Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

ANGGOTA

KELOMPOK 2

ILHAM (2019310045)

AZIL RIZAL (2019310050)

MUKHSAL MINA (2019310047)

ARNOL ( )

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO S1

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Konsep dan Makna Pesan Verbal Dan Non Verbal”. Pada
makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan
pengarahan dari berbagai pihak.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Padang, 20 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KataPengantar.......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 1
1.3 Tujuan.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kerajaan Indonesia............................................................................ 15
2.2 Perlawanan bangsa indonesia pada penjajahan.............................................. 15
2.3 Masa Awal Kemerdekaan Indonesia.............................................................. 15
2.4 Masa Orde Lama Tahun 1596........................................................................ 15
2.5 Masa Orde Baru Tahun 1998......................................................................... 15
2.6 Masa Reformasi Tahun 1998- Sekarang........................................................ 15
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 26
3.2 Saran.............................................................................................................. 26
DAFTARPUSTAKA........................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Republik Indonesia (RI) atau Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),
atau lebih umum disebut Indonesia, adalah negara di Asia Tenggara yang dilintasi
garis khatulistiwa dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan
terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif yang biasa
dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi Hampir 270.054.853 jiwa pada tahun
2018, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara
yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa.
Bentuk negara Indonesia adalah negara kesatuan dan bentuk pemerintahan
Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Presiden yang dipilih secara langsung.
Ibu kota negara Indonesia adalah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan
Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan
Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina,
Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah kerajaan indonesia?
2. Bagaimana perlawanan bangsa indonesia pada penjajahan?
3. Bagaimana masa awal kemerdekaan indonesia?
4. Bagaimana masa orde lama tahun 1596?
5. Bagaimana masa orde baru tahun 1998?
6. Bagaimana masa reformasi tahun 1998- sekarang
1.3. Tujuan
Dari latar belakang, dan rumusan masalah diatas maka dapat dibuat tujuan
makalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah keajaiban indonesia?
2. Bagaimana pedoman bangsa indonesia pada penjajahan?
3. Bagaimana masa awal kemerdekaan indonesia?
4. Bagaimana masa orde lama tahun 1596?
5. Bagaimana masa orde baru tahun 1998?
6. Bagaimana masa reformasi tahun 1998- sekarang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Kerajaan Di Indonesia
2.1.1. Kerajaaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang
didirikan pada tahun 400 Masehi di tepi sungai Mahakam, Kalimantan
Timur. Kutai sendiri sebenarnya merupakan nama yang diberikan oleh
para ahli yang diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang
menunjukkan eksistensi keberadaan kerajaan tersebut. Hal itu karena tidak
ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan
memang informasi yang diperoleh juga sangat terbatas.
Dari prasasti yang ditemukan hanya menyebutkan tentang upacara
pengorbanan yang berasal dari abad ke 4 M. Selain prasasti, juga terdapat
7 buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam
menginterpretasikan sejarah kerajaan Kutai. Yupa merupakan tugu batu
yang memiliki fungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para
brahman atas kedermawanan Raja Mulawarman yang telah mendermakan
sebanyak 20000 sapi kepada kaum brahmana. Dalam agama Hindu sapi
merupakan hewan yang disucikan dan tidak boleh disembelih seperti
kurbannya umat Islam.
Kerajaan Kutai berakhir pada masa pemerintahan Maharaja
Dharma Setia yang tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke 13 Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Yang peru diingat,
kerajaan Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan kerajaan Kutai
Kartanegara yang saat itu beribukota di Kutai Lima (Tanjung Kite).
2.1.2. Kerajaan Tarumbanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu di Jawa Barat
yang didirikan pada tahun 450 M. Nama Tarumanegara berasal dari kata
“taruma” yang merupakan nama sebuah sungai yang membelah Jawa
Barat yaitu sungai Citarum dan “negara” yang berarti kerajaan atau
negara.
Ditemukannya komplek percandian yang luas yaitu percandian
batujaya dan percandian cibuaya pada muara citarum diduga merupakan
peradaban peninggalan kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara
dipimpin oleh seorang raja yang bernama Pernawarman.
2.1.3. Kerajaan Kalingga
Kalingga, Kaling atau Ho-ling (dalam sebutan Tiongkok) merupakan
sebuah kerajaan bercorak Hindu yang didirikan di Jepara, Jawa Tengah pada
tahun 674 Masehi atau pada abad ke 6 Masehi. Mengenai letak pasti
kerajaan Kalingga, sampai saat ini masih belum jelas. Kemungkinan terletak
di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang. Sumber sejarah mengenai kerajaan ini kebanyakan berasal dari
sumber catatan Cina, tradisi kisah setempat, serta naskah cerita parahyangan
yang disusun pada beberapa abad kemudian tepatnya pada abad ke 16 yang
menyinggung secara singkat mengenai ratu Shima dan kaitannya dengan
kerajaan Galuh.
Selain itu, sumber catatan Tiongkok hanya menyebut kerajaan
Kalingga telah ada pada abad ke 6 Masehi dan diperintah oleh seorang ratu
bernama Ratu Shima. Ratu Shima dikenal memiliki peraturan potong tangan
bagi yang kedapatan mencuri. Selain Ratu Shima, disebut juga seorang
pendeta yang terkenal yang bernama Jhanabhadara

