KEPRIBADIAN EYSENCK
Bsyahrulhandika@gmail.com
+6285868162118
A. LATAR BELAKANG
PRASANGKA SOSIAL
Dalam kamus ilmu sosial (Dictionary of the Social Sciences, 1964) and
Handbook of Social Psychology (1954) prasangka didefinisikan sebagai sikap yang
tidak menyukai etnik tertentu. Prasangka sosial membuat seseo-rang atau
sekelompok orang mengingkari adanya kesamaan dan persamaan hak (Koeswara,
1988).
Menurut Allport (1954) dengan prasangka, seseorang atau sekelompok
orang menganggap buruk atau memandang negatif orang lain secara tidak rasional.
Prasangka dianggap sebagai suatu predisposisi untuk mempersepsi, berpikir,
merasa dan bertindak dengan caracara yang menentang atau menjauhi dan bukan
menyokong atau mendekati orang lain. Dengan demikian prasangka menyangkut
kecenderungan untuk menjauhi orang dengan mengambil jarak dan tidak
berhubungan erat dengan mereka serta kecenderungan untuk merugikan dan tidak
membantu mereka (Newcomb, 1985)
a. Sikap (Attitude)
Bukan merupakan pandangan tentang sesuatu, tetapi sikap lebih
menekankan pada konsep tentang tingkah laku spesifik (atau keinginan
untuk bertingkah laku tertentu) sebagai respon terhadap suatu situasi.
b. Dorongan pembawaan (Erg dari Ergon atau kerja)
Dorongan atau motif pembawaan oleh Cattell disebut sebagai Erg.
Semua dorongan primer yang dibawa bersama kelahiran disebut Erg seperti
contohnya seks, lapar, haus, rasa ingin tahu, marah, dan motif lain yang
biasanya tidak hanya dimiliki manusia, tetapi juga oleh primate dan mmlia
lainnya.
c. Sentiment
Sentiment merupakan sumber motivasi yang penting karena
kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi social yang
menonjol.
d. Kalkulus dinamik (Dynamic Calculus)
Dalam kalkulus dinamik, erg dan sentiment dipandang sebagi akar
dari semua motivasi yang dapat dipakai untuk meramalkan tingkah laku
seseorang. Persamaan itu memasukkan hubungan trait, erg dan sentiment
dengan situasi tertentu untuk menentukan bentuk respon seseorang.
b. Conscientiousness: rapi atau tidak rapi, perhatian atau ceroboh, disiplin atau
impulsive, bertanggungjawab atau tidak bisa diandalkan, pantang menyerah
atau mudah menyerah, tegas atau tidak dapat menetukan pendapat,
e. Neuroticism: tenang atau cemas, merasa aman atau tidak aman, puas pada diri
atau mengasihani diri sendiri. Ketidakmampuan mengontrol tegangan,
kecenderungannya merasakan emosi negative seperti kemarahan, rasa bersalah,
kebencian, dan penolakan. Sering mengeluh dan pembangkang.
Allport & Ross yang dikutip oleh Mawani (2001, hal. 16) mengidentifikasi
bahwa ada dua dimensi dasar religiusitas, yaitu ekstrinsik dan intrinsik. Mereka
berdua menafsirkan religiusitas ekstrinsik sebagai pandangan melayani diri
sendiri dan menyediakan kenyamanan dalam keselamatan. Dalam dimensi
ekstrinsik ini yaitu ketika individu menggunakan agama untuk tujuan pribadi,
seperti status sosial, kepentingan pembenaran diri, dan sering selektif dalam
membentuk keyakinan agar sesuai dengan tujuan sendiri. Dengan demikian,
orientasi religius ekstrinsik adalah cara pandang seseorang dalam beragama
yang menggunakan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang
berpusat pada dirinya sendiri (Batson & Schoenrade, 1991)
D. ANALISIS
Analisis yan didapat pada uraian tentang prasangka sosial Allport suatu
organisasi dinamis didalam individu sebagai sistem psychophysis yaitu,
menentukan cara khas dalam menyesuaikan diri dan lingkungan sekitar. Dan
juga tentang dinamika kepribadian pada Eysenck, dapat dijelaskan bawa
seseorang dilihat dengan kesadaran penuh melaksanakan interaksi dan
berprilaku sesuai dilakukan dengan cara mengategorikan menjadi sebuah Circle
yang membentuk kepribadian yang dimana kepribadian tersebut akan otomatis
menjadi kategori didalam kepribadian. Interaksi yang timbul dari dalam
dirinya, bukan karena ada dorongan dari luar, status sosial, atau ingin mencapai
pengakuan dari orang lain.
E. KESIMPULAN