Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa atau kesehatan mental emosional merupakan aspek penting

dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental emosional

juga penting diperhatikan selayaknya kesehatan fisik sebagaimana definisi sehat

yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO). Gangguan mental

emosional merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan adanya perubahan

emosional pada individu yang dapat berkembang pada keadaan patologis.4 Oleh

karena itu, adanya gangguan kesehatan mental emosional tidak bisa diremehkan,

karena jumlah kasusnya yang cukup mengkhawatirkan.3 Kesehatan mental

emosional ditentukan oleh faktor psikologis, biologis, sosial, ekonomi dan

lingkungan.4

Instrumen yang digunakan untuk menilai gangguan mental emosional

adalah self reporting questionnaire yang terdiri dari 20 butir pertanyaan (SRQ-

20). Kuesioner ini direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO)

untuk digunakan di negara berkembang. Butir pertanyaan dapat mengarahkan

responden pada ganguan neurosis, gejala somatik, depresi, cemas, penurunan

energi, serta gangguan kognitif. 5

Konsep upaya kesehatan mental emosional di Indonesia yaitu kegiatan

untuk mewujudkan derajat kesehatan mental emosional yang optimal bagi setiap

individu, keluarga dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,

dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

1|Page
berkesinambungan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat. Pelaksanaan upaya kesehatan jiwa berdasarkan asas keadilan,

perikemanusiaan, manfaat, transparansi, akuntabilitas, komprehensif,

perlindungan, serta non diskriminasi. Upaya preventif kesehatan jiwa bertujuan

untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan, mencegah timbul dan/atau

kambuhnya gangguan jiwa, mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada

masyarakat secara umum atau perorangan, serta mencegah timbulnya dampak

masalah psikososial yang dilaksanakan di lingkungan keluarga, lembaga dan

masyarakat.6

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

mengetahui gambaran kesehatan mental emosional pada pasien resiko PTM usia

15-59 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pesantren II melalui program Puskesmas

Pesantren II terkait Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular tahun

2015-2019 oleh Kementrian Kesehatan RI.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran gangguan mental emosional pada pasien resiko

PTM usia 15-59 tahun di Puskesmas Pesantren II berdasarkan kuisioner

Instrument Deteksi Dini SRQ-20?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran kesehatan mental emosional pada pasien dengan

resiko PTM usia 15-59 tahun di Puskesmas Pesantren II berdasarkan kuisioner

Instrument Deteksi Dini SRQ-20.

2|Page
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai referensi data dan menambah wawasan pengetahuan mengenai

gambaran kesehatan mental emosional pada pasien resiko PTM usia 15-59 tahun

di Puskesmas Pesantren II.

1.4.2 Manfaat Praktis

 Bagi peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam mempelajari gambaran

kesehatan mental emosional pada pasien resiko penyakit tidak menular

usia 15-59 tahun.

 Bagi Puskesmas dan Pemerintah

Memberikan gambaran realita kasus kesehatan mental emosional pada

pasien resiko Penyakit Tidak Menular usia 15-59 tahun di wilayah kerja

Puskesmas Pesantren II, sehingga Pemerintah Kediri maupun Puskesmas

Pesantren II dapat menggunakan data penelitian ini dalam menangani dan

mentindaklanjuti masalah kesehatan mental emosional di masyarakat.

 Bagi masyarakat

Menambah wawasan, pengetahuan, dan peran aktif masyarakat untuk

menangani permasalahan gangguan mental emosional, baik berupa

dukungan moral, penerimaan, deteksi serta pelaporan dini masalah

gangguan mental emosional dan jiwa

3|Page

Anda mungkin juga menyukai