Anda di halaman 1dari 105

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENURUNAN


AGITASI PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA
DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA

Penelitian Quasy Experimental

Oleh

ASTRID DYAH FEBRI DIANE


131411123042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENURUNAN


AGITASI PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA
DI UPTD GRIYA WERDHA SURABAYA

PENELITIAN QUASY EXPERIMENTAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


dalam Program Studi Pendidikan Ners
Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan UNAIR

Oleh

ASTRID DYAH FEBRI DIANE


131411123042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

iv

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MOTTO

“It only seems IMPOSSIBLE until it is DONE”


(Anonymous)

“Jangan pernah menyerah, perbaiki kesalahan dan teruslah melangkah”


(Anonim)

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki


kesulitan bagi kalian”
(QS 2:185)

vi

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
bimbinganNya kami dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH
TERAPI MUSIK SUARA ALAM TERHADAP PENURUNAN AGITASI
PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA DI UPTD GRIYA WERDHA
SURABAYA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
Bersama ini, perkenankan saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya dengan hati yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons), selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan,
fasilitas, dan ilmu kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes, selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan, fasilitas, dan
ilmu kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan.
3. Harmayetty, S.Kp., M.Kes, selaku pembimbing pertama, terimakasih atas
bimbingan, nasihat, saran, informasi dan waktu yang telah diluangkan
untuk saya, serta semua perhatian yang telah diberikan dalam kemajuan
penyelesaian skripsi saya.
4. Deni Yasmara, S.Kep.,Ns.,M.Kep,Sp.Kep.MB selaku pembimbing kedua,
terimakasih telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan pemikiran,
perhatian, saran, nasihat serta dukungan yang sangat berharga selama
proses penyusunan skripsi berlangsung.
5. Retno Indarwati, S.Kep.,Ns.,M.Kes, Elida Ulfiana, S.Kep.,Ns.,M.Kep, dan
Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., MNS selaku penguji yang telah
memberikan saran dan arahan dalam penyusunan skripsi yang lebih baik.
6. Kedua orangtuaku Bapak Surahmadi dan Ibu Ani Saptiani Prapti, adikku
Syaeva Nurul Rahmadiana, Syaevi Nurul Rahmadiani (Almh) dan
Saifullah Hanz Rahmadi, serta keluarga besar Sardi dan Gunadi

vii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

terimakasih atas semua curahan cinta, doa, kasih sayang, perhatian, dan
dukungan yang tidak terbatas hingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh responden yang bersedia memberikan partisipasi yang sangat
berharga dalam penelitian ini.
8. Sugianto, selaku Plt Ketua UPTD Griya Werdha Kota Surabaya yang telah
memberikan bantuan, ijin, dan kerjasamanya dalam melaksanakan
penelitian ini.
9. Perawat-perawat di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya yang telah
banyak membantu dan meluangkan waktu saat penelitian berlangsung.
10. B17, keluargaku di tanah rantau, terimakasih atas semua doa, semangat,
bantuan, motivasi yang telah diberikan, B17 bersama kita BISA!!!
11. Kontrakan Princess, terimakasih atas doa, bantuan, dukungan, perhatian,
dan waktu yang telah kita lalui bersama untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk memberi bantuan, dukungan,
perhatian, dan waktunya untuk menyelesaikan skripsi ini.
13. Dosen dan seluruh staf kepegawaian Fakultas Keperawatan yang telah
membimbing dan membantu saya selama kuliah di Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
14. Terimakasih untuk seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

Surabaya, 15 Februari 2016

Astrid Dyah Febri Diane


131411123042

viii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Effect of Music Therapy: Sound of Nature for Decreasing Agitation in


Dementia’s Elderly at UPTD Griya Werdha Surabaya

A Quasi-Experimental Study

Astrid Dyah Febri Diane

Dementia is major cause of disability and dependency among elderly.


Dementia impact one‟s physiological and psychological aspect such as agitation.
Agitation in elderly shows many abnormal behavior. At UPTD Griya Werdha
Surabaya, there was a high prevalence of agitation, where 16 out of 23 dementia
elderly in the data indicated the need to using nursing interventions to assist
elderly to decrease their agitation.
This study used quasi-experimental design. The purpose of this study was
to prove the effect of music therapy: sound of nature for decrease agitation in
dementia‟s elderly. Population comprised dementia‟s elderly who met the
population criteria, and the total sample comprised 16 people. Samples were taken
using total sampling. The independent variable was the music therapy: sound of
nature. The dependent variable was agitation in dementia‟s elderly. This research
was carried out for 2 weeks and 4 days (January 14 - January 31, 2016). Data
were collected using CMAI (Cohen Mansfield Agitation Inventory). Data analysis
used Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significance
level α≤ 0.05.
Results showed that music therapy: sound of nature had significant effect
reduction agitation in dementia‟s elderly with p = 0.014. It can be concluded that
music therapy: sound of nature affects agitation reduction in dementia‟s elderly at
UPTD Griya Werdha Surabaya. This result can be used as a consideration to
modify nursing intervention as a non pharmalogycal intervention in managing
elderly with agitation.

Keywords: agitation, dementia, elderly, music therapy, sound of nature

ix

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DALAM.........................................................................i


SURAT PERNYATAAN ......................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERNYATAAN .................................. Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN .................................... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSIError! Bookmark not
defined.
MOTTO ................................................................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. vii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.4.1 Tujuan Umum .................................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................... 7
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
1.5.1 Teoritis ............................................................................................... 7
1.5.2 Praktis ................................................................................................ 7
1.5.3 Bagi Profesi Keperawatan ................................................................. 8
1.6 Resiko Penelitian ........................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Lansia Demensia dengan Agitasi................................................................... 9
2.1.1 Lansia yang mengalami demensia ................................................... 10
2.1.2 Klasifikasi Demensia ........................................................................ 15
2.1.3 Tahapan Demensia ........................................................................... 19
2.1.4 Diagnosis Demensia ........................................................................ 21
2.1.5 Perilaku Agitasi Lansia dengan Demensia ...................................... 22
2.1.6 Faktor Resiko Agitasi pada Lansia Demensia ................................. 26
2.1.7 Tanda dan Gejala Agitasi pada Lansia Demensia ........................... 27
2.1.8 Metode Pengukuran Agitasi............................................................. 27
2.2 Terapi Musik ................................................................................................ 29
2.2.1 Gelombang Suara ............................................................................. 29
2.2.2 Proses mendengar ............................................................................ 30
2.2.3 Terapi musik .................................................................................... 33
2.3 Keaslian Penelitian ...................................................................................... 36

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 38


3.1 Kerangka Konseptual Penelitian.................................................................. 38
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 40
BAB 4 METODE PENELITIAN ....................................................................... 41
4.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 41
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel ........... 41
4.2.1 Populasi ............................................................................................ 41
4.2.2 Sampel penelitian dan besar sampel ................................................ 42
4.2.3 Tehnik Sampling Penelitian ............................................................. 42
4.3 Variabel Penelitian....................................................................................... 43
4.3.1 Variabel Independen (bebas) ........................................................... 43
4.3.2 Variabel dependen penelitian........................................................... 43
4.4 Definisi Operasional .................................................................................... 44
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 45
4.6 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data ......................................................... 45
4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Penelitian .......................... 45
4.8 Kerangka Operasional Penelitian ................................................................ 47
4.9 Analisa Data................................................................................................. 48
4.10 Masalah Etik (Ethical Clearance) ........................................................... 48
4.10.1 Informed Consent ............................................................................ 48
4.10.2 Anonimity (tanpa nama) ................................................................... 49
4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan) ........................................................... 49
4.11 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 49
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 50
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 50
5.2 Hasil Penelitian ................................................................................ 51
5.2.1 Distribusi data demografi dan MMSE responden............................ 51
5.2.2 Distribusi data khusus ...................................................................... 53
5.3 Pembahasan ................................................................................................. 56
5.3.1 Identifikasi agitasi pada lansia dengan demensia sebelum dan
sesudah intervensi terapi musik suara alam ................................................. 56
5.3.2 Analisis perbandingan agitasi sebelum dan sesudah diberikan terapi
musik suara alam ......................................................................................... 59
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 62
6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 62
6.2 Saran ............................................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 64
LAMPIRAN

xi

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hubungan Sistem Komponen NA dengan temuan perilaku BPSD ...... 12
Tabel 2.2 Perilaku agresif, perilaku non agresif dan perilaku agitasi verbal pada
lansia................................................................................................... 28
Tabel 2.3 Keaslian Data ........................................................................................ 36
Tabel 4 .1 Definisi operasional ............................................................................. 44
Tabel 4.2 Kerangka kerja penelitian pengaruh terapi musik suara alam terhadap
penurunan agitasi pada lansia dengan demensia di UPTD Griya
Werdha Kota Surabaya………………………………………………48
Tabel 5.1 Data demografi dan MMSE responden................................................. 52
Tabel 5.2 Penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding sebelum diberikan terapi musik suara ...........................53
Tabel 5.3 Penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding sesudah diberikan terapi musik suara
alam…………………………...………………………………….....53
Tabel 5.4 Penilaian nilai agitasi sebelum dan sesudah intervensi terapi musik
suara alam pada kelompok perlakuan dan
pembanding ..………………………………....................................54

xii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Identifikasi Masalah ............................................................................ 6


Gambar 2.1 Karakteristik gelombang suara (Ganong, 2008) ............................... 30
Gambar 2.2 Anatomi telinga……………………………………………..............30
Gambar 2.3 Jaras Persarafan Pendengaran (Guyton, 2008) .................................. 33
Gambar 3.1 Kerangka konseptual penelitian pengaruh terapi musik suara alam
terhadap penurunan agitasi pada lansia dengan
demensia…………………………………………………...............39
Gambar 4.1 Desain penelitian ............................................................................... 41

xiii

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Kelaikan Etik……………………………….... 67


