1. PENDAHULUAN
Prospek perikanan di masa yang akan datang yang cukup cerah. Sekitar
70% wilayah Indonesia terdiri atas lautan dengan keanekaragaman flora dan
diperkirakan mencapai 6,6 juta ton per tahun. Potensi perikanan darat baik air
payau dan air tawar diperkirakan mencapai 840.000 ha dan yang baru
hingga produk olahan. Produk yang dihasilkan antara lain ikan segar beku,
udang beku, kepiting bakau, daging kepiting olahan, dan ikan kering tipis
kabupaten Bulungan seluas 65.000 Ha, Kota Tarakan seluas 788,3 Ha,
Kabupaten Berau 6.000 Ha, dan Kabupaten Nunukan 10.000 Ha. Teknologi
oleh hatchery. Kabupaten Bulungan dan Kota tarakan merupakan salah satu
daerah penghasil benur udang windu. Kapasitas produksi benur Kota Tarakan
Dari tabel diatas terlihat bahwa Kota Tarakan tidak mampu memenuhi
Maros.
Potensi pasar benur udang windu di Kota Tarakan dan sekitarnya sangat
besar. Sebagai ilustrasi, harga jual benur di Kota Tarakan dan sekitarnya
Rp. 20,- maka, setiap tahunnya terdapat peluang usaha untuk menghasilkan
udang windu yang demikian besar, penulis tertarik untuk mengambil judul
1.2 Tujuan
Adapun tujuan karya ilmiah praktek akhir ini adalah sebagai berikut :
Kalimantan Timur
modal (payback periode), B/C ratio, analisa titik impas (BEP), analisa
2. TINJAUAN PUSTAKA
Phyllum : Arthropoda
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaedae
Genus : Penaeus
Ada yang menyebut udang bago, udang lotong, udang pancet, udang liling,
udang baratan, udang tepus, udang palaspas, dan udang userwedi. Adapun
dalam dunia perdagangan udang windu dinamakan tiger prawn, black tiger
2.1.1 Morfologi
terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah kepala hingga dada dan
cephalotorax, terdiri dari kepala dengan lima segmen dan dada dengan
delapan segmen. Bagian ini terbungkus oleh kulit kitin yang tebal disebut
5
dinamakan rostrum. Bagian abdomen terdiri atas enam segmen dan satu
oleh kerangka luar (eksoskeleton). Rangka luar tersebut dibentuk dari bahan
semacam zat tanduk (chitin) yang diperkuat oleh bahan kapur (kalsium
otak dan terdapat syaraf penghubung yang melingkari ujung anterior saluran
seluruh tubuh.
dengan mulut, lambung yang mengandung zat tanduk, usus, dan anus. Zat
dari lima ruas dan dada delapan ruas. Bagian abdomennya terdiri atas enam
dan kiri sisi dalam kepala dan memiliki rambut-rambut halus yang terdapat
pada ruas pertama kaki jalan yang dapat mengambil oksigen dari udara
memiliki lima pasang kaki jalan (pereiopoda) dan lima pasang kaki renang
hingga teluk Tokyo dan Taiwan. Udang ini termasuk anggota keluarga udang
penaeid, yaitu udang yang hidup dilaut. Dapat tumbuh hingga panjang 30cm
dan dengan berat 270 gram. Karena ukuran tersebut, dalam dunia
windu adalah hitam agak kelabu dan memiliki warna garis putih kekuningan
dan garis berwarna hitam pada permukaan tubuh bagian dorsal dan
abdominal.
pantai yang terlindung dan kawasan pasang surut. Udang yang agak besar
hidup pantai pada kawasan beriklim subtropis dan pada daerah tropis
ditemukan pada daerah muara dan kawasan perairan disekitar hutan bakau.
Udang dewasa hidup di daerah mangrove dan muara yang dalam, dan juga
atau binatang air yang dapat hidup dalam kisaran kadar garam 3-45 ppt.
mereka sukai adalah crustacea tingkat rendah, siput kecil, cacing, larva
Udang ini bersifat kanibal, yang menjadi sasarannya adalah udang yang
sedang moulting. Kulit udang windu tidak elastis dan selalu berganti selama
tidak banyak bergerak, dan matanya suram. Mata suram karena pada saat
udang. Pada keadaan yang baik, udang dapat melakukan pergantian kulit
setiap bulan sekali. Semakin tua usianya, udang akan semakin jarang
moulting.
berada dibawah padang lamun, dedaunan yang jatuh kedalam laut, dan
dibawah kayu yang hanyut. Karena sifat tersebut di negara Taiwan udang ini
disebut ”grass prawn”, sebutan itu karena hampir sebagian besar udang
windu yang tertangkap ada di daerah padang lamun atau berada dibawah
abdomennya) kedalam pasir. Udang windu aktif mencari makan pada malam
hari.
pertama. Pada bagian ujung dan kedua sisi petasma mengeras. Pada udang
betina memiliki seminal receptacel yang terdapat diantara kaki jalan ke empat
dan kelima. Organ tersebut memiliki sepasang gonopores didalam kaki jalan
ke empat.
1. Udang jantan akan mengikuti udang betina setelah udang betina selesai
moulting
udang betina. Udang akan bertelur pada malam hari ketika berenang.
telur. Di daerah subtropis udang berpijah adalah pada bulan maret hingga
Menurut Shokita et al., siklus hidup udang windu adalah : telur, larva,
juvenil, udang muda, dan udang dewasa. Induk udang windu memijah di laut
lepas, telur yang dihasilkan akan hanyut bersama air laut ke daerah pasang
surut. Telur udang windu memiliki sifat lebih berat dari air, sehingga akan
tenggelam kedalam air, namun juga mudah hanyut bersama pergerakan air.
diatom dan berkembang menjadi stadia mysis setelah empat hari. Secara
morfologi karakter mysis sama dengan udang dewasa, pada stadia mysis
udang berenang terbalik (kepala berada disebelah bawah dan tubuh berada
disebelah atas).
11
selama stadia ini, sehingga udang sudah bisa berenang seperti udang
dewasa. Sifat larva akan berubah menjadi pencari tempat yang tetap dengan
menjadi udang muda di daerah pasang surut hingga menjadi udang dewasa.
meter. Menurut Shokita et al. (1991), siklus hidup udang windu adalah
sebagai berikut :
2.2 Nutrisi
(crustacea, bivalvia, dan polychaeta) dan rumput laut. Mereka aktiv mencari
12
sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus (setae). Organ sensor ini terpusat
pada ujung anterior antenula, bagian mulut, capit, antena dan maxilliped.
organik, seperti protein, asam amino, dan asam lemak maka udang akan
yang memiliki capit. Pakan akan langsung dijepit dengan menggunakan capit
Bila pakan yang dikonsumsi berukuran besar, akan dicerna secara kimiawi
terlebih dahulu oleh maxilliped didalam mulut (Haliman dan Adijaya, 2005).
