Anda di halaman 1dari 29

ILMU DASAR KEPERAWATAN II

KONSEP FARMAKOLOGI

PENGAMPU MATA KULIAH:


Prof. Dr. HELMI Apt
DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. ANNISA LISTY ANTI (1911312016)


2. ATTIVA ZARIVATUL ZAHRA (1911313024)
3. DEA ANGGUN SAFITRI (1911311016)
4. DHEA IRMA PUTRI (1911311019)
5. FADILLA RAMANI (1911312040)
6. ILNA ARMENIA PUTRI (1911312001)
7. MIFTAHUL KHAIRAH (1911313015)
8. SALSHABILLA (1911312037)
9. SHINDY RAHMADESWITA (1911313030)

Program Studi Ilmu keperawatan

Fakultas Keperawatan

Universitas Andalas

Padang, 2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliahIlmu Dasar Keperawatan II yang
diampu olehBapak Prof. Dr. Helmi Apt . Makalah ini memuat tentang “Konsep
Farmakologi”. Makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berkaitan dalam proses
penyelesaian makalah ini. Dalam membuat makalah ini tentu ada kurang dan salahnya,
sehingga penulis memiliki harapan besar kepada pembaca agar memberikan kritik dan saran
yang membangun. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Padang, 9 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i


Daftar Isi................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

I. Latar belakang ............................................................................................................. 1


II. Tujuan.............................................. .......................................................................... 1
III. Manfaat.............................................. ......................................................................... 1

BAB 2 KAJIAN TEORI ........................................................................................................ 2

I. Penggolongan Obat ..................................................................................................... 2

II. Farmakodinamika dan Farmakokinetika ..................................................................... 6


III. Efek Samping Obat ................................................................................................... 11

IV. Interaksi Obat ............................................................................................................ 15


V. Cara Perhitungan dan Pemberian Obat ..................................................................... 16
VI. Obat obatan Tradisional ............................................................................................ 19
VII. Toxiologi Obat .......................................................................................................... 21

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 25

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 25
B. Saran .......................................................................................................................... 25

Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Farmakologi bersaral dari kata pharmacon (obat) dan logos (ilmu pengetahuan).
Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada
system biologis. Adapun tujuan mempelajari Farmakologi yaitu agar dapat memilih dan
menggunakan obat secara tepat dan masuk akal dengan memperhatikan keampuhannya serta
keamanannya dan dalam farmakologi ini juga akan dibahas mengenai farmakodinamika dan
farmakokinetika, penggolongan obat, efek samping obat, interaksi obat, cara pemberian obat,
dan jenis obat.

II. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep penggolongan obat-obatan

2. Menjelaskan apa itu Farmadinamika dan farmakokinetika

3. Menjelaskan efek samping dan interaksi obat

4. Menjelaskan pemberian dan perhitungan obat

5. Menjelaskan obat-obat tradisional dan Toxiologi obat

III. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Memahami konsep penggolongan obat-obatan

2. Mengetahui arti dari Farmadinamika dan Framakokinetika

3. Mengetahui efek samping dan interaksi obat

4. Memahami cara pemberian dan perhitungan obat

5. Mengetahui obat-obat tradisional dan Toxiologi obat

1
BAB II

KERANGKA TEORI

I. Penggolongan Obat-Obatan
Berdasarkan undang-undang obat digolongkan dalam :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat
OTC = Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Ini
merupakan tanda obat yang paling “aman”.
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa
resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini
digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Misalnya : vitamin/multi
vitamin (Livron B Plex, )
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang dalam
jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran
biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza). Pada
kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang bertanda kotak kecil berdasar
warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan sebagai berikut :

P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya.


P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan

Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit yang ringan masih
dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang
dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah
diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya
memeriksakan ke dokter.

2
Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap
obat – obat yang seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter.Apabila
menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep
dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas
Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan
pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau
Departemen Kesehatan

3. Obat Keras

Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai tanda
lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K didalamnya. Obat-obatan
yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin, penisilin, dan
sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat kencing manis, obat
penenang, dan lain-lain).Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan
bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan
mematikan.

4. Psikotropika dan Narkotika

Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan
dengan segala konsekuensi yang sudah kita tahu.Karena itu, obat-obat ini mulai dari
pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya
boleh diserahakan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan
pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.

A. Psikotropika

Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau


merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai
dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan
alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek
stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya.
Jenis–jenis yang termasuk psikotropika:Ekstasi, Sabu-sabu

B. Narkotika
3
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu
bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh
manusia.Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya.Macam-macam narkotika:Opiod (Opiat)
Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan: Morfin, Heroin(putaw), Codein,
Demerol (pethidina). Methadone, Kokain, Cannabis (ganja)

Selain penggolongan obat tersebut, obat dapat dibagi menjadi obat bermerk atau obat nama
dagang (branded drug) dan obat generik.

1. Obat Generik (Unbranded drug)

Obat generik adalah obat dengan nama generik, nama resmi yang telah ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia dan INN (International Non-propietary Names) dari WHO
(World Health Organization) untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik ini
ditempatkan sebagai judul dari monografi sediaan-sediaan obat yang mengandung nama
generik tersebut sebagai zat tunggal (misal : Amoxicillin, Metformin).

2. Obat Nama Dagang (Branded drug)

Obat Nama Dagang adalah nama sediaan obat yang diberikan oleh pabriknya dan
terdaftar di departemen kesehatan suatu negara, disebut juga sebagai merek terdaftar.
Dari satu nama generik dapat diproduksi berbagai macam sediaan obat dengan nama
dagang yang berlainan ,misal: Pehamoxil (berisi: Amoxicillin), Diafac (berisi:
metformin) dll.

