Anda di halaman 1dari 13

irkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat membentuk dan

mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan keberadaan sistem transportasi dari
jalan publik, pedestrian way, dan tempat-tempat transit yang saling berhubungan akan
membentuk pergerakan (suatu kegiatan). Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat yang
paling kuat untuk menstrukturkan lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan,
dan mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat membentuk
karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya.
Tempat parkir mempunyai pengaruh langsung pada suatu lingkungan yaitu pada kegiatan
komersial di daerah perkotaan dan mempunyai pengaruh visual pada beberapa daerah perkotaan.
Penyediaan ruang parkir yang paling sedikit memberi efek visual yang merupakan suatu usaha
yang sukses dalam perancangan kota.
_Ruang terbuka (Open Space) , mencakup semua unsur landscape (jalan, crotoar dan sejenisnya),
taman, dan ruang rekreasi didaerah perkotaan. Dimana ruang terbuka hendaknya menjadi bagian
integral dari Perancangan Kota, bukan hanya merupakan akibat dari penyelesaian arsitekturnya.

Jalur pejalan kaki (Pedestrian Ways), sebagai sarana bagi pejalan kaki dan sebagai sarana
pendukung kegiatan (sektor informal, seperti: kaki lima, dsb), yang sekaligus dapat
menghidupkan ruang-ruang terbuka kota. Sistem pejalan kaki yang baik adalah:
– Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.
– Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia.
– Lebih mengekspresikan aktifitas PKL dan mampu menyajikan kualitas udara.
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan interaksinya pada elemen-elemen dasar desain tata
kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota dan pola-pola aktivitas sertas sesuai dengan
rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa mendatang. Perubahan-perubahan rasio
penggunaan jalan raya yang dapat mengimbangi dan meningkatkan arus pejalan kaki dapat
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
– Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial.
– Street furniture

__Aktivitas pendukung (Activity Support ), meliputi semua penggunaan dan kegiatan yang
berlangsung di dalam ruang-ruang terbuka kota. Pendukung kegiatan adalah semua fungsi
bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung ruang public suatu kawasan kota. Bentuk
activity support antara lain taman kota, taman rekreasi, pusat perbelanjaan, taman budaya,
perpustakaan, pusat perkantoran, kawasan PKL dan pedestrian, dan sebagainya.

Aktivitas pendukung adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang mendukung
ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri
khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan pendukungnya.
Aktivitas pendukung tidak hanya menyediakan jalan pedestrian atau plasa tetapi juga
mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas.
_Rambu, papan reklame, dan Iain-lain (Signage), sebagai suatu elemen visual yang merupakan
alat bantu untuk berorientasinya masyarakat pemakai ruang kota, perlu diatur agar tercipta
keserasian melalui keseimbangan antara kepentingan umum dan privat, dampak visual yang
tidak berlebihan, sekaligus mengurangi kesemrawutan dan persaingan dengan rambu-rambu lalu
lintas, yang memang sangat diperlukan. Perpapanan (signage) digunakan untuk petunjuk jalan,
arah ke suatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan kawasan kota. Tanda yang didesain
dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space
dan memberikan informasi bisnis.

Preservasi dan konservasi (Preservation), yang meliputi perlindungan terhadap tempat tempat
atau aset kota yang sudah ada, disamping bangunan-bangunan bersejarah.
Preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban space, hal ini
untuk mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.
Preservasi dalam perancangan kota adalah perlindungan terhadap lingkungan tempat tinggal
(permukiman) dan urban places (alun-alun, plasa, area perbelanjaan) yang ada dan mempunyai
ciri khas, seperti halnya perlindungan terhadap bangunan bersejarah. Manfaat dari adanya
preservasi antara lain:
– Peningkatan nilai lahan.
– Peningkatan nilai lingkungan.
– Menghindarkan dari pengalihan bentuk dan fungsi karena aspek komersial.
– Menjaga identitas kawasan perkotaan.
– Peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi.

