Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Etika menentukan standar sejauh mana dalam tingkah laku dan
pengambilan keputusan dianggap baik atau buruk. Tanggung jawab sosial
adalah bentuk kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan
masyarakat serta organisasi itu sendiri. Etika manajemen dan tanggung
jawab sosial merupakan aspek yang paling penting dalam melaksankan
aktivitas rumah sakit demi terjaminnya kelangsungan rumah sakit. Untuk itu,
perlu adanya penerapan dari etika manajeman dan tanggung jawab sosial.
Penerapan etika manajemen dan tanggung jawab sosial bukan hanya
menjadi tanggungan bagi direktur atau pipinan melainkan juga karyawan
rumah sakit. Tak hanya itu, partisipasi dari masyarakat dan pemerintah juga
diperlukan dalam lingkup ini.

B. TUJUAN
Memberikan gambaran tentang etika manajemen dengan tujuan
sebagai pedoman bagi staf Rumah Sakit, sehingga terdapat kesamaan
pandangan dan tindakan dalam menjalankan upaya penerapan etika
manajemen

BAB II
ETIKA MANAJEMEN

1
Etika adalah satu kepercayaan, standar, atau pemikiran yang mengisi
suatu individu, kelompok atau masyarakat. Etika juga diartikan sebagai sistem
dari prinsip-prinsip moral atau aturan untuk bertindak. Etika menyangkut
perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap peristiwa penting dalam
hidupnya. Isu etika hadir dalam sebuah situasi ketika tindakan yang dilakukan
oleh seseorang atau sebuah organisasi dapat menimbulkan manfaat atau
kerugian bagi yang lain.
Etika dalam organisasi atau etika manajemen perhatiannya meliputi
tiga hal yaitu:
1. Hubungan rumah sakit dengan karyawan
2. Hubungan karyawan dengan organisasi
3. Hubungan rumah sakit dengan pihak luar

A. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Etika Manajemen


Hampir semua dilema etika melibatkan suatu konflik antara
kebutuhan sebagian dan keseluruhan individu dengan rumah sakit, rumah
sakit dengan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Kadang-kadang suatu
keputusan etika menimbulkan konflik antara dua pihak. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi etika manajemen dalam mengambil keputusan yaitu
hukum, peraturan pemerintah, kode etik rumah sakit, dan tegangan antara
standar perorangan dan kebutuhan rumah sakit. Para direktur yang
menghadapi jenis pilihan etis yang sulit, sering memanfaatkan suatu
pendekatan normatif yang berdasarkan norma dan nilai-nilai untuk
membimbing pembuatan keputusan mereka. Etika normatif menggunakan
beberapa pendekatan untuk menggambarkan nilai-nilai acuan dalam
pembuatan keputusan yang etis. Empat diantaranya yang relevan bagi para
direktur adalah pendekatan manfaat, pendekatan individualisme,
pendekatan hak-hak moral, dan pendekatan keadilan.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Etik

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

2
1. Direktur
Direktur membawa pengaruh berupa kepribadian dan perilaku
terhadap pekerjaan. kebutuhan pribadi, pengaruh keluarga, dan latar
belakang agama, seluruhnya membentuk sistem nilai seorang direktur.
Karakteristik pribadi yang khusus, seperti kekuatan ekonomi,
kepercayaan diri, dan rasa kemandirian yang kuat, memungkinkan para
direktur untuk membuat keputusan yang etis. Salah satu perilaku pribadi
yang penting adalah tahap pengembangan moral. Riset telah
menunjukkan bahwa nilai-nilai sebuah rumah sakit sangat mempengaruhi
perilaku karyawan dan pembuatan keputusan. Sebagian besar rumah
sakit, para karyawan percaya bahwa jika mereka tidak mengikuti nilai-
nilai etika yang diekspresikan pekerjaan mereka akan berada dalam
bahaya atau mereka tidak akan cocok berada di sana. Budaya
merupakan suatu kekuatan yang besar karena budaya mendefinisikan
nilai-nilai rumah sakit. Aspek organisasi lainnya, seperti aturan dan
kebijakan yang eksplisit, sistem penghargaan, sejauh mana rumah sakit
memperhatikan karyawannya, sistem seleksi, penekanan pada standar
hukum dan profesional serta proses kepemimpinan dan pengambilan
keputusan juga dapat mempengaruhi nilai etika dan proses pengambilan
keputusan oleh direktur

2. Tanggung jawab sosial


Tanggung jawab sosial berarti manajemen harus
mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dalam mengambil
keputusan. Tanggung jawab sosial merupakan konsep yang sukar untuk
dipahami, karena orang yang berbeda memiliki keyakinan yang berbeda
mengenai tindakan apa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Yang lebih sulit lagi, tanggung jawab sosial mencakup sejumlah isu,
kebanyakan diantaranya bersifat ambigu terkait dengan masalah benar
atau salah. Terdapat dua pandangan terhadap pelaksanaan tanggung

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

3
jawab sosial. Pertama, menganggap rumah sakit bagian dari
masyarakat, maka harus melakukan tanggung jawab sosial demi
kemakmuran masyarakat. Kedua, menganggap rumah sakit tidak perlu
menjalankan tanggung jawab sosial karena bertentangan dengan tujuan
ekonomi rumah sakit sebab mengurangi pendapatan.

