Anda di halaman 1dari 19

PENGUKURAN DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN : SUGIYANTO, M.Pd.

MODERATOR :

DISUSUN OLEH :
Aliffiya Ambitha R (17312244021)
Nur Wiji Astuti (173122441064)
Nur Rahmasari (17312244019)
Nabilla (1731224 )
Khikmah Cahyaningsih (17312241037 )

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS


MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah psikologi pendidikan ini yang berjudul
“Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar”. Makalah dengan judul ini diamanahkan kepada kami
untuk membahasnya.
Penulisan makalah ini bertujuan supaya setelah membaca makalah ini diharapkan dapat
memahami konsep tentang pengukuran dan penilaian hasil belajar, fungsi evaluasi, sifat
evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dan macam-macam alat evaluasi. Kami menyadari makalah
ini memiliki banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan mkalah ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Sugiyanto selaku pembimbing kami, teman
teman yang mendukung kami serta pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami harap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Sleman, 16 November 2018

Kelompok 6
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………………………… 1

Kata Pengantar……………………………………………………………………………..….. 2

Daftar Isi……………………………………………………………………………………...... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang………………………………………………………........………..……. 4

1.2.Rumusan Masalah…………………………………………………………......……….... 4

1.3.Tujuan…………………………………………………………………………….......…. 4

BAB II ISI

2.1.Implikasi Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran…………………………….. 5-7

2.2. Program - Program Pembelajaran Individual................................................................ 8-13


2.4 Prinsip-Prinsip Evaluasi……………………………………………………………….. 9-11
2.5 Alat Evaluasi

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………………..…….. 14

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari antara pengertian pengukuran dan penilaian sering
dicampuradukkan oleh banyak orang. Hal tersebut terjadi karena mereka banyak yang
belum memahami apa itu pengukuran dan penilaian. Kenyataannya proses pengukuran
dan penilaian sering dilakukan oleh setiap orang. Dalam pemebelajaran disekolah masih
banyak orang yang tidak mengerti konsep, makna, serta fungsi suatu pengukuran dan
penilaian hasil belajar.
Oleh karena itu, sebagai seorang mahasiswa diharapkan mampu mengerti dan
memahami pengertian pengukuran dan penilaian dalam proses pembelajaran. Dengan
mengetahui konsep pengukuran dan penilaian hasil belajar diharapkan dapat
memperbaiki pembelajaran disekolah saat ini. Dalam kegiatan belajar mengajar,
pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Melalui pembahasan ini diharapkan
dapat meningkatkan perhatian semua orang untuk memahami konsep pengukuran dan
penilaian, sifat evaluasi, fungsi evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dan macam-macam
evaluasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah makna konsep mengenai pengukuran dan penilaian hasil belajar?
2. Bagaimana fungsi evaluasi, sifat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi dan macam alat
evaluasi berhubungan dengan pengukuran dan peningkatan hasil belajar?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep tentang pengukuran dan penilaian hasil belajar.
2. Mengetahui fungsi evaluasi, sifat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, dan macam-
macam alat evaluasi.
3. Mengetahui sifat evaluasi
4. Mengetahui prinsip-prinsip evaluasi
5. Mengetahui macam-macam alat evaluasi
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengukuran dan Penilaian