Lampiran 2 Penjelasan Penelitian bagi Responden…………………………... 68
Lampiran 3 Lembar Identitas Peneliti………………………………………... 71
Lampiran 4 Informed Consent……………………………………………………… 72
Lampiran 5 Data Demografi Responden……………………………………... 73
Lampiran 6 Kuisioner Agitasi………………………………………………... 74
Lampiran 7 Lampiran Kuisioner Agitasi…………………………………….. 75
Lampiran 8 SOP Terapi Musik………………………………………………. 77
Lampiran 9 Hasil uji statistik pretest dan posttest kelompok perlakuan dan 79
pembanding……………………………………..........................
Lampiran 10 Hasil uji statistik posttest kelompok perlakuan dan pembanding 81

Lampiran 11 Surat Permohonan Fasilitas dan Pengambilan Data Awal…….. 84


Lampiran 12 Surat Permohonan Fasilitas dan Pengambilan Data Penelitian... 85
Lampiran 13 Surat Keterangan Izin Penelitian dari UPTD Griya Werdha….. 86
Lampiran 14 Surat Keterangan Pengambilan Data Penelitian dari UPTD 87
Griya Werdha…………………………………………………….
Lampiran 15 Surat Pengantar Uji Etik Penelitian……………………………. 88

xiv

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR SINGKATAN

5-HT : 5 – hydroxytryptamine
AChE : Acetylcholinesterase
AKS : Aktifitas Kehidupan Sehari-hari
APP : Amyloid Precursor Protein
BEHAVE-AD : Behavioral Pathology in Alzheimer’s Disease Rating Scale
BPSD : Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia
CDR : Clinical Dementia Rating
ChAT : Choline – acetyltransferase
CMAI : Cohen Mansfield Agitation Inventory
COMT : Cathecholamine – O - Methyl Transferase
CRH : Corticotropin Releasing Hormone
CSI : Comprehensive Severity Index
DSM-IV-TR : Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition
GABA : Gamma-aminobutyric acid
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPA : Hypothalamic Pituitary Adrenal
M2 : Muscarinic-2
MAO : Monoamine Oxidase
MDS : Minimum Data Set
MMSE : Mini Mental State Examination
MPHG : 3 – Methoxy – 4 – Hydroxyphenethyleneglycol
NA : Noradrenergik
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
RAS : Reticular Activating System
RI : Republik Indonesia
RS : Rumah Sakit

xv

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SOP : Standar Operasional Prosedur


SPECT : Single Photon Emission Computed Tomography
SPMSQ : Short Portable Mental Status Questionnaire
UPTD : Unit Pelayanan Teknik Dinas
US : United States of America
WHO : World Health Organization
YOD : Young Onset Dementia

xvi

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus menerus dan berkesinambungan. Penuaan menyebabkan perubahan

anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi

fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Departemen Kesehatan RI,

2001 dalam Maryam, 2008). Salah satu dari perubahan tersebut adalah demensia.

Demensia dapat didefinisikan sebagai kemunduran kapasitas intelektual yang

ditandai oleh gangguan kognitif, emosional, dan psikomotor (Lumbantobing,

2004).

Jumlah lansia pada tahun 2025 mencapai sekitar 2 milyar jiwa diseluruh

dunia. Saat ini, lansia dengan demensia diperkirakan berjumlah 35,6 juta orang di

dunia dan akan bertambah dua kali lipat setiap 20 tahun, menjadi 65,7 juta pada

2030. Kelompok lansia di Indonesia berjumlah 8,9% pada tahun 2013 dan akan

meningkat menjadi 21,4% pada tahun 2050 (Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI, 2014). Seiring bertambahnya lansia, belum ada data

pasti mengenai jumlah lansia demensia di Indonesia (Purnakarya, 2009). Data

yang mendukung jumlah lansia demensia di Indonesia adalah prevalensi lansia

demensia di Jakarta tercatat sebanyak 62,5% pada tahun 2006 dan prevalensi

lansia demensia di Jawa Barat mencapai 47,5% pada tahun 2007 (Purnakarya,

2009).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

Demensia merupakan masalah utama terjadinya ketidakmampuan yang

berdampak pada fisik maupun psikologis pada lansia. Lansia dengan demensia

mengalami penyakit kronis yang secara fisik menyebabkan ketergantungan dalam

melakukan aktifitas sehari-hari. Demensia juga berdampak pada munculnya

gangguan emosional, psikologi, pengobatan bagi keluarga dan tenaga kesehatan.

Lansia dengan demensia menghabiskan biaya perawatan sebesar US$604 milyar

pada tahun 2010 di dunia. Penelitian terhadap 487 lansia oleh Bakker (2005) di

Nedherland, masalah psikologis lansia demensia meliputi depresi (43,9%), apati

(43,1%), ansietas (41,6%) dan agitasi (31,2%). Sebesar 31,2% lansia demensia

memperlihatkan agitasi yang akan meningkat dari 33% menjadi 50% dalam

periode 2 tahun (Devanand, 1997 dalam Bartels, 2003). Agitasi pada lansia

meliputi memukul, menendang, mengutuk, gelisah, mengeluh, negativism, serta

mengulangi kalimat dalam percakapan (Gerdner, 2010). Akibat agitasi, lansia

mengalami peningkatan kejadian jatuh, keterlambatan permulaan tidur, dan

gangguan tidur malam hari (Gerdner, 2010). Pengobatan lansia dengan agitasi

yang dilakukan di luar negeri meliputi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi

farmakologis menggunakan agen anxiolytic dan obat-obat antipsikotik (Mitchell

et. all, 2015). Penggunaan terapi farmakologis dianggap merugikan karena lansia

mengkonsumsi banyak obat untuk penyakit fisik maupun psikologis yang

dideritanya sehingga perlu dikembangkan terapi yang lain yaitu terapi

nonfarmakologis (Fitzsimmons, 2014). Salah satu terapi nonfarmakologis yang

digunakan adalah terapi musik. Menurut Craig (2014) dalam penelitiannya

mendapatkan hasil terapi musik berkelompok dapat mengurangi agitasi pada

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

lansia dengan demensia dengan dilakukan secara teratur dengan menggunakan

musik yang familiar.

Prevalensi di provinsi Jakarta dan Jawa Barat yang tinggi, perlu diimbangi

dengan mengoptimalkan perawatan lansia baik secara formal maupun nonformal.

Perawatan informal adalah perawatan lansia yang diberikan oleh keluarga dan

masyarakat sedangkan perawatan formal merupakan perawatan yang dilakukan

oleh pemberi pelayanan kesehatan seperti nursing homes, rumah jompo dan

rumah sakit. Salah satu rumah jompo di Jawa Timur adalah UPTD Griya Werdha

Surabaya. Peneliti telah melakukan survey awal tanggal 13 September 2015 di

UPTD Griya Werdha Surabaya didapatkan, jumlah lansia 54 orang dengan lansia

demensia sebanyak 55% dan 83% lansia demensia mengalami agitasi dengan rata-

rata usia diatas 65 tahun. Lansia yang tinggal ± 2 tahun di Griya Werdha

mengalami jenis agitasi lebih banyak daripada lansia yang tinggal kurang dari 2

tahun. Dilaporkan jenis agitasi yang sering terjadi diantaranya keluyuran,

memukul lansia lain, dan merengek. UPTD Griya Werdha belum optimal

mengatasi agitasi karena tidak tersedianya dokter spesialis jiwa di Puskesmas

rujukan. Panti tidak memiliki teknik khusus untuk mengatasi agitasi. Peran

perawat panti sebatas melakukan skrining mental lansia menggunakan MMSE

(Mini Mental State Examination), kolaborasi untuk rujukan ke Puskesmas,

pemeriksaan dokter umum di RS, kolaborasi pemberian obat-obatan, melakukan

observasi agar lansia tidak keluar dari area panti, serta meminimalkan

pertengkaran antar lansia.

Menurut Tekin, et al. (2001) dalam Gauthier, et al. (2010), dua jenis

neurotransmitter yang berpengaruh terhadap agitasi adalah glutamat dan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

asetilkolin. Reseptor glutamate terlibat dalam mekanisme respon syaraf pusat

untuk proses memori, kognitif, dan pembelajaran. Terganggunya pelepasan

glutamat dapat menyebabkan gangguan kognitif dan perubahan tingkah laku.

Peningkatan asetilkolin pada reseptor M2 dapat menyebabkan seseorang menjadi

psikosis. Selanjutnya, Gamma-aminobutyric acid (GABA) memiliki peran

penting terjadinya agitasi. GABA adalah penghambat utama neurotransmitter

pada sistem syaraf pusat, penghambat interneuron lokal untuk neurotransmitter

lain yang merupakan kunci dalam mengendalikan perilaku. Pada lansia demensia,

GABA menurun sehingga terjadi agitasi (Lancto KL, et al., 2001 dalam Khairiah

& Margono, 2012). Selain gangguan neurotransmitter, beberapa hal yang dapat

meningkatkan risiko terjadinya agitasi yaitu: peningkatan usia berhubungan

dengan deteriorasi korteks frontal dan temporal, perubahan neurokimia yang

berhubungan dengan penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif,

perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan polifarmasi yang sering

terjadi pada pasien usia lanjut (Andri, 2009). Gerdner (2010) menambahkan,

lansia dengan keletihan berlebihan, perubahan lingkungan; perawat; dan rutinitas,

stimulus eksternal yang berlebihan, serta stimulus yang kurang merupakan faktor

resiko lain yang menyebabkan agitasi pada lansia.

Penatalaksanaan non farmakologis dalam menurunkan agitasi pada lansia

demensia salah satunya dengan memberikan terapi musik. Musik menghasilkan

stimulus yang dikirim dari vestibulum ke akson-akson serabut sensori asendens

kemudian neuron-neuron dari Reticular Activating System (RAS). Stimulus

kemudian ditransmisikan sistem limbik dan berintegrasi dengan hipotalamus.

Hipotalamus meneruskan stimulus pada formation reticularis sebagai penyalur

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

impuls menuju serat otonom. Hipotalamus juga mengirim sinyal ke glandula

pituitary yang kemudian sinyal tersebut diterima glandula pituitary untuk

meningkatkan sekresi endhorpine. Midbrain juga mengeluarkan Gamma-

aminobutyric acid (GABA), encephalin, dan beta endhorphine sebagai ejector dari

rasa rileks dan ketenangan yang timbul. Zat tersebut memberikan efek analgesia

yang dapat mengeliminasi neurotransmitter stress pada pusat sensorik somatik

otak dan menimbulkan relaksasi (Wijaya, 2006 dalam Ningsih, 2011). Selain itu,

GABA meningkat sehingga agitasi dapat dikendalikan (Khairiah & Margono,

2012).

