Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
Siagian: 1992, menyatakan manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan
untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah
suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material/alat-alat. (Subagya: 1994), sehingga manajemen logistik
mampu menjawab tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan
bahan logistik setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif.
Dalam sistem administrasi manajemen logistik Subagya menyatakan sebagai berikut:

Fungsi logistic:
Unsur Fungsi Fungsi perencanaan
manajemen: manajemen: Fungsi penganggaran
Man Planning Fungsi Pengadaan
Money Organizing Fungsi penyimpanan
Material Actuating Fungsi penyaluran
Machine Controlling Fungsi penghapusan
Method Fungsi Pengendalian

Pelaksanaan manajemen yang baik, maka unsur-unsur manajemen diproses


melalui fungsi-fungsi manajemen dan fungsi tersebut merupakan pegangan umum
untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistik.

B. FUNGSI MANAJEMEN LOGISTIK


Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema siklus kegiatan logistik sebagai
berikut (Mustiksari: 2007):
Perencanaan

Penghapusan Penganggaran

Pengendalian (control)

Pendistribusian Pengadaan

Penyimpanan

Masing-masing fungsi logistik tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Untuk itu kita bahas satu persatu fungsi logistik tersebut.

1 Fungsi Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah
merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua
calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di
masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan perencanaan
adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan,
pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara terencana dalam
memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanannya
sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh
perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem
monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi sebagai umpan
balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus di dukung oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan
akan sulit mendapatkan dukungan bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar
dalam pelaksanaannya. Di bawah ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara
pimpinan, perencana, pelaksana dan pengawas (Subagya: 1994).

Pimpinan/Staf

Pengkajian Pengendalian

n Sasaran
Persiapan Pelaksana

Pengawasan

Pengawas

Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan


pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh
kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran) organisasi.
Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha penentuan
skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak lanjut yang
terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan
menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah
yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan
orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil
benar-benar tepat

2 Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala standar
yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari)
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi
perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan dengan
besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui hambatan-
hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka anggaran tersebut
merupakan anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek berulang
kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana biaya
keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu lagi, kecuali
dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu
kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan
antara lain adalah:
a. Peraturan–peraturan terkait
b. Pertimbangan politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c. Hal-hal yang berhubungan dengan anggaran
d. Pengaturan anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan
pegaturan logistik
Sumber anggaran di suatu rumah sakit bermacam-macam, tergantung pada
institusi yang ada apakah milik pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit
Pemerintah, sumber anggaran dapat berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes,
Pemda) dan dari penerimaan rumah sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta
sumber anggaran berasal dari Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan
rumah sakit dan Dana dari pihak ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-obatan
dan bahan farmasi, alat tulis kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan,
alat kebersihan dan suku cadang.

3 Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk
dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batas-batas
efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan
merupakan kegiatan untuk merealisasi atau mewujudkan kebutuhan yang telah
direncanakan atau telah disetujui sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk
kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi
pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya dilaksanakan
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut pihak
luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan perhatian.
Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan pemeliharaan.
Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan barang adalah Keppres
No. 80 tahun 2003.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
 Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
 Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
 Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk panitia
pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai berikut:
 Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.
 Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-unit
yang berfungsi sebagai pemeriksa.
 Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin
proyek
 Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)

4 Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan dalam
fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-
rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai pengurusan,
pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain adalah: Kualitas barang
dapat dipertahankan, barang terhindar dari kerusakan, pencarian barang yang lebih
mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan
adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang
yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
 Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi
roda dll.
 Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan ruang
secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi, kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara
pengambilan barang, pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api, pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan,
gangguan terhadap penyimpanan dan tindakan keamanan.
5 Fungsi Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola
pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor
yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang ketat dalam menangani masalah penyaluran
merupakan unsur yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

