah, kebanyakan dari mereka juga orang-
orang yang baru menginjakkan kaki di jalan hijrah dan masih harus
dipahamkan tentang apa itu “dakwah” dan perlu banyak perbaikan dari
sisi pemahaman keislamannya. Penulis berpandangan bahwa
pembentukan kader dengan militansi yang kuat dan pemahaman yang
benar harus menjadi hal utama dan hal pertama yang harus di perbaiki.
Karena pembentukan individu yang baik adalah tingkatan awal dalam
pembentukan masyarakat madani.

D. Solusi yang ditawarkan


a. Pentingnya rumah binaan
Berangkat dari tingkatan amal yang dituntut dari seorang imam
besar pencetus gerakan tarbiyah yakni imam Hasan Al-Banna,
tingkatan amal itu terdiri atas:

5
1. Perbaikan diri sendiri, sehingga menjadi orang yang kaut
fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari
penghidupan, selamat akidahnya, benar ibadahnya, pejuang
bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi
urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain.
2. Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan
keluarga agar mengahrgai fikrahnya, menjaga etika islam
dalam setiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih
istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan
kewajibannya, mendidik anak-anak dan oemabnunya dengan
pendidikan yang baik, serta membimbing mereka dengan
prinsip=prinsip islam.
3. BImbingan masyarakat, yakni degan menyebarkan dakwah,
memerangi perilaku yang kotor dan mungkar, mendukung
perilaku utama, amar ma’ruf, bersegera melakukan kebaikan,
menggiring opini umum untuk memahami fikrah Islamiyah dan
mencelup praktik kehidupannya terus-menerus.
4. Pembebasan tanah air dari setiap penguasa asing-non islam-
baik secara politik, ekonomi, maupun moral.
5. Memperbaiki keadaan pemerintah sehingga menjadi
pemerintah islam yang baik.
6. Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk
kemaslahatan islam.
7. Penegakan kepemimpinan dunia denga penyebaran dakwah
islam di seantero negeri.

Perbaikan diri sendiri menjadi topik perbaikan utama yang


dibahas dalam makalah ini sejalan dengan pendapat Ahmad Atian
(2010:37) bahwa “ Perbaikan intenal merupakan tahapan pertama
dalam proyek “Menuju kemenangan DK”. Kondisi internal DK
yang kuat akan mengantarkan kita kepada kemenangan DK yang di
harapkan.”
Dalam proyek perbaikan internal dibutuhkan 4 bentuk
kekuatan jiwa yang di sampaikan oleh Imam Hasan Al-Banna
“Umat atau kelompok yang ingin membina diri, mewujudkan cita-
cita dan membela prinsip-prinsip yang diyakininya membutuhkan
kekuatan jiwa yang terkekspresikan dalam beberapa hal, yaitu :
1. Tekad membaja yang tidak akan pernah melemah
2. Kesetiaan yang teguh
3. Pengorbanan besar
4. Mengenali, mengimani dna menghargai prinsip yang dapat
menghindarkan diri dari kesalahan, penyimpangan, sikap tawar-

6
menawar dalam masalah prinsipil, dan tertipu dengan prinsip
lain.

Rumah binaan menjadi solusi yang penulis tawarkan atas


permasalahan yang telah di paparkan sebelumnya. Disamping
adanya mentoring dan kajian rutin yang dilaksanakan oleh
pengurus, rumah binaan menjadi sarana pembinaan kader secara
intensif dan sekaligus sebagai sara pengawasan aktivitas kader.
b. Rumah Binaan dengan konsep Rekayasa Perubahan Sosial
Diperlukan analisis SWOT dalam mengaplikasikan rekayasa
sosial ini, yakni :
Strengh: Penyadaran ummah
Weakness : Proses ini akan berlangsung lama
Oppurtinity :Membina kader lebih ekslusif. mudah
merencanakan proyeksi untuk kesuksesan kampus
tidak terbatas waktu dan tempat
Treath : Adanya orang lain yang menyamakan strategi ini

Unsur-unsur perubahan dalam rumah binaan :


1. Misi menjalankan amalan yaumi dangan baik dan kajian
keislaman secara rutin dan berkelanjutan
2. Tujuannya menjadi wadah pembinaan intensif untuk
menciptakan kader yang benar dalam pemahaman dan
memiliki militansi yang kuat
3. Pelaku perubahan didalamnya adalah pengurus yang lebih dulu
terbina atau ustadz dan ustadzah yang bersedia untuk
membina.

Untuk merealisasikan transformasi nilai yang diharapkan ke


dalam individu dalam rumah binaan, proses yang sering
diaplikasikan dengan model masukan-keluaran atau disebut juga
dengan “model kotak hitam”
Masukan => => Keluaran
Proses perubahan sosial yang ingin dilakukan oleh para agen
perubahan sosial harus bertumpu pada nilai-nilai sosial yang
dibawanya. (Maulana Jannah : 69)
Solusi ini adalah solusi jangka panjang yang bisa diterapkan
jika ada tekad kuat untuk membuat perbaikan dan goal yang
diharapkan nantinya yakni kemenangan dakwah kampus bisa
terwujud karena adanya pencerdasan ummat didalam rumah binaan
tersebut. melihat UNSIL saat ini adalah kampus yang sudah megeri
jadi akan banyak mahasiswa perantau yang menuntut ilmu di
kampusnUNSILnini.