Hal ini bukan hanya berpatokan pada prinsip profit oriented semata, juga
Lokasi yang dipilih harus memenuhi persyaratan teknis dan non teknis.
Oleh karena itu tidak semua daerah pinggiran pantai dapat dipergunakan dan
jauh dari sarana dan prasarana produksi, akan berpengaruh terhadap resiko
kegagalan.
4. Lokasi
5. Persyaratan nonteknis
kualitas air laut berkaitan erat dengan proses produksi. Parameter yang
berkaitan dengan kualitas air laut adalah salinitas, bahan terlarut dalam air,
hidup pada salinitas sekitar 30 ppt. Jadi diperlukan lokasi dengan air laut
yang jernih sepanjang tahun dan memiliki salinitas minimal 30 ppt. Air
sumber harus bersih dan tidak banyak mengandung bahan organik maupun
Derjat keasaman air (pH) yang optimal untuk larva udang windu adalah
7-8. pH air laut yang potensial untuk dipergunakan adalah berkisar antara 7-
air payau dan mencuci peralatan. Air tawar yang bersih sangat penting untuk
kebutuhan hathery sepanjang tahun. Sumber air tawar dipeoleh dari sumur
air tawar dan perusahaan air minum daerah. Jika sumber air tawar diperoleh
dari perusahaan air minum daerah, maka air tersebut harus diendapkan
3. harus tidak terlalu dekat dengan sungai besar agar air yang dipergunakan
tidak keruh dan kadar garamnya stabil karena tidak terpengaruh oleh
5. harus dekat dengan sumber induk udang atau merupakan tempat yang
mudah untum memperoleh induk dala jumlah cukup dan ukuran sesuai
kebutuhan.
15
dari 24 jam untuk benih dan tidak lebih dari delapan jam untuk
pengangkutan induk.
plankton sebagai pakan alami larva udang windu. Selain itu harus memiliki
bak perkawinan, bak penetasan telur, bak larva udang windu, bak penetasan
artemia, bak reservoir, dan bak air tawar. Bak penampungan induk berguna
Bak penetasan telur udang windu berfungsi untuk menetaskan telur hasil
Bak larva udang windu adalah bak yang dipergunakan untuk memelihara
telur yang telah menetas menjadi larva. Jumlah yang dibutuhkan juga
kubik.
17
pakan alami larva. Bahan yang dipergunakan biasanya fiber glass dengan
volume 100 hingga 500 liter. Bak reservoir berguna untuk menampung air
laut untuk media pembenihan udang windu. Volume bak reservoir tergantung
kapasitas produksi, namun umumnya dibuat sebesar 0,5 kali kebutuhan air
total hatchery.
Peralatan yang harus ada dalam sebuah hatchery adalah generator 10-
15 KVA atau lebih sebanyak dua unit, pompa air tawar 3-4 HP dan
berkapasitas satu meter kubik per menit, tabung oksigen lengkap, batu aerasi
dan selang plastik, peralatan analisis air, dan peralatan kantor untuk
keperluasn administrasi.
Menurut Agus (2003), induk udang yang terbaik adalah induk yang
ditangkap dari laut. Kualitas benur yang dihasilkan sangat prima, juga
gill net. Kawasan yang disukai oleh induk adalah pada kedalaman 20-40 m
keadaan matang gonad penuh mereka akan hijrah keperairan yang lebih
dalam. Musim penangkapan induk antara bulan januari hingga maret dan
bulan juni hingga agustus. Pada perairan yang terdapat benur alam, biasanya
kualitas baik serta jumlah yang cukup sangat penting untuk usaha
1. Berat induk betina minimal 100 gram, sedangkan berat induk jantan
minimal 80 gram.
2. Tubuh induk tidak cacat dan luka, terutama pada organ reproduksinya dan
bagian punggung.
24 jam, selama proses tersebut induk tidak diberi makan. Tujuan lain adalah
untuk menseleksi induk yang kualitasnya rendah, sakit, cacat dll. Apabila ada
induk yang sakit, biasanya mereka akan mati karena tidak bisa bertahan.
dihasilkan prima.
19
pemberian pakan yang teratur. Makanan yang diberikan yaitu daging kerang,
makanan buatan, dan rumput laut segar. Frekwensi pemberian pakan adalah
dua kali sehari yaitu pada pukul 07.00 dan 20.00. Pemberian pakan harus
kanibalisme.
induk, karena dengan makanan yang berkualitas yang baik maka kualitas
larva akan baik pula. Makanan yang cocok bagi induk udang adalah
makanan segar dan bervariasi. Bahan makanan segar yang biasa dipakai
makanan segar ternyata lebih efektif jika menggunakan satu jenis makanan
saja. Selain itu penggunaan makanan suplemen seperti tumbuhan air juga
carapace sampai kebagian pangkal ekor. Warna ovarium bervariasi dari hijau
tampak seperti garis lurus pada bagian punggung yang bergaris gelap.
20
3. Tingkat kematangan gonad ketiga (TKG III), ditandai dengan ovarium yang
ovarium terlihat jelas pada bagian kepala yang menyerupai bulan sabit
disebelah kiri dan kanan. Tingkat ini menunjukan telah terjadi tingkat
jantan.
4. Tingkat kematangan gonad keempat (TKG IV) telur induk udang windu
pucat.
sore hari. Induk udang ditangkap dengan scopnet, kemudian diperiksa satu
gonad tingkat III, segera dipindahkan kedalam bak perkawinan. Namun jika
A. Pemijahan
bak menggunakan campuran air tawar, air laut bersih dan klorin sebanyak 50
diisi dengan mempergunakan air laut bersih yang memiliki salinitas 28-30 ppt,
O
temperatur air sekitar 28-29 C. Sistem aerasi dinyalakan untuk
proses pemindahan tersebut induk udang harus dihindarkan dari suara dan
cahaya yang terlalu kuat. Jika pada keesokan harinya induk tidak memijah,
maka air dalam bak pemijahan harus diganti. Pemijahan terjadi pada pukul
02.00 hingga pukul 03.00 pagi. Jika telur telah dikeluarkan secara sempurna,
induk udang harus segera dikeluarkan dari dalam bak pemijahan. Tujuannya
agar telur tidak dimakan kembali oleh induk. Induk dimasukan kembali
B. Penetasan Telur
seser (scopnet) dengan mesh size 500 mikron. Jaringan akan tertampung
dalam serok, namun telur bisa lolos. Telur hasil pemijahan dikumpulkan
ditampung dalam waskom yang berisi air laut bersih. Seser diusahakan agar
dialirkan kedalam waskom agar kotoran halus hanyut bersama air yang
Telur yang tertampung dibilas dengan air laut yang bersih. Selanjutnya
yang baik akan menetas setelah 10-12 jam sejak dipindahkan kedalam bak
nauplius yang cukup padat dan memenuhi seluruh bak penetasan. Nauplius
C. Pemeliharaan Larva
yang menempel.