Berdasarkan mekanisme terapi musik sebagai intervensi nonfarmakologis

diharapkan dapat menurunkan agitasi pada lansia demensia secara efektif. Dari

uraian diatas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi

musik terhadap penurunan agitasi pada lansia dengan demensia.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

1.2 Identifikasi Masalah

Peningkatan usia berhubungan dengan deteriorasi


korteks frontal dan temporal, perubahan neurokimia
yang berhubungan dengan penuaan, isolasi sosial,
defisit sensoris, penurunan kognitif, perubahan
farmakokinetik dan farmakodinamik dan polifarmasi

 Terganggunya pelepasan glutamate


dapat menyebabkan gangguan kognitif


dan perubahan tingkah laku.
Peningkatan asetilkolin pada reseptor
M2 dapat menyebabkan seseorang


menjadi psikosis
GABA menurun, sehingga tidak dapat
menghambat interneuron lokal untuk
neurotransmitter lain yang merupakan
kunci dalam mengendalikan perilaku

Agitasi
(Keluyuran, memukul,
merengek, dll)

Studi pendahuluan di
UPTD Griya Wreda
Surabaya didapatkan
jumlah lansia 54 orang
dengan lansia demensia
sebanyak 55% dan 83%
lansia demensia
mengalami agitasi
dengan rata-rata usia
diatas 65 tahun
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah

1.3 Rumusan Masalah

Apakah pemberian terapi musik suara alam dapat menurunkan agitasi

pada lansia dengan demensia di UPTD Griya Werdha Surabaya?

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh pemberian terapi musik suara alam terhadap

penurunan agitasi pada lansia dengan demensia.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan agitasi pada lansia demensia sebelum diberikan terapi

musik suara alam.

2. Menjelaskan agitasi pada lansia demensia setelah diberikan terapi

musik suara alam.

3. Menjelaskan pengaruh terapi musik suara alam terhadap agitasi pada

lansia dengan demensia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Teoritis

Terapi musik suara alam dapat digunakan sebagai pendekatan non

farmakologis dalam menurunkan agitasi pada lansia dengan demensia sehingga

dapat memperkuat teori yang sudah ada.

1.5.2 Praktis

1. Bagi Responden

Dengan mengikuti penelitian ini, responden mendapat manfaat upaya

menurunkan agitasi pada lansia dengan demensia untuk mencapai derajat

kesehatan yang optimal.

2. Bagi Perawat Panti

Dengan diadakannya penelitian agitasi lansia demensia di panti, perawat

panti mendapatkan informasi terbaru jumlah lansia dengan agitasi, dan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

alternatif solusi terapi non farmakologis untuk menurunkan agitasi pada

lansia demensia.

1.5.3 Bagi Profesi Keperawatan

Terapi musik dapat menjadi inovasi dalam pengembangan intervensi

keperawatan untuk menurunkan agitasi pada lansia dengan demensia.

1.6 Resiko Penelitian

Penelitian ini tidak memiliki resiko karena hanya mendengarkan terapi

musik suara alam.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Lansia Demensia dengan Agitasi

Demensia adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

kerusakan kognitif global yang biasanya bersifat progresif dan memengaruhi

aktifitas sosial dan okupasi yang normal juga aktifitas kehidupan sehari-hari

(AKS) (Stanley & Beare, 2007). Sedangkan menurut Kaplan & Saddock (2010),

demensia adalah berkurangnya kognisi pada tingkat kesadaran yang stabil. Sifat

penurunan yang persisten dan stabil membedakan demensia dengan sifat

gangguan kesadaran dan defisit yang berfluktuasi pada delirium. Ditandai dengan

defek kognitif mutipel yang mencakup penurunan memori tanpa penurunan

kesadaran.

Menurut WHO (2012), demensia adalah tanda dan gejala penyakit otak

yang berkembang secara kronik atau alami dimana terjadi gangguan ganda fungsi

kortikal meliputi memori, proses berfikir, orientasi, komprehensi, proses

berhitung, kapasitas belajar; bahasa; dan menilai sesuatu tanpa terganggunya

kesadaran seseorang. Sedangkan agitasi didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak

sesuai, baik secara verbal, vokal, atau motorik yang dilakukan oleh lansia. Agitasi

bukan istilah diagnostik penyakit, namun istilah yang digunakan untuk

sekumpulan gejala yang mendasari suatu penyakit (Cohen Mansfield & Billig,

1986).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

1.1.1 Lansia yang mengalami demensia

Demensia karena proses penuaan menyerang lansia diatas 65 tahun. Onset

sebelum usia 65 tahun, disebut young onset dementia (YOD) yang dimulai pada

usia 50 sampai dengan 64 tahun (WHO, 2012). Demensia karena penuaan

disebabkan karena berbagai hal. Pertama, demensia disebabkan oleh mutasi

amiloid. Plak amiloid berasal dari protein yang lebih besar, protein precursor

amiloid (Amyloid Precursor Protein / APP) dan menyebabkan rusaknya jaringan

otak. Kedua, demensia disebabkan oleh kekusutan neurofibril. Simpul

neurofibriler adalah sekumpulan serat-serat sel syaraf yang saling terpilin, yang

disebut pasangan filamen heliks. Peran spesifik dari simpul tersebut kini sedang

diteliti. Ketiga, asetilkolin dan neurotransmitter lain merupakan zat kimia yang

diperlukan untuk mengirim pesan melewati sistem syaraf (Stanley & Beare,

2007). Defisit neurotransmitter menyebabkan pemecahan proses komunikasi yang

kompleks diantara sel-sel pada system syaraf yang berhubungan dengan BPSD

(Behavioral and Psychological Symptoms of Dementia). BPSD merupakan gejala

gangguan persepsi, isi fikir, suasana hati, atau perilaku yang sering terjadi pada

lansia dengan demensia. BPSD disebabkan karena gangguan neurotransmitter dan

neuropatologi di otak lansia demensia (Khairiah & Margono, 2012).

1. Neurotransmitter

Neurotransmitter yang berhubungan dengan BPSD menurut Khairiah &

Margono (2012) antara lain:

a. Serotonin

Kelainan sistem serotonergik dapat menyebabkan perubahan mood,

depresi, kecemasan, agitasi, gelisah, dan agresivitas. Neuron serotonergik berasal

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

dari inti rafe dorsal dan median yang mensyarafi banyak struktur dalam korteks

dan sistem limbik. Proyeksi ini secara luas memungkinkan sistem serotonergik

untuk mengatur agresi, mood, aktivitas makan, tidur, suhu, seksual, dan motorik.

Oleh karena itu, perubahan dalam fungsi sistem serotonergik pusat memiliki

dampak klinis yang terlihat pada perilaku. Salah satu perubahan reseptor serotonin

terjadi pada reseptor 5-HT (5 - hydroxytryptamine) 1 IA yang menurun pada

daerah frontal, temporal, hipokampus, dan amigdala sehingga menyebabkan

agresi. Salah satu jenis agitasi, yaitu kecemasan umum dapat disebabkan pula

menurunnya reseptor 5-HT (5 - hydroxytryptamine) 2 2A pada frontal, temporal,

cingulated, hipokampus dan amigdala.

b. Norepinefrin / Noradrenergik

Noradrenergik disimpan dalam konsentrasi yang sangat tinggi di otot yang

berlokasi di terminal syaraf. Beberapa tipe reseptor noradrenergik yang berhasil

diidentifikasi adalah α1, α2, B1 dan B2. Noradrenergik dipecah menjadi MPHG

(3 – Methoxy – 4 - Hydroxyphenethyleneglycol) oleh MAO (Monoamine Oxidase)

dan COMT (Cathecholamine – O - methyl Transferase). Selanjutnya MPHG

digunakan sebagai marker aktifitas noradrenergik. Peran norepinefrin /

noradrenergik pada BPSD dapat dilihat pada tabel berikut:

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

Tabel 2.1 Hubungan Sistem Komponen NA dengan temuan perilaku BPSD


(Khairiah & Margono, 2012)
Komponen NA Temuan Perilaku
α1 - -
α2 Cerebellum, korteks Agresi
frontal, hipotalamus
B1 Cerebellum Agresi
B2 Cerebellum Agresi
Kadar 3 – methoxy – 4 - CSF MHPG Restlessness
hydroxyphenethylenelglycol
(MHPG)
Jumlah sel di LC Degenerasi Agresi
/ degenerasi Depresi
/ degenerasi Psikosis

c. Dopamin

Pada demensia Lewy Body, metabolit dopamin secara bermakna menurun

pada pasien yang tidak berhalusinasi dalam hubungannya dengan kelainan

serotonergik (yakni, penurunan ikatan reseptor serotonergik 5 - HT2 dan

penurunan metabolit 5 - HT). Sistem dopaminergik terlibat dalam depresi,

perilaku agitasi, dan psikotik pada pasien yang tidak demensia, dan dengan

demikian sistem ini memiliki potensi secara langsung mempengaruhi BPSD.