6 Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi
yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa yaitu
suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang
ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut, menguap
atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang tidak
dapat dipergunakan lagi.
c. Surplus dan ekses
d. Tidak bertuan: Barang-barang yang tidak diurus
e. Rampasan yaitu barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau dari dua aspek antara lain:
a. Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
Dalam aspek yuridis mencakup hal-ha: Pembentukan panitia penilai,
identifikasi dan inventarisasi peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan
atau ketentuan terhadap barang yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum
barang dihapus.
b. Aspek rencana pelaksana tehnis
Evaluasi, rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak
lanjut. Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
 Pemanfaatan langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-
komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai
barang persediaan baru.
 Pemanfaatan kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang
dihapus menjadi barang lain
 Pemindahan:Mutasi kepada instansi yang memerlukan dalam rangka
pemanfaatan langsung
 Hibah: Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau
pihak di luar instansi (Pemerintah)
 Penjualan/Pelelangan: Dijual baik di bawah tangan atau dilelang
 Pemusnahan: Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan

7 Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik yang
sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian
antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya
pelaksanaan dari rencana
c. Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam
rangka pencapaian tujuan
d. Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian dapat berjalan dengan baik diperlukan
sarana-sarana pengendalian sebagai berikut:
a. Struktur organisasi yang baik
b. Sistem informasi yang memadai
c. Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standardisasi
d. Pendidikan dan pelatihan
e. Anggaran yang cukup memadai

