Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKEMIA

1. Pengertian

Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam

jaringan pembentuk darah (Prof. Dr. Iman, 1997).

Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah

putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang

normal (Smeltzer, 2002).

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah

berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh

adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal

dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain(Mansjoer, 2002).

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel

pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat

bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi

abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker

pada alat pembentuk darah.

Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang

sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar

tulang. Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan

ledakan. Sebagian besar sel darah matang di sumsum tulang dan

kemudianpindah ke pembuluh darah. Darah mengalir melalui pembuluh

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


darah dan jantung disebut darah perifer. Sumsum tulang membuat

berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki fungsi khusus:

a) Sel darah putih membantu melawan infeksi

b) Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh

c) Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol

perdarahan

Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau

akumulasi sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen

sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di llllllhati, limpa dan

nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges,

traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

2. Jenis-jenis Leukemia

a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)

LMA mengenai sel stem hematopeotik yang kelak

berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit,

eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena;

insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia

nonlimfositik yang paling sering terjadi.

b. Leukemia Mielogenus Kronis (LMK)

LMK juga di masukkan dalam sistem keganasan sel stem

mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut,

sehingga penyakit ini lebih ringan. LMKjarang menyerang individu di

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran LMA tetapi

tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala

selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah

yang luar biasa, limpa membesar.

c. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering

terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,

puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 LLA jarang terjadi.

Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang

dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel

normal..

d. Leukemia Limfositik Kronis (LLC)

LLC merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50

sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala,

baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit

lain.

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi

Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk

komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu

tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem

kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /

diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga

11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang

sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter

kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah

putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga

50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara

ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara

independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak

secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler,

partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit

tidak bisamembelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka

sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel

punca hematopoietic pluripotent yang ada padasumsum

tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil,

dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Ada

beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel

polimorfonuklear yaitu:

1) Basofil.

2) Eosinofil.

3) Neutrofil.

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma:

1) Limfosit

2) Monosit.

b. Fisiologi

Fisiologi sel darah manusia

1. Leukosit

Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah

manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3,

bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis,

bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam

mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula

spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan

setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti

yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya

homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat

dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma

sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih

banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil,

dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas

granula terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula

dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis

leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya).

Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah,

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak

sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul

dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003)

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler

dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika

viskositas darah meningkat dan aliran lambat, leukosit

mengalami marginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang

pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan

melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis,

yakni kemampuan leukosit untuk menyesuaikan dgn lubang

kecillekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos

antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan

penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada

jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, atau disebut

kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003).

Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa

normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan

menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun

sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah

putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14

-15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi, 2003).

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


Fungsi sel Darah putih

Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting

dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. dengan

kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka

memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah.

melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-

20mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu

menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan

gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat

keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian

tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkena

infeksi ataucidera, menangkap organisme hidup

dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti

kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara

yang sama, dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat

memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup,

menghancurkan dan membuangnya.

Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat

dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja

fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama

sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka

dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan

lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam

nanah itu dan ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang

sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan disingkirkan oleh

granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.

4. Etiologi

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor

predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :

a. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan

struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV).

b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker

sebelumnya.

c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,

fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.

d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti

diethylstilbestrol

e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

f. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom

Down’s), Trisomi G(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s,

Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia

Gejala penyakit leukemia biasanya ditandai dengan adanya

anemia. Infeksi akan mudah atau sering terjadi karena sel darah putih

tidak dapat berfungsi dengan baik, rasa sakit atau nyeri pada tulang,

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


serta pendarahan yang sering terjadi karena darah sulit membeku. Jika

tidak diobati, maka akan mengakibatkan leukemia akut dan akhirnya

dapat menyebabkan kematian. Penyebab yang pasti belum diketahui,

akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya

leukemia, yaitu Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah

putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak

diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia

tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker,

meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan

genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga

lebih peka terhadap leukemia.