Pasien demensia dengan BPSD berat mungkin memiliki disfungsi metabolisme

dopamin striatal dibandingkan dengan mereka yang tidak BPSD. Ketika

dikombinasikan dengan temuan bahwa Choline acetyltransferase (ChAT)

menurun pada pasien berhalusinasi, hasil ini menunjukkan bahwa

ketidakseimbangan antara transmitter monoaminergik dan kolinergik terlibat

dalam halusinasi visual pada demensia Lewy Body. Perilaku gelisah dan agresif

mungkin terkait dengan preservasi relatif fungsi dopamin pada pasien demensia.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

d. Peran GABA

70% GABA hilang pada korteks dan hipokampus pasien demensia, serta

menurunnya reseptor ikatan GABA di beberapa daerah otak. GABA adalah

penghambat utama neurotransmitter pada sistem syaraf pusat, penghambat

interneuron lokal untuk neurotransmitter lain yang merupakan kunci dalam

mengendalikan perilaku. GABA mempengaruhi fungsi perilaku melalui interaksi

dengan serotonin. Keterlibatan neurotransmitter GABA telah ditunjukkan dalam

perilaku seperti agresi, dimana peningkatan GABA dikaitkan dengan penurunan

agresi.

e. Peran asetilkolin

Cummings dan Back menunjukkan bahwa defisit kolinergik dapat

berkontribusi pada gejala seperti psikosis, agitasi, apati, disinhibisi, dan perilaku

motorik menyimpang. Defisit dalam sistem kolinergik terutama timbul pada basal

otak depan dan memproyeksikan ke korteks. Terdapat penurunan penanda

kolinergik Choline acetyltransferase (ChAT) dan Acetylcholinesterase (AChE)

pada korteks, khususnya korteks temporal; kehilangan bermakna dalam Nucleus

basalis of Meynert; dan pengurangan densitas reseptor Muscarinic - 2 (M2)

presinaptik. Peningkatan reseptor M2 telah ditemukan pada korteks frontal dan

temporal pada pasien demensia dengan gejala psikotik.

f. Peran Glutamat

Glutamat adalah neurotransmitter eksitatori di otak yang dominan. Pasien

demensia memiliki kehilangan glutamat yang cukup berat. Ketidakseimbangan

antara glutamat dan sistem dopaminergik dapat menyebabkan disfungsi dalam

sirkuit Talamic Cortical Neostriatal, yang dapat menyebabkan gejala psikotik.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

g. Disfungsi neuroendokrin

Pada pasien demensia, kadar somatostatin, vasopresin, Corticotropin-

Releasing Hormone (CRH), substansi P, dan neuropeptida Y secara bermakna

berkurang di daerah kortikal dan sub kortikal otak, sedangkan kadar dari galanin

peptida meningkat. Di hipotalamus, kadar somatostatin, vasopresin, dan

neuropeptida Y seperti galanin meningkat secara bermakna, dapat menyebabkan

agitasi, gelisah, gangguan tidur dan gejala yang terkait dengan stres.

2. Neuropatologi

Selain perubahan neurotransmitter, lansia dengan BPSD juga mengalami

perubahan secara neuropatologi. Pada lansia demensia yang mengalami agitasi,

terdapat hubungan yang bermakna antara faktor skor agitasi dan metabolisme

kortikal di lobus frontal dan temporal. Penelitian terbaru menunjukkan adanya

hubungan antara agitasi dengan penurunan metabolisme di daerah frontotemporal,

bertambahnya neurofibrillary tangle terutama di daerah frontal dan defisit

kolinergik. Pada pemeriksaan SPECT (Single Photon Emission Computed

Tomography), subyek dengan agresi memperlihatkan hipoperfusi yang bermakna

di korteks temporal anterior kiri. Selain itu, agitasi / agresi mungkin berhubungan

dengan lesi dari sistem limbik, terutama di daerah amigdala dan region yang

berhubungan. Perilaku agresif dilaporkan terkait dengan lesi neuropatologis di

basal nucleus basalis of Meyner dan locus seruleus rostral, dan banyaknya neuron

di substansia nigra pars compacta. Selain itu, locus seruleus rostral mengalami

kehilangan sel lebih besar pada pasien agresif (Khairiah & Margono, 2012).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

2.1.2 Klasifikasi Demensia

Demensia diklasifikasikan menurut penyakit yang menyertai. Menurut

Kaplan & Saddock (2010), klasifikasi demensia meliputi:

1. Demensia tipe Alzheimer

Demensia tipe Alzheimer merupakan penyakit degeneratif otak yang

progresif, mematikan sel otak sehingga mengakibatkan turunnya daya

ingat, kemampuan berpikir, dan perubahan perilaku. Penyebab spesifik

penyakit Alzheimer belum diketahui, walaupun faktor genetika berperan

dalam hal tersebut. Terdapat peningkatan risiko awitan lambat penyakit

Alzheimer dengan menurunnya alel apo E4 pada kromosom 19 (National

Institute of Health, 1996 dalam Stanley & Beare, 2007). Pada sebuah studi,

gen E4 dikaitkan dengan sumber etiologi penyakit Alzheimer. Orang

dengan satu salinan gen tersebut akan mengalami penyakit Alzheimer tiga

kali lebih sering daripada mereka yang tidak mempunyai gen E4 (Kaplan

& Saddock, 2010). Tau adalah protein dalam cairan serebrospinal yang

jumlahnya sudah meningkat sekalipun pada penyakit Alzheimer dapat

bermula di tingkat seluler, dengan atau menjadi penanda molekulas di sel-

sel tersebut. Penyebab kausa lain adalah abnormalitas regulasi

metabolisme membran fosfolipid yang menyebabkan membran lebih kaku

karena kekurangan cairan.

Gejala klasik penyakit demensia Alzheimer adalah kehilangan daya

ingat (memori) yang terjadi secara bertahap, termasuk:

a. Kesulitan menemukan atau menyebutkan kata yang tepat.

b. Tidak mampu mengenali obyek.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

c. Lupa cara menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil.

d. Lupa mematikan kompor, menutup jendela, atau menutup pintu.

e. Suasana hati dan kepribadian dapat berubah.

f. Agitasi, masalah dengan daya ingat, dan membuat keputusan yang

buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak biasa.

2. Demensia Vaskular

Penyebab primer demensia vaskular, dahulu disebut demensia multi

infark, diperkirakan adalah peyakit vaskular serebral multiple yang

menyebabkan pola gejala demensia. Demensia vaskular paling sering

ditemukan pada pria, terutama mereka dengan hipertensi yang sudah ada

sebelumnya atau faktor risiko kardiovaskular lain. Gangguan pada

pembuluh serebral berukuran kecil dan sedang, yang mengalami infark dan

menyebabkan lesi parenkim multiple yang tersebar secara luas di otak.

Penyebab infark mungkin mencakup oklusi pembuluh oleh plak

arterosklerotik atau tromboemboli dari asal yang jauh (seperti katup

jantung) (Kaplan & Saddock, 2010). Dalam perbandingannya dengan

penderita penyakit Alzheimer, orang-orang dengan demensia multi infark

mengalami awitan penyakit yang tiba-tiba, lebih dari sekedar deteriorasi

linear pada kognisi dan fungsi, dan dapat menunjukkan beberapa

perbaikan diantara peristiwa-peristiwa serebrovaskular (Ham, 1992 dalam

Stanley & Beare, 2007).

3. Penyakit Pick

Penyakit Pick ditandai oleh atrofi dalam jumlah yang lebih besar di

region frontotemporal. Region ini juga mengalami kehilangan neuron,

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

gliosis dan munculnya jisim Pick neuronal, yaitu massa elemen

sitoskeletal. Penyebab penyakit Pick belum diketahui namun penyakit ini

mencakup kurang lebih 5% dari semua demensia yang reversible. Penyakit

ini paling sering terjadi pada pria, terutama mereka yang memiliki kerabat

keturunan pertama dengan penyakit Pick. Penyakit Pick sulit dibedakan

dengan demensia tipe Alzheimer, meski stadium awal penyakit Pick lebih

sering ditandai oleh perubahan kepribadian dan perilaku, dan preservasi

relative fungsi kognitif lain. Gambaran syndrome Klṻver-Bucy (seperti

hiperseksualitas, plasiditas, hiperoralitas) lebih sering dijumpai pada

penyakit Pick dibanding pada penyakit Alzheimer.

4. Penyakit Jisim Lewy

Penyakit Jisim Lewy adalah demensia yang menyerupai penyakit

Alzheimer dan sering ditandai oleh halusinasi, gambaran pakisonian, dan

tanda ekstrapiramidal. Jisim inclusi Lewy ditemukan di korteks serebri.

Insidensi pastinya tidak diketahui. Pasien dengan penyakit ini

menunjukkan efek samping yang nyata bila diberikan obat-obatan

psikotropik ( Kaplan & Saddock, 2010).

5. Penyakit Huntington

Penyakit Huntington secara klasik menyebabkan demensia.

Demensia yang nampak pada penyakit ini adalah demensia tipe

subkortikal, yang ditandai oleh lebih banyak abnormalitas motorik dan

lebih sedikit abnormalitas bahasa dibanding pada demensia tipe kortikal.

Demensia pada penyakit Huntington menunjukkan perlambatan

psikomotorik dan kesulitan dengan tugas yang rumit, namun memori,

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

bahasa, dan tilikan relatif tetap intak pada stadium awal dan pertengahan

penyakit. Gambaran yang membedakan penyakit Huntington dengan

demensia tipe Alzheimer selain ganggguan gerakan khoreoathetoid yang

klasik adalah tingginya depresi dan psikosis (Kaplan & Saddock, 2010).

6. Penyakit Parkinson

Seperti halnya penyakit Huntington, parkinsonisme adalah penyakit

dengan ganglia basalis yang umumnya dikaitkan dengan demensia dan

depresi. Diperkirakan sekitar 20-30% pasien dengan penyakit Parkinson

mengalami demensia dan tambahan 30-40% mengalami penurunan

kemampuan kognitif yang terukur. Lambatnya pergerakan pada pasien

Parkinson sejajar dengan kelambatan berfikir pada beberapa pasien, suatu

gambaran yang disebut oleh para klinisi sebagai bradifrenia (Kaplan &

Saddock, 2010). Pada suatu studi, pasien-pasien diamati selama 15- 18

tahun setelah memasuki program pengobatan levodopa, dan 80%

diantaranya menderita demensia sedang atau parah sebelum akhirnya

meninggal dunia (Stanley & Beare, 2007).

7. Demensia terkait HIV

Infeksi HIV biasanya akan mengarah ke demensia dan gejala

psikiatri lain. Pasien yang terinfeksi HIV mengalami demensia dengan

angka tahunan sekitar 14%. Timbulnya demensia pada orang yang

terinfeksi HIV sering sejajar dengan gambaran abnormalitas parenkim

pada pemindaian MRI (Kaplan & Saddock, 2010).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

8. Demensia terkait trauma kepala

Demensia dapat merupakan sekuele trauma kepala, sebagaimana

halnya serangkaian luas sindrom neuro psikiatri lain, termasuk neurosifilis

(Kaplan & Saddock, 2010).