C. Kamar Operasi
Kamar operasi adalah suatu ruangan yang terdapat pada penyedia fasilitas
kesehatan dimana prosedur bedah yang mengguanakan pembiusan dilakukan.
Definisi lain dari kamar operasi adalah suatu unit khusus yang digunakan untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan
keadaan steril (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993). Menurut
Wiliamson (2002) kamar operasi adalah ruangan di dalam rumah sakit yang dipakai
untuk melaksanakan operasi mayor dan secara khusus hanya dipakai untuk prosedur
bedah bukan untuk invetervensi pengobatan. Lokasi terbaik untuk kamar operasi
adalah tempat dimana terdapat kenyaman dan tidak sulit untuk dijangkau dalam
penempatan alur pasien. Kamar operasi sebaiknya memiliki akses sendiri baik dalam
menerima pasien maupun mengantarkan pasien seperti koridor khusus yang tidak
dibuka untuk umum.
Lokasi kamar operasi harus strategis dari beberapa ruangan atau instalasi
yang terdapat di rumah sakit antara lain instalansi gawat darurat, instalansi
laboratorium, instalansi radiologi, ruangan intensive care unit (ICU), instalansi
sterilisasi, dan ruang bersalin (Kunders, 2000).
Kamar operasi terdapat tiga pembagian area. Pertama adalah area non steril
yang terdiri dari ruangan administrasi, ruangan penerimaan pasien, ruang konfrensi,
area persiapan pasien, ruang istirahat dokter, ruang ganti pakaian. Area yang kedua
adalah area semi steril yang terdiri dari ruang pemulihan atau recovery room, ruang
penyimpanan alat dan material operasi steril, ruang penyimpanan obat-obatan, ruang
16 penampungan alat dan instrumen kotor, ruang penampungan linen kotor, ruang
penampungan limbah atau sampah operasi, ruang resusitasi bayi dan ruang untuk
tindakan radiologi sederhana. Area yang ketiga adalah area steril yang terdiri dari
ruang tindakan operasi, ruang cuci tangan atau scrub area dan ruang induksi. Pada
area steril harus selalu terjaga kebersihan dan kondisi steril harus benar-benar dijaga
(Kemenkes, 2012).
Menurut segi tata ruang yang tercantum pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004, yang menjelaskan
persyaratan medis sarana dan prasarana pelayanan pada instalasi bedah sentral,
secara umum konsep dasar pembuatan kamar operasi terdiri atas :
a. Ruang pendaftaran terletak dibagian depan atau bagian yang paling
mudah dijangkau oleh keluarga pasien,ruangan ini dilengkapi dengan
loket, meja kerja, lemari berkas/arsip, 17 telepon/interkom. Fungsi
ruang pendaftaran ini antara lain, adalah : untuk menyelenggarakan
kegiatan administrasi, khususnya pelayanan bedah, pasien bedah dan
pengantar (keluarga dan perawat) datang keruang pendaftaran,
pengantar (keluarga atau perawat), melakukan pendaftaran di loket
pendaftaran, petugas pendaftaran ruang operasi rumah sakit
melakukan pendataan pasien bedah dan penandatanganan surat
pernyataan dari keluarga pasien bedah, selanjutnya pengantar
menunggu di ruang tunggu.
b. Ruang tunggu pengantar merupakan ruangan yang dilengkapi dengan
tempat duduk yang nyaman bagi penunggu pasien bedah. Sebaiknya
tempat duduk yang disediakan sesuai dengan aktivitas pelayanan
bedah.
c. Ruang transfer merupakan ruangan dimana pasien bedah dibaringkan
di strecher khusus ruang operasi, untuk pasien bedah yang datang
menggunakan strecher dari ruang lain, pasien tersebut dipindahkan ke
strecher khusus ruang operasi rumah sakit, selain itu pasien juga dapat
melepasakan semua perhiasan dan diserahkan kepada keluarga
pasien, tahap selanjutnya pasien dibawa ke ruang persiapan
(preparation room).
d. Ruang tunggu pasien (holding room) adalah ruangan yang digunakan
untuk tempat menunggu pasien sebelum dilakukan pekerjaan
persiapan (preparation) oleh petugas ruang operasi rumah sakit dan
menunggu sebelum masuk ke kompleks ruang operasi. Apabila
luasan area ruang operasi rumah sakit tidak memungkinkan, kegiatan
pada ruangan ini dapat dilaksanakan di ruang transfer.
e. Ruang persiapan pasien adalah ruangan yang digunakan untuk
mempersiapkan pasien bedah 19 sebelum memasuki ruang operasi, di
ruang ini petugas rumah sakit dapat membersihkan tubuh maupun
mencukur rambut bagian tubuh yang perlu dicukur, petugas juga
diwajibkan mengganti pakaian pasien dengan pakaian khusus ruang
operasi.
f. Ruang induksi, merupakan ruangan yang dipergunakan untuk
melakukan tindakan anestesi, apabila luasan area ruang operasi yang
tidak memungkinkan maka tindakan anestesi dapat dilakukan di
dalam ruang operasi.
g. Ruang operasi digunakan sebagai ruang untuk melakukan tindakan
operasi dan atau pembedahan. Luas ruangan harus cukup untuk