Obat tersebut mendapat nama generik dan nama dagang. Nama dagang ini sering
juga disebut nama paten. Perusahaan obat yang menemukan obat tersebut dapat
memasarkannya dengan nama dagang. Nama dagang biasanya diusahakan yang mudah
diingat oleh pengguna obat. Jadi, pada dasarnya obat generik dan obat paten berbeda
dalam penamaan, sedangkan pada prinsipnya komposisi obat generik dan obat paten
adalah sama.

Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan
obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih berlaku, tidak
4
boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang dari pabrik peniru ataupun
dijual dengan nama generiknya. Produksi obat generiknya baru dapat dilakukan setelah
obat nama dagang tersebut berakhir masa patennya. Jika pabrik lain ingin menjual
dengan nama generik atau dengan nama dagang dapat dilakukan dengan mengajukan ijin
lisensi dari pemegang paten. Obat nama dagang yang telah habis masa patennya dapat
diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasa disebut
sebagai me-too product (di beberapa negara barat disebut branded generic) atau tetap
dijual dengan nama generik.

 Penggolongan Obat Tradisional

Penggolongan obat di atas adalah obat yang berbasis kimia modern, padahal juga
dikenal obat yang berasal dari alam, yang biasa dikenal sebagai obat tradisional.Obat
tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat
tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya
teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi
sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk
ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan
perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik.

1. Jamu (Empirical based herbal medicine)

Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya


dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman
yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada
umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang
disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5
himgga10 macam bahkan lebih.

Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,


tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara
turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah
membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan
tertentu.

2. Obat Herbal Terstandar (Scientific based herbal medicine)

5
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan
alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk
melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga
mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan
maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi
maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat,
standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

3. Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)

Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang
dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia.. Dengan uji klinik akan
lebih meyakinkan para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat
herbal karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.

II. Farmakodinamika dan Farmakokinetika


A. Farmakodinamika

Pengertian farmakodinamika dalam ilmu farmakologi sebenarnyamemiliki


hubungan yang cukup erat dengan farmakokinetik, jika farmakokinetiklebih fokus
kepada perjalanan obat-obatan di dalam tubuh maka farmakodinamik lebih fokus
membahas dan mempelajari seputar efek obat-obatan itu sendiri didalam tubuh, baik dari
segi fisiologimaupun biokimia.Farmakodinamika adalah ilmu pengetahuan dan studi
6
tentang efek biologis yang dihasilkan oleh bahan kimia, lebih khusus lagi, ilmu
pengetahuan dan studitentang bagaimana bahan kimia menghasilkanefek-efek
biologis.Farmakodinamik adalah ilmu yang mempelajari efek biokimiawi danfisiologi
obat serta mekanisme kerjanya.

1. Mekanisme Kerja Obat

Fase farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam


tubuhatau mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh. Kebanyakan
obatpada tubuh bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan
reseptor,interaksi obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.

a. Interaksi obat dengan reseptor

Terjadi ketika obat berinteraksi dengan bagian dari sel, ribosom, atau
tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor.Reseptor sendiri bisa berupa
protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, ataulemak. Semakin banyak reseptor
yang diduduki atau bereaksi, maka efeknya akan meningkat.

b. Interaksi obat dengan enzim

Dapat terjadi jika obat atau zat kimia.Contohnya obat kolinergik. Obat
kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzimasetilkolin esterase.Enzim ini
sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin menjadi asetil dan kolin.
Jadi ketika asetilkolin esterase dihambat,maka asetilkolin tidak akan dipecah
menjadi asetil dan kolin.

c. Kerja non spesifik

Maksud dari kerja non spesifik adalah obat tersebut bekerjadengan cara
tanpa mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat
yang merubah cairan pH tubuh, alkohol yang mendenaturasi protein,dan norit
yang mengikat toksin, zat racun, atau bakteri.

Obat yang berikatan dengan reseptor disebut agonis. Kalau ada obat
yangtidak sepenuhnya mengikat reseptor dinamakan dengan agonis parsial,
karenayang diikat hanya sebagian (parsial). ketika reseptor diduduki suatu
senyawa kimia juga bisa tidak menimbulkan efekfarmakologis. zat tersebut
diberinama antagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara

7
bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang lebih kuat maka dapat
menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yangkompetitif dan antagonis
non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat
yang sama dengan obat agonis.

Efek obat umumnya timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada
sesuatu organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan
perubahanbiokimia dan fisiologi yang merupakan respons yang khas untuk obat
tersebut.

B. Farmakokinetik

Farmakokinetika adalah ilmuyang khusus mempelajari perubahan– perubahan


konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari
waktu sebagai hasil dari proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu resorpsi,
transpor, biotransformasi (metabolisme), distribusi dan ekskresi.(Hoan Tjay, 2008).

1. Sistem Transpor

Setelah obat masuk dalam tubuh, kita harus mempertimbangkan bagaimana


obat akan diedarkan keseluruh tubuh. Misalnya apakah partikel obat akan berikatan
dengan serum protein ataukah beredar bebas. Sistem transportasi meliputi
pergerakan obat dari peredaran darah ke jaringan, organ dan bagian lain dari tubuh
dimana obat akan berpengaruh.

Untuk mentransfer obat ke tempat yang tepat di dalam tubuh, zat aktif diolah
menjadi suatu bentuk khusus. Molekul zat kimia obat dapat melintasi membran
semipermeabel berdasarkan adanya perbedaan konsentrasi. Pada proses ini beberapa
mekanisme transpor memegang peranan, yaitu secara pasif (dengan cara filtrasi dan
atau difusi) atau secara aktif (tidak tergantung konsentrasi obat).

2. Resorpsi

Umumnya penyerapan obat dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung melalui


filtrasi, difusi atau transpor aktif. Zat hidrofil yang melarut dalam cairan ekstra-sel
diserap dengan mudah, sedangkan zat – zat yang sukar melarut lebih lambat
diresorpsi.

