BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berat volume tanah (𝛾) adalah nilai perbandingan berat tanah total termasuk
air yang terkandung di dalamnya dengan volume tanah total tersebut. Pengujian ini
dilakukan untuk menentukan nilai berat volume sampel tanah yang akan di uji.
Contoh perhitungan berat volume (𝛾) sampel
� � 1,
2− menggunakan
� 1 � 3 Persamaan 3.2 :
𝛾= � = �
= �
1
Volume ring = x π x d2 x t
4
1
= x 3,14 x 5,152x 2,46
4
40
41
= 51,24 cm3
Berat tanah basah (W3) = W2 – W1
= 94,08 – 37,42
= 56,67 gram
� 3
Berat volume tanah (γUnsat) = V
56 ,
=51,24
67
= 1,14 gram/cm3
Dari hasil pengujian diatas dapat diketahui bahwa berat volume tanah rata-
rata yang berasal dari Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang
sebesar 1,10 gr/cm3. Hasil perhitungan berat volume tanah asli secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran halaman 74 dan 75.
𝐼
13,72
Gs1(26°C) = = 1,45
9,43
42
tanah diukur dari nilai berat volume keringnya ( 𝛾d). Berat volume kering tidak
berubah oleh adanya kenaikan kadar air tanah selama volume total tanah tetap sama.
Contoh perhitungan berat volume tanah basah pada proktor standar, menggunakan
� 2−� 1
Persamaan 3.4 : 𝛾=
�
� 2−� 1 𝑜
1) Berat volume tanah basah 𝛾=
�𝑜
2690−1750
=
951,14
= 0,9 gr/cm3
43
Hasil perhitungan berat volume tanah basah setiap interval pada proktor
standar secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran halaman 79 dan 80.
Tabel 5.1 Nilai Kadar Air Rata-Rata (w) dan Berat Volume Kering (𝜸d)
Pengujian Proktor Standar
Sampel 1 2 3 4 5 6
Kadar air rata-rata (%) 85.72 94.24 103.13 112.84 122.89 129.36
Berat volume kering
0.532 0.537 0.541 0.550 0.533 0.512
(gr/cm3)
0.555
0.55
Berat volume tanah kering (gr/cm3)
0.545
0.54
0.535
0.53
0.525
0.52
0.515
0.51
80 90 100 110 120 130 140
Kadar air (%)
Pada grafik diatas dapat dilihat hubungan kadar air rata-rata (w) dan berat
Stabilisasi suatu tanah dapat dilihat dari nilai CBR. Pengujian CBR tanah
bisa dilakukan dengan standar waktu pemeraman 0, 3 dan 7 hari.
CBR dilakukan dengan 2 macam pengujian, yaitu CBR tidak terendam
(unsoaked) dan CBR terendam (soaked). Pada pengujian CBR unsoaked dan soaked
dilakukan penumbukan sebanyak 56 kali kemudian dilakukan pengujian. Pada
pengujian CBR terendam (soaked) setelah dilakukan penumbukan yang sama
sampel uji direndam di bak air selama 4 hari dengan dipasang alat ukur
pengembangan bebas (free swell).
Sebagai contoh perhitungan CBR dengan standar ASTM D 1883 dapat
dilihat pada hasil pengujian tanah asli sampel 1 pada Gambar 5.2 dan Tabel 5.3
berikut.