5. Manisfestasi klinis

Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia

adalah sebagai berikut :

a. Pilek tidak sembuh-sembuh

b. Pucat, lesu, mudah terstimulasi

c. Demam dan anorexia

d. Berat badan menurun

e. Ptechiae, memar tanpa sebab

f. Nyeri abdomen

g. Lumphedenopathy

h. Hepatosplenomegaly

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang

dapat disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul

sebagai akibat infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura

pada kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia serebral(Iman, 1997).

6. Patofisiologi

Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,

imaturnya sel blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan

platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan

trombositipenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan

menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah

mengalami infeksi.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya

bone marrow dan infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada

nutrisi dan metabolisme. Depresi sumsum tulang yangt akan berdampak

pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan

tekanan jaringan. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat

terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri

persendian (Iman, 1997).

7. Penatalaksanaan Medis

a. Pelaksanaan kemoterapi

b. Irradiasi cranial

c. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


1) Fase induksi

Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada

fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin

dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-

tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum

tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

2) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine

dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel

leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada

pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

3) Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk

mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel

leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan

atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk

menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi

supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara

atau dosis obat dikurangi.

d. Program terapi

Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty

Tejawinata, 1996) yaitu:

1) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk

mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah

trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi

trombosit.

Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

2) Pengobatan spesifik

Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel

yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada

kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip

dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan

untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika

(kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan

maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5%

baik secara sistemik maupun intratekal sehingga dapat

mengurangi gejala-gajala yang tampak.

b) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-

sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.

c) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf

pusat

d) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk

mempertahankan masa remisi

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


3) Pengobatan imunologik

Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang

ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna.

Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi

terus menerus.

8. Konsep Dasar Askep

a. Pengkajian

1) Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita

dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada

orang dewasa.

2) Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah,

lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak,

nafas cepat.

3) Riwayat penyakit

Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya

tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas

cepat. Kaji adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan

adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu

ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati,

hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji

adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar

rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal

kembar monozigot.

5) Riwayat kebiasaan sehari-hari

Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.

6) Riwayat psikososial

a) Psikologi

Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan

cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat

membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.

b) Sosial Ekonomi

Klien mempunyai hubungan yang baik dengan

keluarga maupun dengan tetangga disekitar rumahnya

dengan adanya keluarga dan tetangga yang membesuk serta

klien hidup dalam keadaan ekonomi yang sederhana.

SISTEM DATA SUBYEKTIF

Aktivitas Lesu, lemah, terasa payah, merasa tidak kuat untuk

melakukan aktivitas sehari-hari

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


Sirkulasi Berdebar

Eliminasi Diare, anus terasa lebih lunak, dan terasa nyeri.

Adanya bercak darah segar pada tinja dan kotoran

berampas, Adanya darah dalam urine dan terjadi

penurunan output urine.

Rasa nyaman Nyeri abdominal, sakit kepala, nyeri persendian,

sternum terasa lunak, kram pada otot.

Rasa aman Merasa kehilangan kemampuan dan harapan, cemas

terhadap lingkungan baru serta kehilangan teman.

Riwayat infeksi yang berulang, riwayat jatuh,

perdarahan yang tidak terkonrol meskipun trauma

ringan.

Makan dan minum Kehilangan nafsu makan, tidak mau makan, muntah,

penurunan berat badan, nyeri pada tenggorokan dan

sakit pada saat menelan.

Sexualitas Perubahan pola menstruasi, menornhagi. Impoten.

Neurosensori Penurunan kemampuan koordinasi, perubahan

mood, bingung, disorientasi, kehilangan konsentrasi,

pusing, kesemutan, telinga berdenging, kehilangan

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


rasa

Respirasi Nafas pendek,

Belajar Riwayat terpapar bahan kimia seperti benzena,

phenilbutazone, chloramfenikol, terkena paparan

radiasi, riawat pengobatan dengan kemotherapi.

Riwayat keluarga yang menderita keganasan.