8
Kecepatan resorpsi terutama tergantung pada bentuk pemberian obat , cara
pemberiannya dan sifat fisiko-kimiawinya. Dengan cara apa obat akan diberikan
kepada pasien, apakah dengan diminum langsung, disuntik, intramuscularly,
dihirup, ataukah lewat kulit akan mempengaruhi dalam menentukan proses absorpsi.
Selain itu juga harus dipertimbangkan apakah obat yang diberikan akan mengalami
proses perubahan fisik atau kimiawi ketika dimasukkan dalam tubuh. Cara
pemberian berdasarkan efek yang diinginkan, yaitu efek sistemis (di seluruh tubuh)
atau efek lokal (setempat).

Untuk mendapatkan efek sistemik dapat diberikan dengan cara, yaitu oral,
sublingual (obat ditempatkan dibawah lidah), injeksi, implantasi subkutan
(memasukkan obat ke bawah kulit), dan rektal. Sedangkan untuk mendapatkan efek
lokal dapat diberikan dengan cara, yaitu intrasal, intra-okuler dan intra-aurikuler,
inhalasi, intravaginal, dan kulit (berupa salep, krem, atau lotion).

Resorpsi dari usus ke dalam sirkulasi berlangsung cepat bila obat diberikan
dalam bentuk terlarut (obat cairan, sirop atau obat tetes). Sedangkan obat padat
(tablet, kapsul atau serbuk) akan lebih lambat diresorpsi, hal ini dikarenakan obat
padat harus dipecah dahulu dan zat aktifnya perlu dilarutkan dalam cairan
lambung-usus.

Oleh karena itu, pemberian secara injeksi intravena menghasilkan efek yang
tercepat, karena obat langsung masuk ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat lagi
diperoleh dengan injeksi intramuskuler karena obat harus melewati banyak
membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah besar.

Untuk obat yang diberikan secara oral akan diresorpsi dari saluran
lambung-usus. Kebanyakan obat bersifat asam atau basa organik lemah mengalami
disosiasi menjadi ion dalam larutan. Besarnya ionisasi untuk setiap zat berbeda dan
tergantung dari konstanta disosiasinya dan derajat asam lingkungan sekitarnya.
Lebih sedikit obat terdisosiasi, lebih lancar pula penyerapannya.

Untuk obat yang bersifat asam lemah, hanya akan sedikit terurai menjadi
ion dalam lingkungan asam kuat di dalam lambung, sehingga resorpsinya sangat
baik di lambung. Sebaliknya, basa lemah terionisasi dengan baik pada pH lambung
sehingga hanya sedikit diresorpsi

3. Biotransformasi
9
Pada dasarnya setiap obat merupakan zat asing yang tidak diinginkan bagi
tubuh, karena obat dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya. Oleh karena itu,
tubuh akan berusaha untuk merombak zat asing ini menjadi metabolit yang tidak
aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih hidrofil agar memudahkan proses ekskresinya
oleh ginjal. Dengan demikian reaksi - reaksi metabolisme dalam hati dan beberapa
organ lain (paru – paru, ginjal, dinding usus dan juga di dalam darah) disebut
biotransformasi. Persentase obat yang secara utuh mencapai sirkulasi umum untuk
melakukan kerjanya disebut bio- availability.

Kecepatan biotransformasiumumnya
bertambahbilakonsentrasi obat meningkat. Hal ini akan terus berlaku hingga seluruh
molekul enzim yang melakukan pengubahan ditempati terus menerus oleh molekul
obat sehingga kecepatan biotransformasi menjadi konstan. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah fungsi hati, usia, faktor genetis dan juga interaksi dengan
penggunaan bersama obat lain.

4. Distribusi

Obat yang telah melalui hati bersamaan dengan metabolitnya disebarkan


secara merata ke seluruh jaringan tubuh, khususnya melalui peredaran darah.
Seringkali distribusi obat tidak merata akibat beberapa gangguan, yaitu adanya
rintangan, terikatnya obat pada protein darah atau jaringan dan lemak. Bagian obat
yang mengalami pengikatan protein darah akan hilang aktivitas farmakologinya dan
menjadi inaktif, tetapi tidak mengalami proses biotransformasi dan ekskresi.

5. Ekskresi

Ekskresi adalah proses mengeluarkan obat atau metabolitnya dari tubuh,


terutama dilakukan oleh ginjal melalui air seni. Ginjal akan menyaring darah dan
membuang obat dan sisa metabolisme. Mekanisme ekskresi obat yang dilakukan
oleh ginjal yakni filtrasi glomerulus (pasif) dan transpor aktif untuk zat – zat
tertentu.

Walaupun sebagian obat tidak masuk ke peredaran darah untuk bisa


memberikan efek pada penyakit yang diderita, tapi sebagian sisanya akan tetap
dikeluarkan secara bertahap dari peredaran darah oleh proses yang dinamakan
elimination. Proses eliminasi sebagian besar disebabkan oleh ginjal,
tetapi metabolisme juga mempengaruhi.
10
Obat bisa juga dikeluarkan dari liver di bile. Bile adalah suatu substansi yang
dibutuhkan dalam pengolahan lemak, yang dihasilkan oleh liver, disimpan di
gallblader, dan dikirimkan ke intestin kecil. Cara lain, yaitu melalui kulit bersama
keringat, paru – paru melalui pernafasan, empedu oleh hati, air susu ibu pada ibu
menyusui dan juga usus. Contoh ekskresi melalui pernafasan adalah pada tes kadar
alkohol pada pengendara kendaraan bermotor. Pada usus, zat – zat yang tidak atau
tak lengkap diresorpsi dikeluarkan melalui tinja.

