I. JUDUL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ARTHRITIS GOUT PADA PASIEN LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BARA-BARAYA KOTA MAKASSAR
KEPERAWATAN GERONTIK
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
seluruh dunia. Arthritis Gout atau dikenal juga sebagai arthritis pirai, merupakan
pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat didalam cairan ekstraseluler.
yang didenifisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria
yang sering menyerang pria dewasa dan wanita posmenopause. Hal ini
dan mempunyai ciri khas berupa episode Arthritis Gout akut dan kronis
(Schumacher, 2008).
pertengahan ialah 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 dan 74, lansia tua antara
75 dan 90, dan usia sangat tua diatas 90 tahun. Menurut UU No. 13 tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia pada BAB 1 pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas” (WHO 2014 dalam
kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), masa senium (usia kurang dari 65
tahun), dan masa presenium (usia 55-64 tahun). Pada saat ini ilmuawan social
lanjut usia muda, lanjut usia tua dan lanjut usia tertua (Depkes 2015 dalam buku,
2016).
mencapai 8% dari 7 milyar penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa
(WPDS,2015). Saat ini, di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakaan lebih
dari 629 juta jiwa (satu dari 10 lansia berusia lebih 60 tahun), dan pada tahun
2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti korea
selataan (Asia), populasi lanjut usia telah diantisipasi sejak awal abad ke-20.
Tidak heran bisa masyarakat di negara maju sudah lebih siap, menghadapi
angka kejadian Arthritis Gout di Indonesia pada tahun 2018 lalu mencapai
7,30% atau 713.783 k ejadian, dan terhitung kejadian Arthritis Gout di Sulawesi
selatan sebanyak 6,39% atau 23.069 kejadian, dan umumnya Arthritis Gout di
dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2007 lalu, jumlah pasien ini
mencapai 2 juta orang, dengan perbandingan pasien wanita tiga kali lebih
banyak dari pria. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga 2025 dengan
Adapun data yang diperoleh dari dinas kesehatan provensi sulawesi selatan pada
2014 jumlah kejadian Arthritis Gout utamanya berada pada kelompok lansia usia
sebanyak 650 jiwa dari 1.248.436 jiwa usia lanjut di kota Makassar (Handono,
2014).
signifikan antara pola makan dengan penyakit atau Arthritis Gout, Jadi semakin
sering mengkonsumsi dengan kadar purin yang tinggi akan semakin tinggi resiko
gou arthritis pada lansia di puskesmas Tinoor Kecamataan Tomohon Utara Kota
(81,6). Dari hasil analis hubungan kedua variabel yakni variabel pola makan
dengan nilai signifikan, maka dikatakan ada hubungan antara pola makan
Berbeda dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Yunita et al. (2018)
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pola makan
dengan kadar asam urat. Pola makan merupakan suatu cara atau usaha dalam
Faktor yang mempengaruhi pola makan yaitu jumlah makanan, frekuensi makan,
dan jenis makanan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kaya purin yang
mengonsumsi makanan kaya purin memiliki kadar asam urat yang tinggi, tetapi
lansia yang terdata sebagai pasien pengidam penyakit arthrits gout pada tahun
kesehatan utama pada penderita arthritis gout. Data di tahun 2017 sebanyak
792 namun pada tahun 2018 memang mengalami penurunan angka kejadian
hubungan usia dan pola makan dengan kejadian Arthritis Gout pada lansia di
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Umum
Gout pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Bara baraya Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
2. Manfaat Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermakna bagi instansi
terkait sebagai salah satu sumber informasi, bahan bacaan dan pengembangan
Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umur manusia
dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung
(Wahyudi, 2008). Usia adalah umur respenden yang didata berdasarkan usia yang
Lanjut usia adalah Kelompok manusia yang berusi 60 tahun ke atas. Pada
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena
jasmani, rohani maupun social. Proses lansia atau penuaan adalah suatu proses
alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap orang. Sejalan dengan peningkatan
usia harapan hidup, semakin komplek pula masalah kesehatan yang dihadapi.