Menurut Sutrisno Hadi pengukuran dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk
mengidentifikasikan besar kecilnya gejala. Menurut dkk memberikan rumusan sebagai
berikut semen berasal dari kata to measure yang berarti suatu kegiatan atau proses
untuk menetapkan dengan pasti luas dimensi dan kuantitas dari suatu dengan cara
membandingkan terhadap ukuran tertentu. Hasil pengukuran dapat berupa angka atau
uraian tentang pernyataan yang menggambarkan derajat kualitas kuantitas dan ekstensi
keadaan yang diukur pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar.
Penilaian adalah suatu tindakan untuk memberikan interpretasi terhadap hasil
pengukuran dengan menggunakan norma tertentu untuk mengetahui tinggi rendahnya
atau baik buruknya aspek tertentu hasil pengukuran tidak akan dapat dinilai jika tanpa
menggunakan norma tertentu jadi semua usaha membandingkan hasil pengukuran
terhadap suatu bahan pembanding atau patokan atau norma disebut penilaian.
Berbicara mengenai masalah norma secara garis besar ada dua macam norma
yaitu norma abstrak dan norma concrete norma abstrak adalah norma yang hanya ada
pada benda si penilai sehingga tidak dapat diketahui oleh orang lain sedangkan norma
concrete adalah norma nyata yang dapat diamati oleh orang lain dan dapat
dipergunakan oleh orang lain gula normal concrete ada dua macam yaitu norma ideal
dan norma kelompok atau rerata norma ideal adalah skor maksimal sebagai patokan
atau norma sedangkan norma kelompok ditentukan berdasarkan hasil skor pengukuran.
Dalam bidang pendidikan untuk mengetahui Tingkat kemampuan sesuatu bagi
siswa dapat dipergunakan:
Satu angka atau skor yang diperoleh kawan sekelasnya 2 batas penguasaan
kompetensi terendah yang harus dicapai untuk dapat dianggap lulus atau batas lulus
ketiga prestasi anak itu sendiri di masa lampau ke empat kemampuan dasar anak itu
sendiri.
Kaitanya dengan keseluruhan strategi dan proses belajar mengajar biasanya
norma yang dipergunakan dalam rangka usaha penilaian adalah hal-hal yang
diturunkan dari tujuan tujuan pengajaran yang ingin dicapai melalui pengajaran norma
tersebut dikenal dengan istilah penilaian acuan norma dan penilaian acuan patokan:
1. penilaian acuan norma
Penilaian acuan norma atau penilaian acuan relatif atau penilaian acuan
kelompok yaitu penilaian yang dilakukan dengan membandingkan hasil belajar
seorang siswa terhadap hasil belajar siswa lainnya dalam kelompok patokan ini
dapat dikatakan sebagai patokan apa adanya dalam arti bahwa patokan
pembanding semata-mata diambil dari kenyataan yang diperoleh pada saat
pengukuran berlangsung dasar penilaiannya menggunakan kurva normal dan
hasil perhitungan dua kenyataan yang ada dalam kurva normal yang dipakai
untuk membandingkan atau menafsirkan Angka yang diperoleh masing-masing
siswa yaitu angka rata atau mean dan angka simpan baku atau standar deviation
patokan ini bersifat relatif karena dapat berubah-ubah atau dapat bergeser ke
atas atau ke bawah sesuai dengan besarnya kedua kenyataan yang diperoleh di
dalam kurva normal karena itu yang dijadikan pembanding bergantung kepada
hasil yang dicapai oleh kelompok yang dijadikan sasaran penetapan norma ini
dilakukan setelah diadakan pengukuran karena norma yang ditetapkan sangat
bergantung hasil pengukuran pada saat pada suatu saat