III. Efek Samping Obat

Efek samping adalah efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek obat yang
diinginkan. Semua obat mempunyai efek samping, baik yang diinginkan maupun tidak
bahkan dengan dosis obat yang tepatpun, efek samping dapat terjadi dan dapat diketahui
bakal terjadi sebelumnya. Efek samping terutama diakibatkan oleh kurangnya spesifitas obat
tersebut, seperti betanekol (Urecholine)

Dalam beberapa masalah kesehatan, efek samping mungkin menjadi diinginkan,


seperti Benadryl diberikan sebelum tidur: efek sampingnya yang berupa rasa kantuk menjadi
menguntungkan.Tetapi pada saat-saat lain, efek samping dapat menjadi reaksi yang
merugikan. Istilah efek samping dan reaksi yang merugikan kadang-kadang dipakai
bergantian. Reaksi yang merugikan adalah batas efek yang tidak diinginkan (yang tidak
diharapkan dan terjadi pada dosis normal) dari obat-obat yang mengakibatkan efek samping
yang ringan sampai berat, termasuk anafilaksis (kolaps kardiovaskular). Reaksi yang
merugikan selalu tidak diinginkan.

Efek penggunaan obat antara lain:

1. Efek utama : Efek teraupetik (Efek pada letak primer)


Tidak semua obat betul betul menyembuhkan penyakit, banyak diantaranya yg
meniadakan / meringankan gejalanya saja. Dari hal tersebut dikenal 3 Jenis Terapi :
 Terapi Kausal, yaitu penyebab penyakit ditiadakan.
 Terapi simptomatis, yaitu meringankan gejala, penyebab tidak dipengaruhi.
 Terapi subsitusi, yaitumenggantikan zat tubuh yang lazimnya diproduksi oleh organ
yang sakit
2. Efek samping : Efek obat yang tidak termasuk kegunaan terapi
3. Toksisitas: Aksi tambahan yang lebih derajatnya dibandingkan dengan efek samping,
dan tidak diinginkan.

11
Adapun faktor faktor pendorong terjadinya efek samping obat adalah:
1. Terapi Obat Ganda (Multiple Drugs Therapy): Polifarmasi sebagai faktor resiko, karena
adanya interaksi (terutama pada lansia). Hasil Penelitian : 5- 15 %
2. Usia (Bayi, Balita, dan Lansia)
3. Jenis Kelamin, perempuan memiliki resiko lebih tinggi dibanding pria, diantaranya
karena perbedaan faktor hormonal
4. Penyakit (Gangguan ginjal, Hati, )
5. Perbedaan Farmakokinetika,
6. Perbedaan Etnik/genetik (ESO karena kekurangan enzim secara alami)
7. Faktor Farmasi

 EFEK SAMPING OBAT TIPE A

Adalah reaksi berlawanan yang merupakan suatu konsekuensi dari efek


farmakologis normal obat sehingga kemunculannya bisa diprediksi. Reaksi berlawanan
ini disebabkan oleh dosis yang tidak tepat (terlalu banyak atau terlalu lama) dan karena
farmakokinetik yang tidak teratur (biasanya karena kegagalan eliminasi).

1. ESO yang tidak berupa efek utama obat Umumnya derajat ringan, tapi angka
kejadian cukup tinggi
a. Obat yang menyebabkan perdarahan uterus (obat hormon, kontrasepsi oral,
AINS, Warfarin).
b. Obat yang menyebabkan konstipasi (penghilang nyeri nekrotik, amitriptilin,
Antikonvulsan fenitoin dan karbamazepin, zat besi, Antihipertensi diltiazem
dan nifedipin, dan Alumunium pada antasid).
c. Obat yang menginduksi mimpi buruk (Propanolol, Simvastatin, kaptopril,
metildopa, nikotin.
d. Obat-obat yang menyebabkan dispepsia (gangguan usus), Antiinflamasi
ibuprofen, estrogen, dan Antibiotika, Kortikosteroid, Fe, Metformin, Teofilin.
e. Obat yang menyebabkan edema (pembengkakan karena penumpukan cairan
pada kaki dan tangan, perut/asites, dada /paru, yaitu : Hormon, kortikosteroid,
dan anti-hipertensi, AINS.
f. Obat yang menyebabkan anemia hemolitik (AB beta-laktam, Anti- TBC, HCT,
dsb

12
g. Obat yang menyebabkan hiperpigmentasi /melanosis (gangguan kulit),erupsi
bola karena zat anorganik, erupsi eksema karena alergi streptomisin, merkuri,
anestesi lokal, dan sebagainya.
h. Obat yang menyebabkan impotensia, (Antidepresan, antihistamin, dan
antihipertensi.
i. Obat yang menyebabkan jaundice/kolestasis (radang peny.hati), Estrogen,
Amoksiklav, eritromisin,Kaptopril, Diazepam, klordiazepoksid, AINS,
grisepulvin, ketokenazol, dsb
j. Obat yang menyebabkan neutropenia,agranulositosis,peningkatan destruksi sel
darah putih, sitostatika, barbiturat, Prokainamid, sulfasalazin, Penisilin, AINS,
dan sebagainya.

2. Dapat disebabkan karena dosis relatif terlalu besar, atau karena ada perbedaan
respon kinetik/dinamik misalnya pada pasien dengan gangguan ginjal, jantung, atau
sirkulasidosis lazim dapat menjadi terlalu besar bagi pasien tertentu

a. Obat yang menyebabkan efek toksis terhadap sumsum tulang belakang (tempat
pembentukan sel darah), AINS kadang menimbulkansupresi sumsum tulang,
Azathyoprin utk leukemia,
b. Obat-obat yang menyebabkan efek Nefrotoksisitas (ginjal) Aspirin, AINS,
Asiklovir, Amfoterisin, Ripamfisin, sulfonamid, dsb.
c. Obat yang menyebabkan ototoksik (fungsi pendengaran) AB
gol.Aminoglikosida, sitostatika (Cisplotin), Diuretik furosemid, kuinin,
salisilat.
d. Obat yang menyebabkan hepatotoksik (hati), Alopurinol INH, Ripamfisin,
metotreksat, tetrasiklin, kaptopril, Karbamazepin, klindamisin, siproheptadin,
dsb.

