Anda di halaman 1dari 19

1

M A K A L AH
KONSEP DIRI

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

ANISAH AINUN ZAHRAH (P003200190054)


SUSANTI AZIS (P003200190096)
MAYANG SULVIAH NINGSIH (P003200190074)
NOVIYANTI RAMADHANI (P003200190078)
ROMI (P003200190088)
GEBRILIYA TIHA (P003200190066)
NIKRA (P003200190076)
AISYAH SRI RAHAYU (P003200190052)
NOVIYANTI (P003200190077)
DIKI YUSMAN (P003200190059)
LALA SATYA NINGRUM (P003200190071)
MARSHANDA (P003200190074)

PRODI D3 KEPERAWATAN
TK. I B
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “KONSEP DIRI”.

Makalah ini disusun untuk menjelaskan tentang Konsep Diri dalam Keperawatan agar
dapat diterapkan dalam praktek keperawatan, serta diajukan demi memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Dasar Semester Ganjil.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.

Kendari, September 2019

Penulis

2
3

BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses kehidupannya, mulai
dari lahir hingga mencapai titik kedewasaannya. Sehingga di dalam diri setiap individu
terdapat berbagai macam cara identifikasi serta perubahan melalui proses yang berbeda pula
dan diharapkan menuju arah yang lebih baik. Di dalamnya terdapat hubungan timbal balik
antara satu individu dengan individu lainnya dan dari identifikasi tersebut didapatkan pola
tingkah laku dari hasil pemikiran yang panjang.

Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri
saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu
mempengaruhi konsep diri.

Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari
perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri dikembangkan melalui
proses yang sangat kompleks yang melibatkan banyak variable. Keempat komponen konsep
diri adalah identitas, citra tubuh, harga diri dan peran.

Dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia
sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya
menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri dan persepsi tentang kesehatan sangat berkaitan erat satu sama lain. Klien
yang mempunyai keyakinan tentang kesehatan yang baik akan dapat meningkatka konsep
diri. Tetapi sebaliknya, klien yang memiliki persepsi diri yang negatif akan menimbulkan
keputusasaan.

Maka disini kami akan memaparkan tentang konsep diri dalam keperawatan yang
nantinya akan dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung komponen-
komponen konsep diri, faktor pengaruh konsep diri, dan proses keperawatan dalam konsep
diri.

 Rumusan Masalah

3
4

1. Apa pengertian dari konsep diri ?


2. Apa saja komponen dari konsep diri ?
3. Bagaimana perkembangan dari konsep diri itu ?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi konsep diri ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan terhadap klien ?

 Tujuan

1. Menjelaskan pengertian dari konsep diri.


2. Menjelaskan komponen - komponen dari konsep diri.
3. Menjelaskan perkembangan konsep diri.
4. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri.
5. Menjelaskan asuhan keperawatan terhadp klien.

4
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Diri

Secara umum, Konsep diri berasal dari bahasa inggris yaitu “selfconcept”merupakan
suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yang meliputi bagaimana seseorang
memandang, memikirkan dan menilai dirinya sehingga tindakan-tindakannya sesuai dengan
konsep tentang dirinya tersebut.

Konsep diri mempunyai banyak pengertian dari beberapa ahli.Berikut merupakan konsep
diri menurut para ahli yang lain:

1. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“.
2. Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu
dari konsep diri.
3. Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
4. Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang
diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri
sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang
tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik
dari individu tersebut.
5. Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu
akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
6. Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang untuk
melihat dirinya secara utuh dengan semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.

5
6

pikiran kita ketika mulai menyesatkan jiwa dan raga.

B. Komponen Konsep Diri

Konsep diri terdiri dari 5 komponen :

a. Identitas diri

Menurut Stuart dan Sundeen (1991), identitas adalah kesadaran akan diri yang
bersumber dari obsesi dan penilaian yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh

Identitas juga bercermin pada yang lain (theother), yang tidak bisa terlepas dari
pengakuan/pengukuhan orang lain. Identitas manusia selama hidupnya di cerminkan oleh
seperangkat opini orang lain.

Keunikan setiap individu sekaligus adalah kekuatan diri dan kelemahannya,


kekuatan karena dengan memahami keunikan itu kita tidak tergoyahkan oleh penafsiran
yang lain, kelemahannya adalah ketika kita berupaya untuk mengukuhkan identitas
tersebut.

Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak, yang di pengaruhi oleh pandangan


dan perlakuan lingkungan.

Ciri-ciri individu dengan perasaan yang identitas positif dan kuat:

1. Memandang diri berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
2. Memiliki kemandirian, mengerti dan percaya diri, yang timbul dari perasaan
berharga, berkemampuani suatu kesela dan dapat menguasai diri.
3. Mengenal diri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari orang lain .
4. Mengakui jenis kelamin sendiri.
5. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
b. Gambaran diri

Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain
terhadap dirinya. Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart
dan Sundeen, 1991).

1. Sikap tersebut mencakup: persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.setiap perubahan
tubuh akan berpengaruh terhadap kehidupan individu.
6
7

2. Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya,menerima reaksi diri


tubuhnya dan menerima stimulus dari orang lain, semakin sadar dirinya terpisah
dari lingkungan “usia remaja, fokus individu terhadap fisik lebih menonjol”.
3. Gambaran diri berhubungan erat dengan kepribadian,cara individu memandang
diri berdampak penting pada apek pisikologinya,individu yang berpandangan
realistic terhadap diri,menerima,menyukai bagian tubuh akan memberi rasa
aman,terhindar dari rasa cemas,dan meningkatkan harga diri individu yang
stabil,realistis dan konsisten terhadap gambaran diri akan memiliki kemampuan
yang mantap terhadap realisasi sehingga memacu sukses dalam hidup.

c. Harga diri

Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal
maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. Harga diri terkait
dengan berbagai hal yang berperan vital, di antaranya:

1. Kualitas emosi
2. Aktualisasi diri
3. Kepercayaan diri
4. Coopersmith (Stuart dan Sudeen, 1991)

d. Ideal diri

Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan dinilai
oleh personal lain. Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai
dengan standartpribadi.Stuart dan Sundeen, (1991) yaitu :

1. Standart tersebut berhubungan dengan tipe orang, tentang yang di inginkan,


sejumlah aspirasi, cita-cita,nilai yang ingin di capai.
2. Ideal diri berpengaruh terhadap perwujudan dan cita-cita,harapan
pribadi berdasarkan norma sosial (keluarga, budaya) dan kepada siapa ia
ingin lakukan.
3. Mulai berkembang pada masa kanak-kanak dan di pengaruhi oleh orang penting
pada dirinya yang memberikan tuntutan dan harapan.Pada usia remaja ideal diri
terbentuk melaui proses identifikasi/memperhatikan.
4. Kejadian yang terjadi dalam dirinya, serta dapat memilih dan menyesuaikan diri.
5. Faktor yang berpengaruh terhadap ideal diri :

7
8

a.) Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.


b.) Budaya, standar ini dibandingkan dengan standar kelompok teman.
c.) Ambisi dan keinginan untuk lebih dan berhasil, kebutuhan yang realistic,
keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.
d.) Ideal diri hendaknya ditetapkan tidak terlalu tinggi tetapi masih lebih tinggi
dari kemampuan sehingga tetap menjadi pendorong dan masih dapat di capai
serta tidak frustasi.

e. Peran

Merupakan pola sikap, prilaku, posisi dimasyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunitas. Peran merupakan pola sikap,
perilaku, nilai dan tujuan yang di harapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.

Peran dalam kehidupan dijalani dengan kadar dan konsekuensinyan, peran yang
baik adalah peran yang tak menyalahi aturan yang benar, memenuhi kebutuhan dan
sinkron dengan ideal diri. Peran sosial, merupakan hubungan antara satu individu
dengan individu lainnya, terkait dengan etnik, budaya dan agama, karena pada
dasarnya masing-masing diri memiliki berbagai identitas diri yang berbeda
(multipleselfes).

C. Perkembangan Konsep Diri

Menurut Hurlock ( 1968 ), individu belum mampu membedakan antara diri


dengan yang bukan diri ketika masih bayi. Individu baru sampai tahap yang bisa
membedakan antara dunia luar dengan dirinya sendiri ketika berusia 6-8 bulan, dan
ketika berusia 3-5 tahun ia mulai mempu mengidentifiasikan dirinya dalam berbagai
dimensi kategori, seperti umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, kepemilikan benda, warna
kulit, dan sebagainya. Tahap ini disebut oleh Allport ( Sarason, 1972 ) dengan
istilah early self. Kemudian individu mulai punya kemampuan untuk memandang ke
dunia di luar dirinya dan mulai belajar merespon orangtlain. Bisa dikatakan bahwa
konsep diri fisik muncul lebih dahulu dibandingkan konsep diri psikologis.

Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap


perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam
mengembangkan konsep diri yang positif. Tahap- tahap perkembangan konsep diri :

8
9

1. Bayi

Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer
dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua
atau orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan
memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik
dan penginderaan, perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan.
Pengalaman pertama bayi dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih
sayang dan sikap ibu adalah dasar untuk perkembangan citra tubuh.

2. Todler

Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak


beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka
dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan
tugas higien dasar.

Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain.
Mereka belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet
training, berbicara dan sosialisasi.

3. Usia prasekolah

Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin,
meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive
terhadap umpan balik keluarga.

Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan
dari anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk
pembentukan konsep diri anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan
penurunan harga diri dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras
untuk mengatasinya.

4. Anak usia sekolah


9
10

Menurut Bee ( 1981 ) mengungkapkan bahwa pada masa ini seorang anak
menggabungkan umpan balik dari teman sebaya dan lingkungan sosial selain keluarga
mulai mempengaruhi pandangan dan juga penilaian individu terhadap dirinya. Tahap ini
oleh Allport ( Sarason, 1972 ) disebut dengan tahapperkembangan diri sebagai pelaku.
Individu mulai belajar untuk bisa mengatasi berbagai macam masalah secara rasional.

Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih
banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah,
dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca
memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan
tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karena anak terus
berubah secara fisik, emosional, mental dan sosial.

5. Masa remaja

Menurut Hollingworth ( dalam Jersild, 1965 ) masa remaja merupakan masa


terpenting bagi seseorang untuk menemukan dirinya. Mereka harus menemukan nilai-
nilai yang berlaku dan yang akan mereka capai di dalamya. Individu harus belajar untuk
mengatasi masalah-masalah, merencanakan masa depan dan khususnya mulai memilih
pekerjaan yang akan digeluti seara rasioanal ( Allport dalam Sarason, 1972 : 39 ).

Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang


maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam
diri.Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor
penting dalam penerimaan dan perbaikan citra tubuh.

Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan
pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang
positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri
mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk.
Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapkan rasa
identitas.

6. Masa dewasa muda

Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi
sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk

10
11

menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai


melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif
stabil.

Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan
diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial.
Konsep diri secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap,
dan perasaan tentang diri.

7. Usia dewasa tengah

Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak,


kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat
perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui
citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.

Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali


pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup.
Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan
untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.

8. Lansia

Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia
dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang
bercermin pada hidup mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan
dengan demikian menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri
mereka dan dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering
lansia mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.

Perjalanan untuk pencarian identitas diri bukan merupakan proses langsung jadi,
melainkan sebuah proses yang berkesinambungan. Konsep diri yang berupa totalitas
persepsi, pengharapan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri terbentuk
berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap, peran, dan identitas yang berlangsung
seiring tugas perkembangan yang dikembangkan dalam konsep diri.

11
12

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri adalah sebagai


berikut :

1. Tingkat perkembangan dan kematangan

Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan


anak akan mempengaruhi konsep dirinya.

2. Budaya

Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan
membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.

3. Sumber eksternal dan internal

Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh


terhadap konsep diri.

4. Pengalaman sukses dan gagal

Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri


demikian pula sebaliknya.

5. Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956) menyatakan
bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil
spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu. Proses normal dari
kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.

E. Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan adalah merupakan suatu tindakan kegiatan atau proses


dalam praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan objektif klien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya, dan asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah ilmu

12
13

keperawatan.
Pengertian Asuhan Keperawatan adalah merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien / pasien di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
Asuhan keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan :

a. Kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi.


b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan.
c. Kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki.
d. Kebutuhan akan harga diri.
e. Kebutuhan aktualisasi diri.

Jadi bila menilik hasil dari pengertian di atas maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan arti makna pengertian dari asuhan
keperawatan adalah merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang di mulai dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara
derajat kesehatan yang optimal.