7
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kemenangan Dakwah Kampus menjadi hal yang mustahil jika para
pengemban dakwah itu sendiri tidak memiliki karakter seorang kader
dakwah yang sesungguhnya yang sesuai dengan 10 muwashoffat muslim.
Melihat kondisi kader KISI saat ini, penting untuk melakukan pembinaan
yang instensif apalagi kondisi zaman yang telah berubah dan banyak
tantangan yang akan dihadapi oleh kader KISI itu sendiri jika kader
dakwah tidak memiliki pemahaman yang benar dan militansi yang kuat
sangat sulit untuk mewujudkan citi-cita kemenangan karena masyarakat
madani hanya akan terbentuk melalui individu yang baik.
Rumah binaan kader dakwah menjadi salah satu solsui untuk
menanamkan pemahaman keislaman dan pemahaman dakwah kepada
kader KISI. Dengan menerapkan rekayasa sosial didalamnya diharapkan
rumah binaan menjadi kotak hitam menuju kemenangan dakwah kampus
UNSIL.
B. Saran
Saran untuk pengemban dakwah dimanapun berada, tidak ada da’i
yang tercipta dan terbentuk begitu saja. Kader dengan jiwa dan semangat
yang kuat dan pemahaman yang benar harus dibentuk dan diciptakan
melalui pembinaan, penanaman ideologi dan pemahaman yang benar. Akar
yang kuat akan menghasilkan tumbuhan yang kokoh dengan daunnya yang
lebat, bunganya yang harus dan buahnya yang bermanfaat untuk orang
banyak.

8
DAFTAR PUSTAKA

Atian, Ahmad.(2010).Menuju Kemenangan Dakwah Kampus.Solo : PT Era


Adicitra Intermedia

Hawwa, Said.(1999).Membina Angkatan Mujahid.Solo : Era Intermedia

Janah, Maulana.(2014).Rekayasa Perubahan Sosial.Mitra Pemuda

Romadlan, Said.(2013). Rekayasa Sosial (Social Engineering) Adopsi Teknologi


Komunikasi (Internet) Di Kalangan Pondok Pesantren Muhammadiyah.
Tersedia:http://lemlit.uhamka.ac.id/files/maqrav2n2_2013_11_said-
hal.pdf. Diakses pada : 18 November 2017

Sudarsono, Amin.(2010).Ijtihad Membangun Basis Gerakan.Jakarta Timur: Muda


Cendekia

9
 Salah seorang pemetik manfaat dari Rubin Umar bin Khattab adalah Wihardodo
(24th), yang biasa dipanggil Dodo. Dodo menceritakan bahwa dirinya dapat
membaca Al Qur’an adalah ketika masuk Rubin, selain karena teman-teman
serumah yang mendorongnya untuk semangat belajar baca Al Qur’an, materi-
materi pembinaan yang di dapatkan selama tinggal di Rubin ini menyadarkan ia
akan pentingnya memahami Islam lebih banyak lagi.

 Ibu Anisah orang tua Dodo juga terharu, semenjak anaknya tinggal di rumah
binaan (rubin) Umar bin Khattab selama kuliah di Bandung, putra pertamanya
berubah menjadi anak yang lebih sholeh. Menurutnya, Dodo bersikap lebih
dewasa bahkan tak segan menegur kami dengan lemah lembut manakala kami
melakukan pelanggaran terhadap Syariat Islam. Contohnya waktu itu Ibu Anisah
pernah diingatkan dosa riba karena terlibat peminjaman di bank.

 lingkup pemberian solusi dengan permasalahan yakni dampak ghazwul fikr


lahirlah praktik sosial kebaratan contoh hedonisme, sikap apatis, individualis,
academic priority, pergaulan bebas yang dirangkum menajdi 3 aspek yakni, fun,
food and fashion, jauh dari nali-nilai keagamaan.. solusi yang ditawarkan oleh
penulis selaku kader kammi aan LDK adalah

 1. mempersiapkan diri sendiri agar bisa membina dan menjadi teladan mahasiswa
lain(bisa melalui halaqoh ataupun kajian-kajian yang menambah wawasan ilmu
keislaman) dan kader lain menjadi teladan dan percontohan untuk mahasiswa lain

 2. melakukan pendekatan peer to peer berusaha menjadikan diri sebagai solusi


permasalahn teman, mengajak teman- teman minimal dari lingkungan kelas
untuk mengikuti mentoring dan kajian bersama

 3. membina atau menjadi pementor yang tdak hanya membina satu atau dua
orang elinkan 5-10 orang.

 4. jika menjadi salah satu kader yang masuk ke dalam lembaga kemahasiswaan,
buatlah kebijakan dan aturan-aturan yang sifatnya membangun pribadi
mahasiswa unsil yang islami. contoh: dalam hal pakaian mislanya wajib
menggunakan rok untuk mahasiswi muslim disetiap hari jumat.

 sebelum memulai suatu rapat wajib membaca al-quran min 5 baris.

 sesibuk apapun rapat dan kegiatan yang sedang berlangsung, berusaha untuk solat
tepat waktu

 5. Pengajuan legalitas mentoring baik dari LDK maupun jurusannya.

 program keagaaman yang sdh dilegalkan oleh pihak rektorat yaitu B2HQ yang
merupakan langkah awal untuk membumikan al-quran di kampus universitas
siliwangi.

10

Anda mungkin juga menyukai