350
300
250
Beban (lbs)
200
150
100
50
0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Penetrasi (inc)
Gambar 5.2 Grafik Pengujian CBR Unsoaked Tanah Asli Sampel 1
47
Tabel 5.3 Hasil Pembacaan Pengujian CBR (Unsoaked) Tanah Asli Sampel 1
beban
pembacaan
penetrasi beban koreksi
dial
grafik
(inc) (mm) (div) (lbs) (lbs)
0.0000 0.00 0 0.00 0.00
0.0125 0.32 2 15.40 16.40
0.0250 0.64 8 33.60 30.60
0.0500 1.27 20 55.20 63.90
0.0750 1.91 30 73.40 90.40
0.1000 2.54 35 90.70 110.70
0.1250 3.18 40 106.40 125.40
0.1500 3.81 48 123.00 138.10
0.1750 4.45 52 147.70 150.60
0.2000 5.08 60 167.10 163.60
0.2250 5.72 68 179.20 176.20
0.2500 6.35 78 194.00 189.30
0.2750 6.99 90 210.00 203.20
0.3000 7.62 100 224.80 216.70
0.3250 8.26 103 231.30 228.20
0.3500 8.89 108 244.50 239.80
0.3750 9.53 110 250.40 249.60
0.4000 10.16 112 255.00 258.70
0.4250 10.80 120 263.30 266.30
0.4500 11.43 123 276.70 273.40
0.4750 12.07 130 286.41 280.60
0.5000 12.70 140 293.69 286.80
Nilai CBR pada penetrasi 0,1 inc dan penetrasi 0,2 inc dapat dihitung dengan
perhitungan Persamaan (3.6 dan 3.7), dan didapatkan hasil berikut.
110,7 163,6
CBR 0,1" 100% 3,69% CBR 0,2" 100% 3,64%
3 x 1000 3 x 1500
Pada perhitungan diatas didapat nilai CBR 0,1 inc sebesar 3,69 % dan nilai
CBR 0,2 inc sebesar 3,64 %. Nilai CBR yang diambil pada penetrasi 0,1 inc atau
nilai CBR yang terbesar yaitu 3,69 %.
48
Tabel 5.5 Hasil CBR Unsoaked dengan Kapur 5% dan Variasi Fly Ash
Kadar variasi
Nilai CBR (%)
fly ash (%)
0 9,42
25 14,96
L
S 100%
w
L0
0,25
S 100%
w
12
Sw = 0,021 (2,1%)
Pengujian free swell dilakukan pada sampel tanah asli dan sampel variasi
CBR paling optimum yaitu (kapur 5%+fly ash 25%). Untuk mengetahui seberapa
peran bahan stabilizer kapur, pengujian juga dilakukan pada variasi kapur saja
tanpa fly ash yaitu (kapur 5%+ fly ash 0%) dengan lama pemeraman yang sama di
lama pemeraman optimum (7 Hari) sebelum dilakukan perendaman selama 4 hari.
Hasil pengujian swelling tanah yang berasal dari Desa Asinan, Kecamatan
Bawen, Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut.
5.4 PEMBAHASAN
Dalam sub bab ini akan diuraikan pembahasan data hasil pengujian-
pengujian terhadap sifat fisik dan mekanik tanah asli juga hasil pengujian CBR
laboratorium tanah asli dengan bahan tambah stabilizer dilanjutkan dengan
perencanaan tebal lapis perkerasan lentur menggunakan Desain Perkerasan Jalan
Bina Marga 2013.
Sampel tanah gambut yang berasal dari Rawa Pening ini tidak dilakukan
pengklasifikasian secara khusus mengingat tinggi kadar bahan organiknya. Namun
demikian secara umum dapat dijelaskan bahwa sampel tanah yang digunakan
berwarna coklat kehitaman, mempunyai serat yang cukup tinggi, serta memiliki
kadar air yang sangat tinggi sebesar 352,13% Dilihat dari sifat fisik sampel ini dapat
dipastikan bahwa tanah yang digunakan pengujian merupakan tanah gambut. Nilai
berat jenis sebesar 1,45 dan berat volumenya sebesar 1,10 gr/cm3, ini menandakan
bahwa tanah gambut yang diuji sangat ringan, sehingga apabila dicampur dengan
air tanah gambut tersebut akan mengapung / atau berada diatas permukaan air. Dari
penelitian sebelumn ya Rakhman (2002), bahwa menurut ASTM D 4427 – 92
(1997) tanah gambut Rawa Pening, berdasarkan kadar abu termasuk jenis High Ash
karena mempunyai kadar abu 37,73%. Berdasarkan kadar serat yang dimiliki tanah
gambut Rawa Pening termasuk dalam Hemic karena dari pengujian kadar seratnya
52
Sifat mekanik tanah asli dilihat menggunakan pengujian CBR pada tanah asli.