23
Salinitas air laut diusahakan antara 28-30 ppt. Aerasi yang kuat dilakukan
selama satu hari, kemudian diendapkan selama satu hari tujuannya agar
(ethilen dinitrilotetra acetic) sebanyak dua ppm. EDTA adalah bahan yang
Nauplius dipindahkan kedalam bak setelah salinitas dalam bak stabil dan
temperatur air berada pada kisaran 30-31 OC. Pemindahan harus dilakukan
stadium naulius enam (N6). Pada hari ketiga setelah penetasan semua
nauplius akan berubah menjadi zoea satu (Z 1). Makanan diberikan pada
stadia ini berupa pakan hidup dan pakan buatan. Pakan hidup diberikan dua
kali sehari yaitu pada pukul 12.00 dan pukul 20.00, sedangkan pakan buatan
diatomae. Jenis yang diberikan antara lain Chaetoceros sp., Tetraselmis sp.,
empat hari, alga diberikan pada stadia zoea satu (Z1) hingga zoea tiga (Z3).
Kepadatan pakan hidup Skeletonema sp., pada stadia zoea dalam bak harus
pakan hidup Skeletonema sp., pada stadia zoeya adalah sebagai berikut :
Budidaya pakan hidup harus dimulai dua hari sebelum induk yang
matang telur dimasukan kedalam bak pemijahan. Hal ini bertujuan agar
setelah nauplius menjadi zoea, makanan yang sudah ditanam sudah siap
untuk diberikan pada larva. Setelah empat hari zoea akan berubah menjadi
mysis. Mysis adalah adalah salah satu stadium larva yang dikenali dari posisi
dimakan apabila bersentuhan dengan kaki jalannya. Sehingga pada stadia ini
dalam air.
dalam badan air. Kebiasaan lain yang mudah dikenali adalah berenang
25
berkumpul pada salah satu titik dalam bak pemeliharaan larva. Kebiasaan ini
ditentukan oleh intensitas cahaya dan debit aerasi. Pakan hidup yang
diberikan pada stadia ini adalah nauplius artemia sp., dan Skeletonema sp.,
sebagai berikut :
Stadia ini ditandai dari cara berenangnya. Post larva berenang lebih
lurus tidak berenang terbalik seperti pada stadia Mysis. Kendala yang
dihadapi pada stadia ini sering terjadi serangan penyakit. Pakan yang
diberikan pada stadia ini adalah pakan hidup dan pakan buatan. Penentuan
Pada stadium PL5 benur sudah mulai belajar menempel pada dinding
bak pemeliharaan dan berenang melawan arus. Hal ini merupakan petunjuk
bahwa benur yang dipelihara normal dan sehat. Sifat kanibalisme mulai
muncul pada stadia ini. Apabila ada benur yang lemah, maka akan diserang
26
stadia PL12 sebaiknya dipasang shelter yang terbuat dari kain teriline
ditekan.
akan mudah menjadi kotor. Oleh karena itu dasar bak pemeliharaan harus
sering dikontrol. Sisa makanan dan kotoran benur dibuang dengan cara
disipon keluar bak. Jika air terlalu keruh karena makanan, air bak diganti
50%. Penggantian air dilakukan dengan cara menyedot air dari dasar bak
mulai stadium mysis. Pemantauan parameter kualitas air juga sangat penting.
O
Temperatur air dan salinitas harus terus . Perubahan temperatur air 5 C
selama 14 jam akan berbahaya bagi benur. Untuk menjaga temperatur air
tetap konstan dipasang terpal diatas bak. Penutupan terpal dilakukan pada
sore hingga pagi hari. Salinitas yang terlalu tinggi diatasi dengan cara
akan meningkat menjadi 80% pada stadia PL 17, bahkan sekitar 10 % lebih
Kemampuan tersebut tergantung pada ukuran, berat, dan umur induk udang.
Semakin besar induk udang maka akan semakin banyak telurnya. Induk
telur.
menjadi nauplius. Kriteria induk yang digolongkan sangat baik adalah induk
akan berkembang dengan baik apabila tersedia makan yang cukup jumlah
Derajat penetasan dipengaruhi oleh kualitas telur dan kualitas air dalam
bak penetasan. Telur yang berkualitas dihasilkan dari induk yang berkualitas.
Induk yang berkualitas diperoleh dari seleksi induk yang ketat. Kualitas air
harus memenuhi syarat kelayakan hidup organisme. Air yang keruh bahkan
embrio didalam telur akan rusak bahkan mati, sehingga telur tidak bisa
menetas.
merupakan media tempat hidup biota. Kualitas air yang prima akan
windu memerlukan dua jenis air, yaitu air tawar dan air laut. Air laut diambil
dari penyedotan air laut dengan bantuan pompa dan pipa paralon yang
dipasang horizontal. Agar kualitas air yang diperoleh prima, diperlukan jarak
pengambilan air sejauh 300 meter dari garis pantai. Disamping diujung pipa
1. Pengadaan air laut melalui pipa yang ditanam dalam bak filter didasar laut
Air laut yang akan dipergunakan untuk pembenihan udang windu harus
jernih dan hygienis. Air laut dari pipa saluran utama akan mendapatkan
sebagai berikut :
1. Air dari saluran utama ditampung dalam bak penampung selama 12 jam.
29
2. Dari bak penampungan, air di alirkan kedalam dua unit bak penyaring.
Satu unit bak penyaring terdiri dari tiga ruangan. Ruangan pertama tidak
lapisan pasir, lapisan arang steril, lapisan injuk, bentangan jaring jaring
atau kasa, dan lapisan pecahan batu. Melalui pipa penghubung pada
bagian bawah, air laut di masukan ke ruangan ketiga. Pada ruangan ketiga
sama seperti pada ruangan kedua. Air mengalami penyaringan lagi seperti
pada ruangan kedua. Dari unit penyaring pertama air dimasukan kedalam
penyaring pertama.
semua bentuk kehidupan di dalam air. Sehingga air yang telah melewati
Pengadaan air tawar memanfaatkan air sumur artesis. Air tawar berguna
untuk membuat air dengan salinitas yang diinginkan. Selain itu air tawar
berguna untuk mencuci peralatan yang kotor. Untuk menjaga kualitas air agar
tetap prima, air dalam bak pemeliharaan harus sering diganti, di aerasi,
dibuang kotoran yang berlebihan dari dalam bak melalui penyifonan, dan
pemberian pakan yang tidak berlebihan. Kualitas air dapat diketahui dengan
udang. Untuk menjaga kualitas air pada pembenihan udang, perlu diterapkan
sistem aerasi. Sistem aerasi akan lebih efektif jika menggunakan blower yang
dialirkan melalui pipa PVC. Ujung pipa dihubungkan dengan selang plastik
kebutuhan nutrisi yang tidak bisa dipenuhi oleh pakan buatan. Plankton
racun bagi larva udang. Sehingga lingkungan lebih nyaman bagi larva.