2.1.4. Kerajaan Sriwijaya


Salah satu kerajaan yang terbesar di Nusantara adalah kerajaan
Sriwijaya yang berdiri di Sumatra tepatnya di Sumatera Selatan. Sriwijaya
merupakan kemaharajaan bahari yang sangat berpengaruh di Nusantara
dengan daerah kekuasaan meliputi Kamboja, Thailand selatan,
Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan kemungkinan Jawa
Tengah.
Sriwijaya dalam bahasa sansekerta berasal dari dua kata sri yang
berarti bercahaya dan jaya yang berarti gemilang. Jadi kata Sriwijaya
berarti kemenangan yang gilang gemilang.
Mengenai bukti keberadaan kerajaan sriwijaya diketahui dari
seorang pendeta tiongkok I Tsing yang hidup pada abad ke 7 Masehi.
Dalam tulisannya, pendeta I Tsing menyebut bahwa ia mengunjungi
sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal disana selama 6 bulan. Selain itu,
terdapat pula prasasti tertua yang diketahui berasal dari abad ke 7. Prasasti
tertua yang dikenal dengan nama prasasti Kedukan Bukit itu ditemukan di
Palembang dan bertarikh 682.
Kerajaan sriwijaya mulai mengalami kemunduran akibat dari
berbagai peperangan yang beruntun. Seperti serangan Rajendra Chola 1
dari Koromandel, India dan serangan dari Raja Kertanegara dari Singosari
pada tahun 1025. Selanjutnya pada tahun 1183 kekuasaan sriwijaya berada
dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Setelah kerajaan Sriwijaya mengalami kejatuhannya,
keberadaannya seakan terlupakan. Dan baru diketahui keberadaannya
kembali lewat publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George
Cœdès dari École française d’Extrême-Orient.
2.1.5. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan kerajaan
Sriwijaya. Namun pada tahun 692 Kerajaan Melayu dikuasai oleh Kerajaan
Sriwijaya.
Raja-raja Kerajaan Melayu:
 Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183). Sumber:
Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand, perintah kepada bupati
Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca
Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Ibukota:
Dharmasraya.
 Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa. (1286). Prasasti Padang
Roco tahun 1286 di Siguntur, pengiriman Arca Amonghapasa sebagai
hadiah Raja Singhasari kepada Raja Dharmasraya. Ibukota:
Dharmasraya.
 Akarendrawarman. (1300). Sumber: Prasasti Suruaso. Ibukota:
dharmasraya atau Suruaso.
 Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra
Maulimali Warmadewa. (1347). Sumber: Arca Amoghapasa. Ibukota:
Suruaso atau Pagarruyung.
 Ananggawarman. (1375). Sumber: Prasasti Pagaruyung. Ibukota:
Pagaruyung.

2.1.6. Kerajaan Mataram Hindu


Kerajaan Mataram Hindu berdiri di Jawa Tengah dengan ibu kota
Medang Kamulan.
Raja raja yang memerintah:
 Sanna
 Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Ratu Sanjaya
 Rakai Panangkaran, yang bergelar Syailendra Sri Mahraja Dyah
Pancapana Rakai Panangkarana

Pada masa Rakai Panangkaran, Mataram terpecah menjadi dua,


Mataram Hindu yang berkuasa di sekitar pegunungan Dieng dan Mataram
Budha yang berkuasa di Jawa Tengah Selatan. Mataram kembali bersatu
setelah Mataram dipimpin oleh Rakai Pikatan.
Raja-raja yang selanjutnya ialah :

 Belitung yang bergelar Rakai Watukara


 Daksa
 Tulodong
 Wawa
 Mpu Sendok.

2.1.7. Kerajaan Wangsa Isyana


Wangsa Isyana merupakan kerajaan yang didirikan Mpu Sendok
setelah ia memindahkan pemerintahan Syailendra ke Jawa Timur pada tahun
929.
Raja-raja yang memerintah :
 Mpu Sendok, bergelar Maharaja Rake Hino Sri Isyana
Wikramadharmotunggadewa
 Sri Isyanatunggawijaya
 Makutawangsawardhana
 Darmawangsa, bergelar Sri Darmawangsa Teguh
Anantawikramatunggadewa
 Airlangga, bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara
Dharmawangsa Airlangga
 Ananta wikramatungga dewa

2.1.8. Kerajaan Kediri


Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang dipimpin oleh seorang
raja bernama Sri Samarawijaya. Kerajaan Kediri selalu berebut kekuasaan
dengan Jenggala atau Singosari sampai tahun 1520. Selnjutnya kedua
kerajaan tidak pernah disebut lagi dalam sejarah. Hingga pada tahun 117
kerjaan Kediri muncul kembali dengan raja-rajanya sebagai berikut:
 Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Kameswara
 Jaya baya, bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabaya

Pada masa itu, kitab Baharata Yudha di gubah oleh Mpu sedah dan
di lanjutkan Mpu Panuluh (Mpu Sedah meninggalkan sebelum kitabnya
selesai). Mpu Penuluh juga menulis buku Hariwangsa dan Gatutkacasraya

 Sri Aryeswara
 Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata

Pada masa itu terdapat 2 pujangga yang sangat terkenal, yaitu:

 Mpu Tanakung, karyanya Werasancaya dan Lubdaka


 Mpu Darmaja, karyanya Smaradhahana

Pada tahun 1222 Ken Arok menyerang Kediri sekaligus mengakhiri masa
kejayaan Kediri.
2.1.9. Kerajaan Bali
Raja-raja Wangsa Warmadewa Salah satu wangsa terkenal yang
memerintah di Bali ialah Wangsa Warmadewa.
Raja yang terkenal ialah :
 Tri Candrabhaysingka Warmadewa
 Udayana, bergelar Dhamodayana Warmadewa.
Udayana, berputra tiga orang yaitu : Airlangga, yang menjadi menantu
Raja Dharmawangsa, dan kemudian menjadi raja Kahuripan (kerajaan
wangsa Isyana). Marataka, yang menggantikan Udayana (tetapi tidak
terkenal). Anak Wungsu, yang menggantikan tahta Marataka tahun 1049.
Dari pemerintahan Anak Wungsu di tinggalkan 28 buah prasasti
Singkat, yang antara lain di temukan di goa Gajah, Gunung Kawi (Tampak
Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.
Raja-Raja Lain di Bali Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa,
Pulau Bali di perintah oleh raja-raja lain yang berganti-ganti, dan yang
terkenal di antaranya :

 Jayasakti, mempunyai kitab undang-undang yaitu uttara Widhi Balawan


dan Rajawacana (1133 – 1150)
 Jayapangus, menggunakan kitab undang-undang Manawasasa nadharma
(117 – 1181).