Hasil pengujian CBR tanah asli menunjukkan rendahnya nilai CBR rata-rata tanah
asli, yaitu 3,72% untuk CBR tanpa rendaman (unsoaked) dan 3,42% untuk CBR
rendaman (soaked), sehingga tanah gambut asli ini tergolong tanah yang
membutuhkan stabilisasi.
5.4.2 Pengaruh Penambahan Kapur dan Fly Ash Terhadap Nilai CBR Tanpa
Rendaman (Unsoaked).
Setelah dilakukan pengujian Proktor Standar, maka dilakukan pengujian
CBR. Pengujian CBR tanpa rendaman (unsoaked) dilakukan pada variasi kapur 5%
dan fly ash (0%, 5%, 15% dan 25%) dengan lama pemeraman 0 hari, 3 hari dan 7
hari. Pengujian dilakukan pada semua sampel dengan menggunakan alat yang
sama.
Berdasarkan data pada Tabel 5.3, dibuatlah grafik perbandingan nilai CBR
unsoaked terhadap penambahan kapur dan fly ash serta terhadap lama pemeraman.
Grafik perbandingan CBR unsoaked dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.4
berikut.
53
16
14
12
10
NIALI CBR (%)
4
Pemeraman 0 Hari Pemeraman 3 Hari Pemeraman 7 Hari
2
0
0 5 10 15 20 25 30
FLY ASH (%)
16
14
12
10
Niali CBR (%)
4
5%+0% 5%+5% 5%+15% 5%+25%
2
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Lama Pemeraman ( Hari )
Dari Gambar 5.2 dan Gambar 5.3 terlihat bahwa nilai CBR tanah asli yang
dicampurkan dengan kapur dan fly ash mengalami peningkatan nilai CBR,
berbanding lurus dengan setiap penambahan prosentase kapur dan fly ash.
Peningkatan ini diakibatkan oleh kapur sebagai stabilizer pendorong dari fly ash
yang membuat kerja fly ash menguat signifikan seiring kadar penambanhan yang
dilakukan. Lama pemeraman yang dilakukan juga mempengaruhi besarnya
peningkatan nilai CBR, dimana semakin lama pemeraman yang dilakukan maka
nilai kuat daya dukung tanah semakin meningkat. Nilai CBR terbaik (optimum)
terjadi pada variasi (kapur 5%+fly ash 25%) pada pemeraman 7 hari.
5.4.3 Pengaruh Penambahan Kapur dan Fly Ash Terhadap Nilai CBR
Rendaman (Soaked).
Pengujian CBR rendaman (soaked) dilakukan hanya pada dua jenis variasi,
yaitu pada variasi optimum (kapur 5% + fly ash 25%) dan variasi kapur tanpa fly-
ash (kapur 5% + fly ash 0%) dengan dilakukan pemeraman terlebih dahulu selama
7 hari pemeraman.
Berdasarkan data pada Tabel 5.8 berikut, dibuatlah grafik perbandingan
nilai CBR tanah asli dengan campuran bahan stabilizer paling optimum (kapur
5%+fly ash 25%) dan bahan kapur tanpa fly ash (kapur 5%+fly ash 0%) dengan
pengujian unsoaked dan soaked pada lama pemeraman paling optimum yaitu 7 hari.
Grafik perbandingan CBR dapat dilihat pada Gambar 5.5 setelah Tabel 5.8 berikut.
0 8,19 % 9,42 %
25 14,39 % 14,96 %
55
Pada Gambar 5.5 terlihat terjadinya kenaikan nilai nilai daya dukung tanah
pada pengujian dengan rendaman (soaked) mengalami peningkatan signifikan,
namun nilai CBR antara CBR unsoaked dan CBR soaked tidak ada perbedaan
signifikan, sehingga nilai CBR pada kondisi unsoaked dan soaked bisa dianggap
sama. Perbandingan ini menunjukkan bahwasannya tanah yang dilakukan
pemeraman dalam waktu 7 hari sudah mencapai tingkat kepadatan maksimum,
sehingga rongga-rongga udara pada tanah sudah tidak bisa terisi oleh air dan tanah
tidak menjadi lembek.