2. penilaian acuan patokan
Penilaian acuan patokan artinya penilaian yang dilakukan dengan
membandingkan hasil belajar siswa terhadap suatu patokan yang telah
ditetapkan sebelumnya hal ini menunjukkan bahwa sebelum usaha atau
kegiatan penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang
akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil
itu mempunyai arti tertentu patokan yang telah ditetapkan sebelum pengukuran
atau penilaian dilakukan biasanya disebut batas lulus atau tingkat penguasaan
minimum dengan demikian siswa yang dapat mencapai batas lulus dapat
menempuh atau mempelajari bahan selanjutnya begitu pula sebaliknya bagi
siswa yang belum mencapai skor batas lurus agar mantapkan belajarnya
sehingga akhirnya lulus
Dalam aktivitas pendidikan kita banyak bergaul dengan hal-hal yang
bersifat abstrak seperti sikap minat bakat kepandaian dan kemampuan-
kemampuan yang lainnya untuk mengetahui mengungkap atau menilai hal hal
tersebut harus menggunakan instrumen yang sesuai dengan hal yang akan
diangkat maka penilaian pendidikan bersifat
1. Satu tidak langsung
Untuk mengetahui kemampuan matematika seorang siswa kita tidak dapat
secara langsung mengamati keadaan siswa atau fisik misalnya dilihat dari cara
berpakaian yang rapi atau dahi yang lebar tetapi untuk mengetahui
kemampuan matematika siswa kita harus melalui prosedur atau proses yang
benar dan menggunakan instrumen yang tepat sesuai dengan tujuan yang kita
hendak kehendaki karena dalam evaluasi harus melalui prosedur atau proses
dan menggunakan alat yang relevan maka evaluasi bersifat tidak langsung
2. Kuantitatif
Meski dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berkaitan dengan penilaian
yang bersifat abstrak misalnya kemampuan berbahasa kemampuan
matematika sikap bakat intelegensi dan sebagainya namun Dalam praktiknya
hal-hal yang bersifat abstrak tersebut dalam penilaian nya selalu
dikuantitatifkan misalnya air = 100 kemampuan matematika diskret 8
kemampuan berbahasa diskon 7 dan sebagainya karena hal-hal yang abstrak
tersebut selalu dikuantitatifkan maka evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif
3. Relatif atau tidak mutlak
Evaluasi pendidikan bersifat relatif artinya setiap mengadakan penilaian
kemungkinan terjadi adanya perubahan atau dengan kata lain penilaian tidak
selalu sama atau tetap dari satu waktu ke waktu yang lain
4. Menggunakan unit-unit yang tetap
Menggunakan unit-unit yang tepat artinya dalam mengungkap atau
mengukur suatu objek akan selalu menggunakan satuan ukuran tertentu sesuai
dengan objek yang diukur atau dinilai misalnya itu adalah 100-110 termasuk
Normal itu 80-99 termasuk lambang dan sebagainya
2. Fungsi Evaluasi
1. Menurut Suryabrata (1986)
a. Fungsi Psikologis, yaitu supaya siswa memperoleh kepastian mengenai status
di dalam kelasnya.
b. Fungsi Didaktis, yaitu bagi anak didik, keberhasialan maupun kegagalan
belajar akan berpengaruh besar pada usaha-usaha berikutnya. Sedangkan pada
pendidik, penilaian hasil belajar dapat menunjukkan keberhasilan atau
kegagalan mengajar beserta model pembelajarannya.
c. Fungsi Administratif, yaitu dengan adanya penilaian bentuk rapor akan dapat
dipenuhi berbagai fungsi adminsitratif, yaitu :
- Merupakan inti laporan kepada orang tua siswa, guru, pejabat, dan siswa
