Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

HORDEOLUM

DISUSUN OLEH
Sitti Febriyanti Haris
111 2016 2146

PEMBIMBING
dr. Hasnah B, Sp.M, M.Kes

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN


ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Sitti Febriyanti Haris

NIM : 111 2016 2146

Judul Laporan Kasus : Hordeolum

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Februari 2019

Mengetahui,

Supervisor

dr. Hasnah B, Sp.M, M.Kes


BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. L
Tanggal lahir/umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Makassar / Indonesia
Alamat : Perumahan Kodam
Agama : Islam
Pekerjaan : Perawat
No. Reg : 048912
Tanggal pemeriksaan : 14 Februari 2019
Rumah Sakit : Rumah Sakit Sayang Rakyat
Pemeriksa : dr. H

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan di kelopak mata kanan atas
Anamnesis :
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke Poli Mata RSUD Sayang
Rakyat dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan atas. Keluhan ini
dirasakan sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri
dan gatal. Pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, mata merah (-
), mata berair (-), berpasir (-), sekret (-). Ada riwayat keluhan yang sama,
riwayat menggunakan kacamata (-), riwayat pengobatan (-). Tidak ada
riwayat trauma, DM dan hipertensi.
Foto Klinis

III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL


Keadaan Umum : Sakit sedang/gizi cukup/Compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 18x/menit
Suhu : 36,50C
IV. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. Inspeksi
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Benjolan (+), edema Edema (-)
(+), Hiperemis (+)
Apparatus Hiperlakrimasi (-) Hiperlakrimasi (-)
lakrimalis
Silia Sekret (-) Sekret (-)
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-),
Bola Mata Normal Normal

Mekanisme
muscular

Kornea Jernih Jernih


Bilik mata depan Kesan normal Kesan normal
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat Bulat
Lensa Jernih Jernih

B. Palpasi
Pemeriksaan OD OS
Tekanan Okular Tn Tn
Nyeri tekan (+) (-)
Massa Tumor Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Glandula pre-aurikular Pembesaran (-) Pembesaran (-)

C. Tonometri
Tidak dilakukan pemeriksaan
D. Visus
VOD : 20/20
VOS : 20/20

E. Sensitivitas Kornea
Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Color Sense
Tidak dilakukan pemeriksaan.

G. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
BMD Normal Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, isokor, RC (+) Bulat, isokor, RC (+)
Lensa Jernih Jernih

H. Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan

I. Slit Lamp
SLOD : Palpebra superior edema (+). Konjungtiva hiperemis (-).
Kornea jernih. BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat, sentral,
refleks cahaya (+).
SLOS : Palpebra edema (-). Konjungtiva hiperemis (-). Kornea jernih.
BMD normal. Iris coklat, kripte (+). Pupil bulat sentral, refleks cahaya
(+).
J. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium

K. RESUME
Seorang wanita berusia 35 tahun datang ke Poli Mata RSUD Sayang
Rakyat dengan keluhan benjolan di kelopak mata kanan atas. Keluhan ini
dirasakan sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu. Benjolan dirasakan nyeri
dan gatal. Pasien mengatakan tidak ada gangguan penglihatan, mata merah (-
), mata berair (-), berpasir (-), sekret (-). Ada riwayat keluhan yang sama,
riwayat menggunakan kacamata (-), riwayat pengobatan (-). Tidak ada
riwayat trauma, DM dan hipertensi.
Pada pemeriksaan fisis: Pemeriksaan oftalmologis VOD 20/20 VOS
20/20, tampak hordeolum pada palpebra superior oculi dextra, konjungtiva
tidak hiperemis,kornea jernih, BMD normal,iris coklat kripte (+), pupil
isokor, diameter normal, lensa jernih, reflek cahaya langsung/tidak langsung
(+). Pada palpasi palpebra OD didapatkan nyeri tekan (+).

