Anda di halaman 1dari 6

KALA III

Disusun Oleh :

Nama : Meily Anggraini


Kelas : 2 Reguler A
Dosen pembimbing : Kharisma Virgian, SST, M.Keb
Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


PRODI DIII KEBIDANAN
2019
A. FISIOLOGI PLASENTA
Plasentasi adalah proses pembentukan stuktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia, plasentasi
berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Pada dasarnya, plasenta berasal
dari sel trofoblas yang mulai terbentuk pada stadium morula dan akhirnya
berdifferensiasi sehingga membentuk satu lapisan sel trofoblas yang mengelilingi
blastosis. Sehingga kehamilan menjadi matang, trofoblas memainkan peranan penting
dalam hubungan antara feto-maternal. Trofoblas memamerkan pelbagai struktur,
fungsi, dan bentuk pertumbuhan pada semua komponen plasenta.
Pada hari ke-8 setelah
fertilisasi, setelah aposisi, sel
trofoblas berdiferensiasi
GAMBAR 1: Trofoblas yang berdiferensiasi
menghasilkan dua lapis trofoblas. menjadi sinsiotrofoblas dan sito trofoblas.
Lapisan dalam disebut sitotrofoblas, Dikutip dari kepustakaan 2

merupakan sel mononuklear dengan


batas sel yang tegas, disebut juga
dengan sel Langhan. Lapisan luar
disebut sinsitiotrofoblas, berupa sel
multinuklear dengan batas sel yang
tidak tegas, berasal dari lapisan
sitotrofoblas. Setelah implantasi
selesai, trofoblas akan berdiferensiasi mengikuti dua jalur utama, yang membentuk
vili dan ekstravili. Trofoblas vili akan menjadi vili korion dimana berfungsi untuk
membawa oksigen dan nutrisi diantara fetus dan ibu. Manakala trofoblas ektravili
akan bermigrasi ke dalamdesidua dan miometrium dan juga berfungsi untuk
menginvasi pembuluh darah ibu. Oleh itu, trofoblas ekstravili dapat diklasifikasikan
lagi sebagai trofoblas interstisial dan trofoblas endovaskular. Trofoblas interstisial
akan menginvasi desidua dan akhirnya tembus ke miometrium untuk membentuk sel
giant pada placental bed. Selain itu, trofoblas ini juga akan bertanggungjawab untuk
menginvasi arteri spiralis.
Setelah aposisi, sel trofoblas akan menginvasi epitel endometrium lebih dalam,
sehingga sekitar hari ke-10, blastosis akan tertanam di dalam endometrium seluruhnya. Pada
hari ke-9 perkembangan, bagian blastosis yang tertempel pada dinding endometrium terdiri
daripada satu lapis sel yang telah gepeng sedangkan pada arah yang bertentangan, ketebalan
dinding terdiri daripada dua zona- trofoblas dan inner cell mass atau diskus embrio yang akan
berdiferensiasi menjadi plat ektoderm primitif dan lapisan bawahnya sebagai lapisan
endoderm.
Korion adalah lapisan membran yang terdiri daripada sel trofoblas dan mesenkim
yang melapisi rongga kavitas pada blastosis. Sel mesenkim di dalam kavitas sangat banyak
dan akan menjadi semakin mampat sehingga membentuk body stalk. Dengan invasi blastosis
ke dalam desidua yang semakin mendalam, sitotrofoblas ekstravili akan membentuk vili
pimer yang terdiri daripada sitotrofoblas yang diselubungi oleh sinsitium sebelum hari ke-12
setelah fertilisasi. Vili ini awalnya tersebar pada seluruh permukaan blastosis, tetapi
kemudian mulai menghilang kecuali bagian yang tertanam , yang akan menjadi plasenta.
Setelah itu, tepat pada awal hari ke-12 setelah fertilisasi, vili korion mulai terbentuk. Tali
mesenkim yang terbentuk dari mesoderem ekstraembrio akan menginvasi kolum trofoblas
yang solid, membentuk vili sekunder. Setelah angiogenesis bermula, vili tertier akan
terbentuk. Walaupun pada awal implantasi, pembuluh darah ibu di penetrasi, darah dari ibu
tidak akan masuk ke dalam rongga intervili sehingga hari ke-15. Dan pada hari ke-17,
pembuluh darah fetus mulai berfungsi dan sirkulasi plasenta terbentuk.
Bagian luar vili dilapisi oleh sinsitium manakala di dalam merupakan lapisan
sitotrofoblas. Sitotrofoblas pada puncak vili akan berproliferasi menghasilkan sel kolumnar
trofoblas yang akan membentuk anchoring villi. Vili ini tidak diinvasi oleh mesenkim fetus
dan akan tertanam pada lapisan desidua di plat basalis. Oleh itu, dasar rongga intervili
merupakan sisi maternal plasenta yang terdiri daripada sitotrofoblas dari sel kolumnar,
sinsiotrofoblas, dan lapisan desidua pada plat basal. Sedangkan dasar untuk plat krion yang
membentuk atap rongga intervili terdiri daripada 2 lapisan- luar dilapisi oleh trofoblas dan
dalam dilapisi oleh mesoderem. Plat korion yang definit terbentuk pada minggu ke-8-10
bersamaan dengan amnion dan plat korion bagian mesenkim bergabung. Pembentukan ini di
lengkapi dengan pembesaran kantung amnion , dimana pada saat yang sama, akan
membentuk tali pusat.
B. ANATOMI PLASENTA
Istilah plasenta mulai diperkenalkan pada zaman Renaissance oleh Realdus Columbus
pada tahun 1559. Plasenta diambil dari istilah Latin yang memberi arti flat “cake”. Plasenta
adalah struktur yang berfungsi sebagai media penyambung/penghubung antara organ fetus
dan jaringan maternal agar pertukaran fisiologi dapat terjadi.
Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan ukurannya
dapat mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-500 gram Plasenta
mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada bagian maternal,
permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai struktur poligonal yang
disebut sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari
pembuluh darah fetal yang akan menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya.
Permukaan plasenta bagian maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua
basalis yang ikut tertempel keluar.