1. Bak yang dipergunakan untuk wadah budidaya harus bersih dan steril
4. Pupuk yang digunakan harus mudah diperoleh dan harganya relatif murah
Wadah diisi dengan air laut bersih hingga volume yang dikehendaki.
60 ppm, NaH2PO4 8 mg/l, NaSio3 6 mg/l, FeCl3 1 mg/l, dan EDTA 5 mg/l.
Salinitas air laut yang terbaik untuk pertumbuhan antara 28-30 ppt.
populasi karena pada saat itu jumlah populasi alga optimal dan sisa pupuk
sebagai cadangan bibit atau dikeringkan untuk cadangan pakan bila tidak
komposisi gizi masih terjaga dengan baik. Jika sudah cukup kering alga bisa
Selain dalam bentuk kering, alga juga dapat disimpan dalam bentuk
Argentina. Daun ulang hidupnya sangat unit dibandingkan dengan udang dan
makanan alami bagi larva udang windu karena memiliki kandungan protein
tinggi (sekitar 40-60 %), lemak 16 %, dan kandungan asam lemak tak jenuh
yang tinggi. Ukuran tubuhnya antara 350-450 mikron dan gerakannya aktif.
kedalam air yang memiliki salinitas 30 ppt, memperoleh aerasi yang cukup
dan ada sumber cahaya. Kista akan menetas menjadi nauplius setelah
temperatur air 28-35 OC, pH 8-8,5 dan cukup mendapat makanan. Daur hidup
20-45 hari.
nutrisi larva. Makanan buatan memiliki kelebihan dari pakan hidup. Komposisi
lebih terjamin jika dibandingkan dengan pakan hidup. Pakan buatan dapat
disimpan lebih lama dari pada pakan hidup. Berbagai produsen pakan buatan
windu di Jepang.
Hama biasanya berupa beberapa jenis binatang baik darat maupun air.
Penyakit udang sering dijumpai pada udang-udang muda, baik pada periode
tergantung pada biota, lingkungan dan patogen. Apabila terjadi interaksi yang
(Suarjana, 2003).
35
Bahan kimia (obat) dalam pengobatan biota yang sakit bukan segalanya,
karena penyakit juga dapat timbul oleh faktor lain. Kualitas air yang buruk dan
pemecahannya.
2.7 Panen
kegiatan budidaya ikan. Cara pemanenan benih yang baik dan sesuai
dengan yang dianjurkan akan menghasilkan benih yang berkualitas baik. Jika
benih yang dipanen berkualitas baik maka nilai jual akan tinggi. Tingkat
stadia PL15.
2.7.1 Pemanenan
yang dihasilkan tidak mengalami stres. Apabila benur mengalami stres maka
resiko kematian sangat tinggi. Selain itu juga akan berdampak pada harga
jual benur.
dipasang aerasi
penampung benur.
2.7.2 Pengemasan
sistem transportasi yang baik. Sehingga kasus benur banyak yang mati
antara lain oleh terbentuknya senyawa racun (nitrit dan amonia) dalam
(pH), dan kandungan oksigen terlarut harus dalam keadaan normal. Benur
bagi benur. Cara pengemasan benur yang akan dikirim adalah sebagai
berikut :
1. Kantong plastik dibuat rangkap dua, diisi dengan air laut sekitar lima
hingga 10 liter.
serta alas sebelah dalam dilapisi oleh gabus atau karet busa.
38
6. Kotak kardus ditutup dengan pita perekat dan benur dapat di kirim ke
pemesan.
terbuka adalah pengangkutan jarak sangat dekat. Pada teknik ini tidak
Wadah yang dipergunakan adalah ember plastik, atau keramba yang terbuat
Wadah yang dipergunakan harus terbuat dari bahan yang tidak berkarat,
tidak beracun, tidak mudah bocor, tidak menimbulkan dampak negatif bagi
benur, serta dapat mempertahankan kualitas fisika dan kimia air. Wadah yang
biasa dipakai adalah kantong plastik rangkap dua, diisi dengan air dan
diketahui dengan jelas biaya yang harus dikeluarkan. Usaha dikatakan layak
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis finansial. Perhitungan itu bukan
akan diperoleh jika usaha sudah dijalankan. Selain itu analisis finansial akan
mengantisipasinya.
total pengeluaran.
Menurut Khairuman dan Amri (2002), analisa B/C ratio adalah salah satu
(B) adalah jumlah total penerimaan dari proses produksi. Cost (C) adalah
jumlah biaya total untuk proses produksi. Semakin besar Benevit (B)
Menurut Wijaya dan Adijaya (2005), analisa titik impas berguna untuk
dicapai.
perbandingan antara nilai sekarang (present value) kas bersih (present value
selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang kita
kenal dengan istilah net present value (NPV). Metode ini juga berfungsi untuk
dimasa yang akan datang. Jika setelah NPV lebih dari suku bunga, maka
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), analisa internal rate of return adalah
suatu alat untuk mengukur tingkat pengembalian modal intern. Yaitu dengan
cara trial dan error. Cara ini yaitu dengan mencari nilai NPV positiv dan NPV
negativ dengan mempergunakan tabel. Jika IRR lebih besar dari tingkat
3. METODA PRAKTEK
mei 2007 di hatchery milik CV. Windu Alam sejahtera Kabupaten Bulungan
43
3.2.1 Alat
Lanjutan Tabel 7
Lanjutan Tabel 7
3.2.2 Bahan
3.3 Metoda
seluruh kegiatan produksi di hatcery CV. Windu Alam Sejahtera. Data yang
47
diambil pada saat praktek adalah data primer dan data sekunder. Adapun
A. Pencucian Bak
3. Dinding bak, lantai dan seluruh permukaan bak dibasuh dengan air
4. Bak dibilas dengan air bersih hingga seluruh kotoran hanyut terbuang
B. Sterilisasi Wadah
4. Dinding bak sebelah dalam dan luar dan lantai ruangan disiram
2. Kaporit sebanyak 700 gr, 750 gr dan 1000 gr dilarutkan dalam air
diperiksa dengan alat klorin test kit. Jika hasil pengukuran menunjukan
D. Budidaya Diatom
2. Air media yang telah disaring, dimasukan kedalam bak hingga volume
22.000 liter.