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
sebagai berikut :
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini mengatakan sebagai
masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.
3) Kelompok usia lanjut (>65 tahun) yang dikatakan sebagai masa senium.
1) Kelompok lansi dini (55-64 tahun), yakni kelompok yakni kelompok yang baru
memasuki lansia.
3) Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun
(Aspiani, 2016)
keluarga.
4. Defenisi Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak waktu permulaan
Menua adalaah suatu proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap
orang. Sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup, semakin komplek pula
penurunan dalam funsinya akibat proses penuaan. Menua adalah suatu proses
a. Faktor Genetika
b. Faktor Intelegensia
d. Faktor Endogernik
Perubahan fisik :
a. Sistem Muskuloskeletal
intervertebral dan penekanan pada kolumna vetebtralis. Implikasi hal ini adalah
terhadap beban gerakan rotasi dan lengkungan. Implikasi dari hal ini adalah
kurang aktif, Sendi perubahan yang terjadi proses menua yaitu pecahnya
komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah nyeri,
ekstrogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsure-unsur tulang yang
dari hal ini adalah peningkatan risiko cedera. Cairan tulang menurun sehingga
b. Sel
menurun.
c. Kardiovaskuler
meningkat.
d. Sistem Respirasi
e. Sistem Pernafasan
Fungsi saraf menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi
f. Sistem Gastrointestinal
menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil
g. Sistem pendengaran
Arthritis pirai (gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi Kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi sebagai akibat
disebabkan karena penumpukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari
ginjal.
Arthritis Gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran
khusus yaitu Arthritis akut. Arthritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi
S, 2018).
2. Etiologi
Etologi dari Arthritis Gout meliputi usia, jenis kelamin, riwayat medikasi,
obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat serum asam urat
lebih tinggi daripada wanita, yang meningkakan resiko mereka terserang Arthritis
Gout. Perkembangan Arthritis Gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi
pada pria dibandingkan wanita. Namun angka kejadian Arthritis Gout menjadi
sama antara kedua jenis kelamin setelah usia 60 tahun. Prevalensi Arthritis Gout
pada pria meningkat dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia
kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan penuruunan level
Arthritis Gout jarang pada wanita muda (Roddy dan Doherty, 2010).
Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting pada pria dan wanita. Hal ini
ginjal), peningkatan pemakaian obat duretik, dan obat lain yang dapat
meningkatkan kadar asam urat serum (Doherty, M, 2009 dalam jurnal, 2014).
kadar asam urat sedikit pada pasien usia lanjut (Weaver, 2008).
resiko Arthritis Gout. Resiko Arthritis Gout sangat rendah untuk pria dengan
indeks massa tubuh antara 21 dan 22 tetapi meningkat tiga kali lipat untuk pria
yang indeks massa tubuh 35 atau lebih besar (Weaver,2008). Obesitas berkaitan
asam urat pada ginjal melalui urate anion excbanger transporter-1( URAT1) atau
melalui sodium dependent anion cotransporter pada brusb border yang terletak
pada membrane ginjal bagian tubulus proksimal. Dengan adanya resistensi insulin
adenosine mengakibatkan terjadinya retensi sodium, asam urat dan air oleh ginjal
Konsumsi tinggi alkohol dan diet kaya daging serta makanan laut (terutama
kerang dan beberapa ikan laut lain) meningkatkan resiko Arthritis Gout. Sayuran
yang banyak mengandung purin, yang sebelumnya dieliminasi dalam diet rendah
normalnya, 99% dari hasil metabolit nukleotida adenine, guanine, dan hipoxantin
akan digunakan kembali sehingga akan terbentuk kembali masing-masing
diubah menjadi xantin dan selanjutnya akan diubah menjadi asam urat oleh
Adapun etiologi menurut dari buku (Hidayatus S, 2018) Gejala Arthritis akut
monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya penyakit ini
penyakit lain, seperti leukemia, terutama bila diobati dengan sitostatika, psoriasis,
a. Gout primer renal terjadi karena ekskresi asam urat ditimbuli distal ginjal yang
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya glumero
3. Perombakaan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak
penting.