2.1.3 Tahapan Demensia

Demensia mempengaruhi setiap individu dengan cara yang berbeda,

tergantung dampak dari penyakit yang menyertai dan kepribadian sebelum terjadi

demensia (WHO, 2012). Adapun tahapan demensia menurut WHO (2012) sebagai

berikut:

1. Tahap Awal

Tahap awal demensia berlangsung pada tahun pertama dan kedua.

Tahap ini sering kali dilewatkan karena demensia dianggap bagian normal

dari proses penuaan dengan onset yang terjadi secara bertahap dan sukar

untuk diketahui awal mulanya.

Lansia menjadi mudah lupa, terutama terhadap kejadian yang baru

saja dialami. Lansia mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan mudah

tersesat di tempat yang sudah dikenalnya. Lansia akan lupa hari, tanggal,

tahun, dan musim. Selain itu, lansia mengalami kesulitan untuk

memutuskan sebuah pilihan dan mengelola keuangan pribadi. Pekerjaan

rumah menjadi hal sulit yang dirasakan oleh lansia. Perasaan dan perilaku

juga mengalami perubahan: merasa kurang motivasi dan kehilangan minat

pada hobinya, perubahan perasaan meliputi depresi dan kecemasan, serta

perasaan marah dan agresif pada waktu tertentu.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

2. Tahap Pertengahan

Seiring berkembangnya penyakit yang diderita lansia, demensia

menjadi sangat jelas dan mengganggu kehidupan sehari-hari lansia. Lansia

menjadi sangat lupa terhadap kejadian yang baru saja dialami dan nama

orang yang ia kenal. Lansia semakin kesulitan mengingat waktu, tempat

dan kejadian, serta mudah tersesat. Terjadi kesulitan berkomunikasi

meliputi kemampuan berbicara dan pemahaman isi percakapan. Lansia

membutuhkan bantuan untuk melakukan personal care meliputi toiletting,

mandi dan berpakaian dan membutuhkan dukungan untuk mengingatkan

terhadap suatu hal sehingga lansia tidak dapat hidup sendiri. Terjadi

perubahan perilaku meliputi keluyuran, menanyakan pertanyaan yang

sama berulang-ulang, gangguan tidur dan halusinasi. Selain itu, lansia

mengalami agresi dan tidak dapat menahan dirinya sendiri.

3. Tahap Akhir

Demensia tahap akhir menyebabkan lansia tidak dapat melakukan

aktifitas sehari-hari dan menjadi sangat tergantung dengan orang lain.

Gangguan memori menjadi sangat serius sehingga berefek pada fisik

lansia dan penyakit penyerta yang semakin nyata. Lansia tidak sadar akan

waktu dan tempat dan kesulitan mengetahui apa yang terjadi disekitarnya

serta mengalami kesulitan untuk menemukan jalan pulang ke rumah.

Lansia tidak dapat mengenali rekan kerja, teman dan obyek yang sudah

dikenalnya. Lansia membutuhkan bantuan self care untuk mandi dan

toileting serta bantuan untuk makan walaupun kesulitan dalam mengunyah

dan menelan. Lansia akan mengalami inkontinensia urin dan alvi. Lansia

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

tidak dapat mobilisasi, tidak dapat berjalan, atau terpaku pada kursi roda

atau tempat tidur. Terjadi perubahan perilaku meliputi agresi dan agitasi

nonverbal.

2.1.4 Diagnosis Demensia

Diagnosis demensia harus dibuat sepanjang waktu untuk membedakan

persistensi atau reversibilitas gejala. Banyak kondisi, baik fisik maupun

psikososial, dapat menyebabkan kerusakan temporer pada kognisi. Riwayat

lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnosis dan tes neurofisiologis

diperlukan untuk menetapkan diagnosis demensia ireversibel (Stanley & Beare,

2007). Diagnosis demensia pada DSM-IV-TR terdiri dari demensia tipe

Alzheimer, demensia vaskular, demensia akibat kondisi medis umum lain,

demensia persisten induksi zat, demensia yang tidak tergolongkan di tempat lain.

Perawat harus secara teratur melakukan pengkajian kognisi, perilaku, dan

status fungsional pada lansia yang dicurigai dan dipastikan menderita demensia.

Banyak alat yang tersedia, dan variasi instrumen yang terbaik dibuat berdasarkan

tahapan-tahapan demensia, situasi hidup, dan masalah-masalah yang muncul.

Alat-alat yang banyak digunakan untuk mengkaji kognitif adalah Mini Mental

Status Examination (MMSE), Clinical Dementia Rating (CDR), dan Short

Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ).

MMSE merupakan kuesioner yang paling sering digunakan untuk

melakukan skrining awal demensia pada lansia. MMSE memiliki 9 item yang

meliputi orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, recall, serta bahasa yang

masing masing memiliki skor maksimal tertentu. Skor kemudian dijumlahkan dan

menghasilkan kriteria normal (25-30), gangguan kognitif ringan (21-24),

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

gangguan kognitif sedang (10-20) dan gangguan kognitif berat (<10) (Krisantono,

2014).

Menurut Nugroho (2008), penduduk yang tingkat pendidikannya hanya

tamatan SD mempunyai median skor hanya 24, upper quartile 24 dan lower

quartile 20. Populasi yang berpendidikan sarjana, didapatkan median skor 28

dengan upper quartile 29 dan lower quartile 26. Jadi, nilai pemeriksaan MMSE

dianjurkan ditambah dengan clock drawing test, dengan menggambar jam

sekaligus diatur pukul 11.10 atau 11.20. nilai skor berkisar antara 0-4 dengan

perincian skor:

1. Dapat menggambar lingkaran bulat yang benar, nilai 1

2. Penempatan nomor tepat pada tempatnya, nilai 1

3. Lengkap 12 nomor tepat, nilai 1

4. Penemmpatan panah tunjuk pendek/ panjang tepat, nilai 1

2.1.5 Perilaku Agitasi Lansia dengan Demensia

Menurut Cohen Mansfield & Billig (1986), 29 perilaku agitasi pada lansia

demensia meliputi:

1. Melompat dan keluyuran tanpa tujuan

Lansia selalu berjalan kedepan dan kebelakang tanpa tujuan. Lansia

juga keluyuran (termasuk ketika sedang di kursi roda).

2. Memakai pakaian yang tidak sesuai situasi dan kondisi serta tidak

mengenakan berpakaian.

Lansia mengenakan banyak pakaian, memakai pakaian dengan cara

yang salah (celana di kepala), serta melepas pakaian di depan publik.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

3. Meludah disembarang tempat.

Lansia meludah sembarangan di lantai dan meludahi orang lain. Sekresi

saliva yang tidak terkontrol, meludah di tissue dan di halaman tidak termasuk

kategori meludah disembarang tempat.

4. Mengutuk atau agresi verbal

Lansia berkata cabul, menyumpah orang lain, berkata-kata kotor,

mengkritik dengan kasar; marah; dan agresif.

5. Meminta perhatian orang lain atau meminta bantuan tanpa ada alasan

Lansia merengek, melakukan pembelaan bahwa ia benar-benar meminta

bantuan. Lansia memberikan permintaan yang sangat banyak kepada orang

lain secara verbal maupun nonverbal yang tidak masuk akal.

6. Mengulangi kalimat atau pertanyaan.

Lansia mengulangi kalimat atau pertanyaan yang sama ditujukan untuk

seseorang atau obyek tertentu.

7. Memukul (termasuk memukul diri sendiri).

Lansia melakukan penganiayaan secara fisik, menyerang, dan menjepit

orang lain. Lansia memukul diri sendiri dengan membenturkan diri sendiri ke

furniture yang ada.

8. Menendang

Lansia menyerang orang lain atau obyek dengan kaki secara cepat.

9. Merebut kepunyaan orang lain secara tidak pantas.

Lansia merampas, merebut, mengambil sesuatu secara tegas, atau

merenggut sesuatu yang diambil dari orang lain.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

10. Mendorong

Lansia mendorong secara paksa dan saling dorong terhadap orang lain.

11. Melempar sesuatu

Lansia melempar sesuatu, melemparkan obyek ke udara dengan keras,

serta membuang makanan dengan cara dilempar.

12. Membuat suara yang aneh

Lansia menangis, mengerang, tertawa aneh dan memainkan gigi

sehingga mnegeluarkan suara yang aneh.

13. Menjerit

Lansia berteriak, melolong, dan melengking dengan keras.

14. Menusuk

Lansia menusuk diri sendiri atau orang lain.

15. Menggaruk

Lansia mencakar diri sendiri atau orang lain. Lansia menggores diri

sendiri atau orang lain dengan kuku tangan.

16. Mencoba mencari tempat lain

Lansia masuk dan keluar dari suatu tempat dengan tindakan yang tidak

sesuai, seperti was-was keluar dari ruangan; mencoba memasuki area yang

terkunci; memaksa untuk masuk dan menempati ruang lansia yang lain;

memaksa untuk tinggal di toilet.

17. Jatuh yang disengaja

Lansia menjatuhkan diri ke lantai dengan disengaja. Termasuk dari

kursi roda, kursi atau tempat tidur.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

18. Mengeluh

Lansia merengek, mengeluh tentang dirinya, mengeluh tentang penyakit

fisiknya dan mengeluh mengenai lingkungan sekitar serta orang lain.

19. Sikap negatif.

Lansia tidak menyukai apapun dan selalu menganggap salah suatu hal.

20. Makan dan minum yang tidak sesuai

Lansia makan dan mencoba menelan sesuatu yang tidak seharusnya

dimakan.

21. Melukai diri sendiri atau orang lain

Lansia mencoba membakar diri sendiri atau orang lain, melukai diri

sendiri atau orang lain, menyodorkan pisau atau alat yang dapat

membahayakan ke diri sendiri atau orang lain.

22. Perlakuan yang tidak sesuai

Lansia mengambil sesuatu yang bukan miliknya, mengobrak-abrik laci,

memindahkan perabot rumah tangga, bermain-main dengan makanan serta

mengolesi tubuhnya dengan feces.

