1 PENDAHULUAN
Sekitar 55.000 ton rumput laut dari jenis Agarophytes (Gracilaria sp.
dan Gelideium sp.) setiap tahun diekstrak menjadi tepung agar sebanyak 7.500
7.500 ton diperkirakan sekitar US$ 132 juta. Sekitar 2.000 ton agar yang
dikomsumsi dunia, berasal dari Chili. Indonesia sampai saat ini masih
tercatat sebagai salah satu Negara yang mengimpor kurang lebih 200 ton
tepung agar pertahun yang berasal dari Chili (FAO Fisheries Circular, 2002
laut gracilaria tidak memiliki perbedaan antara akar, batang dan daun.
Tanaman ini berbentuk batang yang disebut dengan thallus (jamak: thalli)
pasir, lumpur, karang, kulit kerang, karang mati, batu maupun kayu, pada
yang optimal. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993) berat awal dari bibit
rumput laut yang baik adalah antara 50g-150g. Atas dasar maksud tersebut
1.2 Tujuan
penyakit, serta analisa finansial yang terdiri dari B/C ratio, BEP, dan PBP.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Taksonomi
Kingdom : Protoctista
Phylum : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Subclass : Florideophycidae
Ordo : Gracilariales
Family : Gracilariaceae
Genus : Gracilaria
2.1.2 Morfologi
coklat atau kuning hijau (dapat dilihat pada gambar 1). Percabangan
berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya
pada karang yang mati, potongan kerang, maupun substrat keras lainnya,
baik yang dibentuk secara alamiah maupun buatan (Afrianto dan Liviawati,
1993)
batu atau benda. lainnya. Alga jenis ini sekarang merupakan tanaman
6
2.4 Reproduksi
diploid (2n) menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian
menjadi 2 jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang masing-masing
bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput
laut jantan dan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan
perkawinan, setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi
percabangan yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas
dalam menetukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut. Pada tahap ini,
4. Lokasi tambak harus dekat dengan sumber air tawar dan laut.
dan udang.
tambak adalah :
1. Lokasi harus dekat dengan sumber air laut dan air tawar
3. Dasar tambak harus berada pada atau dekat titik 0 pasang surut
jenis rumput laut pilihan yang telah teruji dan dapat memenuhi persyaratan
mutlak, baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor seperti yang
Bibit rumput laut dapat berasal dari stok alam atau dari hasil
budidaya. Keuntungan bila bibit berasal dari alam adalah disamping mudah
lain. Bibit yang berasal dari hasil budidaya lebih murni karena hanya terdiri
dari satu jenis rumput laut, tetapi bermasalah dalam hal mendatangkannya
hati-hati dan cermat serta diusahakan bibit harus tetap terendam air laut.
10
ke dalam kotak karton dengan dilapisi plastic dan kemudian bibit disusun
kering, ditaburkan kapur petanian agar pH menjadi antara 6,5 – 8. Tujuh hari
permukaan air tambak dengan padat penebaran antara 80 – 100 g/m 2 atau
800 – 1000kg/ha. Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan
2.5.4 Pemeliharaan
(Ditjenkanbud, 2005).
2.5.5 Pemanenan
yakni sekitar empat kali berat awal (dalam waktu pemeliharaan 1,5 – 4
bulan). Bila rumput laut dapat mencapai sekitar 500 – 600 g, maka jenis ini
bagian pangkalnya dan ujung dari thallus dipisahkan untuk dijadikan bibit
dan dipilih antara yang tua thallusnya dengan yang muda. Thallusnya yang
2005).
mencegah adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas maupun suhu air.
akan membentuk percabangan yang baru. Semakin besar berat awal yang
yang terjedi tidak begitu cepat dan semakin ringan berat awal, maka ujung-
dapat lebih meningkat. Berat awal dari bibit rumput laut yang baik adalah
Hama yang biasa menyerang rumput laut jenis ini adalah ikan
lokasi yang tepat, penggunaan teknologi yang tepat, isolasi lokasi dengan
phosphate yang relatif tinggi menunjukkan bahwa jumlah dari rumput laut
14
yang rendah. Hal serupa belum ditemukan pada pengaruh konsentrasi nitrat
dengan mengganti air tambak seminggu dua kali. Apabila dala seminggu air
tambak tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput laut akan terjadi
waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah usaha tersebut akan
investasi, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji usaha atau aspek
dua, yaitu :
a. Biaya Tetap
tetap.