Tahun 1284 Kerajaan Bali di taklukan oleh Kertanegara dari Singasari.

2.1.10. Kerajaan Singasari


Riwayat dan pemerintahan Ken Arok serta raja-raja Singasari
terdapat dalam buku Pararaton dan negara kertagama. Raja-raja yang
memerintah ialah :

 Ken Arok. Ken Arok menjadi raja Singasari setelah membunuh


Tumapel Tunggul Ametung dan menaklukkan Kerajaan Kediri tahun
1222 di Ganter. Ken Arok sebagai pendiri dan raja pertama di
Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi,
kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan wangsa Rajasa.
 Anusapati (anak Tunggul Ametung – Ken Dedes). Anusapati menjadi
raja Setelah membunuh Ken Arok (ayah tirinya), dengan menyuruh
seorang pengalasan (budak).
 Tohjaya (anak Ken Arok – Ken Umang). Tohjaya menjadi raja
setelah membunuh Anusapati. Tahun 1248 timbul pemberontakan
yang dilancarkan oleh: Ranggawuni (anak Anusapati) dan Mahisa
Campaka (anak Mahisa Wongaleleng atau cucu Ken Arok dan Ken
dedes).
 Ranggawuni. Bergelar Sri Jaya Wisnuwardhana 1248 – 1268.
Wisnuwardhana memerintah Singasari bersama-sama Mahisa
Cempaka sebagai Ratu Anggabaya, yaitu pejabat tinggi yang bertugas
menanggulangi bahaya yang mengancam kerajaan, gelarnya
Narasinghamurti.
 Kertanegara. Bergelar Srimaharajadhiraja Sri Kartanegara (1269 –
I292), merupakan raja Singasari yang terbesar. Tahun 1275
dikirimnya ekspedisi Pamalayu. Daerah-daerah yang ditaklukkannya
antara lain Bali, Pahang, Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat Daya)
dan Gurun (Maluku) serta mengadakan hubungan persahabatan
dengan Jaya Singawarman – Raja Campa. Tahun 1292 di taklukan
oleh Jayakatwang dari Kediri.

2.1.11. Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tal
atau cucu Mahisa Campaka) pada tahun 1292 setelah memperdayai bala
tentara Kubilai Khan dan Cina yang bermaksud menghukum Raja Jawa
yang telah menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa pemerintahan
Kertanegara di Singasari.
Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwag dari
Kediri, maka bala tentara Kubilai Khan menghancurkan Kediri. Yang
selanjutnya atas siasat Raden Wijaya di bantu oleh Arya Wiraraja, bala
tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden
wijaya menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarejasa
Jayawardhana. Raden Wijaya memperistri 4 orang putri Kertanegara,
yaitu:
 Tribuana, sebagai permaisuri
 Gayatri. yang kemudian menurunkan raja-raja Majapahit
 Narendraduhita
 Prajnaparamita.
Tahun 1309 Raja Kertarajasa wafat, meninggalkan tiga orang putra:
 Jayanegara (dari permaisuri)
 Sri Gitarya (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Kahuripan
 Dyah Wiyat (dari Gayatri) kemudian menjadi Bhre Daha.
Jayanegara menggantikan ayahandanya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada
masa pemerintahannya timbul pemberontakan, yaitu :
 Pemberontakan Ranggalawe dari Tuban
 Pemberontakan Sora, pada tahun 1311
 Pemberontakan Nambi, pada tahun 1316
 Pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. lbukota Majapahit berhasil
diduduki dan raja Jayanegara mengungsi ke desa Bedander dikawal
oleh 15 orang pengawal setia (pasukan Bhayangkari) di bawah
pimpinan Gajah Mada. Atas usaha Gajah Mada ibukota dapat direbut
lagi, dan kembali Jayanegara bertahta, Atas jasanya Gajah Mada
diangkat menjadi patih Kahuripan dan kemudian Kediri.

2.1.12. Kerajaan Samudra Pasai


Samudra Pasai adalah kerajaan Islam Nusantara yang pertama.
Letaknya di Aceh Utara (sekarang masuk Kabupaten Lhoksumawe) berdiri
abad 13.
Raja-rajanya ialah :
 Sultan Malik al Saleh.tahun 635 Hijriah atau l297 Masehi
 Sultan Muhammad bergelar Sulatan Malik al Tathir.
2.1.13. Kerajaan Demak
Raden Patah(±1500 -1518). Pada awal 1500 seorang Bupati Demak
yang memeluk agama Islam yaitu Raden Patah melepaskan diri dari
Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak.
Selanjutnya Demak berkembang menjadi pusat pengembangan agama
Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka terputus karena
Malaka dikuasai Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan
Pati Unus menyerang malaka tetapi gagal.
Pati Unus (1518 – l 521) Pati Unus terkenal dengan sebutan
pangeran sabrang Lor, hanya tiga tahun menjadi raja.
Sultan Trenggana (1521 – 1546) Sultan Trenggana adalah menantu Pati
Unus. Tahun 1522 mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan)
untuk memimpin armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan
Cirebon dari Pajajaran. Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam
usahanya menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan
antara Sunan Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran
Sekar (adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah
membunuh Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan Prawata dibunuh
oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).
2.1.14. Kerajaan Demak
Raden Patah(±1500 -1518). Pada awal 1500 seorang Bupati Demak
yang memeluk agama Islam yaitu Raden Patah melepaskan diri dari
Majapahit. Dibantu para ulama Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak.
Selanjutnya Demak berkembang menjadi pusat pengembangan agama
Islam. Tahun 1511 hubungan Demak dengan Malaka terputus karena
Malaka dikuasai Portugis. Tahun 1513 armada Demak dibawah pimpinan
Pati Unus menyerang malaka tetapi gagal.
Pati Unus (1518 – l 521) Pati Unus terkenal dengan sebutan
pangeran sabrang Lor, hanya tiga tahun menjadi raja. Sultan Trenggana
(1521 – 1546) Sultan Trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522
mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan) untuk memimpin
armada Demak merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari
Pajajaran. Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur dalam usahanya
menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan antara
Sunan Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran Sekar
(adik Sultan Trenggana). Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh
Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan Prawata dibunuh oleh Arya
Penangsang (anak Pangeran Sekar).