7) Data penunjang

Penghitungan sel darah :

 Normocitic, normokromik anemia

 Hb < 10 g/100 ml

 Retikulosit : rendah

 Platelet count : < 50.000/mm

 WBC > 50.000/cm (Shift to left) tampak blast sel leukemia

 PT/PTT memanjang

 LDH meningkat

 Serum asam urat dalam urine : meningkat

 Serum lysozym : meningkat terutama pada acut monosit

dan myelosit leukemia.

 Serum tembaga : meningkat

 Serum Zinc : menurun

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


 Biopsi Bone Narrow: abnormal WBC lebih dari 50 %, lebih

dari 60 % - 90 % blast sel,

 Chest X- Ray : Pembesaran hepar dan lien

 Lymp node biopsy : tampak pengecilan

8) Penatalaksanaan

Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :

 Transfusi bila perlu

 Klorambusil

b. Diagnose Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadi infeksi s.d penurunan daya tahan tubuh,

prosedur invasive, malnutrisi dan penyakit kronis.

2. Resiko tinggi devisit cairan s.d kurang intake cairan, muntah,

perdarahan, diare, demam

3. Nyeri s.d pembesaran organ intraabdominal, dan manifestasi dari

kecemasan.

4. Keterbatasan aktivitas s.d kelemahan, penurunan cadangan

energi, suplay oksigen yang tidak seimbang, terapi isolasi.

5. Kurangnya pengetahuan tentang perjalanan penyakit, prognosis

dan pengobatan s.d kurangnya informasi, atau misinterprestasi.

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


c. Intervensi Keperawatan dan Rasional

DX INTERVENSI RASIONAL

1 - Tempatkan pada ruang - Untuk menjaga klien


khusus dan batasi dari agent patogen yang
pengunjung. Awasi dapat menyebabkan
pemberian buah dan sayyur infeksi.
segar.

- Lakukan protap pencucian - Mencegah infeksi silang


tangan bagi setiap orang yang
kontak dengan klien

- Monitor vital sign - Progresive hipertermia


sebagai pertanda infeksi
atau demam sebagai
efek dari pemakaian
kemotherapi maupun
tranfusi

- Cegah peningkatan suhu - Membantu


tubuh dengan cara pemberian menghilangkan demam
cairan yang adekuat serta yang dapat
lakukan kompres hangat. menimbulkan ketidak
seimbamgan cairan
tubuh, ketidak
nyamanan serta
komplikasi CNS.

- Lakukan pemeriksaan suara - Mencegah sumbatan


nafas dan batuk secara sekresi saluran
teratur.. pernafasan.

- Pegang klien dengan lembut - Mencegah eksoriasi.


dan linen tetap kering dan
rapi.
- Jaga integritas kulit, luka yang - Untuk mencegah infeksi
terbuka dan kebersihan kulit local. (Luka biasanya
dengan pembersih tidak bernanah akibat
antibakteri. rendahnya kadar
granulosit).

- Periksa mukosa mulut dan - Jaringan mukosa mulut


merupakan medium

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


lakukan oral hygiene. bagi perkembangan
bakteri.

- Untuk mencegah
- Jaga kebersihan kebersihan terjadinya infeksi anal
anus dan genital. maupun genital.
- Awasi istirahat dan pola tidur - Untuk konservasi energi
klien secara ketat. bagi perkembangan sel-
- Berikan asupan makanan sel klien.
yang adekuat yang - Untuk mempertahankan
mengandung cairan serta daya tahan tubuh klien
protein tinggi. dan keseimbangan
cairan tubuh kien.
- Lakukan tindakan kolaborasi: -
- Blood test count : WBC dan - Penurunan WBC
Neutrofil. merupakan kesimpulan
dari proses penyakit dan
efek samping dari
pengobatan kemoterapi.

- Lakukan kulture - Untuk mengetahui


- sensitivitas kuman.

- Pemberian antibiotik sesuai - Untuk mencegah infeksi


order.

- Review serial X-Ray - Indikator dari


perkembangan kondisi
klien.