23. Menyembunyikan sesuatu

Lansia menyembunyikan obyek dibawah atau dibelakang sesuatu.

24. Menumpuk sesuatu

Lansia meletakkan barang-barang yang tidak sesuai pada tas, saku, atau

laci. Barang-barang tersebut terdiri dari banyak item.

25. Menghancurkan sesuatu atau perabot rumah tangga.

Lansia senang menyobek, memecahkan, atau menghentak pada sesuatu

yang dapat mengakibatkan kerusakan.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26

26. Memperlihatkan tindakan yang berulang

Lansia mengalami stereotypic movement meliputi: menepuk mengetuk;

menggoyangkan diri sendiri, menggesekkan badan ke suatu obyek, memutari

sebuah obyek atau orang lain, menggosok diri sendiri ke obyek lain,

menghisap jari, memakai lalu melepas sepatu secara berulang.

27. Membuat rayuan seksual secara verbal

Lansia membuat pernyataan seksual, sindiran seksual, atau kata-kata

yang kotor kepada orang lain.

28. Membuat rayuan seksual secara fisik atau memperlihatkan daerah genital

Lansia menyentuh seseorang dengan cara seksual yang tidak sesuai

(contoh: menyentuh payudara lawan jenis), menggosok area genital,

melakukan masturbasi ketika sedang bersama orang lain atau tidak di kamar

mandi. Lansia juga melakukan cumbuan atau ciuman yang tidak diinginkan

kepada orang lain.

29. Kegelisahan umum

Lansia gelisah, selalu berpindah-pindah tempat saat duduk, tidak

mampu duduk dengan diam.

2.1.6 Faktor Resiko Agitasi pada Lansia Demensia

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan BPSD

pada lansia demensia yaitu: peningkatan usia adalah berhubungan dengan

deteriorasi korteks frontal dan temporal, perubahan neurokimia yang berhubungan

dengan penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif, perubahan

farmakokinetik dan farmakodinamik dan polifarmasi yang sering terjadi pada

pasien usia lanjut (Andri, 2009). Selain itu, lansia dengan keletihan berlebihan,

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

perubahan lingkungan; perawat; dan rutinitas, stimulus eksternal yang berlebihan,

serta stimulus yang kurang merupakan faktor resiko lain yang menyebabkan

agitasi pada lansia (Gerdner, 2010).

2.1.7 Tanda dan Gejala Agitasi pada Lansia Demensia

Karena terdapat faktor resiko dan terjadi perubahan pada neurotransmitter

dan neuropatologi, lansia demensia yang mengalami agitasi memperlihatkan

beberapa tanda dan gejala berikut (Cohen Mansfield & Billig, 1986):

1. Perilaku kasar atau agresif kepada diri sendiri atau orang lain.

2. Perilaku yang sesuai menurut keadaan sosial namun dilakukan dengan

frekuensi yang tidak sesuai, seperti menanyakan sebuah pertanyaan secara

berulang-ulang.

3. Perilaku lansia pada kondisi tertentu yang tidak sesuai menurut keadaan sosial

disekitarnya, seperti melepas baju di ruang tamu.

2.1.8 Metode Pengukuran Agitasi

Metode pengukuran agitasi yang sering digunakan adalah CMAI (Cohen

Mansfield Agitation Inventory). CMAI dikenalkan oleh Cohen - Mansfield dan

dikembangkan penggunaannya pada panti werdha dengan tujuan mengkaji

frekuensi agitasi pada lansia. Wawancara CMAI dapat dilakukan oleh perawat

panti, keluarga, pekerja sosial, dan pusat kesehatan lansia lainnya. Apabila lansia

tidak dapat diwawancarai, pengambilan data dilakukan kepada perawat

penangggung jawab lansia di panti. CMAI terdiri dari 29 perilaku agitasi yang

merupakan kumpulan perilaku yang saling berhubungan dan diukur dalam waktu

1 minggu. CMAI tersedia dalam bentuk long form, long form with expanded

descriptions of behaviors, short form, dan community form. Setiap form memiliki

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

komponen perilaku agitasi, dan skala poin yang berbeda – beda (Cohen

Mansfield & Billig, 1986). Penelitian ini menggunakan short form dengan 14

komponen perilaku agitasi dan 5 skala poin. Lansia tidak pernah melakukan

perilaku agitasi diberi nilai 1. Lansia melakukan agitasi kurang dari sekali dalam

seminggu diberi nilai 2. Lansia melakukan agitasi beberapa kali dalam seminggu

diberi nilai 3. Lansia melakukan agitasi beberapa kali dalam sehari diberi nilai 4.

Lansia melakukan agitasi beberapa kali dalam 1 jam diberi nilai 5. Faktor agitasi

meliputi perilaku agresif, perilaku fisik non agresif, dan perilaku agitasi verbal

yang dijelaskan pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2 Perilaku agresif, perilaku non agresif dan perilaku agitasi verbal pada
lansia (Cohen Mansfield & Billig, 1986)

Perilaku agresif Perilaku fisik non agresif Perilaku agitasi verbal


Mengutuk atau agresi verbal Melompat dan keluyuran Meminta perhatian orang
tanpa tujuan, Mencoba lain atau meminta bantuan
mencari tempat lain tanpa ada alas an
Memukul, Menendang, Kegelisahan umum, Mengulangi kalimat atau
Mendorong, Menusuk, Memperlihatkan kelakuan pertanyaan
Menggaruk, Meludah yang berulang
disembarang tempat
Merebut kepunyaan orang Memakai pakaian yang Mengeluh
lain secara tidak pantas, tidak sesuai dengan situasi
Melempar sesuatu, dan kondisi atau tidak
Menghancurkan sesuatu atau berpakaian
perabotan rumah tangga.
Jatuh dengan disengaja, Perlakuan yang tidak Sikap negative
Membuat rayuan sesksual sesuai Membuat suara yang aneh
secara verbal, Membuat Menyembunyikan dan
rayuan seksual secara fisik menumpuk sesuatu
atau memperlihatkan daerah Menjerit
genital, Makan dan minum
yang tidak sesuai, Melukai
diri sendiri dan orang lain

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

2.2 Terapi Musik

2.2.1 Gelombang Suara

Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di

lingkungan eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi

secara bergantian mengenai membran timpani. Gelombang suara merupakan

serangkaian gelombang yang menyebabkan perubahan tekanan di membran

timpani per satuan waktu yang dapat dilihat pada gambar 2.1. Gelombang berjalan

melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det (770 mil/jam) pada 20°C

setinggi permukaan laut. Kecepatan suara meningkat seiring dengan suhu dan

ketinggian.

Secara umum, kekerasan/ kekuatan (loudness) suara berkaitan dengan

amplitude gelombang suara dan nadanya berkaitan dengan frekuensi (jumlah

gelombang per satuan waktu). Semakin besar amplitude, semakin keras suara; dan

semakin tinggi frekuensi, semakin tinggi nada. Namun, selain frekuensi, nada juga

ditentukan oleh faktor lain yang belum sepenuhnya dapat dipahami. Frekuensi

juga mempengaruhi kekerasan, karena ambang pendengaran lebih rendah pada

beberapa frekuensi tertentu dibandingkan dengan frekuensi lain. Gelombang suara

memili pola berulang, walau pun setiap gelombang bersifat kompleks dikenal

dengan suara musik. Sebagian besar suara musik terbentuk dari gelombang

dengan frekuensi primer yang ditentukan oleh nada suara ditambah sejumlah

getaran harmonic (overtone) yang menyebabkan suara memiliki timbre (warna

nada, kualitas) yang khas. Variasi timbre memungkinkan kita mengetahui suara

berbagai alat musik walaupun alat-alat tersebut memberikan nada yang sama.

Telinga manusia mampu menangkap suara yang ukuran intensitasnya 80 dB

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

(batas aman) dan dengan frekuensi suara antara 20 - 20.000 Hz. Lebar responden

telinga manusia diantara 0 dB - 140 dB yang dapat didengar. Dan batas intensitas

suara tertinggi adalah 140 dB (Ganong, 2008).

Gambar 2.1 Karakteristik gelombang suara (Ganong, 2008)


Keterangan gambar 2.1: A adalah rekaman nada murni. B
memiliki amplitude yang lebih besar dan lebih keras
daripada A. C memiliki amplitudo yang sama dengan A
tetapi frekuensinya lebih besar sehingga nadanya lebih
tinggi. D adalah bentuk gelombang kompleks yang
mengalami pengulangan secara teratur. Pola ini akan
terdengar sebagai suara musik. Sedangkan gelombang
yang diperlihatkan gelombang E tidak memiliki pola
teratur sehingga terdengar sebagai bising.

2.2.2 Proses mendengar

Gambar 2.2 Anatomi telinga (www.nlm.nih.gov , diakses 2015)

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

Gelombang suara mulai memasuki telinga luar melewati pinna (daun

telinga), meatus auditorius eksternus (saluran telinga), dan membran timpani

(gendang telinga). Pinna mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkan ke

saluran telinga luar. Dari saluran telinga luar, suara mulai memasuki membran

timpani yang bergetar ketika terkena gelombang suara. Daerah-daerah bertekanan

tinggi dan rendah yang berselang-seling dan ditimbulkan oleh gelombang suara

menyebabkan gendang telinga yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar

seiring dengan frekuensi gelombang suara. Telinga tengah kemudian

memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam.

Pemindahan ini dipermudah dengan adanya tiga rantai tulang kecil, atau osikulus

(maleus, inkus, dan stapes). Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons

terhadap gelombang suara, rangkaian tulang-tulang tersebut ikut bergerak dengan

frekuensi yang sama, memindahkan frekuensi getaran dari membran timpani ke

jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang ditimbulkan oleh setiap

getaran akan menimbulkan gerakan cairan telinga mirip gelombang dengan

frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal. Selanjutnya getaran suara

diteruskan ke koklea yang terdiri dari 3 kompartemen longitudinal berisi cairan

yaitu duktus kokhklearis (skala media), skala vestibuli dan skala timpani. Duktus

kokhlearis membentuk kompartemen tengah, skala vestibuli membentuk

kompartemen atas, dan skala timpani membentuk kompartemen bawah. Membran

vestibularis membentuk yang tipis membentuk atap duktus koklearis dan

memisahkannya dari skala vestibuli. Membran basiliaris membentuk lantai duktus

koklearis, memisahkannya dari skala timpani dan mengandung organ corti.

