Anda di halaman 1dari 9

AQIDAH ISLAMIYAH

Dosen Pengampu : M.Mustholiq Alwi,M.Pd

Disusun Oleh :

Syahrul Handika (43040170093)

Sabiela Hayyan Dina (43040170096)

Yuni Miftahul Khasanah (43040170096)

PSIKOLOGI ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui segala yang terlintas dalam hati, maha
mengetahui setiap kesulitan dan maha mendengar setiap permintaan, berkat rahmat dan
hidayah-nya, tim penyusun makalah “AQIDAH ISLAMIYAH” dapat menyelesaikan tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW. Beserta keluarganya, sahabatnya dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir yang diampu oleh Bapak
M.Mustholiq Alwi. Namun tidak menutup kemungkinan, makalah ini juga dapat
dimanfaatkan oleh mahasiswa lain pada umumnya, khususnya oleh tim penyusun sebagai
referensi tambahan dalam proses pembelajaran .

Dengan segala kerendahan hati, tim penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna peningkatan penyusunan makalah mendatang .

Semoga kita semua selalu dalam naungan dan lindungan Allah SWT. Amin.

Salatiga, 16 Maret 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. TujuanMakalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Ayat dan Arti surah al baqarah ayat 225


B. Makna yang terkandung dalam ayat
C. Hikmah yang terkandung
D. Pendapat menurut para tokoh
E. Keterkaitan antara ayat dengan aqidah islamiyah

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terkadang seseorang mengucapkan satu kalimat yang ia tidak menyadarinya atau tanpa ada
kesengajaan baik berupa sumpah atau ucapan-ucapan lainnya maka tentunya hal itu ada
konsekwensinya masing-masing, maka bagaimanakah Allah Ta’ala mengajarkan akan hal-hal
yang terkait dengan sumpah atau ucapan tersebut? Allah menyebutkan dalam firmanNya yang
terkandung dalam surat Al – Baqarah ayat 225, yang dikaitkan dengan Aqidah Islamiyah selama
ini. Adanya ayat tersebut dapat diteladani segala hikmah dan pelajaran yang ada. Bahkan segala
sesuatu yang terjadi dapat kita ceritakan dalam firman ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bunyi dan arti surah al baqarah ayat 225?
2. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari ayat tersebut ?
3. Apa hubungan ayat ini dnegan aqidah islamiyah?
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk megetahui seluk beluk Firman Allah yang
sangat pendek namun mengandung banyak arti, serta segala pengertian yang selama ini
jarang diungkapkan oleh hal layak karena keterbatasan referensi. Makalah ini juga dapat
menjadi salah satu karya tulis Mahasiswa yang dapat diajukan kepada dosen untuk
mendapatkan nilai yang sempurna.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat dan Arti Surah al baqarah ayat 225

}225{ ُُ‫ور َحلِي ُم‬ َ ُ‫ت قُلُوبُ ُك ْم َوهللا‬


ٌ ُ ‫غف‬ َ ‫الَّي َُؤاخِ ذُ ُك ُم هللاُ بِاللَّ ْغ ِو فِي أ َ ْي َمانِ ُك ْم َولَكِن ي َُؤاخِ ذُ ُكم بِ َما َك‬
ْ َ‫سب‬

Artinya :

“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksudkan (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk
bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Al-Baqarah:
225)

B. Makna yang terkandung dalam ayat

Allah tidak akan menghukum apa yang terlontar dari lisan-lisan kalian dari sumpah-sumpah
yang tidak bermakna yang sering diucapkan oleh seorang hamba, tanpa ada maksud bersumpah,
dan tidak pula disengaja di hati. Akan tetapi perkataan yang biasa terucap di lisan, seperti perkataan
seseorang di sela-sela pembicaraannya, “Tidak, demi Allah”, “Benar demikian, demi Allah”, atau
seperti sumpahnya atas sebuah perkara yang telah berlalu yang dia kira bahwa dirinya benar.
Sumpah yang dianggap dosa adalah sumpah yang dimaksudkan oleh hati. Di sini terdapat dalil
atas kedudukan niat dalam perkataan sebagaimana kedudukannya dalam perbuatan,