memungkinkan petugas bergerak sekeliling peralatan operasi/bedah.
Ruang operasi harus dirancang dengan faktor keelamatan yang tinggi.
20
h. Ruang pemulihan ditempatkan berdekatan dengan ruang operasi dan
diawasi oleh perawat. Pasien operasi yang ditempatkan di ruang
pemulihan secar terus menerus dipantau karena efek pembiusan
normal atau ringan. Daerah ini memerlukan perawatan berkualitas
tinggi yang dapat secara cepat menilai pasien tentang status jantung
dan pernafasan, selanjutnya melakukan tindakan dengan memberikan
pertolongan yang tepat (Kemenkes,2012). Ukuran ruang pemulihan
adalah dapat menampung satu sampai satu setengah tempat tidur
setiap ruang operasi yang terdapat di kamar operasi (Kunders,2000).
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi pasien yang telah menjalani
prosedur rumit dan kompleks yang membutuhkan waktu pemulihan
lebih lama (Gabel, 1999). 21
i. Ruang ganti petugas operasi sebaiknya dirancang untuk alur satu
arah. Petugas yang masuk kamar ganti tidak akan keluar ke pintu yang
sama, melainkan melaui pintu yang langsung berhubungan dengan
ruang operasi (Kunders, 2000).
j. CSSD ( central strerilization and supply departement) atau ruang
sterilisasi berlokasi terpisah dengan kamar operasi. Fungsi ruang ini
adalah untukk mensterilkan alat dan instrumen operasi, linen operasi,
maupun sarung tangan. Ruang CSSD sebaiknya berada dekat dengan
kamar operasi atau jika memungkinkan terdapat di kamar operasi
tepatnya di area non steril, karena berfungsi sangat vital dalam
terlaksananya tindakan operasi (Kunders,2000).
k. Ruang Dokter.
Ruang Dokter terdiri dari 2 bagian :
(1) Ruang kerja.
(2) Ruang istirahat/kamar jaga.
Pada ruang kerja harus dilengkapi dengan beberapa peralatan dan
furnitur. Sedangkan pada ruang istirahat diperlukan sofa. Ruang
Dokter perlu dilengkapi dengan bak cuci tangan (wastafel) dan toilet.
l. Scrub Station.
Scrub station atau scrub up, adalah bak cuci tangan bagi Dokter ahli
bedah dan petugas medik yang akan mengikuti langsung pembedahan
di dalam ruang operasi. Bagi petugas medik yang tidak terlibat tidak
perlu mencuci tangannya di scrub station. Scrub station sebaiknya
berada disamping atau di depan ruang operasi.
Perencanaan dan pengaturan letak maupun fungsi dari area terdalam kamar
operasi atau area steril meliputi ruang operasi dan ruang cuci tangan. Ruang cuci
tangan terletak sangat dekat dengan ruang operasi yang memungkinkan perjalanan
minimal petugas ke kamar operasi. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
kontaminasi setelah prosedur cuci tangan. Hal lain yang harus diperhatikan antara
lain tipe dari wastafel cuci tangan, jumlah kran, serta model dari kran cuci tangan
(Kunders,2000). Beberapa persyaratan dari scrub station yang harus dipenuhi antar
lain ; terdapat kran siku atau kran dengkul minimal untuk dua orang, aliaran air dari
setiap kran cukup, dilengkapi dengan ultraviolet (UV) water strerilizer, dilengkapi
dengan empat cairan disinfektan, dilengkapi sikat siku (Kemenkes, 2012).
Kamar operasi menurut Kemenkes (2012), termasuk dalam zona resiko
sangat tinggi. Zona dengan resiko sangat tinggi memiliki ketentuan antara lain ;
dinding terbuat dari porselin atau vinyl setinggi langitlangit, dicat dengan cat tembok
berwarna terang dan 23 tidak luntur, langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan
aman dengan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai, lebar pintu minimal 1,20 meter
dengan tinggi minimal 2,10 meter, semua pintu harus selalu tertutup dalam keadaan
rapat, lantai terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air, lantai mudah dibersihkan.
Khusus untuk ruang operasi harus disediakan gantungan lampu bedah dengan profil
baja double INP 20 yang dipasang sebelum pemasangan langit-langit, ventilasi atau
aliran udara sebaiknya menggunakan AC tersendiri yang dilengkapi filter bakteri
untuk setiap ruang operasi yang terpisah dengan ruang lainnya. Khusus untuk ruang
bedah ortopaedic harus menggunakan pengaturan udara UCA (ultra clean air). Tidak
diperbolehkannya berhubungan langsung dengan udara lingkungan luar, maka harus
dibuat ruangan antara. Hubungan dengan ruang cuci tangan untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati.
Indeks angka kuman pada kamar operasi memiliki nilai maksimal 10
CFU/m³. Indeks pencahayaan pada ruang operasi adalah 300-500 lux, pada meja
operasi 10.000-20.000 lux, ruang anastesi dan ruang pemulihan 300-500 lux.
Standart suhu di kamar operasi 19-24 derajat celcius. Kelembaban ruangan anatara
45-65 % ( Kemenkes,2012).