49
4. Pupuk yang telah larut disiramkan kedalam bak sedikit demi sedikit
perlahan-lahan.
E. Panen Diatom
pembuangan.
2. Air media yang telah disaring dimasukan kedalam bak hingga volume
yang diinginkan
50
4. Erasi udara diatur untuk menjaga agar kista tetap tersuspensi dalam
bak penetasan.
10 menit
Sulawesi. Alat penangkapan induk adalah jaring trawl dan tramel net.
2. Induk yang tiba dari penjual dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah
bercabang-cabang.
I. Pemanenan Nauplius
J. Pemanenan PL5
selang sipon.
52
penghitungan.
K. Pemanenan PL15
pengemasan
L. Pengemasan
alat khusus (nozle). Volume gas oksigen yang dimasukan satu kali
M. Trasportasi
2. Boks yang berisi benur dimasukan kedalam speed boat satu persatu
hingga rapi.
perjalanan.
N. Aplikasi Obat-Obatan
memudahkan perhitungan.
sampel mati.
(handtally counter)
(1978), yaitu :
JumlahNaplius
HR 100%
JumlahTelu rAwal
55
persamaan :
Menurut Widodo dan Adijaya (2005), analisa pay back periode adalah:
Investasi Biayaoperasional
Paybackperiode
Cashflow
Keterangan:
Gross income = penerimaan total
Total cost = biaya total
Menurut Widodo dan Adijaya (2005), analisa BEP adalah sebagai berikut
Dimana :
VC =Variable cost (biaya variabel)
FC = Fixed cost (biaya tetap)
berikut :
56
n
CFt
NPV Io
t 1 (1 K )
Dimana
CFt = Cashflows pada waktu ke t
Io = Jumlah investasi
K = Suku bunga saat ini
CFt
Io t 1
n
1 IRR t
Dimana :
CFt = arus kas bersih pada tahun ke t
IRR = tingkat bunga yang dicari harganya
t = tahun ke t
n = Jumlah tahun
4.1 Sejarah
baru beroperasi pada tahun 1997. Perusahaan ini menempati lahan dengan
Megawati, Edi Junaedi, dan Tsu Ming. Ciri khas perusahaan komanditer
adalah adanya sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu aktiv adalah investor
diperoleh sekutu aktif adalah pembagian keuntungan bersih juga laba karena
mengelola perusahaan.
Sekutu aktif pada CV. Windu Alam Sejahtera adalah Edi Junaedi. Ia
perusahaan dimiliki oleh Megawati dan Tsu Ming. Sebagai sekutu aktif, Iwan
dengan 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan yang bergantian setiap
6 bulan sekali dan curah hujan 200 mm. Batas–batas wilayah Kecamatan
lokasi berada pada tepi perairan selat Makassar dengan ketinggian 1,5 m
udang windu. Peta Kecamatan Pulau Bunyu dapat dilihat pada Lampiran .
keahliannya. Selain itu, penempatan personel hanya pada satu bidang kerja
akan meningkat dan kegagalan akan minimal. CV. Windu Alam Sejahtera
Bram (Diatom)
Ngatno (Induk)
Sulis (obat-obatan)
4.4.1 Pompa
mengambil air pasok adalah pompa sirkular 4 inchi. Pompa ini digerakan oleh
mesin disel 12 PK. Air pasok diambil sejauh 300 meter dari bibir pantai.
Tujuannya agar parameter kualitas air pasok sudah tidak dipengaruhi oleh
A. Air Laut
Sumber air laut diperoleh dari perairan selat makasar. Jenis pantainya
tidak berlumpur, terdiri dari batu karang dan pasir. Tipe perairan ini sangat
B. Air Tawar
memompa air kedalam bak reservoir air tawar. Karena jarak sumur dengan
bak pemeliharaaan jauh, air yang ditampung dalam bak reservoir selanjutnya
dipompa kedalam tower air untuk menambahkan tekanan air agar mampu
tujuh kamar, setiap kamar diisi oleh satu orang karyawan. Khusus bagi
kompleks perusahaan.
Parameter kunci tersebut adalah kualitas air media, pengaturan aerasi, dan
sterilisasi wadah dan media. Sterilisasi dilakukan pada air media dan wadah.
5.1.1 Pencucian
bak dibilas dengan air tawar. Tujuan pembilasan yaitu untuk membuang sisa
kotoran dan sabun yang melekat pada permukaan bak. Bak yang telah dicuci
dikeringkan selama satu hingga dua hari. Setelah dikeringkan bak disterilkan
panen. Pada saat yang sama selang aerasi, selang sipon, pipa-pipa, dan
menyalurkan air sisa kaporit yang masih terdapat didalam kotak panen.
aerasi, batu pemberat aerasi dan batu aerasi. Sebelum dipergunakan, selang
aerasi dicuci dengan sabun dan direndam dengan larutan kaporit dengan
dosis 100 mg/l. Batu aerasi dan batu pemberat disterilkan dengan formalin 50
64
Jarak antar titik aerasi pada bak pemeliharaan larva adalah 30 cm. Jumlah
titik aerasi pada setiap bak pemeliharaan sebanyak 77 titik. Debit aerasi
oksigen setiap stadia dapat terpenuhi dan untuk menjaga agar pakan tetap
Sistem pengudaraan di dipasok oleh dua buah aerator jenis root blower
(Gambar 5). Alat ini digerakan oleh dua jenis motor, yaitu motor diesel dan
motor listrik. Motor disel dipakai untuk menggerakan mesin pada malam hari,
dengan diameter empat inchi. Selanjutnya dari kedua alat digabung melalui
setiap bak dipergunakan pipa 3 inchi. Pada setiap ujung selang aerasi
dipasang batu aerasi dan pemberat timah. Batu aerasi berfungsi untuk
semakin mudah.
aerasi selesai. Air yang dipergunakan sebagai media pemeliharaan adalah air
laut yang telah disaring. Volume air media pada bak pemeliharaan adalah 22
m3. Kualitas air media dipengaruhi oleh kualitas air pasoknya. Berikut ini
adalah hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air pasok yang dipakai
hatchery:
2. Temperatur 25 oC baik
Salinitas air pasok 25-31 ppt masih berada dalam kisaran normal.
tepat pada daerah khatulistiwa. Nilai salinitas yang rendah merupakan suatu
lebih banyak menyerang pada salinitas yang rendah. Untuk mengatasi hal
tersebut, air pasok yang telah di sterilkan disimpan pada bak reservoir
(Gambar 6).
menjadi 33 ppt karena penguapan. Namun apabila kebutuhan air tinggi, lama
antijamur.