kerugian yang dialami oleh perusahaan pada kurun waktu pertahun, per
kuatal atau waktu lainnya (Soeharto,1999). Rumus analisa laba rugi adalah :
Ket :
Laba : Total Penjualan > Total Biaya
Rugi : Total Penjualan < Total Biaya
dikatakan menguntungkan jika Benefit Cost Ratio lebih dari satu. Semakin
Total Penjualan
B/C Ratio =
Total Biaya
yaitu BEP unit dan BEP Rupiah. Rumus yang digunakan untuk menghitung
Biaya tetap
BEP (rupiah) =
Biaya variabel
1-
Penjualan
Biaya tetap
BEP (Unit) =
Harga jual/unit – Biaya variabel/ unit
Pay Back Period adalah waktu yang dibutuhkan oleh Benefit Cost
dikeluarkan.
Rumus analisa Pay Back Periode (PBP) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Investasi
PBP = X 1 Tahun
Keuntungan + Penyusutan
18
3 METODE PRAKTEK
mulai tanggal 1 Maret 2007 sampai dengan tanggal 28 Mei 2007 di Kota
Palopo. Tambak yang dipilih untuk percobaan ini adalah milik bapak H.
Muhammad Tahir.
3.2.1 Alat
Lanjutan tabel
1 2 3 4 5 6
6 Refraktometer Atago 1 ppt 1 buah Mengukur
salinitas
7 pH pen Hanna 0,1 1 buah Mengukur
Instrumen pH
8 Waring - (60x60x60)cm 20 m Wadah
percobaan
3.2.2 Bahan
praktek akhir ini adalah metode survei dengan pola magang dan metode
dengan pola magang dilakukan dengan mengikuti semua kegiatan yang ada
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
data sekunder diperoleh dari wawancara dan studi literatur yang terkait
rangkaian kegiatan seperti pada diagram alir yang ditunjukkan pada gambar
4 di bawah :
Penanaman bibit
Perawatan
Panen
Waring tersebut dijahit dengan tali PE yang ukurannya lebih kecil dari
tertutup.
pengulangan
Bibit rumput laut diambil dari sekitar lokasi budidaya. Rumput laut
berumur antara 15 – 20 hari. Rumput laut yang diambil harus rumput laut
yang masih muda dan tidak terserang hama dan penyakit. Rumput laut
hama dan penyakit seperti ice-ice dan lumut yang menempel pada rumput
laut tersebut.
22
Rumput laut yang telah ada, ditimbang dengan berat yang telah di
tentukan 50, 100, 150, dan 200 g dengan 3 kali pengulangan. Jadi jumlah bibit
bibit rumput laut ditanam dengan spesifikasi 50, 100, 150, dan 200 g.
23
penyakit
persatu, dibersihkan dari lumut atau kotoran yang menempel yang bisa
hari.
24
3.3.5 Perawatan
diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan
berlanjut karena banyaknya lumut yang menempel pada waring yang bisa
menggunakan sikat gigi dengan bulu halus dan disikat dengan lembut agar
wadah tersebut tidak cepat rusak dan waring tersebut bersih sehingga
3.3.6 Percobaan
waring yang telah dibuat dengan ukuran 60cm x 60cm x 60cm. Maka jumlah
Explan
Explan
Explan
Explan
99%. Prosedur ini menghasilkan analisis variansi satu arah untuk variabel
nyata atau tidak. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan (minimal dua
membandingkan rata-rata ada 1 tipe tes, yaitu post hoc test: tes yang
Dalam hal ini, kita menggunakan post hoc test. Apabila dalam analisa
ini akan diperoleh hasil bahwa perlakuan yang dipergunakan akan berbeda
Jika F hitung <F tabel pada ά (0,05 atau 0,01) maka terima Ho atau tolak H 1
jika F hitung > F tabel pada ά (0,05 – 0,01) maka terima H] atau tolak Ho.