BAGIAN FETAL

BAGIAN MATERNAL

GAMBAR 4: Skema potongan melintang sirkulasi plasenta yang aterm.

Selaput korion akan tersebar menjadi lapisan luar untuk Dikutip dari kepustakaan
2 membran, yaitu3 yang
menutupi plat korion pada plasenta bagian fetal dan cairan amnion. Amnion merupakan
lapisan membran yang tipis dan avaskuler yang membungkus fetus, dapat dipisahkan dari
korion setelah lahir. . Di bawah lapisan amnion, pembuluh darah korion bersambungan
dengan pembuluh darah fetus membentuk struktur yang dinamakan tali pusat. Biasanya
panjang tali pusat dapat mencapai 30 – 90 sentimeter dan berinsersi pada tengah permukaan
plasenta, tetapi ada juga yang berinsersi di pinggir plasenta. Tali pusat berisi 2 arteri, 1 vena
umbilikalis dan massa mukopolisakarida yang disebut jeli Wharton. Vena berisi darah penuh
oksigen sedangkan arteri yang kembali dari janin berisi darah kotor. Pembuluh darah tali
pusat berkembang dan berbentuk seperti heliks agar terdapat fleksibilitas.
Struktur plasenta hampir keseluruhannya dibentuk oleh vili korion yang memanjang
dan menyebar didalam rongga intervili yang berisi darah. Oleh itu plasenta sebagai organ
yang mempunyai fungsi sebenarnya adalah rongga yang beisi darah ibu, yang pada sisi
maternal tertempel pada plat desidua, dan pada sisi fetal ditutupi oleh plat korion dengan vili-
vili korion yang bercabang ke dalam takungan darah ibu.
Rongga intervili adalah kolam yang berisi takungan darah ibu yang keluar dari
pembuluh darah yang ada pada lapisan desidua. Terdapat sinus-sinus arteri dan vena yang
tersebar pada plat desidua yang berfungsi untuk mensuplai dan aliran keluar darah dari
rongga ini. Sebelum plasenta terbentuk dengan sempurna dan sanggup untuk memelihara
janin, fungsinya dilakukan oleh korpus luteum gravidarum yang dikonversi dari korpus
luteum normal akibat pengaruh hormon korionik gonadotropin (hCG) yang dihasilkan setelah
beberapa jam berlakunya proses implantasi.

C. HUBUNGAN TALI PUSAT DENGAN PLASENTA

Plasenta, tali pusar dan kantung amnion adalah tiga komponen dari sistem pendukung
kehidupan janin janin yang sedang berkembang. Perbedaan utama antara plasenta dan tali
pusar adalah struktur dan peran mereka. Plasenta adalah organ yang menyerap oksigen dan
nutrisi dari darah ibu. Nutrisi dan oksigen ini diangkut melalui tali pusar ke janin. Hanya
plasenta ibu melahirkan asal maternal. Plasenta janin dan tali pusar berasal dari janin. Baik
plasenta dan tali pusar dikeluarkan dari rahim setelah kelahiran anak.

Plasenta adalah organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi untuk
melakukan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan. Oksigen dan nutrisi yang
dibawa melalui aliran darah ibu kemudian menembus plasenta. Dari sini, tali pusar yang
terhubung ke bayi membawa oksigen dan nutrisi tersebut untuk bayi. Hal inilah yang
kemudian mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Melalui plasenta, nutrisi baik
yang ibu konsumsi dapat ditransfer ke bayi, begitu juga dengan nutrisi buruk yang ibu
konsumsi juga dapat diterima bayi, seperti alkohol dan obat.nMelalui plasenta juga, bayi
dapat membuang zat-zat buangan yang tidak ia perlukan, seperti karbon dioksida, yang
kemudian diteruskan ke aliran darah ibu untuk kemudian dibuang oleh sistem dalam tubuh
ibu. Selain itu, plasenta juga sebagai pelindung bayi terhadap kuman dan bakteri yang ada
dalam tubuh ibu sehingga bayi dalam kandungan tetap dalam keadaan sehat. Plasenta jugalah
yang menjadi penghalang agar sel-sel bayi tidak masuk ke dalam aliran darah ibu, sehingga
bayi tidak disangka sebagai sel asing oleh tubuh Anda.
Plasenta juga menjadi organ yang menghasilkan hormon yang diperlukan oleh Anda
dan bayi selama dalam kandungan. Beberapa hormon yang dihasilkan plasenta adalah
hormon human placental lactogen (HPL), relaksin, oksitosin, progesteron, dan estrogen.
Menuju waktu akhir kehamilan, plasenta melepaskan antibodi dari ibu untuk diberikan ke
bayi, sehigga bayi mempunyai kekebalan tubuh sekitar 3 bulan setelah kelahirannya ke dunia.

D. FISIOLOGI KALA III PERSALINAN

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume


rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat perlekatan menjadi semakin mengecil,
ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina.Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua
pembuluh darah sehingga akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta.
Sebelum uterus berkontraksi, dapat terjadi kehilangan darah 350-560 cc/menit dari tempat
pelekatan plasenta.

1. Tanda Pelepasan Plasenta Pada Kala III Persalinan


a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus uteri

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus


berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus sekitar di bawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.

b. Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (tanda Ahfeld).

c. Semburan darah mendadak dan singkat


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu mendorong
plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasentamelebihi
kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.

Anda mungkin juga menyukai