- Berikan makanan yang


memiliki resiko tinggi
menimbulkan infeksi sperti
yang sudah dimasak atau
yang sudah diproses secara
higienes.

- Monitor intake dan out-put - Penurunan volune cairan


2. dapat menjadi prekusor
kerusakan RBC sehingga
dapat menimbulkan
kerusakan tubulus ginjal
dan terbentuknya batu
ginjal.

- Tim bang berat badan setiap - Untuk melakukan analisis

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


hari tentang fungsi ginjal.

- Monitor Tensi dan frekwensi - Perubahan dapat menjadi


jantung. indikasi hipovolemia.

- Evaluasi turgor kulit, capiler - Sebagai indicator status


refill, dan kondisi mukosa. dehidrasi.

- Perhatikan mukosa dari - Penekanan bone narrow


ptechie, ecchymosis, dan produksi platelet
perdarahan gusi. yang rendah beresiko
menimbulkan
perdarahan yang tak
terkontrol.

- Lakukan tindakan yang lembut - Jaringan yang lemah, dan


untuk mencegah perlukaan mekanisme pembekuan
seperti menggunakan sikat gigi yang abnormal sering
yang lembut, kapas swab, menjadi penyebab
lakukan tepid sponge, gunakan perdarahan tak
alat cukur elektrik. terkontrol.

- Kolaborasi:
- Lakukan pemasangan IV line - Untuk mempertahankan
kebutuhan cairan tubuh.

- Monitor laboratorium - Jika platelet count <


Platelet, Hb/Ct, cloting. 20000/mm. Penurunan
Hb/Hct dapat
menimbulkan
perdarahan.

- Pemberian anti muntah - Mencegah hilangnya


cairan melalui muntahan.

- Pemberian Alluporinol - Mencegah timbulnya


nefropati
3.

- Kaji keluhan nyeri dengan skala - Untuk mempermudah


nyeri (0 – 10) intervensi dan observasi
terhadap

- Monitor vital sign dan kaji - Mengetahui efektivitas

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


ekpresi nonverbal. tindakan terhadap nyeri.

- Jaga lingkungan agar tetap - Meningkatkan


tenang kesempatan istirahat dan
memperbaiki koping
mekanisme.

- Kurangi stimulasi yang - Mencegah rasa tidak


meningkatkan stress. nyaman pada persendian

- Letakkan pada posisi nyaman - Meningkatkan sirkulasi


jaringan dan mobilitas
sendi.

- Lakukan perubahan posisi - Untuk mengetahui


secara periodic kemampuan kontrol klien
terhadap nyeri.

4. - Evaluasi koping mekanisme - Mengkaji efek dari


klien leukemia terutama pada
fase pengobatan, sehingga
perlu dianalisa perlu
tidaknya bantuan.

- Kolaborasi: - Untuk menyimpan


- Kadar asam urat energi dan perbaikan
- Pemberian analgetik sel.
- Pemberian narkotik
- Antianxiety

5 - Kaji kelemahan tubuh klien dan - Menyiapkan mental


ajak anak berpartisipasi untuk untuk tindakan
bermain. menghadapi kasus yang
diderita anaknya.

- Berikan kesempatan istirahat


dan tidur yang cukup
- Berikan makanan selingan yang
cukup selama kemotherapi
- Kolaborasi:
- Antiemetik
- Berikan oksigen

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


- Berikan penjelasan tentang
patologi leukemia, tindakan
serta prognosenya.kepada
keluarga

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 Bagian I. Media


Aesculapius, FKUI. Jakarta.

Perry & Potter. 2000. Buku Saku Keterampilan & Prosedur Dasar edisi 3. EGC.
Jakarta.

Oka, P.N. 1993. Buku Penuntun Ilmu Perawatan Mata. Airlangga University
Press. Surabaya.

Wikipedia, 2012. Leukemia. (Online). Available.


http://id.wikipedia.org/wiki/leukemia Diakses tanggal 14 Januari 2013.

Risalda Agustinus, S.Kep/ 123083

Anda mungkin juga menyukai