itu mendiri.
- Merupakan data bagi siswa apabila akan naik kelas, pindah sekolah,
maupun melamar kerja.
- Menentukan status murid dalam kelasnya.
- Memberikan informasi mengenai segala sesuatu dengan hasil usaha yang
telah ku lakukan oleh lembaga pendidikan.
2. Menurut Wuradji (1974) terdapat tiga golongan fungsi evaluasi yaitu:
a. Untuk kepentingan murid
- Mengetahui kemajuan belajar
- Sebagai dorongan atau motivasi belajar
- Memberikan pengalaman belajar
b. Untuk kepentingan pendidik
- Menyeleksi murid yang selanjutnya berguna untuk meramalkan
keberhasilan studi berikutnya
- Mengetahui sebab-sebab kesulitan murid
- Pedoman mengajar
c. Untuk kepentingan organisasi atau lembaga pendidikan
- Mempertahankan standar pendidikan
- Menilai ketepatan kurikulum yang disediakan
- Menilai kemajuan sekolah yang bersangkutan
3. Sifat Evaluasi
Didalam aktivitas pembelajaran terdapat hal-hal yang bersifat abstrak seperti
sikap, minat, bakat, kepandaian, dan kemampuan-kemampuan yang lainnya. Karena
penilaian pendidikan banyak yang berkaitan dengan hal-hal abstrak, maka penilaian
pendidikan bersifat :
1. Tidak langsung (Indirect)
Dalam mengadakan evaluasi harus melalui prosedur atau proses dan menggunakan
alat yang relevan sesuai, maka evaluasi bersifat tidak langsung
(Sugiyanto,2013:135).
2. Kuantitatif
Sekalipun dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan hal-hal abstrak
tetapi dalam penilaiannya selalu dikuantitatifkan. Karena hal-hal abstrak selalu
dikuantitatifkan, maka evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif.
3. Relatif (Tidak mutlak)
Kemungkinan terjadi adanya perubahan setiap mengadakan penilaian, atau dengan
kata lain penilaian tidak selalu sama atau tetap dari satu waktu ke waktu.
4. Menggunakan unit-unit yang tetap
Dalam mengungkap atau mengukur sesuatu obyek akan selalu menggunakan satuan
ukuran sesuai dengan obyek yang diukur atau dinilai.
4. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi pendidikan perlu diperhatikan agar penilaian pendidikan
dapat mencapai sasarannya. Prinsip-prinsip pendidikan yang perlu diperhatikan dapat
dijabarakan sebagai berikut:
a. Evaluasi harus dilakukan secara kontinyu
Evaluasi dilakukan secara kontinyu merupakan evaluasi yang dilakukan secara terus-
menerus dalam masa tertentu agar penilai memperoleh kepastian atau kemantapan
dalam mengevaluasi.
Evaluasi meliputi dua jenis
1) Evaluasi formatif
Penilaian dilakukan selama proses pelaksanaan pendidikan. Tujuan evaluasi
ini ialah agar secara tepat dan cepat dapat membetulkan setiap proses
pelaksanaan yang tidak sesuai dengan rencana
2) Evaluasi sumamtif
Penilaian dilakukan di akhir proses pendidikan. Evaluasi ini disebut evaluasi
terhadap hasil pendidikan yang telah dilakukan oleh siswa atau evaluasi
produk.
b. Evaluasi harus dilakukan secara komprehensif
Evaluasi yang mampu memahami keseluruhan aspek pola tingkahlaku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan adalah makna evaluasi secara
komprehensif untuk dapat melaksanakan evaluasi komprehensif maka setiap tujuan
pendidikan harus dijabarkan sejelas mungkin sehingga dapat dijadikan pedoman
untuk melakukan pengukuran. Pengukuran di sini harus mampu mencerminkan butir-
butir soal yang representative terhadap tujuan pendidikan yang telah dijabarkan
secara tuntas