Dalam uji post hoc tes yang didalamnya terdapat uji beda nyata (duncan)
mempunyai ketelitian 5 g dan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00. hasil
dari sampling tersebut dijadikan data berat yang selanjutnya diolah dengan
sebagai berikut :
28
(Wt) 1/t
G = -1 x 100%
Wo
Keterangan :
G : Laju petumbuhan dalam % perhari
Wo : Berat tanaman awal
Wt : Berat tanaman sesudah t hari
t : Lama penanaman (hari)
seminggu. Pengukuran suhu, pH, Salinitas, diukur setiap pagi pada jam
05.30, siang pada jam 14.00 dan sore hari pada jam 17.30. Sedangkan
Suhu
Setelah itu dibaca skala yang ditunjukkan oleh permukaan air raksa.
Salinitas
air tawar yang bersalinitas 0°/oo, kemudian air sampel diambil yang
akan diukur
Kecerahan
analisa statistik ANOVA (analisis sidik ragam) pada selang kepercayaan 95%.
Lintang Selatan dan 120°14’34” Bujur Timur. Kota Palopo yang merupakan
31
daerah otonom kedua terakhir dari empat daerah otonom di tanah Luwu,
dipisahkan oleh wilayah Kota Palopo, disebelah timur dengan teluk Bone,
dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Dengan potensi
luas seperti itu oleh pemerintah Kota Palopo telah membagi membagi
menjadi 9 Kecamatan dan 48 Kelurahan pada tahun 2005 (BPS Kota Palopo,
2005)
4.2.1 Penduduk
Penduduk Kota Palopo pada akhir tahun 2005 menurut hasil Survey
Sosial Ekonomi Nasional 2005 telah berjumlah 127.804 jiwa, terdiri dari laki-
laki sebanyak 63.427 jiwa dan perempuan berjumlah 64.377 jiwa. Dengan
demikian angka sex ratio sebesar 98,52. Angka ini menunjukkan bahwa
Palopo pada umumnya adalah budidaya darat dan hanya sebagian kecil di
budidaya Rumput Laut (Gracilaria verrucosa). Luas areal perikanan darat pada
tahun 2005 tercatat seluas 1.695,50 ha, meningkat sekitar 5,50 hektar
Luas areal untuk budidaya perikanan tersebut secara terinci terdiri dari 1.531
ha lahan tambak, 124,50 ha berupa sawah dan 34,50 ha yang tergolong jenis
kolam.
menunjukkan peningkatan dari 1.121 rumah tangga pada tahun 2004 menjadi
1.126 rumah tangga pada tahun 2005. Sedangkan rumah tangga yang
tangga pada tahun 2004 menjadi 930 rumah tangga pada tahun 2005 (BPS
5.1.1 Temperatur
(dapat dilihat pada lampiran 2). Pada gambar grafik yang disajikan pada
gambar 7 dapat dilihat adanya fluktuasi temperatur yang tajam atau cukup
yang tinggi akan berakibat thallus menjadi pucat tidak sehat sehingga akan
terjadi adanya sedimen dan ditempeli epiphyt, yang akhirnya pada thallus
mudah terserang ice – ice dan terjadi kerontokan (Aslan, 1991) sedangkan
34
rumput laut sebaiknya tidak mengalami fluktuasi suhu air yang tajam/besar,
5.1.2 Salinitas
dilakukan dua kali seminggu (dapat dilihat pada lampiran 2), salinitas pada
yang mencapai 14 ‰.
19‰ salinitas yang terendah terjadi pada minggu ke dua pada saat terjadinya
tercampurnya air tawar dan air laut sehingga salinitas mengalami penurunan
yaitu mencapai 14‰. Salinitas tertinggi terjadi pada minggu ke-5 yaitu 19‰.