ٌ ُ‫“ } َوهللاُ َغف‬Dan Allah Maha Pengampun” bagi orang yang bertaubat kepadaNya, { ‫َح ِلي ٌم‬
{ ‫ور‬
} “Lagi Maha Penyantun” terhadap orang yang bermaksiat kepadaNya, di mana Allah tidak
menyegerakan hukuman atasnya, akan tetapi Allah bersikap santun terhadapnya, dan Dia tutupi
dosanya dan Dia maafkan, padahal Dia mampu menghukumnya langsung berada dihadapanNya.
C. Hikmah yang terkandung
1. Laghwul yamin (sumpah main-main atau tidak disengaja) adalah dimaafkan. Sumpah
tersebut memiliki dua bentuk, diantaranya:
a. Ucapan sumpah yang terbiasa terlontar dari lisannya dan ia tidak berkeinginan
untuk bersumpah, seperti ucapan ‘Laa wallahi’ (tidak demi Allah), ‘Balaa
wallahi’(ia demi Allah).
b. Dan bentuk kedua, adalah seseorang bersumpah atas sesuatu yang dalam
perkiraanya adalah begini, akan tetapi kenyataannya berbeda dari apa yang ia
sangka, seperti ucapan, ‘Wallahi (demi Allah dalam dompetku tidak ada uang
serupiah pun…) dia perkirakan atau sangat yakin bahwa didalam dompetnya
memang tidak ada uangnya, ternyata ketika dilihat dompetnya berisi uang, maka
ini termasuk sumpah yang tidak disengaja.
2. Sumpah yang dilarang dan akan mendapat hukuman bagi hamba yang melakukannya
adalah sumpah yang disengaja berdusta dengan tujuan dari sumpahnya tersebut untuk
mendapatkan manfaat duniawiyah yang dia inginkan. Inilah maksud dari ayat, “akan tetapi
Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh
hatimu.” Dan sumpah ini disebut ‘al-Yamin al-Ghamus’ (sumpah palsu).
3. Dan sumpah yang mewajibkan atasnya ‘kaffarah’ adalah sumpah yang diucapkan seorang
hamba untuk melakukan sesuatu ternyata ia tidak mampu melakukannya. Atau bersumpah
untuk tidak melakukan sesuatu ternyata karena kondisi yang memaksa sehingga ia
melakukannya dan ketika ia mengucapkan sumpahnya tersebut tidak mengucapkan ‘Insya
Allah’.
4. Tidak ada hukuman bagi seorang hamba yang tidak sengaja dalam lafadz, ucapan atau
pembicaraan yang diucapkan; faidah ini adalah kaidah yang sangat agung, yang
mengandung banyak permasalahan, diantaranya :
a. Apabila terucap kata-kata ‘thalaq’ (cerai) dari lisan seseorang tanpa kesengajaan
(tidak disengaja) maka belum jatuh talak pada istrinya;
b. Apabila seorang laki-laki mengucapkan kata ‘talak’ untuk istrinya dalam kondisi
sangat marah (hingga kehilangan kendali) maka belum jatuh talak;
c. Dan apabila seseorang mengucapkan suatu ucapan kekufuran (yang menyebabkan
pelakunya menjadi kafir) dalam kondisi sangat gembira (hingga hilang kesadaran)
maka ia tidak kafir, sebagaimana hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim tentang
gembiranya Allah dari taubat seorang hamba melebihi kegembiraan orang yang
menemukan kendaraan dan bawaannya kembali setelah hilang;
d. Demikian pula apabila seseorang di paksa untuk mengucapkan ucapan kekufuran
dan hatinya tetap teguh dengan keimanannya maka dia tidak kafir; dan masalah-
masalah lainnya yang masuk dalam kaidah tersebut.
5. Bahwa tolok ukur dari perkara tersebut adalah ‘apa yang terdapat didalam hati’.
Sebagamana firman Allah Ta’ala dalam ayat diatas, ‘akan tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu’.
6. Di antara pelajaran dari ayat diatas adalah, bahwa bagi hati itu terdapat amal usaha (yang
dapat mendatangkan balasan) sebagaimana anggota badan; adapun apa yang terbersit
dalam hati yang tidak dengan ketenangan atau kesengajaan terhadapnya maka hal itu tidak
ada hukuman (balasan) baginya, karena hal itu bukan suatu perbuatan, oleh karena itu
rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala memaafkan
terhadap apa yang terbersit dalam hati ummatku selama tidak melakukannya atau
mengucapkannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
7. Penjelasan tentang penetapan dua nama yang mulia bagi Allah Ta’ala yaitu, ‘Al-Ghafur
dan Al-Halim’ (Yang Maha Pengampu dan Maha Penyantun), dan apa-apa yang menjadi
konsekwensi dari keduanya berupa sifat, hikmah dan hukumnya.
8. Adanya isyarat bahwa ampunan Allah dan sifat kesantunanNya menggugurkan hukuman
bagi sumpah yang tidak disengaja.
9. Hendaknya kita berputus asa dari rahmat Allah Ta’ala; karena Dia Maha Pengampun. Dan
janganlah kita merasa aman dari makar Allah Ta’ala; karena Allah Maha Lembut dan
Penyantun. Maka menjadilah seorang hamba yang menuju Allah antara Raja’ (penuh
harap) dan Khauf (rasa takut).
D. Pendapat menurut para tokoh
1. TAFSIR JALALEN