(Sheerwood, 2012).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara

melalui kompartemen atas disalurkan melalui membran vestibularis yang tipis,

menuju duktus kokhlearis. Kemudian melalui membran basilaris di kompartemen

bawah, menyebabkan membran basiliaris bergerak naik turun sesuai gelombang

tekanan. Karena organ corti berada di atas membran basilaris maka sel-sel rambut

juga bergetar naik turun sewaktu membran basalaris bergetar. Deformasi mekanis

rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup saluran sel reseptor,

menghasilkan perubahan potensial berjenjang di reseptor yang menyebabkan

perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang dikirim ke otak. Dengan cara ini,

gelombang suara diterjemahkan sebagai sinyal saraf yang dapat diterima oleh otak

sebagai sensasi suara (Sheerwood, 2012).

Jaras persarafan pendengaran dimulai dari serabut saraf dari ganglion

spiralis Corti nervus VIII memasuki nucleus koklearis dorsalis dan ventralis yang

terletak pada bagian atas medulla. Pada titik ini, semua serabut sinaps dan neuron

tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan

berakhir di nucleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya

juga berjalan ke nucleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nucleus

olivarius superior, jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui lemnikus

lateralis. Beberapa serabut berakhir di nucleus lemnikus lateralis, tetapi sebagian

besar melewati nucleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat semua atau

hamper semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini, jaras berjalan ke nucleus

genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya jaras berlanjut

melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik yang terutama terletak pada girus

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

superior lobus temporalis (Guyton, 2008). Perjalanan jaras persarafan

pendengaran dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Jaras Persarafan Pendengaran (Guyton, 2008)

2.2.3 Terapi musik

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik dan elemen musik oleh

seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan

kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual (Lerik & Prawitasari, 2005) yang

merupakan kombinasi dari ritme, harmoni dan melodi sejak dahulu diyakini

mempunyai pengaruh terhadap pengobatan.

Intervensi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental

dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk

dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat

untuk kesehatan fisik dan mental. Musik memiliki kekuatan untuk mengobati

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik

diterapkan menjadi sebuah intervensi, musik dapat meningkatkan, memulihkan,

dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini

disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat

nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal (Kurniasari,

2015).

Secara umum, stimulus dari musik kemudian ditransmisikan oleh nuclei

spesifik dari thalamus melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik, dan

korpus collosum dan melalui area-area sistem otonom dan sistem neuroendokrin

(Chiu dan Kumar, 2003 dalam Darliana, 2008). Sistem limbik selanjutnya akan

berintegrasi dengan hipotalamus. Hipotalamus akan meneruskan stimulus tersebut

pada formation reticularis sebagai penyalur impuls menuju serat otonom, yaitu

saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu sebagai ejector dari rasa rileks dan

ketenangan yang timbul, midbrain juga akan mengeluarkan Gamma Amino Butric

Acid (GABA), encephalin, dan beta endhorphine. Zat tersebut dapat menimbulkan

efek analgesia yang dapat mengeliminasi neurotransmitter stress pada pusat

somatik otak. Rangsangan sekresi endhorphine akan mempengaruhi mood dan

memori (Darliana, 2008).

Menurut Putra (2013), jenis musik yang sering digunakan untuk terapi

musik adalah musik jazz, musik tradisional, musik klasik, dan musik dari alam.

Musik suara alam memberikan efek relaksasi yang besar dalam berbagai jenis

musik relaksasi. Terutama ketika suara alam digunakan untuk menambah suasana

atau untuk menekankan visualisasi dipandu yang melibatkan pemandangan alam

(Clarke, 2016). Musik suara alam adalah suara yang dihasilkan oleh lingkungan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

alam sekitar. Salah satu contoh musik ini yang dapat dijadikan musik terapi adalah

suara ombak. Sebuah surat kabar memberitakan bahwa suara ombak tidak hanya

sekedar memiliki efek menenangkan pikiran tetapi juga untuk meringankan

gangguan telinga berdengung (Putra, 2013). Musik alam yang didengar melalui

telinga akan menstimulai organ target di otak. Musik berinteraksi pada suatu

tingkat organik dengan berbagai macam struktur syaraf yang selanjutnya

mengorganisasikan interpretasi bunyi kedalam ritme internal pendengarannya

(Rachmawati, 2005 dalam Putra, 2013).

Selain itu, gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energi

listrik melalui jaringan syaraf akan membangkitkan gelombang otak yang

dibedakan atas frekuensi alfa, beta, tetha dan delta. Gelombang alfa

membangkitkan relaksasi, gelombang beta terkait dengan aktifitas mental,

gelombang tetha dikaitkan denga situasi stress dan upaya kreatifitas, sedangkan

gelombang delta dihubungkan dengan situasi mengantuk. Suara musik yang

didengar, dapat mempengaruhi frekuensi gelombang otak pendengarnya.

Mekanisme ini disebut dengan FFR (Frequency Following Response) dan terjadi

di dalam otak, tepatnya di dua superior olivary nuclei. FFR didefinisikan sebagai

penyesuaian frekuensi gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori

dan mendorong perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat

kesadaran (Atwater, 2009 dalam Putra, 2013). Sesuai mekanisme yang dijelaskan

oleh Atwater diatas, gelombang alfa tercipta pada korteks cerebri melalui

hubungan kortikal dengan thalamus. Gelombang ini merupakan hasil dari osilasi

umpan balik spontan dalam sistem talamokortikal (Guyton & Hall, 2008).

Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

peningkatan serotonin. Serotonin adalah suatu neurotransmitter yang bertanggung

jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan mood. Serotonin dalam tubuh

kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang memiliki efek regulasi

terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnya terjadi perubahan mood (Guyton &

Hall, 2008).

2.3 Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian diperoleh melalui penelusuran bebas di google dan

search.proquest.com. Keaslian penelitian dipilih dengan pertimbangan judul yang

hampir sama yaitu terapi musik dan atau agitasi pada lansia demensia.

Tabel 2.3 Keaslian Data

No. Judul Artikel; Metode Hasil penelitian


Penulis; Tahun (Desain, Sampel, Variabel,
Instrumen, Analisis)
1 Pengaruh terapi Desain : Penelitian Quasy Tidak terdapat
musik kelompok Ekperiment perbedaan bermakna
terhadap perilaku Sample : 15 lansia pada rata-rata skor
kegelisahan lansia Variabel : Perilaku kegelisahan kegelisahan lansia
dengan demensia di lansia dengan sebelum dan sesudah
Panti Sosial Tresna demensia, terapi terapi musik kelompok.
Werdha musik kelompok Terapi musik kelompok
Yogyakarta Unit Instrumen: Kuesioner MMSE berpengaruh terhadap
Budhi Luhur (Mini Mental Status perilaku verbal lansia
Kasongan, Bantul; Examination) dan yang merupakan salah
Olivia Ayu Shinta CMAI (Cohen satu elemen dari
Dewi; 2013 Mansfield Agitation agitasi.
Inventory)
Analisis : Uji statistik paired t-
test, Wilcoxon, Chi-
Square
2 Agitation and Desain : Penelitian Rata-rata usia dari 2487
depression in frail retrospective sampel sekitar 80 tahun
nursing home Sample : Jumlah sampel 2487 dan 70% wanita.
elderly patients lansia yang terdiri 3/4 jumlah sampel
with dementia; dari 1836 lansia menderita demensia,
Bartels, Stephen J, dementia dan 56,4% dari lansia
et al.; 2003 Variabel : Agitasi dan depresi, demensia menderita
lansia dengan gejala agitasi, depresi
demensia dan keduanya.
Instrumen: CSI (Comprehensive

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

Severity Index), MDS


(Minimum Data Set),
Braden Score
Analisis : Uji Statistik
descriptive statistics,
chi-square, Kruskal-
Wallis

3 Comparing the Desain : Non intervention Intervensi musik


effect of different control group, a interaktif dan pasif
individualized passive musik dapat mengurangi
musik interventions intervention group, stress dan
for elderly and an interactive meningkatkan relaksasi
individuals with musik intervention pada individu dengan
severe dementia; group. demensia berat.
Mayumi Sakamoto, Sample : 127 responden
Hiroshi Ando dan dengan demensia
Akimitsu Tsutou; Variabel : severe dementia in
2013 dividualized music
interventions
Instrumen : Autonomic Nerve
Index, Faces Scale,
BEHAVE-AD
(Behavioral
Pathology in
Alzheimer’s Disease
Rating Scale).
Analisis : ANOVA,
Kolmogorov-Smirnov,
Wilcoxon, Tukey’s
Honestly Significant
Different test, Mann-
Whitney U,
Bonferrony
correlation

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

 Peningkatan usia
Faktor resiko Aging process Faktor perubahan pada otak

 Penurunan serotonin
Neurotransmitter
 Perubahan neurokimia
 Isolasi social  Perubahan norepinefrin/ Noradrenergik
 Defisit sensoris  Penurunan dopamine
 Penurunan kognitif  Penurunan GABA
 Perubahan farmakokinetik dan  Penurunan asetilkolin
 Penurunan glutamate
 Polifarmasi  Peningkatan somatostatin, vasopressin dan
farmakodinamik

 keletihan berlebihan neuropeptide Y


 perubahan lingkungan; perawat;

 stimulus eksternal yang


dan rutinitas,
 Penurunan metabolisme daerah
Neuropatologi

 stimulus eksternal yang kurang


berlebihan
 Bertambahnya neurofibrillary tangle di daerah
Demensia frontotemporal

 Deficit kolinergik
fontal

 Hipoperfusi di korteks temporal anterior kiri


 Lesi system limbic terutama daerah amigdala

 Lesi di basal nucleus Meynert dan lokus


dan region yang berhubungan
Agitasi

 Banyaknya neuron di substansia nigra pars


seruleus
Terapi musik suara alam
compacta

Gelombang suaramembran timpani tulang


pendengaranmembran vestibularisdepolarisasi
sel rambutnervus VIII melewati area-area
korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus collosum
dan melalui area-area sistem otonom dan sistem
neuroendokrin

Mid Brain Hipotalamus

Tubuh melepaskan Glandula pituitary Keterangan :


GABA, encephalin mengejeksi
dan endhorphine endhorphine
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Relaksasi
/ : Mempengaruhi/ diberikan
intervensi
Agitasi menurun : Menyebabkan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh Terapi Musik Suara Alam
terhadap Penurunan Agitasi pada Lansia dengan Demensia

38

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

Demensia terjadi karena proses penuaan. Faktor perubahan pada otak

terjadi pada neurotransmitter dan neuropatologi. Neurotransmitter yang berperan

adalah serotonin, norepinefrin/noradrenergik, dopamine, GABA, asetilkolin,

glutamate, dan disfungsi neuroendokrin (Khairiah & Margono, 2012). Selain

perubahan neurotransmitter, lansia demensia juga mengalami perubahan secara

neuropatologi yang dapat menyebabkan agitasi (Khairiah & Margono, 2012).