3. Respons akibat penghentian obat (gejala putus obat)

a. Antidepresan (obat gangguan depresi mayor, kecemasan menyeluruh, penyakit


panik.
b. Benzodiazepin (Hipnotik-sedatif)
c. Klonidin

4. Efek samping obat akibat Interaksi obat

 EFEK SAMPING OBAT TIPE B


13
Adalah ESO yang tidak dapat diprediksi dari aksi obat, tidak berkaitan dengan
dosis, dan memiliki angka mortalitas yang tinggiFatofisiologi dasar reaksi sangat buruk,
memiliki basis genetik dan imunologi.

1. ESO akibat intoleransi obat Intoleransi atau sensitivitas adalah ambang batas
terendah aksi farmakologi normal. Intoleransi berbeda dengan allergi. Intoleransi
jarang terjadi dan bersifat idiopatik, sehingga sangat sulit diperkirakan, kecuali pada
orang yang mempunyai riwayat sebelumnya atau varian metabolisme secara
genetik.
2. ESO akibat hipersensitivitas obat Merupakan efek negatif obat jika digunakan
dengan dosis yang bisa ditolerir oleh subjek normal, belum dapat didefinisikan
secara pasti, walaupun menimbulkan reaksi seperti allergi. Sebaliknya allergi
mengacu pada reaksi hipersensitivitas yang menunjukan reaksi imunologi yang
pasti.

 JENIS-JENIS ESO :

1. Efek Samping Toksik

 Tergantung pada dosis


 Spesifik pada obat tertentu
 Keluhan : Gangguan sistem saraf, keluhan lambung-usus, kerusakan parenkim
hati, kerusakan ginjal, dan Terratogen.
 Penyakit yang timbul karena penghentian penggunaan obat ( ketulian setelah
menggunakan Streptomisin dalam jangka lama).

2. Reaksi Allergi

 Tidak tergantung pada dosis


 Tidak khas pada obat tertentu
 Karena reaksi Antigen-Antibodi tidak tergantung pada struktur alergen
reaksinya sama.

Tindakan pencegahan reaksi alergi:

a. Indikasi yang jelas untuk obat, sedapat mungkin terapi tunggal


b. Meningkatkan anamesis terhadap reaksi alergi sebelumnya
c. Tidak ada pengobatan lokal dengan obat yang menyebabkan alergi kuat
(Penisilin, Sulfonamida).
14
d. Pengawasan pasien dengan ketat pada setiap pengobatan jangka panjang
e. Penjelasan pada pasien tentang bahaya pemakaian obat yang tidak diawasi
terutama dalam rangka pengobatan sendiri.

3. Efek samping pada waktu perkembangan embrio dan fetus periode melahirkan dan
menyusui

Penggunaan obat tanpa indikasi yang kuat selama kehamilan bahaya kerusakan
pada janin, dapat berupa :
 Blastogenesis atau kematian janin
 Embriogenesis atau organ yang dibentuk mengalami diferensiasi
 Fetogenesis atau cacat

4. Efek penggunaan obat jangka panjang

a. Reaksi Hipersensitif : Reaksi allergi


b. Reaksi Kumulasi : Penumpukan karena pengulangan/ekskresi lambat.
c. Reaksi Toleransi : Keadaan berkurangnya respons terhadap dosis sama.
d. Reaksi Takhifilaksis : Keadaan berkurangnya kecepatan terhadap Aksi obat
karena pengulangan dengan dosis sama.
e. Reaksi Habituasi : Gejala ketergantungan Psikhis
f. Reaksi Adiksi : Gejala ketergantungan fisik dan psikis

IV. Interaksi Obat


A. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai efek


farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan. Interaksi ini dapat
disebabkan karena kompetisi pada reseptor yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang
bekerja pada sistem fisiologik yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan
berdasarkan sifat farmakologi obat-obat yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi
yang terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan obat sejenisnya. Interaksi ini
terjadi dengan intensitas yang berbeda pada kebanyakan pasien yang mendapat obat-obat
yang saling berinteraksi.

B. Interaksi Farmakokinetik

15
Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi,
metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau
mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek
farmakologinya. Tidak mudah untuk memperkirakan interaksi jenis inidanbanyak
diantaranya hanya mempengaruhi pada sebagian kecil pasien yang mendapat kombinasi
obat-obat tersebut. Interaksi farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu akan
terjadi pula dengan obat lain yang sejenis, kecuali jika memiliki sifat-sifat
farmakokinetik yang sama .

V. Cara Pemberian dan Perhitungan Obat

A. Cara pemberian obat

1. Diminum secara langsung (oral)

Meminum obat secara oral umumnya ditujukan untuk obat berbentuk cair,
tablet, kapsul, atau tablet kunyah.Ini merupakan cara pemberian obat yang paling
umum karena jauh lebih mudah, aman, dan murah dibandingkan metode
lainnya.Setelah diminum, obat akan diserap oleh dinding usus. Proses ini dapat
dipengaruhi oleh makanan dan obat lain yang Anda konsumsi.Obat yang telah
diserap kemudian diuraikan oleh hati sebelum akhirnya diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh.

2. Suntikan (parenteral)

Terdapat beberapa cara pemberian obat menggunakan suntikan. Biasanya,


cara ini dibedakan dari lokasi suntiknya. Beberapa di antaranya:

a. Subkutan. Obat ini disuntikkan ke jaringan lemak tepat di bawah kulit. Obat ini
kemudian masuk ke pembuluh darah kecil (kapiler) menuju alirah darah untuk
diedarkan ke seluruh tubuh. Insulin adalah salah satu yang paling sering
menggunakan cara pemberian obat yang satu ini.

b. Intramuskular. Metode ini ditujukan untuk pasien yang membutuhkan obat


dengan dosis yang lebih besar. Obat disuntikkan langsung ke jaringan otot
lengan atas, paha, atau pantat menggunakan jarum berukuran besar.