Shirvani (1985), mengklasifikasikan 8 elemen urban design sebagai berikut :

1. Tata Guna Lahan ( Land Use)


Pada prinsipnya land use adalah
• pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam
mengalokasikan fungsi tertentu.
• Secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu
kawasan tersebut seharusnya berfungsi.
• Land use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi
pembangunan.
• Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
2. Bentuk dan Massa Bangunan (Building Form and Massing)

• Bentuk dan massa bangunan ditentukan oleh ketinggian atau besarnya bangunan, penampilan
bentuk maupun konfigurasi dari massa bangunannya, akan tetapi

• Bentuk dan massa bangunan ditentukan juga oleh besaran selubung bangunan (building
envelope), BCR (buillding covered rasio ) “KDB” dan FAR (Floor Area Ratio) “KLB”, ketinggian
bangunan, sempadan bangunan, ragam arsitektur, skala, material, warna dan sebagainya.

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation and Parking )

• Masalah sirkulasi kota diperlukan pemikiran yang mendasar; antara prasarana jalan yang
tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan jumlah kendaraan bermotor
yang semakin meningkat.

• Diperlukan suatu manajemen transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek


tersebut.
• Di negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan penggunaan moda transportasi umum
(mass transport) untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan penghematan BBM

• Membantu pengurangan pencemaran udara kota maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas
lainnya.

• Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalisir
transportasi (zero transportation).

• Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan tempat untuk
berhenti (parkir). Kebutuhan parkir semakin meningkat terutama di pusat-pusat kegiatan kota
atau Central Bussiness District (CBD).

4. Ruang Terbuka (Open Space)

• Ruang terbuka (open space) selalu menyangkut lansekap.

• Elemen lansekap terdiri dari

 elemen keras (hardscape seperti : jalan, trotoar, patun, bebatuan dan


sebagainya) serta

 elemen lunak (softscape) berupa tanaman dan air. Ruang terbuka :lapangan,
jalan, sempadan sungai, green belt, taman dan sebagainya.

• Dalam perencanan open space akan senantiasa terkait dengan perabot taman / jalan (street
furniture). Street furniture ini bisa berupa lampu, tempat sampah, papan nama, bangku taman
dan sebagainya.

5. Area Pedestrian (Pedestrian Area)

• Area di tujukan untuk pejalan kaki yang bebas hambatan

• Atraksi untuk mendapatkan suasana saat melakukan pergerakan, baik statis maupun dinamis

• Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat
kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem

• perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki lima yang lebih banyak dan
akhirnya akan membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

6. Pendukung Kegiatan (Activity Support )


• Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota.
• Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang memiliki ciri khusus akan berpengaruh
terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatannya.
• Penciptaan kegiatan pendukung aktifitas kesinambungan antara menyediakan jalan,
pedestrian atau plaza, dengan fungsi utama (bangunan dan isinya) dan penggunaan
elemen-elemen kota yang dapat menggerakkan aktivitas, misalnya :
– pusatperbelanjaan,
– taman rekreasi,
– pusat perkantoran,
– perpustakaan dan sebagainya.
PendukungKegiatan(ActivitySupport)ŠBerartipotensi/elemenyangmendukungkegiatans
esuatu.ŠDalamkaitandenganperancangankota,pendukungkegiataniniberartisuatueleme
nkdk2lbihkotayangmendukung2ataulebihpusatkegiatanumumyangberadadikawasanpus
atkotayangmempunyaikonsentrasipelayanankotayangmempunyaikonsentrasipelayanan
yangcukupbesar.
BentukPendukungKegiatanŠRuangterbuka:ŠBangunanumum:ŠRuangterbuka:ƒ Taman
rekreasiƒ TamankotaŠBangunanumum:ƒ Kelompokpertokoaneceranƒ Plazaƒ Tamanbu
dayaƒ Pusatpemerintahanƒ Pusatjasadankantorƒ Kawasanpedagangkakilimaƒ Departm
entstoreƒ Perpustakaanumumƒ Jalurpedestrianƒ Kumpulanpedagangmakanankecilmak
ananke

8. Konservasi ( Conservation )
• Konservasi suatu individual bangunan harus selalu dikaitkan dengan keseluruhan kota.
Konsep tentang konservasi kota memperhatikan beberapa aspek,antara lain:
– bangunan-bangunan tunggal,
– struktur dan gaya arsitektur,
– hal yang berkaitan dengan kegunaan,
– umur bangunan atau kelayakan bangunan.
• Beberapa kategori konservasi antara lain
– preservasi (preservation),
– konservasi (conservation),
– rehabilitasi (rehabilitation),
– revitalisasi (revitalitation) dan
– peningkatan (improvement).
8 ELEMEN PERENCANAAN KOTA