Bentuk tanggung jawab sosial


Rumah sakit harus memberikan perhatian terhadap masalah sosial
dan lingkungan dengan melaksanakan tanggung jawab sosial misalnya
dalam bentuk program CSR (Corporate Social Responsibility). Melaui
CSR akan tercipta hubungan yang harmonis antara rumah sakit dan
lingkungan sebagai syarat terjaminnya kelangsungan bisnis mereka.
Aspek-aspek yang mendukung CSR antara lain adanya etika bisnis yang
dijadikan pedoman dalam berbisnis dan adanya masalah masalah
lingkungan. Apabila rumah sakit membangun suatu basis komunitas,
mereka menjadi bagian dari komunitas dan mengandalkan padanya akan
pelanggan maupun karyawannya.

C. Mengevaluasi Kinerja Sosial Rumah sakit


Tanggung jawab sosial rumah sakit dapat dibagi ke dalam empat
kriteria. Semua tanggung jawab tersebut disusun dari atas ke bawah
menurut tingkat kesulitan dan frekuensi yang dialami oleh para direktur
ketika menangani permasalahan tersebut, meliputi :
 Tanggung Jawab Ekonomi, pandangan ini mengatakan bahwa rumah
sakit harus dioperasikan dengan basis orientasi laba, dengan misi
tunggalnya yaitu meningkatkan labanya selama berada dalam peraturan
permainan
 Tanggung Jawab Legal, mendefinisikan apa yang dianggap penting oleh
masyarakat sehubungan dengan perilaku rumah sakit yang layak

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

4
 Tanggung Jawab Etika, meliputi perilaku yang tidak perlu disusun dalam
undang-undang dan boleh tidak melayani kepentingan ekonomi langsung
rumah sakit
 Tanggung Jawab Diskresioner, murni suka rela dan dituntun oleh
keinginan sebuah rumah sakit untuk memberi kontribusi sosial yang
tidak diperintahkan oleh ekonomi, undang-undang, atau etika

D. Mengelola Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Rumah sakit


Banyak direktur peduli pada perbaikan iklim etika dan tanggung
jawab sosial rumah sakit mereka. Mereka tak ingin dikejutkan atau dipaksa
masuk ke dalam posisi obstruktif atau defensif. Seperti yang dikatakan salah
seorang ahli pada topik etika, Manajemen bertanggung jawab untuk
menciptakan dan menopang kondisi di mana orang- orang harus menjaga
kelakuan mereka sendiri. Para direktur harus mengambil langkah-langkah
aktif untuk memastikan bahwa rumah sakit berdiri dengan dasar etika.

E. Hasil Penerapan Etika Manajemen Dan Tanggung Jawab Sosial


Banyak rumah sakit menyadari bahwa ukuran kesuksesan bukan
hanya dari laporan keuangan, melainkan dari etika dan tanggung jawab
sosial rumah sakit dengan kinerja keuangannya menjadi perhatian baik bagi
para direktur maupun manajemen. Salah satu hal yang diperhatikan direktur
adalah apakah menjadi warga negara yang baik akan membawa dampak
buruk bagi kinerja rumah sakit. Sejumlah studi telah dilakukan untuk
menentukan apakah peningkatan etika dan respon sosial meningkatkan
atau menurunkan performa keuangan. Studi tersebut memberikan hasil
yang bervariasi namun umumnya menemukan suatu hubungan kecil yang
positif antara tanggung jawab sosial dan kinerja keuangan.

F. Isu-Isu Etika Administratif

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

5
Potensi isu etika administratif yang pertama terkait dengan
kepemimpinan dan manajemen di rumah sakit. Fungsi manajemen
mencakup antara lain kegiatan menentukan obyektif, menentukan arah dan
memberi pedoman pada organisasi. kegiatan-kegiatan kepemimpinan dan
manajemen ini paling sensitif secara etis. Artinya dalam pelaksanaannya
seorang direktur sangat mudah disadari atau tidak melanggar asas-asas
etika beneficence, nonmaleficence, menghormati manusia dan berlaku adil.
Apalagi jika Direktur Rumah Sakit berperilaku diskrimatif dan menerapkan
standar ganda. Ia menuntut orang lain mematuhi standar-standar yang
ditetapkan. Sedangkan ia sendiri tidak mau memberi teladan sesuai dengan
standar-standar itu.
Potensi isu etika administratif berikutnya adalah tentang privasi.
Privasi menyangkut hal-hal konfidensial tentang pasien, seperti rahasia
pribadi, kelainan atau penyakit yang diderita, keadaan keuangan, dan
terjaminnya pasien dari gangguan terhadap ketersendirian yang menjadi
haknya. kewajiban etis rumah sakit untuk menjaga dan melindungi privasi
dan kerahasiaan pasiennya. Harus di akui, hal itu tidak selalu mudah.
Misalnya kerahasiaan rekam medis pasien sukar dijaga, karena rumah sakit
modern data dan informasi yang terdapat di dalamnya terbuka bagi begitu
banyak petugas yang karena kewajibannya memang berhak punya akses
terhadap dokumen tersebut. Dapat juga terjadi dilema etika administratif,
jika terjadi keterpaksaan membuka kerahasiaan karena suatu sebab di satu
pihak lain kewajiban moral untuk menjaganya.
Persetujuan tindakan medis (Informed consent). Masalah etika
administratif dapat terjadi, jika informed consent tidak dilaksanakan
sebagaimana seharusnya, yaitu persetujuan yang diberikan secara sukarela
oleh pasien yang kompeten kepada dokter untuk melakukan tindakan medis
tertentu pada dirinya, setelah ia diberi informasi yang lengkap dan
dimengerti olehnya tentang semua dampak dan resiko yang mungkin terjadi
sebagai akibat tindakan itu atau sebagai akibat sebagai tidak dilakukan