2.1.15. Kerajaan Pajang


Jaka Tingkir (menantu Sultan Trenggana), berhasil membinasakan
Arya Penangsang atas bantuan Kyai Ageng Pemanahan. Jaka tingkir naik
tahta bergelar Adiwijaya dan memindahkan pusat Kerajaan Demak ke
Pajang. Kerajaan Pajang tidak lama berdiri. Setelah Sultan Adiwijaya wafat
terjadi perebutan kekuasaan. Arya Pangiri (anak Sunan Prawata) mencoba
merebut di gagalkan Pangeran Benawa (anak Sultan Adiwijaya) dibantu
Sutawijaya (anak Kyai Ageng Pemanahan). Pangeran Benawaa merasa tidak
sanggup menggantikan ayah handanya, maka menyerahkan kekuasaan
kepada Sutawijaya, yang kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke
Mataram.
2.1.16. Kerajaan Mataram Islam.
Sutawijaya lebih dikenal dengan Panambahan Senapati. Panembahan
Senapati wafat tahun 1601. Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di
Pulau Jawa yang pernah berdiri pada abad ke-17. Kerajaan ini dipimpin
suatu dinasti keturunan Ki Ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan, yang
mengklaim sebagai suatu cabang ningrat keturunan penguasa Majapahit.
Asal-usulnya adalah suatu Kadipaten di bawah Kesultanan Pajang, berpusat
di “Bumi Mentaok” yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai
hadiah atas jasanya. Raja berdaulat pertama adalah Sutawijaya
(Panembahan Senapati), putra dari Ki Ageng Pemanahan.
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah
Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC
di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya firma dagang itu, namun
ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada masa-masa akhir
menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif
lemah secara maritim. Ia meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat
dilihat hingga kini, seperti kampung Matraman di Batavia/Jakarta, sistem
persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan hanacaraka dalam literatur
bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas administrasi
wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
2.1.17. Kerajaan Banten
Setelah Faletehan merebut Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon, maka
dialah yang menguasainya. Karena di Demak timbul perebutan kekuasaan
maka pada tahun 1522 Faletehan menyerahkan Banten kepada putranya
Hasanuddin sebagai raja Banten yang pertama dan Faletehan memusatkan
perhatiannya pada agama Islam di Gunung Jati, Cirebon. adalah sebuah
kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal
sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke
kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan
pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta
kawasan perdagangan.
Maulana Hasanuddin, putera Sunan Gunung Jati berperan dalam
penaklukan tersebut. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin
mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan, yang
kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi
kesultanan yang berdiri sendiri.
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan
mencapai kejayaan yang luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari
Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara,
dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan sumber daya
maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah
melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan
politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya
Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan
pada masa-masa akhir pemerintanannya, para Sultan Banten tidak lebih dari
raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
Raja-raja yang lain ialah :
 Pangeran Yusuf (1570)
 Maulana Muhammad (baru berusia 9 tahun), tahun 1596 gugur dalam
usahanya menyerang Palembang
 Abdulmufakir (baru berusia 5 tahun), pemerintahan dikendalikan oleh
Mangkubumi Jayanegara

2.1.18. Kerajaan Malaka


Kerajaan Malaka tidak terletak di kawasan Nusantara. Raja-rajanya
ialah :

 Paramisora, pelarian dari Majapahit, yang telah masuk lslam,


yang telah diganti nama Sultan Iskandar Syah
 Sultan Mansyur Syah
 Sultan Mahmud Syah

Tahun 1511. Malaka jatuh ke tangan Portugis.

2.1.19. Kerajaan Aceh


Pada awal abad 16 masih merupakan kerajaan kecil, di bawah
kekuasaan Pedir. Raja-rajanya ialah :

 Sultan Ibrahim. Aceh melepaskan diri dari Kerajaan Pedir. Aceh


semakin maju karena Malaka di kuasai oleh Portugis, sehingga
pedagang Islam dari Arab dan Gujarat mengalihkan perdagangannya
ke Aceh.
 Sultan Iskandar Muda (1607-1639). Pada pemerintahannya Aceh
mencapai puncak ketayaannya.

2.1.20. Kerajaan Ternate


Berdiri kira-kira Abad ke 13. Abad 14 Ternate Menjadi Kerajaan
Islam. Masa Pemerintahan Sultan Baabullah Ternate Mencapai puncak
kejayaannya. Tahun 1575 Sultan Baabullah Mengusir Portugis Dari
Maluku. Baabullah bergelar yang di pertuan di 72 pulau, meluaskan
wilayahnya sampai Filipina.
2.1.21. Kerajaan Tidore
Merupakan kerajaan Islam di Maluku. Sempat diadu domba oleh
Portugis dan Spanyol, untuk berselisih dengan Kerajaan Ternate, tetapi
berbalik kembali bahkan bersama-sama mengusir bangsa Portugis dari
Maluku. Rajanya yang terkenal adalah Sultan Nurku, yang gigih berjuang
mengusir Belanda. Wilayahnya meliputi Halmahera. Seram, Kai, dan,
sampai Papua.
2.1.22. Kerajaan Makasar
Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan, yaitu
Goa dan Tailo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tailo, atau
Makasar dengan ibu kota sombaopu, sebagai kerajaan Islam pertama di
Sulawesi. Raja-rajanya ialah :
 Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alaudin.
Mangkubuninya adalah raja Tailo Karaeng Matoaya bergelar Sultan
Abdullah
 Sultan Hasanuddin, masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaan

2.1.23. Kerajaan Banjar


Dengan bantuan Kerajaan Demak, abad ke-76 Kerajaan Banjar di
Kalimantan Selatan menaklukan Daha (sebuah kerajaan di pedalaman
Kalimantan) Banjar adalah kerajaan Islam, dengan rajanya Raden
Samudra yang Telah masuk Islam Berganti Nama Sultan Suryanullah.
2.2. Perlawanan Rakyat Indonesia Melawan Penjajah
2.2.1. Perlawanan Indonesia Terhadap Penjajahan
2.2.1.1. Masjid Baiturrahman
Perlawanan terhadap penjajahan pemerintah Hindia Belanda terjadi
di berbagai daerah di Indonesia. Abad 19 merupakan puncak
perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam usahanya
menentang Pemerintah Hindia Belanda. Kegigihan perlawanan rakyat
Indonesia menyebabkan Belanda mengalami krisis keuangan untuk
biaya perang. Perlawanan di berbagai daerah tersebut belum berhasil
membuahkan kemerdekaan. Semua perlawanan dapat dipadamkan dan
kerajaan-kerajaan di Indonesia semakin mengalami keruntuhan.
Kita dapat menelusuri jejak-jejak perlawanan tersebut dari
berbagai peninggalan yang masih ada hingga sekarang. Bahkan di
berbagai daerah didirikan berbagai museum untuk menjadi media
pembelajaran masyarakat di masa ini. Dengan mengunjungi berbagai
museum dan berbagai tempat peninggalan perlawanan rakyat Indonesia
melawan Belanda, akan menggugah semangat kebangsaan. kalian dapat
menemukan berbagai peninggalan atau museum perjuangan pada masa
lalu di setiap daerah di Indonesia.
Apabila kalian tinggal di Maluku, kalian dapat mencari jejak
peninggalan perjuangan Pattimura, apabila kalian tinggal di Sulawesi
kalian dapat mengunjungi Benteng Rotterdam. Demikian juga di
daerah-daerah lain, pasti kalian dapat menemukan berbagai peninggalan
pada masa perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Peninggalan di
Yogyakarta adalah Goa Selarong, di Sumatra Barat terdapat Benteng
Fort de Kock, di Kalimantan kalian menemukan peninggalan pada masa
perang Banjar.
Peninggalan-peninggalan yang ada membuktikan keberanian
rakyat Indonesia. Apakah kalian pernah pergi mengunjungi berbagai
peninggalan pada masa perlawanan terhadap Pemerintah Hindia
Belanda di atas? Bagaimana sikap kalian terhadap peninggalan
tersebut? Generasi sekarang harus merawat peninggalan tersebut agar
dapat belajar bagaimana perjuangan para pahlawan pada masa lalu.
Dengan demikian kalian akan semakin giat belajar dan membangun
bangsa Indonesia agar terus berjaya.
Saat masa penjajahan Hindia Belanda, perlawanan terhadap Pemerintah
Hindia Belanda terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Lokasi
Indonesia pada masa lalu sulit dijangkau, sehingga menyebabkan
perlawanan rakyat tidak dapat dilakukan secara serentak. Inilah salah
satu faktor penyebab Hindia Belanda dapat melumpuhkan perlawanan
Bangsa Indonesia.
Beberapa contoh perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda
yang dilakukan oleh rakyat Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Perang Saparua di Ambon
Merupakan perlawanan rakyat Ambon yang dipimpin
Thomas Matulesi (Pattimura). Dalam perlawanan terhadap
Pemerintah Hindia Belanda tersebut, seorang pahlawan wanita
bernama Christina Martha Tiahahu melakukan perlawanan dengan
gagah berani. Perlawanan Pattimura dapat dikalahkan setelah
bantuan pasukan Hindia Belanda dari Jakarta datang. Pattimura
bersama tiga pengikutnya ditangkap dan akhirnya dihukum
gantung.
2. Perang Paderi di Sumatra Barat
Merupakan perlawanan yang sangat menyita tenaga dan
biaya sangat besar bagi rakyat Minang dan Pemerintah Hindia
Belanda. Bersatunya Kaum Paderi (ulama) dan kaum adat
melawan Pemerintah Hindia Belanda menyebabkan Belanda
kewalahan memadamkannya. Bantuan dari Aceh juga datang untuk
mendukung pejuang Paderi.
Pemerintah Hindia Belanda benar-benar menghadapi
musuh yang tangguh. Belanda menerapkan sistem pertahanan
Benteng Stelsel. Benteng Fort de Kock di Bukit tinggi dan Benteng
Fort van der Cappelen merupakan dua benteng pertahanannya.
Dengan siasat tersebut akhirnya Belanda menang ditandai dengan
jatuhnya benteng pertahanan terakhir Paderi di Bonjol tahun 1837.
Tuanku Imam Bonjol kemudian ditangkap, dan diasingkan ke
Priangan, kemudian ke Ambon, dan terakhir di Menado hingga
wafat tahun 1864.
3. Perang Diponegoro 1825-1830
Perang Diponegoro merupakan salah satu perang besar
perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Latar belakang
perlawanan Pangeran Diponegoro diawali dari campur tangan
Belanda dalam urusan politik Kerajaan Yogyakarta. Beberapa
tindakan Belanda yang dianggap melecehkan harga diri dan nilai-
nilai budaya masyarakat Yogyakarta menjadi penyebab lain
kebencian rakyat kepada Belanda.
Pemerintah Hindia Belanda membangun jalan baru pada
bulan Mei 1825. Mereka memasang patok-patok pada tanah
leluhur Pangeran Diponegoro. Terjadi perselisihan saat pengikut
Diponegoro Patih Danureja IV mencabuti patok- patok tersebut.
Belanda segera mengutus serdadu untuk menangkap Pangeran
Diponegoro. Perang tidak dapat dihindarkan lagi, pada tanggal 20
Juli Tegalrejo sebagai basis pengikut Diponegoro direbut dan
dibakar oleh Belanda.
Pada bulan Maret 1830 Diponegoro bersedia mengadakan
perundingan dengan Belanda di Magelang, Jawa Tengah.
Perundingan tersebut hanyalah tipu muslihat Belanda karena
ternyata Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado,
kemudian ke Makasar hingga wafat tahun 1855. Setelah
berakhirnya Perang Jawa (Diponegoro), tidak lagi muncul
perlawanan yang lebih berat di Jawa.
4. Perang Aceh
Semangat jihad (perang membela agama Islam) merupakan
spirit perlawanan rakyat Aceh terhadap Pemerintah Hindia
Belanda. Jendral Kohler terbunuh saat pertempuran di depan
masjid Baiturrahman Banda Aceh. Kohler meninggal dekat sebuah
pohon yang sekarang diberi nama Pohon Kohler. Siasat konsentrasi
stelsel dengan sistem bertahan dalam benteng besar oleh Belanda
tidak berhasil dalam perang itu. Belanda semakin terdesak, korban
semakin besar, dan keuangan terus terkuras.
Pemerintah Hindia Belanda sama sekali kewalahan dan
tidak mampu menghadapi secara fisik perlawanan rakyat Aceh.
Menyadari hal tersebut, Belanda mengutus Dr. Snouck Hurgroje
yang memakai nama samaran Abdul Gafar (seorang ahli bahasa,
sejarah ,dan sosial Islam) untuk mencari kelemahan rakyat Aceh.
Setelah lama belajar di Arab, Snouck Hugronje memberikan saran-
saran kepada Belanda mengenai cara mengalahkan orang Aceh.
Menurut Hurgronje, Aceh tidak mungkin dilawan dengan
kekerasan, sebab karakter orang Aceh adalah pantang menyerah,
jiwa jihad orang Aceh sangat tinggi.
Taktik yang paling mujarab adalah dengan mengadu domba
antara golongan Uleebalang (bangsawan) dengan ulama.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian menjanjikan kedudukan
pada Uleebalang yang bersedia damai. Taktik ini berhasil, banyak
Uleebalang yang tertarik pada tawaran Belanda. Belanda
memberikan tawaran kedudukan kepada para Uleebalang apabila
kaum ulama dapat dikalahkan. Sejak tahun 1898 kedudukan Aceh