Allah tidaklah menghukum kamu disebabkan sumpah kosong), artinya yang tidak dimaksud
(dalam sumpah-sumpahmu) yakni yang terucap dari mulut tanpa sengaja untuk bersumpah,
misalnya, "Tidak, demi Allah!" Atau "Benar, demi Allah!" Maka ini tidak ada dosanya serta tidak
wajib kafarat. (Tetapi Allah akan menghukum kamu disebabkan sumpah yang disengaja oleh
hatimu), artinya kamu sadari bahwa itu sumpah yang tidak boleh dilanggar. (Dan Allah Maha
Pengampun) terhadap hal-hal yang tidak disengaja (lagi Maha Penyantun) hingga sudi
menangguhkan hukuman terhadap orang yang akan menjalaninya.
2. TAFSIR QURAISY SHIHAB

Allah memaafkan sebagian sumpah kalian. Sumpah yang diucapkan dengan tidak disertai
maksud dan ketetapan hati, atau sumpah atas sesuatu yang diyakini telah terjadi padahal belum
terjadi, tidak dinilai oleh Allah. Tetapi Dia menghukumi sumpah yang berdasarkan keinginan hati
kalian untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu perbuatan, serta kebohongan yang
diperkuat dengan sumpah. Allah Maha Pemberi ampun kepada hamba-Nya yang bertobat dan
Maha Penyantun, serta memaafkan segala sesuatu yang tidak dikehendaki hati.

3. TAFSIR SYEKH FADHULLAH HAERI

Karena kebodohan dan kecerobohannya, manusia seringkali berpaling dari jalan ketakwaan,
sampai akhirnya ia dapat mengendalikan hawa nafsunya dan memunculkan jiwanya yang lebih
murni. Tanggung jawab manusia dinilai berdasarkan keadaan dan sifat hatinya yang jika hati itu
murni, membuatnya dapat mendengar dan mengetahui.1

E. Keterkaitan antara ayat dengan aqidah islamiyah

1
Syekh Fadhullah Haeri, jiwa Al-qur’an (Serambi Ilmu Semesta : Jakarta, 2001), hlm.156
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sesuatu yang dilakukan dalam beribadah semua

DAFTAR PUSTAKA

https://ilmuislam2011.wordpress.com/2012/02/13/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-225-
mengucapcan-sumpah-tapi-tidak-bermaksud-bersumpah/

http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatquran&id=127
Tafsir as-Sa’diy
Tafsir al-Qur’an al-Karim, karya Syaikh Ibnu Utsaimin.
Aisar at-Tafasir.

Anda mungkin juga menyukai