L. DIAGNOSIS
Hordeolum Eksterna Oculi Dextra

M. PENATALAKSANAAN
- Edukasi : Menjaga kebersihan mata
- Kompres air hangat 3-4 kali sehari selama 10 menit
- Sistemik :
Ciprofloxacin 500 mg 2x1 oral
Metyl Prednisolon 4 mg 3x1 oral
- Antibiotik topical : Cendo Polydex ED 6 dd 1 gtt OD

N. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Calazion
O. PROGNOSIS
Qua ad vitam : Bonam
Qua ad sanationem : Bonam
Qua ad visum : Bonam
Qua ad kosmeticum : Bonam

Diskusi

Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra yang disebabkan oleh


bakteri sthapylococcus pada kelenjar sebasea kelopak mata. Diagnosis pada pasien
ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis
didapatkan keluhan benjolan pada kelopak atas mata kanan. Benjolan ini awalnya
kecil berwarna kemerahan dan bengkak. Benjolan ini kemudian semakin membesar
dan disertai nyeri. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa
hordeolum awalnya hanya berupa benjolan kecil yang berwarna kemerahan yang
makin lama makin membesar disertai nyeri bila ditekan. Benjolan ini menjadi besar
dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau streptokokus.
Dari pemeriksaan oftalmologi didapatkan adanya benjolan pada palpebra
superior okulus sinistra. Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat
yang dilanjutkan dengan pemberian obat tetes berupa Cendo Polydex serta
pemberian antibiotic sistemik dan anti inflamasi. Maksud pemberian kompres
hangat yaitu untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai nanah keluar.
Sedangkan pemberian antibiotika oral adalah untuk mengobati infeksi akibat
kuman stafilokokus atau streptokokus. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada
perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif
berupa insisi untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kuretase seluruh
isi jaringan meradang di dalam kantongnya.
Prognosis pada penderita ini adalah baik, asalkan kebersihan daerah mata
tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang
sesuai.Pada penderita juga dianjurkan untuk menghindari terlalu banyak menyentuh
daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata untuk mempercepat
penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Penderita
dianjurkan untuk kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan
penyakit dan keberhasilan terapi.
PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian


atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman
Stafilokokus.1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum
merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada
praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit
ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling
banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu
kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar
Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.2-5
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum.Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum internum merupakan
infeksi kelenjar Meibom dengan penonjolan terutama yang terletak di dalam
tarsus.1
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan.Gejala
disertai dengan rasa sakit dan mengganjal dan nyeri bila ditekan.Nyeri yang
dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak
nyaman.Kadang mata berair dan peka terhadap sinar.Adakalanya nampak bintik
berwarna keputihan atau kekuningan disertai dengan pembengkakan kelopak mata.
Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan
mengeluarkan nanah.2,3,5,6
Hordeolum internum atau radang kelenjar Meibom memberikan penonjolan
terutama ke daerah konjungtiva tarsal.Hordeolum internum biasanya berukuran
lebih besar dibanding hordeolum eksternum.Hordeolum eksternum tonjolan ke arah
kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke
arah kulit.1,5
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak
jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal
maupun obat antibiotika sistemik.2,3Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada
daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara
mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-
3

Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang


jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.1
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PALPEBRA
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan
fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra
superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra
inferior menyatu dengan pipi.

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra)1.

Struktur palpebra :

1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh
karena tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel
rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Musculus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke
pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra
disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh
nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior.
Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra


Gambar 2. Palpebra Normal

TEPIAN PALPEBRA
Panjang palpebra adalah 25-30mm dan lebarnya 2mm. Tepian
ini dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior.1
1. Tepian anterior
Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.glandula Moll
adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu
baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang
telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini terfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.

FISURA PALPEBRA
Fisura palpebrae adalah ruang elips diantara kedua palpebra yang
terbuka.Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Kanthus medialis lebih elips dari kanthus lateralis dan mengelilingi
lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu
karunkula lakrimalis, peninggian kekuningan dari modifikasi kulit yang
mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea sebesar-
besar yang bermuara ke dalam folikel yang mengandung rmbut-rambut
halus dan plica seminularis.1

SEPTUM ORBITALE
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi
sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu
dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior; septum
orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.1