semakin terdesak. Belanda mengumumkan perang Aceh selesai
tahun 1904. Namun demikian perlawanan rakyat Aceh secara
sporadis masih berlangsung hingga tahun 1930-an.
5. Perlawanan Sisingamangaraja di Sumatra Utara
Perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda di
Sumatra Utara dipimpin oleh Sisingamangaraja XII, Perlawanan di
Sumatra Utara berlangsung cukup lama, yaitu selama 24 tahun.
Pertempuran diawali dari Bahal Batu sebagai pusat pertahanan
Belanda tahun 1877.
Untuk menghadapi Perang Batak (sebutan perang di
Sumatra Utara), Pemerintah Hindia Belanda menarik pasukan dari
Aceh. Pasukan Sisingamangaraja dapat dikalahkan setelah Kapten
Christoffel berhasil mengepung benteng terakhir Sisingamangaraja
di Pakpak. Kedua putra beliau Patuan Nagari dan Patuan Anggi
ikut gugur dalam pertempuran tersebut, sehingga seluruh Tapanuli
dapat dikuasai Belanda.
6. Perang Banjar
Perang Banjar berawal ketika Pemerintah Hindia Belanda
ikut campur tangan dalam urusan pergantian raja di Kerajaan
Banjarmasin. Belanda memberi dukungan kepada Pangeran Tamjid
Ullah yang tidak disukai oleh rakyat. Pangeran Antasari dengan
kekuatan 300 prajurit menyerang tambang batu bara milik Belanda
di Pengaron pada tanggal 25 April 1859. Selanjutnya peperangan
demi peperangan dilakukan oleh Pangeran antasari di seluruh
wilayah Kerajaan Banjar. Pangeran Antasari menyerang pos-pos
Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut,
Tabalong, sepanjang sungai Barito sampai ke Puruk Cahu dengan
dibantu para panglima dan prajuritnya yang setia.
Pemberontakan dilakukan oleh Prabu Anom dan Pangeran
Hidayat. Pada tahun 1859, Pangeran Antasari memimpin
perlawanan setelah Prabu Anom tertangkap Belanda, dengan
bantuan pasukan dari Belanda, pasukan Pangeran Antasari dapat
didesak. Tahun 1862 Pangeran Hidayat menyerah dan berakhirlah
perlawanan rakyat Banjar di pulau Kalilmantan. Perlawanan baru
benar-benar dapat dipadamkan pada tahun 1866.
7. Perang Jagaraga di Bali
Perang Jagaraga berawal saat Pemerintah Hindia Belanda
dan kerajaan di Bali bersengketa tentang hak tawan karang. Hak
tawan karang berisi peraturan bahwa setiap kapal yang kandas di
perairan Bali merupakan hak penguasa di daerah tersebut.
Pemerintah Belanda memprotes Raja Buleleng yang menyita dua
kapal milik Belanda. Raja Buleleng tidak mau menerima tuntutan
Belanda untuk mengembalikan kedua kapalnya, persengketaan ini
menyebabkan Belanda melakukan serangan terhadap kerajaan
Buleleng tahun 1846. Belanda berhasil menguasai kerajaan
Buleleng, sementara Raja Buleleng menyingkir ke Jagaraga dengan
dibantu oleh Kerajaan Karangasem.
Setelah berhasil merebut Benteng Jagaraga, Pemerintah
Hindia Belanda melanjutkan ekspedisi militernya pada tahun 1849.
Dua kerajaan Bali, Gianyar dan Klungkung menjadi sasaran
Belanda. Tahun 1906, seluruh kerajaan di Bali jatuh ke pihak
Pemerintah Hindia Belanda setelah rakyat melakukan perang
habis-habisan sampai mati, yang dikenal dengan Perang Puputan.
8. Perang Tondano di Sulawesi Utara
Perang Tondano terjadi pada masa penjajahan HIndia
Belanda, baik pada masa VOC maupun pada masa Pemerintah
Hindia Belanda. Bangsa Spanyol sudah sampai di tanah Minahasa
(Tondano) Sulawesi Utara sebelum kedatangan bangsa Belanda.
Hubungan dagang orang Minahasa dengan Spanyol terus
berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara
mereka mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang dari
Belanda. Waktu itu VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di
Ternate.
VOC berusaha memaksakan kehendak mereka mereka agar
orang-orang Minahasa menjual hasil berasnya kepada VOC.
Orang-orang Minahasa menentang usaha monopoli dari VOC
tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC, mereka memilih upaya
memerangi orang-orang Minahasa. Untuk melemahkan orang-
orang Minahasa, VOC kemudian membendung Sungai Temberan.
Akibatnya aliran sungai tersebut meluap dan menggenangi tempat
tinggal rakyat dan para pejuang Minahasa. Orang-orang Minahasa
kemudian pindah ke Danau Tondano dengan rumah-rumah apung.
Perang Tondano terjadi lagi pada abad ke-19. Perang ini
dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Pada
kebijakan itu, Minahasa dijatah untuk mengumpulkan calon
pasukan sejumlah 2000 orang yang akan dikirim ke Jawa. Orang-
orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program Belanda
untuk merekrut pemuda-pemuda Minahasa sebagai pasukan
kolonial. Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah.
Mereka justru mengadakan perlawanan terhadap Belanda.
Gubernur Prediger mengirim pasukan untuk menyerang
pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano-Minawanua.
Belanda menerapkan strategi dengan membendung Sungai
Temberan lagi. Prediger juga membentuk dua pasukan tangguh.
Pasukan pertama dipersiapkan untuk menyerang dari Danau
Tondano dan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat.
Tanggal 23 Oktober 1808 pertempuran mulai berlangsung dengan
sengit. Pasukan Hindia Belanda yang berpusat di Danau Tondano
berhasil melakukan serangan dan merusak pagar bamu berduri
yang membatasi danau dengan perkampungan Minawanua,
sehingga menerobos pertahanan orang-orang Minahasa di
Minawanua. Karena waktu sudah malam maka para pejuang
dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan
perlawanan dari rumah ke rumah.
Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari
tanggal 24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat
membombardir kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus
dilakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi
kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendorkan serangannya.
Tiba-tiba dari arah perkampungan itu orang-orang Tondano
muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga korbanpun
berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Pemerintah Hindia
Belanda kewalahan dan terpaksa ditarik mundur. Seiring dengan
itu Sungai Temberan yang dibendung mulai meluap sehingga
mempersulit pasukan Belanda sendiri. Dari jarak jauh Belanda
terus menghujani meriam ke Kampung Minawanua, tetapi tentu
tidak efektif. Begitu juga serangan yang dari danau tidak mampu
mematahkan semangat juang orang-orang Tondano-Minawanua.
Bahkan terpetikik berita kapal yang paling besar yang di danau
tenggelam.
Perang Tondano II ini berlangsung cukup lama, sampai
bulan Agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan
makanan mulai ada kelompok dari pejuang yang mulai memihak
kepada Hindia Belanda. Namun dengan kekuatan dan semangat
yang ada para pejuang Tondano terus memberikan perlawanan atas
gempuran pasukan Belanda yang terus menerus. Akhirnya pada
tanggal 4-5 Agustus 1809 Benteng pertahanan Moraya milik para
pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankan.
Para pejuang itu memilih mati dari pada menyerah. Mayat-mayat
mereka telah lenyap di dasar danau bersama lenyapnya
kemerdekaan dan kedaulatan tanah Minahasa.