ELEMEN RANCANG KOTA

Hamid shirvani (1985), mengklasifikasikan elemen urban design dalam delapan kategori
sebagai berikut :
1. Tata Guna Lahan ( Land Use)
Pada prinsipnya land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan
pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga secara umum dapat
memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah pada suatu kawasan tersebut
seharusnya berfungsi.
Land use bermanfaat untuk pengembangan sekaligus pengendalian investasi pembangunan.
Pada skala makro, land use lebih bersifat multifungsi / mixed use.
Beberapa keuntungan dan kelemahan dalam penataan land use menggunakan
pendekatan fungsional adalah :
a. Menjamin keamanan dan kenyamanan atas dampak negatif karena saling pengaruh antar zona.
b. Pengelompokan kegiatan, fungsi dan karakter tertentu pada tiap zona yang terpisah
mempermudah penataan dan perencanaan land use mikro (horizontal maupun vertikal).
c. Memudahkan implementasi dan kontrol.
d. Terpisahnya masing-masing zona menjadikan jarak antar berbagai kegiatan jauh, dibutuhkan
sarana transportasi yang lebih memadai untuk mengantisipasi terjadinya kepadatan lalu - lintas
yang tinggi pada jam-jam berangkat-pulang kerja.
e. Terjadi kesenjangan keramahan kawasan, memunculkan perbedaan yang tinggi pada harga
lahan.
f. Kepadatan zona tidak seimbang, pemanfaatan lahan tidak optimal.
2. Bentuk Dan Massa Bangunan (Building Form And Massing)
Bentuk dan masa bangunan tidak semata - mata ditentukan oleh ketinggian atau
besarnya bangunan, penampilan maupun konfigurasi dari masa bangunannya, akan tetapi
ditentukan juga oleh :
a. Besaran Bangunan
b. Intensitas bangunan : BCR dan FAR.
c. Ketinggian bangunan.
d. Sempadan Bangunan
e. Ragam - Fasade
f. Skala
g. Material
h. Tekstur, dan
i. warna

3. Sirkulasi dan Parkir (Circulation And Parking )


Masalah sirkulasi kota merupakan persoalan yang membutuhkan pemikiran mendasar,
antara prasarana jalan yang tersedia, bentuk struktur kota, fasilitas pelayanan umum dan
jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat. Diperlukan suatu manajemen
transportasi yang menyeluruh terkait dengan aspek-aspek tersebut.
Di sebagian besar negara maju sudah dicanangkan atau digencarkan penggunaan
moda transportasi umum (mass transport) dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Selain penghematan BBM. Langkah ini akan membantu pengurangan pencemaran
udara kota berupa partikel beracun (CO2 misalnya) maupun kebisingan dan bahaya lalu lintas
lainnya. Kebijakan ini mengarah terciptanya suatu lingkungan kota menuju kondisi minimalis
transportasi (zero transportation).
Selain kebutuhan ruang untuk bergerak, moda transport juga membutuhkan tempat
untuk berhenti (parkir).Kebutuhan parkir semakin meingkat terutama di pusat-pusat kegiatan
kota (CBD). Sarana pergerakan, atau sirkulasi, merupakan media bagi manusia dalam
melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karenanya, keberadaan sarana
pergerakan pada suatu ruang kota-jalur jalan dan system pergerakan tidak terlepas dari tata
bangunan dan ruang ruang terbuka, serta kondisi masyarakatnya.
Elemen sirkulasi dalam urban design merupakan alat yang sangat menentukan struktur
lingkungan urban, karena dapat membentuk, mengarahkan dan mengontrol pola aktivitas dalam
kota. Teknik perancangannnya meliputi tiga prinsip utama:
a. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka visual yang positif
b. Jalan harus mampu memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan tersebut terbaca
secara informatif.
c. Sektor publik dan privat harus membina hubungan untuk mencapai sasaran ini.