Peran kapur tanpa fly ash (5%+0%) memiliki peran yang besar sebagai
stabiler pendorong dalam mengikat tanah, dimana tanah meningkat nilai CBR-nya
dari nilai CBR tanah asli sebelum dicampur yaitu dari 3,72% menjadi 8,19%. Pada
variasi optimum kapur dan fly ash (5%+25%) terlihat terjadinya peningkatan nilai
CBR yang signifikan, sehingga bisa dikatakan kapur yang dicampurkan dengan
bahan fly ash dapat bereaksi dengan baik dalam mengikat tanah yang menjadikan
nilai daya dukung tanah meningkat. Peningkatan yang terjadi pada variasi optimum
56
dari tanah asli yang bernilai 3,72% menjadi 14,39% untuk CBR unsoaked dan nilai
3,42% menjadi 13,01% pada CBR soaked.
10.000
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0.000
0 1 2 3 4 5
LAMA PERENDAMAN ( HARI )
5.4.5 Pengaruh Penambahan Kapur dan Fly Ash Terhadap Tebal Lapis
Perkerasan Dengan Metode Desain Perkerasan Bina Marga 2013
Perencanaan Tebal Perkerasan dilakukan dengan Metode Desain
Perkerasan Jalan Bina Marga 2013 dilanjutkan dengan Metode Desain
Perkerasan Jalan 2002 karena dalam prosedurnya kedua metode ini saling
berkaitan. Perencanaan yang dilakukan dengan membandingkan hasil tebal
perkeresan pada CBR Tanah Asli dan beberapa variasi CBR hasil stabilisasi
kapur dan fly ash pada pemeraman optimum selama 7 hari. CBR yang
dipakai adalah nilai CBR tidak terendam (unsoaked).
a) Desain Tebal Lapis Perkerasan Dengan BM 2013
Sebagai contoh dilakukan perencanaan tebal lepas perkerasan
menggunakan CBR tanah asli sebelum dilakukan stabilisasi yaitu dengan
nilai CBR sebesar 3,72%.
Diketahui data-data penunjang untuk perencanaan tebal lapis
perkerasan diantaranya sebagai berikut.
1. Data tanah dasar = 3,72 %
2. Umur rencana = 20 Tahun
3. Data lalu lintas Jl. Solo-Semarang Km. 22
Pada Tabel 5.12 terlihat pada CBR tanah asli di rekomendasikan untuk
dilakukan timbunan pilihan dengan tebal 30 cm, sedangkan untuk CBR hasil
stabilisasi kapur dan fly ash dari mulai penambahan fly ash 0% sampai 25%
sudah memenuhi syarat lapis pondasi tanah dasar sehingga tidak perlu
dilakukan perbaikan atau diberikan timbunan pilihan.
𝑆� 2 − 𝑆� 1∗
)
D2* =( a2.m2
� ,� − � ,�
=( )
� .� � 𝐱� ,�
= 4,76 (5 inchi) dipakai 6 inchi
SN2* = a2 x m2 x D2* = 0.14 x 1.2 x 6 = 1
𝑆� 3 −(𝑆� 2∗ + 𝑆� 1∗)
D3* =( )
a3.m3
� .� −(� .� + � )
=( )
� .� � 𝐱� ,�
65
Dari Tabel 5.13 di atas terlihat hasil perencanaan tebal lapis perkerasan
menggunakan Metode Desain Perkerasan Jalan Bina Marga 2002 pada CBR tanah
asli menghasilkan tebal perkerasan yang sangat tebal, hal ini disebabkan tanah
belum dilakukan stabillisasi atau diberi timbunan pilihan yang menyebabkan
dibutuhkannya tebal lapis perkerasan yang tebal. Tanah yang sudah dilakukan
stabilisasi dengan kapur 5% dan variasi fly ash (0%, 5%, 15%, dan 25%)
menghasilkan tebal perkerasan semakin kecil seiring bertambah besarnya variasi
fly ash, bahkan untuk CBR terbesar 14,39% tidak diperlukan tebal lapis pondasi
bawah. Hasil perhitungan tebal perkerasan dengan Metode Desain Perkerasan Jalan
Bina Marga 2002 secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran halaman 136-142.