Hal ini terjadi karena tidak adanya hujan dan intensitas matahari yang tinggi.
35
Angkasa et al. (2007) bahwa salinitas yang ideal untuk pertumbuhan rumput
6,8 – 7,4 Hasil pengamatan menujukkan bahwa nilai pH air antara 6,8 – 7,4
suasana air tersebut asam atau basa. Bila nilai pH dibawah 7 berarti air
tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa dengan kisaran optimum
gracilaria dan 6,8 – 8,2. untuk Gracilaria verrucosa kisaran pH seperti ini sudah
5.1.4 Kecerahan
karena dapat membantu fotosintesa yang dilakukan oleh rumput laut untuk
thallus berubah menjadi putih pucat. Hal ini dapat terlihat pada metoda
5.2.1 Perlakuan A
sekali dengan perlakuan berat awal 50g disajikan pada gambar 11. Dari
pada perlakuan A, Berat rumput laut pada hari ke-40, ulangan ke-1
menunjukkan berat rumput laut mencapai 285g, ulangan ke-2 berat rumput
laut mencapai 270g, sedangkan pada ulangan ke-3 berat rumput laut
rumput laut perlakuan ke-1 pada hari ke-40 berada pada kisaran 260g – 285g.
5.2.2 Perlakuan B
hari ke-40, ulangan ke-1 menunjukkan berat rumput laut mencapai 630g,
ulangan ke-2 berat rumput laut mencapai 505g, sedangkan pada ulangan ke-3
bahwa petumbuhan rumput laut perlakuan ke-2 pada hari ke-40 berada pada
5.2.3 Perlakuan C
pengamatan pada perlakuan C, berat rumput laut pada hari ke-40, ulangan
ke-1 menunjukkan berat rumput laut mencapai 780g, ulangan ke-2 berat
rumput laut mencapai 750g, sedangkan pada ulangan ke-3 berat rumput laut
rumput laut perlakuan ke-3 pada hari ke-40 berada pada kisaran 750g – 780g.
5.2.4 Perlakuan D
menunjukkan, berat rumput laut pada hari ke-40, ulangan ke-1 menunjukkan
berat rumput laut mencapai 950g, ulangan ke-2 berat rumput laut mencapai
945g, sedangkan pada ulangan ke-4 berat rumput laut mencapai mencapai
perlakuan ke-3 pada hari ke-40 berada pada kisaran 945g – 960g (dapat
statistik versi 5.01 didapatkan nilai F hitung sebesar 6.29 dan nilai F tabel
untuk α (0.01) yaitu 7.59 dan F tabel untuk α (0.05) yaitu 4.07. Hal ini
menunjukkan ada perbedaan yang nyata pada perlakuan dengan berat awal
bibit berbeda (gambar 15). Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa laju
awal bibit 50g (5.19%), sedangkan laju pertumbuhan harian yang terendah
ditunjukkan pada perlakuan D atau dengan berat awal bibit 200g (4.68%).
semua perlakuan dengan berat awal yg berbeda, berbeda nyata dengan tiap
42
super A B C D
Perlakuan
script 5.19 4.99 4.87 4.68
A a 0.1406 0.031673092 0.004273
B ab 0.1406 0.314926147 0.038916
C bc 0.031673 0.314926 0.172496
D c 0.004273 0.038916 0.172495902
43
dengan perlakuan C.
atau dengan berat awal bibit 50g diasumsikan terjadi akibat, berat awal 50g
lebih banyak menyerap nutrient dibandingkan dengan berat awal bibit yang
thallus akan membentuk percabangan yang baru. Semakin besar berat awal
Liviawaty, 1993).
44
Hama lain yang sering juga menggangu rumput laut adalah lumut
Pambersihan dilakukan secara hati – hati agar explan rumput laut tidak
mengalami luka.
adalah sebesar Rp. 127.950.000 yang digunakan untuk penyediaan sarana dan
sebesar 95.435.000.
45
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk bibit rumput laut dalam satu
= Rp. 308.035.000
dapat menghasilkan 1.000 kg rumput laut kering per-Ha dengan harga jual
Rp.2500/kg.