A. Pola, Struktur dan Perlengkapan Jalan


a. Secara garis besar pola jaringan jalan terdiri dari Pola Papan Catur, Radial, Lingkaran, dan Cul-
desac
b. Struktur jalan terdiri dari :
i. Badan Jalan ( daerah sirkulasi kendaraan )
ii. Bahu Jalan ( daerah sirkulasi pejalan kaki, tempat perlengkapan jalan, utilitas dan penghijauan )
c. Perlengkapan jalan terdiri dari :
i. Penerangan jalan
ii. Rambu lalu lintas
iii. Halte
iv. Telepon Umum
v. Bangku-bangku
vi. Tanaman
vii. Papan Reklame

B. Aspek Lalu Lintas


Kelancaran, keamanan dan kenyamanan suatu jalur jalan sangat ditentukan oleh kondisi
lalu lintas yang menyangkut :
a. Rambu rambu lain
b. Arah lalu lintas
c. Kecepatan lalu lintas
d. Kepadatan lalu lintas
e. Jenis moda angkutan
f. Kondisi jalan
g. Perparkiran

C. Perparkiran
Perparkiran merupakan unsur pendukung system sirkulasi kota, yang menentukan hidup tidaknya
suatu kawasan ( kawasan komersial, kawasan pusat kota, dll ). Perencanaan tempat parkir
menurut Irvine ( Shirvani, 1981 ), harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktifitas di sekitarnya, mendukung kegiatan street
level dan menambah kualitas visual lingkungan
b. Pendekataan program penggunaan berganda ( time sharing )
c. Pengadaan tempat parkir khusus bagi suatu perusahaan atau instansi yang sebagian besar
karyawannya berkendaraan.
d. Parkir progresif (semakin lama parkira, semakin mahal pula biaya parker)
Lokasi kantong parkir seyoganya ditempatkan pada jarak jangkau yang layak bagi para pejalan
kaki. Sistem perletakan parkir diharapkan dapat secara maksimal mempersingkat jarak jalan kaki menuju
jalur pedestrian.
Masalah perpakiran memiliki dua pengaruh langsung terhadap kualitas lingkungan
yaitu:
a. Kelangsungan hidup aktivitas komersial.
b. Dampak visual terhadap bentuk fisik kota.
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam setiap agenda urban design adalah akses
terhadap daerah milik pribadi dan area parkir. Penyediaan area parkir yang memadai dengan dampak
visual terkecil sangat penting dalam keberhasilan urban design. Beberapa cara mengatasinya adalah:
a. Penyediaan lokasi parkir disuatu area yang secara struktur tidak didesain untuk penyediaan area parkir.
Dalam hal ini perlu adanya regulasi yang menetapkan keharusan untuk merencanakan area parkir dalam
bagian dari perencanaan struktur yang baru.
b. Multiple use program, yaitu memaksimalkan penggunaan parkir yang telah ada dengan cara membuat
program yang memungkinkan berbagai penggunaan dan menarik orang-orang berbeda pada saat yang
berlainan.
c. Packege plan parking yaitu sebuah bisnis besar atau beberapa bisnis dapat bergabung untuk
membentuk districts perparkiran atau menyediakan beberapa blok terpisah untuk area parkir sepanjang
hari.
d. Urban edge parking yaitu area parkir yang dibuat di tepi suatu wilayah kota.
Prinsip utama dalam mendesain jaringan transportasi (jalan raya) sebagai bagian urban
space adalah adalah bahwa jalan seharusnya didesain menjadi ruang terbuka yang memiliki
pemandangan yang lebih baik antara lain :
j. Bersih dan elemen lansekap yang menarik.
k. Persyaratan ketinggian dan garis sempadan bangunan yang berdekatan dengan jalan.
l. Pengaturan parkir dipinggir jalan dan tanaman yang berfungsi sebagai penyekat jalan.
m. Meningkatkan lingkungan alami yang terlihat dari jalan.

4. Ruang Terbuka ( Open Space )


Ruang terbuka bisa menyangkut lansekap; elemen keras (hardscape yang meliputi :
jalan, trotoar dsb) serta elemen lunak (softscape) berupa taman dan ruang rekreasi dikawasan
kota. Elemen-elemen terbuka juga menyangkut lapangan hijau, ruang hijau kota, pohon-
pohonan, pagar, tanam-tanaman air, penerangan, paving, kios-kios, tempat-tempat sampah, air
minum, sculpture, jam dsb.