c. Evaluasi harus dilakukan secara obyektif


Pelaksanaan evaluasi harus obyektif artinya dalam proses penilaian hanya menujuk
pada aspek-aspek yang dinilai sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak
boleh memasukkan faktor-faktor subyektif dalam memberikan nilai kepada siswa.
Evaluasi dikatakan obyektif apabila penilai dalam memberikan penilaian terhadap
suatu obyek hanya ada satu intrepretasi.

d. Dalam melaksanakan harus menggunakan alat pengukur yang baik


Agar evaluasi yang dilaksanakan itu obyektif, diperlukan informasi atau bahan yang
relevan. Untuk memperoleh informasi atau bahan yang relevan diperlukan alat
pengukur atau instrument yang dapat dipertanggungjawabkan atau memenuhi syarat.
Alat ukur yang baik memenuhi persyaratan: validitas, reliabilitas, dan daya pembeda
1) Alat ukur harus valid
Validitas alat pengukur ialah kadar ketelitian alat pengukur untuk dapat
memenuhi fungsinya dalam menggambarkan keadaan aspek yang diukur
dengan tepat dan teliti. Terdapat dua macam problem validitas, yaitu:
a) Problem kejituan atau ketepatan
Suatu alat ukur dikatakan jitu apabila mengenai tepat sasarannya. Alat
pengukur dianggap memiliki kejituan apabila alat pengukur tersebut
dapat mengerjakan dengan tepat fungsi yang diserahkan kepadanya.
b) Problem ketelitian
Suatu alat pengukur dikatakan teliti apabila mampu dengan cermat
menujukkan ukuran besar-kecilnya gejala atau bagian-bagian gejala
yang diukur
2) Alat pengukuran harus reliable
Suatu alat pengukuran dikatakan reliable bila alat pengukur tersebut
dikenakan terhadap subyek yang sama tetapi pada saat yang berlainan atau
kalau orang memberikan alat pengukur itu berbeda hasilnya akan tetap sama.

3) Alat pengukuran harus memiliki daya pembeda


Daya pembeda atau discriminating power adalah seberapa jauh suatu butir
soal mampu membedakan tentang keadaan aspek yang diukur apabila
keadaannya memang berbeda. Misalnya, tes yang baik harus dapat
membedakan kemampuan anak sesuai dengan tingkat kepandaian mereka.