16
c. Intravena. Sering disebut sebagai infus, cara pemberian obat melalui intravena
dilakukan dengan menyuntikkan cairan mengandung obat langsung ke
pembuluh vena. Obat dapat diberikan dalam satu dosis atau berkelanjutan.

d. Intratekal. Cara ini ditujukan untuk mengobat penyakit pada otak, tulang
belakang, serta lapisan pelindungnya. Obat disuntikkan melalui jarum yang
dimasukkan ke celah antara dua tulang belakang bagian pinggang.

3. Topikal

Obat-obatan topikal merupakan jenis obat yang diserap secara langsung oleh
permukaan tubuh, terutama kulit. Contoh obat topikal adalah salep, losion, krim,
bedak, gel, dan plester yang ditempelkan ke kulit.Menggunakan obat dengan cara
topikal memiliki keunggulan, yakni efek obat akan langsung terasa pada bagian
tubuh yang memerlukannya.Risiko efek sampingnya pun lebih kecil karena
obat-obatan tidak melalui area tubuh lainnya secara langsung.

4. Supositoria (rektal)

Supositoria merupakan jenis obat-obatan yang dimasukkan melalui dubur.


Jenis obat ini ditujukan bagi pasien yang tidak bisa menelan obat secara langsung,
mengalami mual parah, atau harus menjalani puasa sebelum dan setelah
operasi.Obat-obatan supositoria berbentuk padat dan mengandung sejenis zat lilin
yang mudah terurai begitu berada dalam rektum. Dinding rektum terdiri dari
permukaan tipis dengan banyak pembuluh darah sehingga obat dapat diserap dengan
cepat.

5. Cara lainnya

Selain beragam cara di atas, Anda juga dapat menggunakan obat melalui
metode lain sesuai kebutuhan. Misalnya:Tablet yang ditempelkan di bawah lidah
(sublingual) atau di bagian dalam pipi (bukal), Tablet, cairan, gel, krim, atau cincin
yang dimasukkan ke dalam vagina, Obat tetes mata berbentuk cair, Obat tetes
telinga berbentuk cair, Partikel obat yang dihirup secara langsung atau melalui uap.

B. Cara Menghitung Obat

1. Cara menghitung dosis obat tablet atau pil

17
Obat tablet merupakan jenis obat yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat,
biasanya obat jenis ini memiliki bentuk bulat atau lonjong yang dapat dimasukkan
langsung ke dalam mulut tanpa harus di kunyah.Sediaan obat adalah jumlah total
kandungan dalam satu tablet, pil, kaplet, vial, atau ampul.

Contoh :Dokter meminta memberikan paracetamol tablet 250 mg, satu kaplet obat
memiliki sediaan 500mg.

Jawab:250 mg / 500 mg = 1/2 tablet

Contoh:Dokter meminta memberikan order resep “luminal tablet 5 mg, 3 dd 1


pulvus no. X.

Jawab:Dalam hal ini dokter ingin agar kita membagi satu obat tablet luminal 5 mg
menjadi sepuluh bagian. Order sederhana dari resep diatas adalah luminal tablet 0,5
mg, sedangkan sediaan obat adalah 5 mg.

Kita dapat menghitung dosis obat tablet diatas dengan menggunakan rumus dosis
obat: order dokter/ sediaan obat

2. Menghitung Dosis
5 mg/10 Obat
= 0,5 mgSirup

Contoh:Dokter membuat resep ” Sanmol Forte syrup 120 mg prn. Sediaan obat
Sanmol Forte syrup ialah 240 mg tiap 5 mL (mililiter)

Jawab:120 mg / 240 mg X 5 ml = 2,5 ml = 1/2 cth

Rumus ini juga berlaku untuk menghitung obat intravena atau serbuk yang tidak
harus menggunakan batas waktu atau alat mesin syringe pump

Contoh:Metronidazole injeksi 3 dd x 150 mg. Sediaan obat Metronidazole injeksi


untuk setiap 100 mL adalah 500 mg.

Jawab:150 mg/ 500 mg X 100 ml = 30 ml

3. Menghitung Dosis Obat Serbuk

Berikutnya adalah menghitung dosis obat serbuk, ini yang paling jarang
digunakan oleh masyarakat namun biasanya tetap ada beberapa jenis obat yang
memakai obat serbuk ini seperti misalnya obat antibiotik, seperti ceftriaxone,
cefotaxim, dan lainnya.

18
Contoh:Ceftriaxone inj 3 dd 330 mg IV.

Jawab: 330 mg / 1000 mg X 10 cc = 3,3 cc

4. Menghitung Dosis Obat Menggunakan Alat

Ada juga cara memberikan obat menggunakan alat bantu biasanya pemberian
ini melaui infus pump atau syringe pump. Beberapa contoh obat ini diantaranya
lasix (Furosemid), heparin (Inviclot), cordaron (Amiodaron), dobutamin, dopamin,
dan lainnya.

Contoh:Heparin 1000 IU /jam. Sediaan obat 1 ml Heparin adalah 5000 IU, Jumlah
pelarut 100 cc.

Jawab:1000 IU/60 menit X 60 mggtt/cc X 100 cc / 5000 IU = 20 cc/jam

VI. Obat Obatan Tradisional

PengobatTradisional Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, pengobat
tradisional adalah orang yang melakukan pengobatan tradisional (alternatif).
Menteri Kesehatan (2003) membagi pengobat tradisional (Battra) menjadi beberapa jenis,
yaitu:
a. Pengobat Tradisional Keterampilan.
Pengobat tradisional ketrampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dan/atau perawatan tradisional berdasarkan ketrampilan fisik dengan menggunakan
anggota gerak dan/atau alat bantu lain, antara lain:
1) Battra pijat urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh tubuh. Tujuannya
untuk penyegaran relaksasi otot, hilangkan capai, juga untuk mengatasi gangguan
kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan atau penyakit. Pemijatan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan jari tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau
dibantu alat tertentu antara lain pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat
tunanetra, dsb.
2) Battra patah tulangadalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan
dan/atau perawatan patah tulang dengan cara tradisional. Disebut dukun potong
(Madura), sangkal putung (Jawa), sandro pauru (Sulawesi Selatan).