5. Area Pedestrian ( Pedestrian area )


Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi keterikatan terhadap kendaraan
dikawasan pusat kota, mempertinggi kualitas lingkungan melalui sistem perancangan yang
manusiawi, menciptakan kegiatan pedagang kaki limayang lebih banyak dan akhirnya akan
membantu kualitas udara di kawasan tersebut.

6. Tanda-tanda ( signage )
Tanda- tanda petunjuk jalan, arah kesuatu kawasan tertentu pada jalan tol atau di jalan
kawasan pusat kotasemakin membuat semarak atmosfir lingkungan kotatersebut. Peraturan
yang mengatur tentang tanda-tanda tersebut sebagian kota Indonesia masih belum
sepenuhnya diatur hingga pada masalah teknis. Akibatnya perkembangan papan-papan
reklame terutama, mengalami persaingan yang berlebihan,baik dalam penempatan titik-titiknya,
dimensi atau ukuran billboardnya, kecocokan bentuk, dan pengaruh visual terhadap
lingkungan kota.
Rambu-rambu yang terdesain dengan baik turut mendukung karakter dari penampilan gedung
sekaligus menghidupkan jalanan, selain memberikan informasi barang dan jasa bisnis pribadi (Long
Beach dalam Arifiani, 2001).

7. Pendukung Kegiatan ( activity support )


Pendukung kegiatan adalah semua fungsi bangunan dan kegiatan-kegiatan yang
mendukung ruang publik suatu kawasan kota. Bentuk, lokasi dan karakter suatu kawasan yang
memiliki ciri khusus akan berpengaruh terhadap fungsi, penggunaan lahan dan kegiatan-
kegiatannya. Pendukung kegiatan tidak hanya menyediakan jalan, pedestrian atau plaza, tetapi
juga harus mempertimbangkan fungsi utama dan penggunaan elemen-elemen kota yang dapat
menggerakkan aktivitas, misalnya : pusat perbelanjaan, taman rekreasi, pusat perkantoran,
perpustakaan, area PKL, dsb.
Bentuk, lokasi dan karakter area spesifik akan menarik fungsi, penggunaan dan aktivitas
yang spesifik pula, sehingga suatu aktivitas cenderung berlokasi ditempat yang paling sesuai
dengannya.

8. Konservasi ( Concervation ) - Perlindungan


Konservasi suatu individual bangunan harus selalu dikaitkan dengan keseluruhan kota.
Konsep tentang konservasi kota memperhatikan aspek : bangunan-bangunan tunggal, struktur
dan gaya arsitektur, hal yang berkaitan dengan kegunaan, umur bangunan atau kelayakan
bangunan
Beberapa kategori konservasi :
a. Preservasi ( Preservation ) - Pelestarian
Menjaga dan melestarikan bangunan kuno dari kerusakan, pembongkaran dan perubahan
apapun. Dalam preservasi tidak boleh mengganti elemen aslinya dengan lainnya.
b. Konservasi ( Concervation )
Suatu strategi atau kegiatan menangani secara preventif terhadap kehancuran bangunan kuno.
Memperbaikinya agar dapat bertahan lebih lama dengan mengganti beberapa elemen yang
sudah rusak dengan elemen baru seperti aslinya.
c. Rehabilitasi ( Rehabilitation )
Mengembalikan bangunan-bangunan kuno yang tidak berfungsi menjadi lebih berfungsi dengan
merestorasi utilitas yang diperlukan dan meningkatkan esensi kegunaanya.
d. Revitalisasi ( Revitalitation )
Merupakan bagian konservasi melalui pengembangan fungsi. Secara fisik bangunan di
konservasi tetapi fungsi yang dikembangkan biasanya berbeda dengan fungsi aslinya.
e. Peningkatan ( Improvement )
Kegiatan yang dapat meningkatkan nilai, penampilan, tingkat kenyamanan, utilitas yang memenuhi
standar teknis, dan tingkat efisiensi baik secara fisik, sosial budaya, nilai ekonomi bangunan maupun
kawasan kota.

Selain ke 8 elemen rancang kota di atas, terdapat beberapa elemen lain yang penting
diperhatikan dalam perancangan kota. Kevin Lynchmenyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5
elemen pembentuk wajah kota, yaitu:
1) Paths
Adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak dengan
mudah. Paths berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.