5. Alat Evaluasi
Untuk dapat mengevaluasi dengan baik, maka kita harus melakukan pengukuran
dengan baik pula. Untuk dapat mengukur dengan baik atau tepat, kita harus
menggunakan alat pengukur yang baik atau memenuhi persyaratan. Adapun alat untuk
mengukur atau mengevaluasi kegiatan pendidikan khususnya hasil belajar pada garis
besarnya dapat dibedakan dalam dua macam yaitu yang berupa tes dan non tes.
Apabila yang dipergunakan sebagai alat pengukur adalah tes, maka individu yang
dievaluasi dihadapkan pada situasi yang telah distandarisasi sedemikian rupa sehingga
semua individu yang dites mendapat perlakuan yang sama. Adapun ciri-ciri situasi yang
terstandar adalah sebagai berikut :
1. Semua individu yang dites akan memberikan jawaban dari pertanyaan dan
perintah sama.
2. Semua individu akan mendapat perintah yang sama dan perintah tersebut
harus jelas sehingga semua individu memahami makna perintah tersebut.
3. Cara koding terhadap hasil tes harus dibuat seragam sehingga jawaban yang
sama akan mendapat skor yang sama
4. Waktu dan penyelenggaraan tes juga harus seragam dalam artian setiap
individu mempunyai kesempatan dan waktu yang sama dalam melaksanaakan
tugas atau dalam menerima pernyataan.
Apabila yang dipergunakan sebagai yang dievaluasi tidak dihadapkan kepada
situasi standar yaitu situasi yang diatur dan dikendalikan sesuai dengan tujuan. Dengan
non tes situasi dibiarkan berjalan seperti apa adanya, tanpa dipengaruhi oleh tester.
Kegiatan – kegiatan pendidikan yang dapat dievaluasi dengan non tes misalnya
tentang kerajinan, kelancaran berbicara di muka kelas, aktivitas dalam diskusi dsb. Alat
yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi antara lain pedoman wawancara, pedoman
observasi, dokumentasi, angket dsb.
Test merupakan prosedur atau alat yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana yang telah ditentukan, dan dengan cara serta aturan-
aturan yang sudah ditentukan. Untuk mengerjakan tes bergantung dari petunjuk yang
diberikan.
Performance test (tes perbuatan) yaitu tes dalam bentuk perbuatan atau tindakan
tertentu. Dengan tes perbuatan testee ditugasi untuk melakukan perbuatan atau tindakan
tertentu seperti yang dimaksudkan oleh tester. Contohnya tes keterampilan mengetik,
menari, menggambar, dan keterampilan dalam bidang olahraga.
Verbal tes yaitu tes yang jawabannya diharapkan dari testee berupa uraian dalam
bentuk bahasa. Jawaban atau respons tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa
yang diucapkan (lisan) dan dapat pula dinyatakan dalam bentuk bahasa tertulis.
Nonverbal tes yaitu tes dalam bentuk bahasa isyarat atau gerakan tertentu, sedang
tugas testee mengartikan atau menafsirkan gerakan atau isyarat yang diberikan oleh
tester. Misalnya tes yang dilaksanakan di sekolah luar biasa (bisu tuli), dalam pendidikan
kepramukaan dsb.
Essay test (tes subyektif) ialah suatu pernyataan yang jawabannya diharapkan dari
testee berupa uraian menurut kemampuan yang dimiliki, pertanyaan-pertanyaan pada tes
subyektif biasanya menggunakan kalimat-kalimat pendek, sedang jawaban yang
diharapkan dari testee berupa uarian yang panjang lebar dan bebas, dengan gaya bahasa
serta susunan kalimat masing-masing.
Objective test (tes obyektif) ialah te syang disusun sedemikian rupa sehingga
jawaban yang diharapkan testee beruapa kata-kata singkat dan bahkan pada tipe tertentu
cukup hanya dengan memberikan tanda-tanda check (v), tanda silang (x) atau lingkaran
(0).
Supply tes (tes menyajikan) dibagi menjadi dua :
1. Short answer test (tes jawab singkat) disebut juga simple question tes
merupakan pertanyaan tes yang disusun sedemikian rupa sehingga jawaban
yang diminta cukup hanya dengan kalimat pendek saja, bahkan cukup dengan
satu atau dua kata saja.
2. Completion test (tes melengkapi), tes tipe ini merupakan serangkaian kalimat
yang bagian-bagian penting dari kalimat tersebut dikosongkan untuk diisi oleh
testee.
Selection test ( tes pilihan) ada lima tipe :
1. True-false test (tes benar-salah) butir-butir soalnya berupa pernyataan-
pernyataan, pernyataan-pernyataan tersebut ada yang benar ada yang salah,
tugas testee adalah membenarkan atau menyalahkan pernyataan tersebut
dengan memberi tanda silang atau menulis B jika benar dan S jika salah.
2. Multiple choice test (tes pilihan ganda), terdiri atas suatu keterangan atau
pemberitahuan tentang sesuatu pengertian yang belum lengkap. Untuk
melengkapinya testee harus memilih satu diantara jawaban yang telah
disediakan.
3. Analogy test (tes analogi) meminta kepada testee untuk menjawab soal-soal
yang mencari bentuk kesesuaiannya dengan pengertian yang telah disebutkan
terdahulu.
4. Rearrangement test (tes menyusun kembali) tes ini memerintahkan kepada
testee untuk menyusun rangakaian pengertian atau urutan-urutan proses
menurut tata cara yang sebenarnya dari suatu larutan yang sengaja dibuat
tidak teratur. Ukuran tersebut dapat berupa urutan kronologis, urutan
kesukaran, ukuran panjangnya, beratnya dan tingginya.
Yang tergolong teknik nontes adalah.
a. Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu
hasil pertimbangan. Biasanya angka-angka yang digunakan diterapkan pada
skala dengan jarak yang sama. Meletakannya secara bertingkat dari yang