3. Manifestasi Klinis Arthritis Gout
Kondisi ini dapat terjadi untuk beberapa lama dan di tandai dengan
Radang sendi pada stadium sangat akut dan timbul yang sangat cepat dalam
waktu singkat. Seperti pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun
pagi terasa sakit sehingga tidak dapat berjalan, dengan keluhan utama nyeri,
bengkak, terasa hangat, merah dengan gejala sistemik berupa demam, menggil
Serangan ini terjadi dengan nyeri pada saat sendi berat dan biasanya bersifat
monoartikular
3. Interkritikal gout
Gout menahun.
4. Patofisiologi
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya
yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
berurutan.
1. Partisipasi Kristal monosodium urat
plasma lebih dari 9 mg/dl. Persipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan
parartikuler mislnya bursa, tendon, dan selaputnya. Kristal urat yang bermuatan
Kristal.
leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.
3. Fagositosis
4. Kerusakan lisosom
kedalam sitoplasma.
5. Kerusakan sel
jaringan.
Gout maupun pencegahannya dengan dosis lebih rendah. Efek samping yang
sel radang. Dosis oral 0,5-0,6 mg/jam sampai nyeri, mual atau diare hilang.
b. OAINS
Semua jenis OAINS dapat diberikan yang paling sering digunakan adalah
jika terdapat ulkus peptikus aktif, gangguan fungsi ginjal, dan riwayat alergi
terhadap OAINS.
c. Kortikosteroid
Untuk pasien yang tidak dapat memakai OAINS oral, jika sendi yang terserang
10-40 mg intraartikular.
d. Analgesic diberikan bila rasa nyeri sangat berat. Jangaan diberikan aspirin karena
dalam dosis rendah akan menghambat eksresi asam urat dan ginjal dan
a. Diet dianjurkan menurunkan berat badan pada pasien yang gemuk, serta diet
rendah purin.
b. Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia, seperti tiazid, deuretik,
aspirin dan asam nikotiinat yang menghambat ekskresi asam urat dari ginjal.
1) Obat urikosurik, bekerja menghambat reabsorbsi tubulus terhada asam urat yang
2) Inhibitor xantin oksidase atau alopurinol, bekerja menurunkan produksi asam urat
Gout
Berikut ini ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya serangan Asam urat.
1. Jenis kelamin
atas usia 30 tahun karena umumnya sudah mempunyai kadar asam urat yang
tinggi dalam darahnya. Kadar asam urat pada wanita rendah dan baru meningkat
setelah menoupose. Umumnya, wanita yang belum menopause tidak terseran gout
asam urat dari darah dan dibuang melalui urin (Hembing Wijayakusuma, 2007).
Pria memiliki tingkat serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang
Gout sebelum usia 30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.
Namun angka kejadian Arthritis Gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin
setelah usia 60 tahun. Prevalensi Arthritis Gout pada pria meningkat dengan
bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun (Weaver ,
2008).
Kadar asam urat laki-laki maupun permpuan sejak lahir sampai usia remaja
umumnya rendah. Setelah pubertas, kadar asam urat dalam darah pada laki-laki
akan meningkat dan selalu lebih tinggi dari perempuan sebayanya. Oleh karena
itu, sekitar 90% penderita gout adalah laki-laki usia pertengahan (40-50 tahun).
Namun, hal ini biasa terjadi pada semua kelompok usia. Kadar asam pada
perempuan umumnya tetap rendah dan baru meningkat setelah menopause. Hal
ini disebabkan oleh hormone melalui urin. Pada usia menopause, kadar asam urat
demikian, resiko terkena rematik gout pun sama besar dengan laki-laki (Setiawan
Dalimartha, 2008).