agar semua mikroba yang ada didalam air mati. Selain itu juga berfungsi
Serafin dan Jung (1989). Menurut Jung dan Serafin (1989)., bahan aktif
Air yang telah disterilkan selanjutnya dipompa kedalam filter pasir (sand
filter). Filter pasir berfungsi untuk menyaring kotoran yang terbawa selama
proses pemompaan dari bak reservoir kedalam filter. Selain itu juga untuk
68
menyaring ion klorin yang masih ada didalam air. Filter pasir yang
gaya gravitasi bumi. Air yang telah melewati filter pasir selanjutnya dipompa
kedalam tower air. Fungsi tower air adalah untuk memberikan tekanan bagi
tepat dan hati - hati untuk mengurangi tingkat stres pada udang. Proses
lampu senter dengan cara menembakkan berkas cahaya senter pada bagian
telah memasuki tingkat kematangan gonad ke tiga (TKG III), maka induk
Induk yang telah masuk TKG II dan III, dimasukkan ke dalam bak
dipergunakan oleh teknisi adalah pemijahan masal. Induk yang telah matang
peluang induk tidak memijah kecil jika dibandingkan dengan pemijahan satu
bak satu induk. Namun selain itu sistem ini mengandung kelemahan.
dipijahkan.
Pakan yang diberikan adalah pakan segar. Jenis pakan yang diberikan
adalah daging kerang dara (Anadara granosa), setiap induk diberi dua ekor
daging kerang dara. Jumlah tersebut sebesar 10 % dari berat tubuh induk.
71
Maka apabila berat induk 100 gr, maka pakan induk yang diberikan sebanyak
10 gr.
Pakan diberikan pada jam 18.00, pakan disebarkan didalam bak. Setelah
2 jam pakan diperiksa kembali, apabila pakan tidak habis dimakan, pakan
harus segera dibuang. Selain daging kerang dara, daging cumi-cumi juga
5.3 Pemijahan
Pemijahan akan terjadi pada malam hari. Beberapa induk sudah ada
yang memijah pada jam delapan malam. Namun semakin malam jumlah
pada pukul 23.00 hingga 02.00. Untuk mengetahui telah terjadinya pemijahan
ditemukannya gelembung udara yang tidak bisa pecah diatas permukaan air.
Selain itu ditemukannya kotoran berwarna oranye pada dasar bak. Jika
terdapat dua indikator ini, berarti induk udang windu telah memijah. Untuk
memastikan induk telah memijah, setiap induk diperiksa dengan senter lampu
kedap air. Apabila induk ditemukan induk yang telah kosong ovarinya, maka
sekali saja. Secara ekonomis pemakaian induk hanya sekali tidak efisien,
induk udang windu dapat dipergunakan lebih dari satu kali. Namun demi
menjaga kualitas larva yang dihasilkan hal tersebut harus dilakukan. Induk
pengambilan sample telur, telur didalam bak diaduk terlebih dahulu dengan
pengaduk telur. Alat ini terbuat dari pipa PVC panjang yang memiliki sekop
Telur akan menetas setelah 18 jam dari pemijahan. Telur yang telah
agar seluruh telur menetas semua, setelah telur menetas panen nauplius
dilakukan.
tersebut dipasang pada kotak panen dan dipasang pada saluran pengeluaran
air. Setelah semuanya siap, pipa pembuangan air dibuka. Nauplius akan
hanyut bersama air dan tertampung didalam kotak panen. Apabila air bak
telah habis, berarti nauplius telah terkumpul semua didalam kotak panen.
Nauplius yang telah tertampung dalam kotak panen dipindahkan kesetiap bak
105 ekor/liter, sehingga setiap bak diisi nauplius sebanyak 2.300.000 ekor.
Padat penebaran tersebut lebih tinggi dari pendapat Jung dan Serafin (1989),
yang menyatakan bahwa padat penebaran nauplius sebanyak 100 ekor per
antara teknik jepang (green water system) dan teknik Galveston. Kelebihan
teknik ini adalah penggunaan bak yang lebih besar dari system Galveston
namun lebih kecil dari system jepang.bak yang dipergunakan adalah bak
Ember yang berisi nauplius dimasukan kedalam bak sambil ditambahkan air
dari bak pemeliharaan tesebut. Setelah temperatur ember dan bak setara,
pemakaiannya sebesar 7,5 ml/m 3 aplikasi obat dilakukan pada sore hari.
kritis larva terjadi pada saat pergantian setiap masa peralihan stadia larva
udang. Pada saat tersebut, napsu makan larva menurun sehingga kondisi
pengamatan di lapangan, fase kritis terjadi pada saat peralihan stadia dari
zoeya ke mysis dan pergantian mysis menjadi post larva. Untuk mencegah
dengan air media pemeliharaan. Pemberian obat dilakukan pada sore hari,
76
tujuannya agar pada keesokan harinya air media bisa diganti dengan yang
baru. Aplikasi obat diulang setiap tiga hari sekali, namun untuk trivuralin
dijaga agar tidak menyebabkan stress pada larva. Untuk menjaga suhu agar
agar tetap berada pada kisaran 30 ppt. Untuk menjaga salinitas air, dilakukan
penambahan air tawar jika terlalu tinggi dan penggantian air media dengan
Kandungan nutrisi pakan alami hingga saat ini belum dapat tergantikan oleh
pakan buatan. Beberapa unsur esesial terdapat didalam pakan alami. Unsur
esensial tersebut antara lain protein, lemak, vitamin. Protein yang dihasilkan
pencernaan.
amino. Enzim pencernaan inilah yang belum terdapat pada pakan buatan.
diatom yang dipakai adalah Skeletonema sp., bibit diatom diperoleh dari panti
dua unit produksi alga. Kedua unit produksi tersebut dapat menghasilkan
sebagai berikut :
(adenosine tri phospat). Silikat berfungsi untuk membangun kotak (theca) sel
diatom. Kotak sel inilah yang merupakan ciri pembeda diatom dengan yang
tidak dimiliki alga lainnya. Pupuk mikro mengandung unsur logam yang
tidak terpenuhi, maka diatom tidak mampu mensintesa protein, lemak dan
mesh size 200. Cara panen diatom yaitu panen total dan panen sebagian.
79
pipa air keluar. Pada ujung pipa dipasang jaring diatom sebanyak tiga buah.
Selanjutnya diberikan pada larva sesuai dengan dosis yang telah ditentukan.