2.3. Indonesia Pada Masa Awal Kemerdekaan


Di awal masa kemerdekaannya, Indonesia harus mengalami
masalah baru di berbagai bidang, dan pemerintah harus menyandarkan diri
pada orang-orang yang berpengalaman, seperti Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, Dr. Ong Eng Die, Ignatius Joseph Kasimo, Ki Hadjar
Dewantara, dan lain-lain.
Terlepas dari peran para ahli ternyata Indonesia dapat bertahan
juga karena partisipasi para petani, dapat dibayangkan bahwa pada saat itu
kas negara kosong dan pemasukan yang berjalan saat itu dari hasil
pertanian.

Foto: llustrasi Indonesia Awal Kemerdekaan | www.flickr.com by Boobook48


Untuk pertama kalinya dalam kehidupan rakyat Indonesia
kebanyakan, segala sesuatu yang serba paksaan dari bangsa asing hilang
secara tiba-tiba.

Di pihak Belanda sendiri menganggap Revolusi Indonesia sebagai


suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau, mereka
bertujuan menghancurkan sebuah negara yang baru saja memproklamirkan
kemerdekaan mulai dengan cara blokade ekonomi salah satunya.

Meskipun telah dibacakan proklamasi, banyak raja-raja luar Jawa


yang telah didukung dan dijadikan kaya oleh Belanda sehingga tidak
tertarik kepada Revolusi.

Mereka tidak menyukai pimpinan di Jakarta sebagai wakil-wakil


kekuatan Revolusi, meskipun tidak semua raja bersikap demikian, seperti
Raja Bone di Sulawesi Selatan menyatakam dukungannya dan mengakui
kekuasaan G.S.S.J. Ratulangi sebagai Gubernur Republik di sana.

Foto: llustrasi Indonesia Awal Kemerdekaan | www.flickr.com by


Raymond Ginting
Perubahan di masa awal kemerdekaan diantaranya meliputi
perubahan di bidang pendidikan dengan berdirinya Universitas Gadjah
Mada yang merupakan Sekolah Tinggi teknik di Bandung serta lembaga
pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan di tahun
1946 adalah Perguruan Tinggi Kedokteran, Sekolah Tinggi Kedokteran
Hewan, Sekolah Tinggi Farmasi, dan Perguruan Tinggi Pertanian yang
kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta.

Di bidang sosial dan budaya ditandai dengan lahirnya seniman dan


sastrawan nasional, seperti penyair Chairil Anwar, penulis prosa
Pramoedya Ananta Toer, yang sebagian tulisannya dikerjakan di penjara
Belanda pada tahun 1947-1949, Wartawan Mochtar Lubis, dan lain-lain
serta terbentuknya PWI dan PGRI sebagai upaya untuk melakukan
perjuangan melalui organisasi.