Penyakit asam urat lebih sering menyerang laki-laki. Jika penyakit ini
menyerang wanita maka pada umumnya wanita yang menderita adalah sudah
menopause. Pada wanita yang belum menopause maka kadar hormon estrogen
cukup tinggi. Hormon ini membantu mengeluarkan asam urat darah melalui
kencing sehingga asam urat wanita yang belum menopause pada umumnya
normal. Laki-laki tidak mempunyai kadar hormon estrogen yang tinggi. di dalam
darahnya sehingga asam urat sulit dikeluarkan melalui kencing dan resikonya
adalah kadar asam urat darahnya bisa menjadi tinggi (Nyoman Kertia, 2009).
2. Umur
atas usia 30 tahun karena umumnya sudah mempunyai kadar asam urat yang
tinggi dalam darahnya. Kadar asam urat pada wanita rendah dan baru meningkat
setelah menoupose. Umumnya, wanita yang belum menopause tidak terseran gout
asam urat dari darah dan dibuang melalui urin (Hembing Wijayakusuma, 2007).
Menurut damayanti(2012) Asam urat terjadi terutama pada laki-laki usia 40-
50 tahun, kadar asam urat pada pria meningkat sejalan dengan eningkatan usia.
Hal ini terjadi karena pria tidak memiliki hormone estrogen yang dapat
Choi dkk (1986) yang dikutip oleh Andry dkk (2009) melakukan penelitian
tentang gout pada populasi tenaga kesehatan laki-laki di Amerika serikat, yang
meliputi dokter gigi, optometris, osteopath, ahli farmasi, podiartrist, dan dokter
3. Pola makan
Salah satu pemicu asm urat adalah pola makan, pola makan dengan
konsumsi makanan kadar purin tinggi yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang, keju,
Pola makan dapat disebabkan 3 faktor yaitu faktor genetic, hormonal serta
disebabkan karena pola makan yang kurang baik seperti sering mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin tinggi contohnya daging, kepiting, jeroan dan
mg/100 gram (daging sapi, daging ayam, tahu, tempe, kembang kol, buncis,
tidak berlebihan atau dibatasi, kandungan purin ini rendah dibawah 50 mg/100
gram (nasi,ubi, singkong, jagung, roti, mie, pudding, susu, keju dan telur)
merupakan makanan yang boleh dikonsumsi setiap hari. Hal ini dilakukan untuk
menjaga pola makan yang baik bagi penderita penyakit asam urat (Sabella, 2010).
4. Obesitas
Salah satu pemicu asam urat adalah berat badan(Obesitas), bahwa orang yang
gemuk mempunyai kecendrungan yang lebih tinggi untuk terkena penyakit asam
urat. Meskipun tidak selalu, tetapi banyak bukti menunjukan bahwa orang yang
Kita ketahui bahwa protein pada umumnya mengandung purin yang banyak
berat badan lebih berkaitan dengan kenaikan kadar asam urat dan menurunnya
ekskresi gout melalui ginjal, sehingga asupan yang masuk ke tubuh juga
mempengaruhi kadar asam urat dalah darah, makanan yang mengandung zat
purin tinggi akan diubah menjadi gout (Choi Hk, 2008 dalam jurnal , 2019)
yang lebih rendah, dan kemungkinan juga mengalami obesitas tentunya akan
2018).
V. KERANGKA KONSEP
jenis makanan dengan kejadian Arthritis Gout pada lansia. Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel independen adalah jenis kelamin, usia dan pola
Jenis Kelamin
Usia
Atrhritis Gout
Pola Makan
Keterangan :
: Variabel Independent
: Variabel Dependent
1. Arthritis Gout
a. Defenisi Operasional
kadar asam urat didalam tubuh. Sendi-sendi yang di serang terutama jari-jari
kaki, dengkul, tumit, pergelangan tangan, jari tangan dan siku. Selain nyeri,
penyakit asam urat dapat membuat membengkak, meradang panas dan kaku
(Yolianingsih, 2010)
b. Kriteria Objektif
2. Jenis Kelamin
a. Defenisi Operasional
b. Kriteria Objektif
berdasarkan status.
Tidak Beresiko : Mereka yang berjenis kelamin perempuan
berdasarkan status.
3. Usia
a. Defenisi Operasional
b. Kriteria Objektif
(Sunaryo, 2016)
4. Pola Makan
a. Defenisi Operasional
b. Kriteria Objektif
kol.