19
3) Battra sunatadalah seseorang yang memberikan pelayanan sunat (sirkumsisi) secara
tradisional. Battra sunat menggunakan istilah berbeda seperti bong supit (Yogya),
bengkong (Jawa Barat). Asal ketrampilan umumnya diperoleh secara turun temurun.
4) Battra dukun bayiadalah seseorang yang memberikan pertolongan persalinan ibu
sekaligus memberikan perawatan kepada bayi dan ibu sesudah melahirkan selama 40
hari. Di Jawa Barat disebut paraji, dukun rembi (Madura), balian manak (Bali),
sandro pammana (Sulawesi Selatan), sandro bersalin (Sulawesi Tengah), suhu batui
di Aceh.
5) Battra Pijat Refleksi adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan
cara pijat dengan jari tangan atau alat bantu lainnya pada zona-zona refleksi terutama
pada telapak kaki dan/atau tangan.
6) Akupresuris adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan
pemijatan pada titik-titik akupunktur dengan menggunakan ujung jari dan/atau alat
bantu lainnya kecuali jarum.
7) Akupunkturis adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan
perangsangan pada titik-titik akupunktur dengan cara menusukkan jarum dan sarana
lain seperti elektro akupunktur.
8) Chiropractor adalah seseorang yang melakukan pengobatan kiropraksi (Chiropractie)
dengan cara teknik khusus untuk gangguan otot dan persendian.
9) Battra lainnya yang metodenya sejenis.

b. Pengobat Tradisional Ramuan


Pengobat tradisional ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan
dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan obat/ramuan tradisional yang
berasal dari tanaman (flora), fauna, bahan mineral, air, dan bahan alam lain, antara lain:
1) Battra ramuan indonesia (jamu) adalah seseorang yang memberikan pelayanan
pengobatan dan/atau perawatan dengan menggunakan ramuan obat dari
tumbuh-tumbuhan,
2) 9 hewan, mineral dan lainlain, baik diramu sendiri, maupun obat jadi tradisional
Indonesia.
3) Battra gurah adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan cara
memberikan ramuan tetesan hidung, yang berasal dari larutan kulit pohon sengguguh
dengan tujuan mengobati gangguan saluran pernafasan atas seperti pilek, sinusitis,
dan lain-lain.

20
4) Shinshe adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dan/atau
perawatan dengan menggunakan ramuan obat-obatan tradisional Cina. Falsafah yang
mendasari cara pengobatan ini adalah ajaran ”Tao(Taoisme)” di mana dasar
pemikirannya adalah adanyakeseimbangan antara unsur Yindan unsur Yang.
5) Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan ramuan
obat tradisional yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya dilakukan oleh
orang-orang India atau Pakistan.
6) Homoeopath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan menggunakan
obat/ramuan dengan dosis minimal (kecil) tetapi mempunyai potensi penyembuhan
tinggi, dengan menggunakan pendekatan holistik berdasarkan keseimbangan antara
fisik, mental, jiwa dan emosi penderita.
7) Aromatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan dengan menggunakan
rangsangan aroma yang dihasilkan oleh sari minyak murni (essential oils) yang
didapat dari sari tumbuh-tumbuhan (ekstraksi dari bunga, buah, daun, biji, kulit,
batang/ranting akar, getah) untuk menyeimbangkan fisik, pikiran dan perasaan.
8) Battra lainnya yang metodenya sejenis.

c. Pengobat Tradisional Pendekatan Agama


Pengobat tradisional pendekatan agama terdiri atas pengobat tradisional dengan
pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha.

d. Pengobat Tradisional Supranatural

Pengobat tradisional supranatural terdiri atas pengobat tradisional tenaga dalam


(prana), paranormal, reiky master, qigong, dukun kebatinan, dan pengobat tradisional
lainnya yang metodenya sejenis.

VII. Toxiologi Obat

Toksisitas atau keracunan obat adalah reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau
penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan metabolisme atau ekskresi. Adapun Obat
– Obatan yang menyebabkan keracunan yaitu: Paracetamol, Asam Salisilat, Antalgin, Vitamin
B6, Vitamin C.
A. Paracetamol
Parasetamol atau asetaminen adalah obatanalgesik dan antipiretik yang populer
dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta
demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesikselesma dan flu.
21
Kegunaan Pemakaian Paracetamol itu adalah
1. Demam
Parasetamol telah disetujui sebagai penurun demam untuk segala usia. WHO
hanya merekomendasikan penggunaan parasetamol sebagai penurun panas untuk
anak-anak jika suhunya melebihi 38.5 C.
2. Nyeri

Parasetamol digunakan untuk meredakan nyeri. Obat ini mempunyai aktivitas


sebagai analgesik, tetapi aktivitas antiinflamasinya sangat lemah.

Efek Samping pemakaian Paracetamol :


Pada dosis yang direkomendasikan, parasetamol tidak mengiritasi lambung,
memengaruhi koagulasi darah, atau memengaruhi fungsi ginjal. Namun, pada dosis besar
(lebih dari 2000 mg per hari) dapat meningkatkan risiko gangguan pencernaan bagian
atas.
Dosis Pemakaian Paracetamol :

Umur Dosis Paracetamol


3 bulan – 1 tahun 60 – 120 mg
1 – 5 tahun 120 – 250 mg
6 – 12 tahun 250 – 500 mg
Dewasa 500 – 1 g

Kelebihan dosis Paracetamol itu mengakibatkan :


Penggunaan parasetamol di atas rentang dosis terapi dapat menyebabkan gangguan
hati. Pengobatan toksisitas parasetamol dapat dilakukan dengan cara pemberian
asetilsistein (N-asetil sistein) yang merupakan prekusor glutation, membantu tubuh untuk
mencegah kerusakan hati lebih lanjut.