2. Tahapan Proses Keperawatan

Tahap-tahapan dalam melakukan dan pengkajian pada proses keperawatan ini adalah
lima yaitu :
a. Pengkajian

Tahapan pengkajian keperawatan ini mencakup tiga kegiatan, yaitu


Pengumpulan Data, Analisis Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
1. Pengumpulan Data. Tujuan dari pengumpulan data ini adalah
untuk mendapatkan data dan informasi mengenai masalah
kesehatan dan masalah keperawatan yang ada pada pasien
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk
mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental,

13
14

sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang


mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah
dianalisis.
Jenis data antara lain :
 pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit.
 Data subjekif. Data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,
atau dari keluarga pasien / saksi lain misalnya : kepala pusing, nyeri dan
mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelumnya dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien

2. Analisa Data. Analisa data adalah kemampuan dalam


mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar
belakang ilmu pengetahuan.
3. Perumusan Masalah. Setelah analisa data dilakukan, dapat
dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan
tersebut ada yang dapat diintervensi dengan Asuhan Keperawatan
(Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih
memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosa
keperawatan sesuai dengan prioritas.
4. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan
segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi
akan menimbulkan komplikasi, sedangkan Segera mencakup
waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan
harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih
parah atau kematian.Prioritas masalah juga dapat ditentukan
berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : keadaan
yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan,
persepsi tentang kesehatan dan keperawatan.

3. Diagnosa Keperawatan

14
15

Perumusan Diagnosa Keperawatan meliputi dari hal sebagai berikut :


1.) Aktual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
2.) Resiko : Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi.
3.) Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4.) Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera
yang lebih tinggi.
5.) Syndrom : diagnose yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

a. Perencanaan Keperawatan

Berikut beberapa hal yang terkait dengan pembuatan rencana keperawatan yaitu :

1.) Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi rencana keperawatan adalah
semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil
yang di harapkan (Gordon,1994).
2.) Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. terorganisasi sehingga
setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang
diberikan.
3.) Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai
hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang
berkualitas tinggi dan konsisten.tertulis mengatur pertukaran informasi oleh
perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang(potter,1997)
4.) Implementasi Keperawatan
Yang dimaksud dengan pengertian dan definisi implementasi keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursingorders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan
klien.Adapun Tahapan Implementasi Keperawatan adalah sebagai berikut :

 Tahap 1 : Persiapan. Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut


perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan.

15
16

 Tahap 2 : Intervensi. Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah


kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen, dependen, dan interdependen.
 Tahap 3 : Dokumentasi. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.

4. Evaluasi Keperawatan

Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan


keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.Adapun
tujuan dari sasaran evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut :

1.)Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria / rencana yang telah disusun.


2.)Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di
rumuskan dalam rencana evaluasi.Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi
yaitu :
a. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan
perbaikan / kemajuan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai
secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara
mengatasinya.
c. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan / kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah
baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara
lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari
pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus
didokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

Pengertian definisi Dokumentasi Keperawatan adalah segala sesuatu yang


tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi
individu yang berwenang (potter 2005).

16
17

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua
ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan
dengan orang lain. Sangatlah penting bagi seorang perawat untuk memahami konsep diri
terlebih dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri sebelum melayani klien, sebab
keadaan yang dialami klien bisa saja mempengaruhi konsep dirinya, disinilah peran
penting perawat selain memenuhi kebutuhan dasar fisiknya yaitu membantu klien untuk
memulihkan kembali konsep dirinya.

Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal
idividual, citra diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan,
ideal diri menjadi suatu harapan, dan peran atau posisi di dalam masyarakat.Untuk
membangun konsep diri kita harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran
positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif,
dan menjaga keseimbangan hidup.

Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami
konsep diri, kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

B. SARAN

17
18

Disarankan setelah membaca makalah ini dan memahaminya agardiaplikasikan


ilmunya dalam kehidupan sehingga, sikap saling mengertidan menghargai sesama
manusia lebih baik.

18
19

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Surabaya: Salemba Medika

Potter, Perry. 2005. “ Buku Ajar Fundamental Keperawatan “. EGC : Jakarta.

Wong L. Donna, Hockenberry-Eaton Marilyn, dkk. 2008. “ Buku Ajar Keperawatan Pediartik
Vol.1”. EGC : Jakarta

Sunaryo. 2004. “ Psikologi untuk Keperawatan”. EGC : Jakarta

Brooks, W.D., Emmert, P. Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976

19

Anda mungkin juga menyukai