Jumlah purin normal : Jumlah makanan yang dikonsumsi sesuai
tubuh.
dibutuhkan
5. Hipotesis Penelitian
A. Jenis Penelitian
Berdasrkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini
dengan penyakit. Metode ini sangat praktis dalam pengumpulan data, sehingga
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien lansia yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Bara-baraya Kota Makassar, dalam kurun waktu setahun pada
tahun 2018, jumlah populasi sebanyak 201 orang (Data Rekam Medik , 2018).
2. Sample Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah pasien lansia Arthritis Gout di Puskesmas
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari
a. Data Pr imer
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh pada instansi terkait dengan penelitian, data sekunder
Lembar kuesioner di isi oleh penderita Arthritis Gout yang dijadikan responden,
E. Pengolahan Data
kesalahan. Tujuan editing yaitu mengurangi kesalahan dan kekurangan yang ada
di daftar pertanyaan.
dalam angka berdasarkan dengan klasifikasi yang sudah ditentukan. Kegiatan ini
keperluan analisis.
5. Cleaning, yaitu pemeriksaan kembali data yang telah dientry dan dilihat
F. Analisa Data
1. Analisa Univariat
signifikansi yang digunakan yaitu p<ɑ= (0,05). Jadi hipotesis akan diterima jika
p<0,0,5, sedangkan akan ditolak jika p >0,05 dan dilakukan analisa data bantuan
0−𝐸
ײ = ∑( )
𝐸
Ket :
O = Frekuensi observasi
hasil yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisa sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar
mudah dibaca.
H. Etika penelitian
maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan setelah pengumpulan data, jika responden dan bersedia diteliti, maka
untuk diteliti maka peneeliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-
haknya.
pasien pada lembaran pengumpulan data yang di isi oleh responden, cukup
3. Confidentially (kerahasiaan)
tertentu saja dan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian. Data yang telah
dikumpulkan disimpan dalam disk dan hanya bisa diakses oleh peneliti dan
pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Ahdaniar. (2014). Faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit asam urat
pada lansia di wilayah puskesmas kassi-kassi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis ,
150.
Andry dkk, 2009 dalam Jurnal . (2018). Hubungan Pola Makan dengan Terjadinya
Gout (Asam Urat). Kesmas .
Artinawati. (2014). Hubungan jenis makanan dan aktivitas fisik dengan kejadian
asam urat pada lanjut usia di jorong padang bintungan di wilayah kerja puskesmas
kota baru. Menara Ilmu , 22.
Aspiani. (2016). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA NIC, dan NOC
Jilid 1. Jakarta: Tunut Ar Maftuhin.
Hembing Wijayakusuma. (2007). Atasi Asam Urat & Rematik . Depok: Puspa
Swara.
Rekam Medik Puskesmas Bara-Baraya . (2018). Rekam Medik Pasien Arthritis Gout
. Makassar: Puskesmas Bara-Baraya.
Ren,2016 dalam jurnal. (2017). Hubungan Antara Pola Makan dengan Penyakit
Gout. Urecol Proceeding , 731.
Ridhoputrie,M. (2019). Hubungan Pola Makan dan Gaya Hidup dengan Kadar
Asam Urat Pralansia Diwilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas, Jawa
Tengah. Herb-Medicine Journal , 46.
Sabella. (2010). Libas Asam Urat dengan Terapi Herbal, Buah dan Sayuran.
Klaten: Galmas Publisher.
Sabella,2010 dalam jurnal. (2014). Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat. Ilmiah
Kesehatan , 70.
Setiawan Dalimartha. (2008). Tumbuhan Sakti Atasi Asam Urat . Jakarta Timur:
Penebar Swadaya Grup.
Suarjana. (2012). Artritis Gout dalam buku ajar ilmu penyakit. Jakarta: Interna
Publishin.
Untari. (2017). Hubungan Antara Pola Makan Dengan Penyakit Gout. e-journal ,
734.
Zen. (2016). Gambaran Faktor domain pencetus arthritis gout. Menara Ilmu , 99.