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

6
tindakan itu. Dalam banyak hal, memang tidak terjadi banyak masalah etika,
jika intervensi medis berjalan aman dan outcome klinis sesuai dengan apa
yang diharapkan semua pihak.
Tetapi, dapat saja terjadi suatu tindakan invansif ringan yang rutin
dikerjakan sehari-hari misalnya pendektomi berakibat fatal. Kasus demikian
dapat menjadi penyesalan berkepanjangan. Dapat juga terjadi dilema etik
pada dokter dirumah sakit, yang tega mengungkapkan informasi yang
selengkapnya kepada pasien, karena ia tahu jika itu dilakukan pasien akan
jadi bingung, panik, dan takut sehingga ia minta dipulangkan saja untuk
mencari pengobatan alternatif. Padahal dokter percaya bahwa tindakan
medik yang direncanakan masih besar kemungkinannya untuk
menyelamatkan pasien.
Dilema etika administratif berikutnya di rumah sakit dapat terjadi
berhubung dengan faktor-faktor situasi keuangan. Contoh-contoh berikut ini
terjadi sehari-hari.
1. Apakah kemampuan pasien membayar uang muka adalah faktor yang
mutlak bagi rumah sakit untuk memberikan pertolongan kepadanya.
Karena pertimbangan tertentu, pemilik atau manajeman rumah sakit
mengalokasikan dana yang terbatas untuk proyek tertentu,dan dengan
demikian mengakibatkan kebutuhan lain yang mungkin lebih mendesak,
lebih besar manfaatnya, dan lebih efektif biaya.
2. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap dokter tertentu sangat tinggi tarif
jasanya. Jika ditegur ia pasti akan marah, dan mungkin akan hengkang
ke rumah sakit lain. Padahal ia patient getter yang merupakan ‘telur
emas’bagi rumah sakit.
3. Bagaimana sikap terhadap pasien yang kurang tepat waktu melunasi
piutang periodiknya, Padahal ia sangat memerlukan tindakan khusus
lanjutan.

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

7
4. Untuk rumah sakit milik pemodal, bagaimana sikap manajemen jika ada
konflik kepentingan antara kebutuhan pasien dengan keingginan
pemegang saham yang melihat sesuatu hanya dari perhitungan bisnis.
5. Bagaimana jika ada konflik kepentingan antara pemilik, manajemen dan
para klinis yang akar masalahnya adalah soal keuangan dan
pendapatan. Bagaimana sikap manajemen terhadap dokter tertentu
yang dapat diduga melakukan moral hazard dengan berkolusi dengan
PBF.
6. Bagaimana sikap rumah sakit terhadap teknologi mahal; disatu pihak
diperlukan untuk meningkatkan posisi dan citra rumah sakit, di pihak lain
potensi moral hazard juga tinggi demi untuk membayar cicilan kredit
atau leasing.

BAB III
PENUTUP

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

8
Etika berhubungan dengan nilai-nilai internal yang merupakan sebagian
dari budaya rumah sakit dan membentuk keputusan mengenai tanggung jawab
sosial yang berkaitan dengan lingkungan eksternal. Tanggung jawab sosial
adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan
yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan dan kepentingan
masyarakat serta organisasi itu sendiri.
Etika manajemen dan tanggung jawab sosial berhubungan erat
sebagaimana yang dijelaskan di atas. Sudah banyak rumah sakit-rumah sakit di
Indonesia maupun di luar negeri yang telah menerapkan etika manajemen dan
tanggung jawab sosial. Dampaknya pun telah dirasakan, karena dari penerapan
kedua hal tersebut masyarakat semakin mengenal rumah sakit tersebut dan
cenderung mengapresiasi. Untuk itu, perlu pemahaman lebih mendalam tentang
etika manajemen dan tanggung jawab sosial.

Direktur RSUD Solok

drg. ERNOVIANA, MKes


NIP : 19601118 198701 2 001

KOMITE ETIK DAN HUKUM RSUD SOLOK

Anda mungkin juga menyukai