rendah ke yang tinggi. Kita dapat menilai hampir segala sesuatu dengan skala
b. Kuesioner (questionair)
Kuesioner (questionair) juga sering dikenal sebagai angket. Pada
dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Tentang macam kuesioner, dapat ditinjau
dari beberapa segi yaitu.
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada.
a) Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
langsung oleh responden.
b) Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi
oleh bukan responden. Kuesioner tidak langsung biasanya digunakan
untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga,
dan sebagainya.
2) Ditinjau dari segi cara menjawab, terdiri dari.
a) Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan
menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya
tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b) Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa
sehingga responden bebas mengemukakan pendapatnya
c. Daftar cocok (check list)
Daftar cocok (check lisit) adalah deretan pernyataan (yang biasanya
singkat-singkat, dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan
tanda cocok (v) di tempat yang sudah disediakan. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa sebenarnya skala bertingkat dapat digolongkan ke
dalam daftar cocok karena dalam skala bertingkat, responden juga diminta
untuk memberikan tanda cocok pada pilihan yang tepat.
d. Wawancara (interview)
Wawancara atau interviu (interview) adalah suatu metode atau cara
yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara
tanya-jawab sepihak. Dikatan sepihak karena dalam wawancara ini
responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan
pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
a) Wawancara bebas, dimana responden mempunyai kebebasan
untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
b) Wawancara terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan oleh
subjek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang disusun terlebih dahulu.
e. Pengamatan (observation)
Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
Ada 2 (dua) macam observasi:
1) Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat,
dalam hal ini pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok
yang sedang diamati.
2) Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang
diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut
kategorinya. Berbeda dengan observasi partisipan, maka dalam
observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok.
3) Observasi eksperimental terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi
dalam kelompok.
f. Riwayat hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama masa
kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan
dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap
dari objek yang dinilai.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengukuran merupakan suatu tindakan untuk mengidentifikasikan besar kecilnya gejala.
Pengukuran hasil belajar mempunyai tujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan
tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Penilaian adalah suatu tindakan
untuk memberikan interpretasi terhadap hasil pengukuran dengan menggunakan norma
tertentu untuk mengetahui tinggi-rendahnya atau baik-buruknya aspek tertentu.
2. Fungsi Evaluasi yaitu
a. Fungsi Psikologis, yaitu supaya siswa memperoleh kepastian mengenai status di
dalam kelasnya.
b. Fungsi Didaktis, yaitu bagi anak didik, keberhasialan maupun kegagalan belajar
akan berpengaruh besar pada usaha-usaha berikutnya. Sedangkan pada pendidik,
penilaian hasil belajar dapat menunjukkan keberhasilan atau kegagalan mengajar
beserta model pembelajarannya.
c. Fungsi Administratif, yaitu dengan adanya penilaian bentuk rapor akan dapat
dipenuhi berbagai fungsi adminsitratif.
3. Sifat Evaluasi
a. Tidak langsung (Indirect)
Dalam mengadakan evaluasi harus melalui prosedur atau proses dan menggunakan
alat yang relevan sesuai, maka evaluasi bersifat tidak langsung
(Sugiyanto,2013:135).
b. Kuantitatif
Sekalipun dalam kehidupan sehari-hari selalu berkaitan dengan hal-hal abstrak
tetapi dalam penilaiannya selalu dikuantitatifkan. Karena hal-hal abstrak selalu
dikuantitatifkan, maka evaluasi pendidikan bersifat kuantitatif.
c. Relatif (Tidak mutlak)
Kemungkinan terjadi adanya perubahan setiap mengadakan penilaian, atau dengan
kata lain penilaian tidak selalu sama atau tetap dari satu waktu ke waktu.
d. Menggunakan unit-unit yang tetap
Dalam mengungkap atau mengukur sesuatu obyek akan selalu menggunakan satuan
ukuran sesuai dengan obyek yang diukur atau dinilai.
4. Prinsip-Prinsip Evaluasi

5. Alat Evaluasi
Alat evaluasi disebut juga alat pengukur, untuk dapat mengukur dengan tepat
harus menggunakan alat pengukur yang baik dalam arti memenuhi persyaratan. Alat
pengukur hasil belajar pada garis besarnya dibedakan menjadi dua yaitu alat pengukur
yang berupa tes dan non tes.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.
Wuradji.1974. Teknik Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar. Yogyakarta : Indie.
Sugihartono, dkk.2013.Psikologi Pendidikan.Yogyakarta : uny press.
15

Anda mungkin juga menyukai