Frekwemsi pemberian pakan sebanyak 2 dalam sehari yaitu pada pagi dan
sore hari. Adapun dosis dan pemberian pakan diatom adalah sebagai berikut:
1. 13/4/2007 Z1 2 10 10 20
2. 14/4/2007 Z2 2 20 20 40
3. 15/4/2007 Z3 2 25 25 50
4. 16/4/2007 M1 2 25 25 50
5. 17/4/2007 M2 2 25 25 50
6. 18/4/2007 M3 2 25 25 50
7. 19/4/2007 PL1 2 20 20 40
8. 20/4/2007 PL2 2 20 20 40
9. 21/4/2007 PL3 2 15 15 30
10. 22/4/2007 PL4 2 15 15 30
11. 23/4/2007 PL5 2 10 10 20
larva. Untuk mengetahui diatom dikonsumsi atau tidak, setelah dua jam
telah habis, maka pada pemberian selanjutnya dosis ditambah. Naum apabila
nauplius yang menetas pada satu titik. Bak kerucut tersebut dicat warna
hitam pada dindingnya, namun pada dasar bak tidak dicat dan dibiarkan
Untuk menetaskan kista artemia memerlukan air laut dan kista artemia.
bersalinitas 28 ppt.
dengan aerator. Debit aerator untuk menetaskan kista harus kuat. Setelah 24
jam kista akan menetas menjadi nauplius artemia yang berwarna merah
dan menutup bak dengan triplek. Tujuannya agar siar matahari tidak bisa
masuk dari atas permukaan air, namun hanya akan masuk dari dasar bak.
adanya sisa nauplius dalam tangki. Nauplius yang telah dipanen ditampung
dalam bak silinder berlume 400 liter.Dari bak tersebut nauplius artemia
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa kebutuhan artemia setiap stadia
pertumbuhan semakin naik. Hal ini terjadi karena semakin besar larva maka
sehari, yaitu pada pukul 09.00, 15.00, dan 22.00. Dosis artemia pada siang
hari setengah dari dosis malam hari. Hal ini terjadi karena dosis malam
83
hatceri CV. Windu Alam Sejatera mulai pada stadia post larva (PL1). Teknik
ini sesuai dengan pendapat Shokita et al (1991). Hal ini karena tekologi yang
alami. Selain itu ukuran pakan buatan dapat disesuaikan dengan ukuran
Dosis dan jenis pakan buatan disesuaikan dengan stadia dan padat
sendiri-sendiri.
ukuran bukaan mulut setiap stadia berbeda. Selain itu, kebutuhan nutrisi
setiap stadia larva dapat terpenuhi. Adapun kandungan nutrisi pakan buatan
Komposisi (%)
No Jenis pakan Stadia
Protein Lemak Serat Kelembaban
1 MB. BASF No.1 Z1-Z3 48 28 1 3
2 MB. BASF No.2 M1-M2 48 28 1 3
3 Lanzy MPL M3-PL2 48 9 2,5 9
4. Lanzy PL PL3-dst 48 9 2,5 9
hingga post larva (PL15). Dosis pemberian pakan adalah 0,3 mg/l dan setiap
hari dosisnya naik hingga 1,5 mg/l. Kenaikan dosis tersebut karena
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap stadia larva jenis dan dosis pakan
berbeda-beda. Hal ini terjadi karena setiap stadia bukaan mulut larva
pakan yang lebih kecil dari bukaan mulut larva yang dapat dikonsumsi.
Fase zoeya menggunakan pakan M.B BASF No.1. Pakan ini adalah jenis
pakan mikro berwarna oranye. Pakan mikro adalah pakan yang partikelnya
berukuran sangat kecil. Oleh karena berukuran mikro, maka pakan ini mudah
terlarut didalam air media sehingga dapat diserap oleh larva udang.
pemberian pakan, aerasi tidak dimatikan. Tujuannya agar pakan tetap dalam
keadaan tersuspensi di dalam air. Setelah satu jam pemberian pakan, usus
larva diperiksa. Apabila usus larva penuh, berarti pakan telah dimakan. Selain
86
itu berarti larva dalam keadaan sehat. Namun apabila usus larva terputus-
Frekwensi dan waktu pemberian pakan adalah lima kali sehari. Waktu
pemberian pakan yaitu pukul 06.00 09.00, 12.00, 16.00, dan 19.00. Selain
pakan buatan, larva juga diberi pakan alami. Waktu pemberian pakan
nauplius artemia yaitu pukul 09.00, 15.00 dan 22.00. Sedangkan waktu
pemberian diatom adalah pukul 09.00 dan 16.00. Adapun fekwensi dan waktu
kelangsungan hidup larva tetap tinggi hingga saat panen (PL 15). Wadah yang
22 m3.
Air sebagai media hidup larva haruslah memiliki kualitas yang baik oleh
karena itu setiap panti pembenihan selalu melakukan pengelolaan kualitas air
yang ada pada bak larva. Salah satu cara untuk pengelolaan air adalah
dengan sirkulasi air. Sirkulasi air ini dilakukan pada saat larva memasuki
stadia PL1. Adapun sirkulasi air yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Volume
No Tanggal Stadia (-) (+) Jumlah
air (m3)
13 27-Apr PL7 22 3 3 22
14 28-Apr PL8 15 3 3 22
15 29-Apr PL9 15 3 3 22
18 2-May PL12 18 3 3 22
19 3-May PL13 19 3 3 22
20 4-May PL14 20 3 3 22
21 24-Apr PL15 21 3 3 22
Dari tabel diatas terlihat bahwa volume air setiap stadia pemeliaraan
Pada stadia zoea hingga PL1 tidak ada pergantian air, bak pemeliharaan
dibiarkan kotor. Apabila bak pemeliharaan kotor, kotoran didalam bak hanya
Pada stadia post larva ke 1 hingga post larva ke 5, volume air didalam
dilakukan pada stadia ini. Setiap hari air pemeliharaan diganti sebanyak 3 m 3.
lingkungan. Interaksi yang terjadi tersebut dapat berupa interaksi inang dan
89
pencegahan penyakit mulai dari air pasok hingga panen larva. pencegahan
kedalam air untuk membunuh patogen yang ikut bersama air pasok.
dengan yang sehat. Tujuannya agar induk yang lain tidak tertular penyakit.
pernah terjadi serangan jamur yang berwarna merah pada bak pemeliharaan.
Jamur ini menyerang ketika musim penghujan, serangan jamur ini sangat
mengendalikan semak dan gulma yang menahun. Bahan ini juga dapat
Teknik pemberian bahan kimia ini adalah melarutkan dengan air tawar,
kemudian disebarkan merata pada permukaan air. Pemberian bahan kimia ini
dilakukan pada sore hari dan diulang dengan dosis yang sama keesokan
harinya.