= 160.000 kg / tahun
= Rp. 91.965.000
= Rp.73.572.000
B./C = 400.000.000
308.035.000
= 1,3
Jadi berdasarkan nilai B/C ratio bahwa usaha budidaya rumput laut
91.965.000
BEP (Produksi) =
2500 - (213.600.000/160.000)
91.965.000
BEP (Produksi) =
2.500 - 1.335
91.965.000
=
1.165
= 78.940 kg
1.335
1–
2500
91.965.000
=
0.466
= Rp. 197.349.785,-
127.950.000
PBP = X 1 tahun
73.572.000 + 54.435.000
127.950.000
= X 1 tahun
128.007.000
= 0,99 tahun
= 11,88 bulan
6.1 Kesimpulan
lain. Hal ini dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan rata-rata perlakuan
D, 4.68%.
sebesar 78.940 kg, BEP Rupiah sebesar Rp. 197.394.812 dan PBP selama
6.2 Saran
waring tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Angkasa, W.I., 2002. Teknologi Budidaya dan Pasca Panen Rumput Laut
Gracilaria sp. Di Tambak. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
BPS Kota Palopo, 2005. Palopo Dalam Angka 2005. Badan Pusat Statistik Kota
Palopo. Palopo
Meiyana, M., Evalawati dan Arief P. 2001. Biologi Rumput Laut. dalam
Teknologi Budidaya Rumput Laut. Balai Budidaya Laut Lampung. Juknis
seri No. 8. ISBN : 979-95483-6-5. Hal 3-8.
Papenfuss, 1950. Gracilis verrucosa. WWW.NEMYS.UGENT. Diambil 2007.
52
Santika, I., 1985. The Production Of Seaweed In Indonesia. Report of the Training
Course on Gracilaria Algae, Manila. Philippines
Setiadi, A. dan Budihardjo, U., 2000. Rumput Laut Komoditas Unggulan. PT.
Gedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 31 Halaman.
Trono G. C. Jr., 1990. Suatu Tinjauan Tentang Teknologi Produksi Jenis Rumput
Laut Tropis Yang Bernilai Ekonomis. Marine Science Institute University
of the Philippines. Quezon City, Philippines.
Uyengco, F.R., L.S. Saniel, G.S. Jacinto, 1981. The “Ice-Ice” Problem In Seaweed
Farming. Report On The Training Course On Gracilaria Algae. Manila.
Philippines.
www.iptek.net, 2005. Rumput Laut / Alga. BPPT dan Ristek. Jakarta. Diakses
28 mei 2007.
Ket :
Ulangan
Perlakuan Jumlah (%) Rata-rata
1 2 3
1 5.32 5.2 5.06 15.58 5.19 ± 0.58a
2 5.13 4.99 4.85 14.97 4.99 ± 0.58ab
3 5.01 4.82 4.77 14.6 4.87 ± 0.58bc
4 4.87 4.67 4.51 14.05 4.68 ± 0.58c
58
Nilai
Jumlah F tabel F tabel
df Tengah F Hitung p-level
Kuadrat (0,01) (0,05)
Kuadrat
Effect 0.415708 3 0.138569
6.287595749 7.59 4.07 0.016887
Error 0.176308 8 0.022039
59
Lampiran 7. Investasi
ALAT UNTUK
INVESTASI PENYUSUTAN
NO BUDIDAYA JML TAHUN
(Rp) (Rp)
RUMPUT LAUT
1 Tambak 20 Ha 50.000.000 1 50.000.000
2 Perahu 5 bh 750.000 5 150.000
3 Timbangan 1 bh 250.000 10 25.000
gantung
4 Cangkul 4 bh 200.000 2 100.000
5 Para-para 4 bh 800.000 5 160.000
6 Waring 100 200.000 2 100.000
m
7 Gerobak 5 bh 750.000 5 150.000
8 Gudang 1 75.000.000 20 3.750.000
Total 127.950.000 54.435.000
60
Biaya tetap
pH Tester Para-para