D. Macam-Macam Logistik Kamar Bedah


1. Alat Kesehatan
a. Meja Operasi/bedah
Meja operasi/bedah adalah meja yang digunakan untuk membaringkan pasien
bedah, sesuai dengan posisi yang sesuai, dimana Dokter bedah akan
melakukan operasi pembedahan. Secara umum, ada 2 jenis meja operasi, yaitu
: meja operasi yang digerakkan secara hidarolik, dan meja operasi yang
digerakkan dengan elektrohidraulik (sebelumnya ada meja operasi yang
digerakkan secara mekanik)
b. Lampu operasi
Lampu operasi umumnya diletakkan menggantung di langit-langit ruang
operasi, dan berada di posisi diatas meja operasi (Operating Table). Namun
demikian untuk keperluan lainnya, lampu operasi juga ada dari jenis
diletakkan di lantai (floor mounted) atau jenis pemasangan di dinding (wall
mounted).
c. Mesin anestesi
Mesin anestesi adalah peralatan medik yang berfungsi untuk pembiusan pada
pasien yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesi sebelum dilakukan
pembedahan oleh dokter spesialis bedah. Lokasi peralatan anestesi ini ada di
kamar bedah. Untuk mengoperasikan mesin anestesi ini diperlukan gas
oksigen (O2), gas nitrous oksida (N2O), dan zat anestesi. Disamping gas dan
zat tersebut di atas, idealnya juga dilengkapi dengan vakum medik, udara
tekan dan sistem buangan gas anestesi.
d. Ventilator
Ventilator umumnya digunakan di ruang operasi dan di ruang ICU untuk
mengalirkan ventilasi mekanis ke paru-paru. Ventilator berfungsi sebagai alat
bantu pernapasan pada pasien yang dalam kondisi fisik
cukup lemah. Ventilator dioperasikan dengan pemipaan sentral gas (oksigen
atau udara tekan) atau silinder oksigen, atau dengan kompresor udara listrik
yang diletakkan di mana saja, jika tersedia tekanan sebesar 3,5 bar sampai 4
bar. Sistem ini cukup aman di mana sirkit aliran gas dan sirkit gas ke pasien
sepenuhnya terpisah, dan tidak ada aliran gas bertekanan tinggi dialirkan ke
pasien.
e. Ceiling pendant
Ceiling pendant adalah rak yang dipasang di langit-langit, umumnya di kamar
bedah atau di ruang ICU, dapat digerakkan ke segala arah. Ceiling pendant
umumnya terdiri dari 2 jenis. Jenis pertama, ceiling pendant yang digunakan
untuk meletakkan peralatan monitor, dan jenis ke dua untuk menempatkan
outlet/inlet gas medik dan outlet listrik. enempatan ceiling pendant untuk
memonitor kondisi pasien diletakkan berhadapan dengan Dokter bedah dan
yang lainnya ditempatkan dekat dengan mesin anestesi,
f. Alat monitor
Alat monitor yang umum terdapat di ruang operasi berfungsi untuk merekam
aktivitas listrik jantung. Selain itu alat ini juga dilengkapi dengan
perlengkapan untuk memonitor parameterparameter tubuh lainnya.
g. Film viewer
Film Viewer adalah alat untuk melihat, membaca dan mengartikan hasil foto
rontgen.
h. Aspirator
Aspirator yang digunakan dalam kamar bedah dapat dibagi dalam 2 jenis,
yaitu aspirator yang digunakan oleh dokter bedah untuk menghisap darah, atau
zat lain dari tubuh pasien selama pembedahan disebut aspirator bedah (lihat
gambar 1.4.30), dan aspirator yang digunakan dokter anestesi untuk
menghisap lendir di tenggorokan pasien disebut aspirator tenggorokan.
Aspirator tenggorokan selain digunakan di kamar bedah, juga digunakan di
ruang ICU/ICCU dan di ruang rawat inap.
i. Section unit
Suction Unit adalah alat yang digunakan untuk memperoleh daya hisap
dengan melalui pompa suction/vakum, yang menyatu dengan unit
aspiratornya. Penggunaannya terutama di kamar bedah, atau dilokasi lain,
seperti ICU/ICCU dan ruang perawatan.
j. Perlengkapan ruang bedah yang lain :
1) Meja mayo
2) Meja instrumen
3) Standar infus
4) Tempat sampah medis dan non medis
5) Alat instrumen bedah : bisturi/bistoury, guntung jaringa/Dissecting
scissor, Gunting Iris/Iris Scissor, Gunting perban/ Bandage Scissors,
Gunting epis/Episiotomy scissors, Gunting benang, artery forceps,
Hemostat pean, Kocher klem/ kocher forceps, Alis klem/alim forceps,
Babcock klem/ babcock forceps, Lung clamp / hemoroid clamp, Duk
klem, towel clamp, Pinset anatomis, Pinset sirugis, Pinset serpihan /
Splinter Forceps, Pinset agrave/Suture Clip Applying Forceps, Needle
Holders, Sponge holding forceps, dll.