Kemudian dalam bidang ekonomi yang paling signifikan yakni


dicetaknya Oeang Repoeblik Indonesia, uang adalah lambang utama suatu
negara merdeka serta sebagai alat untuk memperkenalkan diri kepada
khalayak umum.

Meskipun tengah menghadapi inflasi dan blokade ekonomi,


Indonesia dapat bertahan dengan segala upayanya melalui para ahli di
bidang ekonomi, satu hal yang menarik adalah ketika tengah mengatasi
blokade ekonomi, Indonesia berhasil mengirimkan bantuan beras ke India,
ini berkat dukungan dari para petani karena penghasilan pemerintah hanya
bergantung kepada produksi pertanian. sehingga pemerintah RI bertahan
sekalipun keadaan ekonomi sangat buruk.

2.4. Pemerintahan Pada Masa Orde Lama


Orde Lama adalah sebutan bagi masa Presiden Soekarno
diIndonesia. Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 – 1968. Dalam
jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan bergantian sistem ekonomi
liberal dan sistem ekonomi komando. Di saat menggunakan sistem
ekonomi liberal, Indonesia menggunakan sistem pemerintahan
parlementer . Presiden Soekarno di gulingkan waktu Indonesia
menggunakan sistem ekonomi komando.
Setelah turunnya presiden soekarno dari tumpuk kepresidenan
maka berakhirlah ordelama.Kepemimpinan disahkan kepada jendral
soeharto mulai memegang kendali. Pada era Orde Lama, masa
pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967, pembangunan
dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan sedikitnya
tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional:
a) TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
b) TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
c) Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan
Pembangunan

Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan oleh


MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian untuk
mendorong pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan
kerugian pasca penjajahan Belanda.
a) Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem
ekonominya menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian
diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.
b) Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, yang berisi :
 Pembubaran Konstituante.
 Tidak berlakunya UUDS 1950
c) Berlakunya kembali UUD 1945.
d) Segera dibentuk MPRS dan DPRS.
Maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan
struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme (segala-
galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial,
politik,dan ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang
diambil pemerintah di masa ini belum mampu memperbaiki keadaan
ekonomi Indonesia.
2.5. Pada Masa Orde Baru
Orde baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa, dan
negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan pancasila secara
murni dan konsekuen. Lahirnya Orde Baru diawali dengan
dikeluarkannya. Surat Perintah 11 Maret1966 yang menjadi tonggak
lahirnya Orde Baru.
Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soeharto diIndonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk
kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat
“koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada
masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam
jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal
ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini.
Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas
nasional dalam program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional
terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan konsensus
nasional. Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan
bahwa kerdaulatan dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam bidang sosial budaya.
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya
krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia
terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia.
Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara
kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang
sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul
demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum
demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total.
2.6. Pada Masa Reformasi
Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka peluang guna menata
kehidupan demokrasi. Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan
agenda yang tidak bisa ditunda. Demokrasi menuntut lebih dari sekedar
pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus dibangun melalui struktur politik
dan kelembagaan demokrasi yang sehat.
Reformasi merupakan suatu perubahan yang bertujuan untuk
memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diwariskan oleh Orde Baru atau
merombak segala tatanan politi, ekonomi, social dan budaya yang berbau
Orde baru. Atau membangun kembali, menyusun kembali.
Dalam rangka menanggapi tuntutan reformasi dari masyarakat dan
agar dapat mewijudkan tujuan dari reformasi tersebut maka B.J.Habibie
mengeluarkan kebijakan
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Pada orde lama, berlaku sistem demokrasi liberal (17 agustus 1950 - 5
juli 1959) dan demokrasi terpimpin (5 juli 1959 - 1965). dalam sistem
demokrasi liberal kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana
menteri. kedaulatam rakyat diserahkan kepada sistem multipartai sehingga
saat itu muncul beragam partai. efek negatifnya, muncul sikap politik yg
saling menjatuhkan antar partai. Sedangkan pada sistem demokrasi
terpimpin, artinya negara dipimpin oleh pemimpin atau panglima besar
revolusi, yaitu presiden.
Demokrasi pancasila pada orde baru (1966 - 1998) berkeinginan
melaksanakan pancasila dan uud 1945 secara murni dan konsekuen. orde
baru merencanakan dan melakukan program pembangunan ekonomi di
segala bidang untuk memperbaiki keadaan bangsa indonesia. hingga pada
akhir tahun 1980 dan 1990 pembangunan ekonomi berubah menjadi sistem
mercusuar dan panglima. akibatnya, kesenjangan ekonomi terjadi antara
pusat dan daerah serta KKN semakin merajalela di tubuh pemerintahan.
Demokrasi era reformasi berlangsung dari 1998 sampai saat ini. pada
masa ini kebebasan masyarakat dlm menggunakan haknya menjadi lebih
terbuka dan meluas. masyarakat semakin kritis dalam melakukan
pengawasan terhadap pemerintah.
Jadi yg paling baik dan stabil adalah pada era reformasi

3.2. Saran penulis


Saran yaang dapat diberikan penulis ialah semoga saja di masa
mendatang generasi muda akan terus bangga dengan sejarah bangsa kita
sendiri dan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dapat dipahami
betul.Selain itu generasi muda diharapkan menjaga kelestarian sejarah
indonesia khususnya sejarah kerajaan-kerajaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian, ed. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jilid
8 Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

Lubis, Nina.H, dkk. 2003. Sejarah Tatar Sunda Jilid 2. Bandung: Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Universitas Padjadjaran.

https://brainly.co.id/tugas/9025343

http://fernandabrelin.blogspot.com/2015/10/perlawanan-rakyat-indonesia
melawan.html

https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefoxb&sxsrf=ACYBGNRA
k2klno-tjTHR6j94-IuLw04WPw%3A1568969812374&ei=VJ

Anda mungkin juga menyukai