B. Asam Salisilat
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat iritan
lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang digunakan
sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan ester salisilat dari
asam organik. Di samping itu digunakan pula garamsalisilat.
Keguanaan Asam Salisilat :

22
Asam salisilat adalah obat topikal murah yang digunakan untukmengobati
sejumlah masalah kulit, seperti :jerawat, kutil, ketombe, sporiasis, dan masalah kulit
lainnya.mengawetkan makanan, antiseptik, dan campuran dalam pasta gigi. Asam
salisilat digunakan pula sebagai bahan utama untuk aspirin.
Dosis Pemakaian nya itu adalah :
a) Pengobatan tunggal rata-rata : 10 mg/KBB.
b) Dosis lazim harian : 40 - 60 mg/KBB/hari.
c) Tablet aspirin mengandung 325 - 650 mg asam salisilat.
d) Pada dosis 150 - 200mg /KBB dapat terjadi Intoksikasi akut sedang, dan dosis
300-500 mg / KBB akan menyebabkan intoksikasi berat.

Efek negatif dari Asam Salisilat itu adalah Asam salisilat sebenarnya hanya baik
digunakan sebagai obat lotion (tubuh bagian luar). Konsumsi pada asam salisilat dapat
menimbulkan gangguan lambung, pusing, berkeringat, mual, dan muntah. Efek dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan kekurangan zat besi, kemerahan dan gatal-gatal
pada kulit. Konsumsi dalam jumlah besar mengakibatkan pendarahan pada lambung.

C. Antalgin
Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID,
atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Umumnya, obat-obatan analgetik adalah
golongan obat antiinflamasi (antipembengkakan), dan beberapa jenis obat golongan ini
memiliki pula sifat antipiretik (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai
analgetik-antipiretik.Dosis pemakaian Antalgin :
- dewasa: 500-1000 mg 3-4 x sehari (maks 3 gr)
- anak: 250-500 mg 3-4 x sehari (maks 1 gr)
- Parenteral: 500-1000 mg sekali suntik (jgn lebih 1 gr)
Efek Samping nya :Agranolositosis, Gejala kepekaan yang manifestasinya kelainan pada
kulit. Pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan agranulositosis. reaksi kulit
seperti kemerahan,iritasi lambung.
Interaksi Obat: Bila digunakan bersama dengan klorpromazine, dapat
menimbulkanhipotermia yang berat.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui: Jangan diberikan pada wanita hamil karena
potensi karsigonik dari metabolit nitrosamin.

D. Vitamin B 6
23
Vitamin B6 atau disebut juga dengan pyridoxine, adalah vitamin yang larut air,
yang digunakan dalan penanganan defisiensi vitamin B6 dan beberapa kasus
anemia.Piridoksin dapat menurunkan efek obat dari fenitoin dan levodopa. Manfaat dari
vitamin B6 :Mencegah penyakit jantung, Menstruasi dan kehamilan, Meningkatkan
energi dan melawan penyakit, Perkembangan otak, Sistem kekebalan tubuh, Komunikasi
saraf, Menjaga kadar gula darah, Membantu proses protein tubuh dan lemak dari makanan
sebagai bagian dari koenzim, Membantu untuk membuat sel darah merah dan
mengkonversi asam amino menjadi niacin.

E. Vitamin C
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitaminantioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Dosis Pemakaian nya :
a) 60 mg/hari: Kesehatan Kanada 2007
b) 60–95 miligram per hari: Amerika Serikat National Academy of Sciences.
c) 500 miligram per jam 12: Profesor Roc Ordman, dari penelitian biologi radikal bebas.
d)3.000 miligram per hari(atau hingga 30.000 mg selama penyakit): YayasanVitamin C.
e) 6, 000–12, 000 miligram per hari: Thomas E. Levy, Colorado Integratif Medical Centre.

24
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Farmakologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya
pada system biologis. Farmakodinamika adalah ilmu pengetahuan dan studi tentang efek
biologis yang dihasilkan oleh bahan kimia, lebih khusus lagi, ilmu pengetahuan dan studi
tentang bagaimana bahan kimia menghasilkan efek-efek biologis dan
Farmakokinetika adalah ilmu yang khusus mempelajari perubahan– perubahan konsentrasi
dari obat dan metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu sebagai
hasil dari proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu resorpsi, transpor, biotransformasi
(metabolisme), distribusi dan ekskresi.(Hoan Tjay, 2008).

Mengenai penggolongan obat ada beberapa diantaranya yaitu obat yang berdasarkan
undang-undang seperti obat keras, obat bebas, psikotropika dan narkotika dan ada juga obat
tradisional seperti jamu, obat herbal, dan fitofarmaka. Adapun efek samping dan interaksi
obat tergantung dengan jenis obatnya.

II. Saran

Setelah mempelajari mata kuliah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan harus mampu
menerapkan konsep farmakologi dan teraupetik dengan penekanan pada farmakodinamik,
farmakokinetik, penggolongan obat, efek samping obat dan bahaya penggunaan dan
pemberian obat kepada pasien, dalam pengolahan data rekam medis.

25
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, nur. 2019. Pengertian dan Penggolongan obat-obatan. Nasabamedia. (diterbitkan


pada tanggal 6 Mei 2019)

http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0

http://www.geocities.ws/rakyatjawa/sastra/pengobatan-tradisional.pdf

https://www.scribd.com/doc/81402680/penggolongan-obat

26

Anda mungkin juga menyukai