2) Edges - Pembatas
Adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa paths yang merupakan batas
antara 2 jenis fase kegiatan. Edgesberupa dinding, pantai, hutan kota, dan lain-lain.

3) Districts - Kawasan
Districts hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisa dirasakan dari luar apabila
memiliki kesan visual. Artinya districts bisa dikenali karena adanya suatu karakteristik kegiatan
dalam suatu wilayah.

4) Nodes – Simpul – Pertemuan / simpang lalu-lintas


Adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districts yang berbeda.
Sebuah titik konsentrasi dimana transportasi memecah, paths menyebar dan tempat
mengumpulnya karakter fisik.

5) Landmark – tetenger / tugu


Adalah titik pedoman obyek fisik. Berupa fisik natural yaitu gunung, bukit dan fisik buatan
seperti menara, gedung, sculpture,kubah dan lain-lain sehingga orang bisa dengan mudah
mengorientasikan diri di dalam suatu kota atau kawasan
http://arsitek-indo.blogspot.com/2016/11/8-elemen-perencanaan-kota.html

Pengertian perancangan kota(Urban Design) menurut para pakar adalah sebagai berikut:
http://archidkot.blogspot.com/2016/03/memahami-pengertian-perancangan-kota.html

1. Pengertian perancangan kota(Urban Design) menurut para pakar adalah


sebagai berikut:
2. Robert M. Beckley, (1979) Urban Design adalah suatu jembatan antara profesi
perencanaan kota dan arsitektur. Perhatian utama Urban Design adalah pada
bentuk fisik kota.
3. Melville Branch (1995) Di dalam perencanaan kota komprehensif,
perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya
dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan
dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota:
penampilan visual, kualitas estetika, dan karakter spasial”
4. Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986) memberi pengertian bahwa
perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan
memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya.
5. Catanese dan Snyder, pada hakekatnya Urban Design adalah suatu jembatan
antara profesi perencanaan kota dan arsitektur, yang perhatian utamanya
adalah pada bentuk fisik wilayah perkotaan. Dalam hai in; Catanese dan Snyder
menjelaskan posisi urban design dalam proses perencanaan dan perancangan
dalam skala makro
6. Pierre Merlin dan Francoise Choay (1988: 677 & 851) perancangan kota adalah
proses dari konsep dan realisasi arsitektur yang memungkinkan penguasaan
pengaturan formal dari perkembangan kota, yang menyatukan perubahan dan
kemapanan.
7. Andy Siswanto, perancangan kota merupakan sebuah disiplin perancangan
yang merupakan pertemuan dari arsitektur, perencanaan dan pembangunan
kota.
8. Robert M. Beckley, (1979) Urban Design adalah suatu jembatan antara profesi
perencanaan kota dan arsitektur. Perhatian utama Urban Design adalah pada
bentuk fisik kota.
9. Melville Branch (1995) Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan
kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek
proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi
manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan visual, kualitas estetika, dan
karakter spasial”
10. Harry Anthony (dalam buku Antoniades, 1986) memberi pengertian bahwa
perancangan kota merupakan pengaturan unsur-unsur fisik lingkungan kota
sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi baik, ekonomis untuk dibangun, dan
memberi kenyamanan untuk dilihat dan untuk hidup di dalamnya.
11. Catanese dan Snyder, pada hakekatnya Urban Design adalah suatu jembatan
antara profesi perencanaan kota dan arsitektur, yang perhatian utamanya adalah
pada bentuk fisik wilayah perkotaan. Dalam hai in; Catanese dan Snyder
menjelaskan posisi urban design dalam proses perencanaan dan perancangan
dalam skala makro
12. Pierre Merlin dan Francoise Choay (1988: 677 & 851) perancangan kota adalah
proses dari konsep dan realisasi arsitektur yang memungkinkan penguasaan
pengaturan formal dari perkembangan kota, yang menyatukan perubahan dan
kemapanan.
13. Andy Siswanto, perancangan kota merupakan sebuah disiplin perancangan yang
merupakan pertemuan dari arsitektur, perencanaan dan pembangunan kota.
Arsitektur Kota merupakan suatu perwujudan wadah sejarah bagi penduduknya yang secara sik tertata
dengan baik dan perkembangannya merupakn proses morfologi kota

Anda mungkin juga menyukai