5.9 Panen
pada saat larva sudah mencapai PL 15. Waktu pemanenan dilakukan mulai
jam 00.30 wita hingga pukul 06.00 wita. Pemanenan dilakukan pada malam
kelokasi tambak suhu udara masih rendah. Sehingga kematian larva dapat
volume air bak pemeliharaan. Larva akan hanyut bersama air dan akan
tertampung dalam kotak pengumpul yang dipasang diluar bak. Setelah benur
setiap kantong. Cara penghitungan benur dapat dilihat dari gambar berikut :
91
dua orang secara bersama-sama dengan alat bantu mesin penghitung (hand
tally count meter). Untuk menjaga kepuasan konsumen, benur yang dijual
dapat dapat dihitung sendiri oleh konsumen. Dengan melakukan hal tersebut,
pengemasan.
92
liter. Setiap plastik diisi dengan air media sebanyak empat liter dan larva
plastik diikat dengan mempergunakan karet gelang. Kantong yang telah siap
pengadaan induk hingga panen post larva (PL 15). Jumlah induk yang
dipergunakan sebanyak 175 ekor dengan berat 100 -130 gr. Pakan induk
panen post larva sebanyak 29.569.000 ekor. Harga jual perekor Rp.20,-.
Adapun uraian biaya investasi dan biaya total dapat dilihat pada lampiran 1.
sebanyak 29.569.000 ekor. Harga larva per ekor Rp. 20,- sehingga
sebanyak Rp. 3.148.186.500,- saat ini nilainya tidak akan sama dengan uang
1,92 tahun kedepan. Karena pada saat tersebut nilai inflasi dan suku bunga
Bank belum tentu sama dengan saat ini. Jika nilai suku bunga bank lebih
94
kecil dari saat ini, maka perusahaan mengalami keuntungan. Namun jika
suku bunga Bank lebih besar dari saat ini maka perusahaan mengalami
kerugian. Oleh karena itu analisis Payback periode harus dilengkapi dengan
instrumen analisis yang lainnya yaitu analisis nilai waktu uang (NPV dan
IRR).
produksi. Karena nilainya lebih dari 1, maka investasi dinyatakan layak dan
mengalami kerugian.
pada saat dijual seharga Rp. 7,67,- Maka apabila perusahaan ingin mencapai
bahwa nilai waktu uang keuntungan lima tahun kedepan lebih besar
dibandingkan investasi dengan saat ini. Oleh karena nialinya positiv, maka
dianggap relevan. Nilai bunga yang dianggap relevan pada saat ini adalah
Nilai perhitungan IRR ditemukan bahwa nilai bunga (r) yang relevan
karena nilainya lebih besar dari nilai suku bunga Bank Indonesia saat ini
sebesar 24%, maka perusahaan ini dinyatakan layak dan menguntungkan. ni.
96
6.1 Kesimpulan
ekor.
3. Induk yang dipergunakan adalah induk betina yang telah matang telur.
18.00, dan 22.00 adalah 27, 32, 32, 30 oC. Salinitas air pasok 31 ppt
32.812.977,26 ekor dengan nilai jual perekor Rp. 7,67,- Nilai NPV
sebesar 68,67%. Oleh karena nilai IRR lebih besar dari discount faktor
6.2 Saran
produksi.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................i
Ucapan terimakasih........................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Daftar Tabel....................................................................................................vi
Daftar Gambar...............................................................................................vii
Daftar Lampiran............................................................................................viii
1. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................3
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Biologi Udang Windu..........................................................................................4
2.1.1 Morfologi......................................................................................................4
2.1.2 Habitat dan Penyebaran................................................................................7
2.1.3 Siklus Hidup.................................................................................................8
2.2 Nutrisi................................................................................................................11
2.3 Lokasi dan Sarana Pembenihan.........................................................................12
2.3.1 Lokasi Pembenihan.....................................................................................13
2.3.2 Sarana dan Fasilitas Penunjang..................................................................15
2.4 Proses Produksi..................................................................................................17
2.4.1 Suplai Induk................................................................................................17
2.4.2 Pemijahan dan Penetasan Telur..................................................................20
2.5 Manajemen Usaha Pembenihan.........................................................................27
2.5.1 Produktifitas Induk....................................................................................27
2.5.2 Manajemen Pengelolaan Air.......................................................................28
2.5.3 Manajemen Pakan Hidup............................................................................30
2.5.4 Manajemen Pakan Buatan..........................................................................34
99
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi Benur Kota Tarakan.......................................................................2
2. Stadia perkembangan udang windu............................................................11
3. Kebutuhan Skeletonema sp., pada stadia zoea.........................................24
4. Kebutuhan Skeletonema sp., dan artemia pada stadia mysis....................25
5. Jadwal pemberian pakan pembenihan udang windu.................................34
6. Tingkat kepadatan benur yang dianjurkan..................................................39
7. Alat yang dipergunakan pada pembenihan udang windu...........................43
8. Bahan yang dipergunakan pada pembenihan udang windu.....................46
9. Hasil pengukuran parameter kualitas air....................................................65
10. Obat-obatan yang dipergunakan..............................................................75
11. Pupuk yang dipergunakan pada produksi diatom.....................................77
12. Komposisi pupuk mikro.............................................................................78
13. Dosis pemberian diatom...........................................................................80
14. Kebutuhan nauplius Artemia.....................................................................82
15. Jenis dan komposisi pakan buatan...........................................................84
16. Jenis dan dosis pakan buatan..................................................................84
17. Frekwensi dan waktu pemberian pakan..................................................86
18. Sirkulasi Air................................................................................................87
102
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Udang windu (Holthuis, 1980).......................................................................5
2. Siklus hidup udang windu (AIMS, 1997).....................................................10
3. Struktur organisasi CV. Windu Alam...........................................................59
4. Sterilisasi wadah........................................................................................63
5. Aerator jenis root blower.............................................................................64
6. Bak reservoir air laut...................................................................................66
7. Sterilisasi air pada reservoir........................................................................67
8. Filter pasir (sand filter)................................................................................68
9. Pemeriksaan gonad induk udang windu.....................................................70
10. Pengadukan telur......................................................................................73
11. Panen diatom............................................................................................79
12. Bak penetasan artemia.............................................................................81
13. Penghitungan jumlah benur......................................................................91
14. Pengemasan benur...................................................................................92
103
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisa Finansial.....................................................................................101
2. Peta Pulau Bunyu...................................................................................108
3. Sketsa CV. Windu Alam Sejahtera.........................................................109
4. Sketsa Bak Pemeliharaan.......................................................................110
5. Irisan Melintang Filter..............................................................................114
6. Jumlah Induk...........................................................................................115
7. Jumlah Telur Udang Windu.....................................................................116
8. Penebaran Nauplius................................................................................119
9. Pendederan Post Larva..........................................................................120
10. pemberian Pakan....................................................................................121
11. Jumlah Pakan Buatan.............................................................................122
12. Skeletonema...........................................................................................124
13. Kultur Artemia.........................................................................................125
14. Pengukuran Kualitas Air........................................................................ 128