2. Linen
a. Penatalaksanaan Linen
Linen adalah bahan/alat yang tebuat dari kain, tenun, seperti katun, woll,
flanel, blacu, silk, polyster 100%, drill, mombinasi seperti 65% aconilic dan
35% wol, serta CVC 50%. Beberapa linen yang ada di ruang operasi seperti
baju operasi, celana operasi, gaun operasi, semacam laken, topi. Masker, doek,
sarung kaki, sarung meja mayo, alas meja instrumen, mitela, dan barak schort
(Departemen Kesehatan RI, 2004). Kebutuhan perlengkapan lineen di ruang
operasi atara lain tergantung jenis dan jumlah operasi per hari, bentuknya
berlubang atau tidak, ukuran besar, sedang, kecil, jenis linennya katun atau
dril, dan pakaian fungsional (Sofari, 2018). Beberapa kebutuhan linen tersebut
harus dilaksanakan sesuai dengan pedoman dan prosedur kerja yang ada.
Linen ini harus dikelola dengan baik, terutama di pengelolaan laundry.
Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen rumah sakit yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesih cuci, alat dan
desinfektan, mesin uap (Steam boiler), pengering, meja, dan mesin set. Selain
itu penatalaksanaan linen yang kurang baik dapat menyebabkan timbulnya
infeksi. Jenis linen menurut konta,minasinya ada 2 jenis, yaitu linen infeksius
dan non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan tubuh
pasien seperti feses, muntahan, darah dan air seni. Linen non infeksius adalah
linen yang tidak terkena cairan tubuh manusia.

E. Evaluasi

Keberhasilan efesiensi yang trjadi tidak lepas dari adanya partisipasi aktif dari
selutuh karyawan yang bekerja di kamar operasi. Permaalahan yang dapat terjadi
salah satunya dalah pencatatan penggunaan obat dan barang medis yang tidak
dilakukan dengan lengkap. Pencatatan yang tidak lengkap sudah dianggap sebagai
suatu kebbiasaan, sehingga dianggap sebagai hal yang wajar dan tidak perlu
dipermasalahkan. Namun, dampak lebih jauh dari pencatatan yang belum lengkap
tersebut dapat diminimalisisr dengan dilakukannya pengecekan penggunaan obat
dan barng medis yang dilakukan oleh seluruh tim operasi pada saat operasi telah
selesai.
Pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa untuk memperbaiki sistem pengelolaan
logistik di kamar operasi salah satu kunci keberhasilannya adalah dengan
penggunaan sistem komputerisasi, misalnya yang dilakukan di Memorial Hospital,
Mississippi dan di Johns Hospital, Maryland di Amerika Serikat.
Pada awalnya, program komputer hanya digunakan untuk kasir, kemudia disusul
dengan bagian pendaftaran, laboratorium, dan radiologi. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, semakin diperluas ke bagian-bagian yang lain. Pada tahun 2010
program komputer mulai dipergunakan di kamar operasi. Pada saat itu penggunaan
program komputer masih terbatas pada input transaksi di kamar operasi, sehingga
biaya operasi, termasuk jasa dokter spesialis bisa langsung terhubung dengan kasir.
Kemudian sejak tahun 2012 mulai dirintis untuk penggunaan komputer dalam stok
logistik di kamar operasi. Program logistik ini mulai berjalan penuh pada tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA

Aljian George W ( 1958 )”Purchasing Hanbook ” 2 nd Edition, New York, Mc


Mc Graw Hill

Mustikasari ( 2007 ) Kuliah Manajemen Sumber Daya Menusia, Tidak di


Publikasikan

Subagya M S, ( 1994 ) “Manajemen Logistik” cetakan keempat Jakarta : PT Gunung


Agung

Anda mungkin juga menyukai