REFRAKTOR PALPEBRA
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superior, yang
berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di
palpebra inferior, refraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus
inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli.Otot polos dari refraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis.Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus
okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a.
Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus
frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus
V (n. Trigeminus).2
Pada kelopak terdapat bagaian-bagian :
1. Kelenjar
a. Kelenjar sebasea
b. Kelenjar Moll atau kelenjar keringat
c. Kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, berhubungan dengan
folikel rambut dan menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (kelenjar tarsalis)
Terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini menghasilkan sebum
(minyak).
2. Otot-otot palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan
terletak di bawah kuit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli disebut sebagai M. Rioland. M.
Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N.fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Berorigo pada anulus foramen orbbita dan berinsersi pada tarsus
atas dengan sebagian menembus M.orbikularis okuli menuju
kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarafi oleh N. III yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
Gerakan palpebra
1. Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M. Levator
Palpebra Superior. M. Rioland menahan bagian belakang palpebra
terhadap dorongan bola mata.
2. Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.2

HORDEOLUM
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra.Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar
Zeiss dan Moll.8

ETIOLOGI
Hordeolum adalah infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata
yang disebabkan oleh bakteri dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri
Stafilokokus). Hordeolum kadang timbul bersamaan dengan atau sesudah blefaritis.
Hordeolum bisa timbul secara berulang.9

PATOGENESIS
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak
di dalam tarsus.Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus
dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi
blefaritis.10
GEJALA DAN TANDA
1. Gejala11
Hordeolum biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri
pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan
penderita merasa ada sesuatu di matanya. Biasanya hanya sebagian kecil daerah
kelopak yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Di
tengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna
kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan
melepaskan sejumlah nanah.

2. Tanda2
Palpebra bengkak, merah sakit dan terdapat tonjolan pada palpebra. Sering
disertai blefaritis, konjungtivitis yang menahun, anemia, kemunduran keadaan
umum, acne vulgaris. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak-anak
dan dewasa muda.

Gambar. Hordeulum
KLASIFIKASI
Hordeolum dapat diklasifikasi kepada dua, yaitu:
1. Hordeolum Eksternum
Inflamasi akut pada kelenjar Zeiss, kelenjar Moll dengan penonjalan pada
margo palpebra anterior
2. Hordeolum Internum
Inflamasi akut pada kelenjar Meibomm dengan penonjolan ke dalam
konjungtiva tarsalis (tarsus).

PENATALAKSANAAN
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2
minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal
(salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral.
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut :
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin,
Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat
topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada
fase peradangan.
- Antibiotika oral, misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Obat tersebut diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan
pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan
hasil pemeriksaan.
Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan
sesuai dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
Obat-obat simptomatis dapat diberikan untuk meredakan keluhan nyeri, misalnya
: Asetaminofen, Asam mefenamat, Ibuprofen, dan sejenisnya.13
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi atopikal dengan
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Setelah
dilakukan insisi, lakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.7

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.7

KOMPLIKASI
Penyulit dari hordeolum yaitu selulitis palpebra, yang merupakan radang jaringan
ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.6
KESIMPULAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.


Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak mata. Hordeolum terbagi atas hordeolum internum (glandula Meibom) dan
ekstrenum (glandula Zeiss atau Moll). Hordeolum memberikan gejala radang pada
kelopak mata seperti bengkak, mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila
ditekan. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum
ekternum. Hordeolum umumnya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres
hangat. Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gibson, J. Fisiologi dan anatomi modern. Jakarta: EGC Buku kedokteran; 2005.
h. 304-8.
2. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam
Oftamologi umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika. 2007. Hal 81-82
3. Ilyas,Sidharta. 2014. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata.5th
edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 94-6
4. Mitchell, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit Robbins & Cotran. Edisi ke-
7. Jakarta: EGC; 2008.h.811.
5. Burnside, Thomas J. McGlynn. Diagnosis fisik. Edisi ke-17. Jakarta: EGC;
2005.h.117-23.
6. James, B. Oftalmologi. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2006. h. 51-9.
7. Ilyas Sidarta H. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakiy Mata. Edisi keempat.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2004
8. Wijan N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta,
1989
9. The Merck Manual Of Diagnosis And Therapy. McKinley Healt Center.
University Of Illionis. 17th Edition, 1999
10. Ehrenhaus M.P. MD. Hordeolum Treatment, Managemen & Clinical
presentation. 2012
11. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga.
Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2005 : hal. 45-46
12. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan kesatu, Widya Medika,
Jakarta, 2000 : Hal. 17-20
13. Kanski JJ. Clinical Ophthalmologi A Synopsis. Butterworth-Heinemann,
Boston, 2009.

Anda mungkin juga menyukai