Dari saluran telinga luar, suara mulai memasuki membran timpani yang

bergetar ketika terkena gelombang suara. Telinga tengah kemudian memindahkan

gerakan bergetar membran timpani ke cairan telinga dalam. Pemindahan ini

dipermudah dengan adanya tiga rantai tulang kecil, atau osikulus (maleus, inkus,

dan stapes) yang memindahkan frekuensi getaran dari membran timpani ke

jendela oval. Selanjutnya getaran suara diteruskan ke koklea yang terdiri dari 3

kompartemen longitudinal berisi cairan yaitu duktus kokhklearis (skala media),

skala vestibuli dan skala timpani. Kemudian melalui membran basilaris di

kompartemen bawah, menyebabkan membran basiliaris bergerak naik turun sesuai

gelombang tekanan. Karena organ corti berada di atas membran basilaris maka

sel-sel rambut juga bergetar naik turun sewaktu membran basalaris bergetar.

Deformasi mekanis rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup

saluran sel reseptor, menghasilkan perubahan potensial berjenjang di reseptor

yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang dikirim ke

otak. Dengan cara ini, gelombang suara diterjemahkan sebagai sinyal saraf yang

dapat diterima oleh otak sebagai sensasi suara (Sheerwood, 2012).

Stimulus kemudian ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus

melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik, dan korpus collosum dan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

melalui area-area sistem otonom dan sistem neuroendokrin (Chiu dan Kumar,

2003 dalam Darliana, 2008). Sistem limbik selanjutnya akan berintegrasi dengan

hipotalamus. Hipotalamus akan meneruskan stimulus tersebut pada formation

reticularis sebagai penyalur impuls menuju serat otonom, yaitu saraf simpatis dan

parasimpatis. Selain itu sebagai ejector dari rasa rileks dan ketenangan yang

timbul, midbrain juga akan mengeluarkan Gamma Amino Butric Acid (GABA),

encephalin, dan beta endhorphine. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia

yang dapat mengeliminasi neurotransmitter stress pada pusat somatik otak.

Rangsangan sekresi endhorphine akan mempengaruhi mood dan memori

(Darliana, 2008).

3.2 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh terapi musik suara alam terhadap penurunan agitasi pada

lansia dengan demensia.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

eksperimen semu (Quasy-experiment). Adapun desain penelitian berupa

pemberian terapi musik terhadap penurunan agitasi pada lansia dengan demensia

adalah sebagai berikut:

K1 K3
S Y
K2 K4

Gambar 4.1 Desain penelitian


Keterangan :

S : Subyek penelitian
K1 : Responden kelompok perlakuan sebelum diberikan terapi musik
K2 : Responden kelompok pembanding dengan terapi sesuai kegiatan
panti
K3 : Responden kelompok perlakuan setelah diberikan terapi musik
K4 : Responden kelompok pembanding dengan terapi sesuai kegiatan
panti
X : Intervensi perlakuan terapi musik
Y : Terapi sesuai kegiatan panti
W : Waktu intervensi selama 4 hari berturut-turut

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Lansia di UPTD Griya Werdha Surabaya yang mengalami agitasi sebesar

16 orang.

41

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

4.2.2 Sampel penelitian dan besar sampel

Sampel pada penelitian ini adalah lansia demensia dengan agitasi yang

dirawat di UPTD Griya Werdha Surabaya tanggal September - Desember 2015

yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Lansia demensia dengan skor MMSE ringan, sedang, dan berat

2. Lansia dengan perilaku fisik non agresif dan perilaku agitasi verbal

3. Lansia usia 65-90 tahun

4. Lansia laki-laki dan wanita

Berdasarkan kriteria inklusi diatas, maka jumlah sampel dalam penelitian

ini berjumlah 16 lansia yang mengalami agitasi di UPTD Griya Werdha Surabaya.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Lansia yang mengalami gangguan pendengaran serius

2. Lansia total care

Kriteria drop out dalam penelitian ini adalah:

1. Lansia yang mengundurkan diri ditengah penelitian

2. Lansia yang meninggal dunia ditengah penelitian

4.2.3 Tehnik Sampling Penelitian

Peneliti menggunakan total sampling dimana jumlah sampel sama dengan

populasi.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

4.3 Variabel Penelitian

Peneliti menggunakan 2 variabel penelitian dalam penelitian ini.

4.3.1 Variabel Independen (bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa terapi musik suara alam.

4.3.2 Variabel dependen penelitian

Variabel dependen atau terikat dalam penelitian ini adalah penurunan

agitasi pada lansia dengan demensia

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

4.4 Definisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 4 .1 Definisi operasional

Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Skala Skor


Operasional
Independen: Intervensi Kriteria SOP
Terapi musik mendengarkan 1. Musik suara (Standar
suara alam musik yang alam gemericik Operasional
menimbulkan air untuk Prosedur)
efek relaksasi. relaksasi
2. Dilakukan (PSIK FK
selama 15 menit Universitas
1X sehari Udayana
3. Dilakukan Bali)
selama 4 kali
terapi dalam 4
hari berturut-

 Tidak pernah: 1
turut.

 Kurang dari sekali


Dependen: Perilaku Kriteria agitasi : CMAI Ordinal
Penurunan abnormal yang 1. Perilaku Non (Cohen

 Beberapa
agitasi pada dilakukan oleh agresi fisik Mansfield dalam seminggu: 2
lansia dengan lansia 2. Perilaku verbal Agitation kali
demensia demensia. non agresif Inventory)
 Beberapa
dalam seminggu: 3
long form kali

 Dilakukan berapa
dalam sehari: 4
(Cohen
Mansfield, kali dalam 1 jam: 5
1991) Alat ukur ini terdiri
dari 14 pertanyaan
yang mengarah pada
perilaku non agresi
fisik, dan perilaku
verbal non agresif.
Semakin tinggi skor
yang didapatkan
menunjukkan
semakin berat tingkat
agitasi lansia.
Pengkategorian nilai:
1-14: Tidak agitasi
15-28: agitasi ringan
29-42: agitasi sedang
43-56: agitasi berat
57-70: agitasi sangat
berat

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

4.5 Instrumen Penelitian

Dalam mengukur instrument dependen yaitu agitasi pada lansia, peneliti

menggunakan lembar kuesioner Cohen Mansfield Agitation Inventory (CMAI).

Sebelumnya, untuk mengetahui lansia demensia, peneliti menggunakan lembar

kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE). Sedangkan instrumen untuk

variabel independen yaitu terapi musik, peneliti menggunakan SOP.

4.6 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Peneliti melakukan penelitian di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya

yang dimulai dengan pengambilan data awal pada September 2015. Pengambilan

data penelitian dilakukan pada tanggal 14-31 Januari 2016.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data Penelitian

Responden yang memenuhi kriteria inklusi dibagi menjadi dua kelompok,

kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Selain itu, peneliti menyiapkan

perawat penanggung jawab yang sudah mendapatkan arahan dari peneliti untuk

mengisi kuesioner agitasi pre dan post. Sebelum dilakukan intervensi, peneliti

dibantu dengan perawat penanggung jawab mengukur agitasi menggunakan

lembar kuesioner Cohen Mansfield Agitation Inventory (CMAI) dengan

melakukan observasi selama 1 minggu kepada kedua kelompok.

Pada saat intervensi, peneliti membagi 2 kelompok responden di hari yang

sama yaitu kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Kelompok perlakuan

diberikan terapi musik selama 4 hari berturut-turut dan program panti. Kelompok

pembanding diberikan perlakuan sesuai program panti. Terapi musik suara alam

diberikan secara individual secara bergantian pada pagi hari selama 4 hari

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

berturut-turut sesuai SOP. Program yang ada di panti meliputi kegiatan

ketrampilan, Terapi Aktivitas Kelompok, dan jalan sehat. Kelompok pembanding

akan diberikan intervensi terapi musik suara alam setelah pengisian kuesioner post

test guna memenuhi syarat legal etik. Prosedur berikutnya peneliti melakukan

pengukuran agitasi selama 1 minggu setelah diberikan intervensi. Semua data

dicatat dalam lembar penilaian yang telah tersedia.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

4.8 Kerangka Operasional Penelitian

POPULASI
Besar populasi sebanyak 16 lansia demensia dengan agitasi

Total sampling
SAMPEL
16 lansia agitasi

8 Responden Kelompok Pembanding 8 Responden Kelompok Perlakuan

Data Awal Data Awal


Pengukuran agitasi sebelum Pengukuran agitasi sebelum
intervensi intervensi

Kegiatan panti selama 4 hari Terapi musik suara alam selama 4


hari berturut-turut + kegiatan panti

Data Akhir Data Akhir


Pengukuran agitasi sesudah Pengukuran agitasi sesudah
intervensi intervensi

Tabulasi Data

Analisis Data menggunakan Wilcoxon Signed


Rank Test dan Mann Whitney U Test

Penyajian Hasil Penelitian

Tabel 4. 1 Kerangka kerja penelitian pengaruh terapi musik suara alam terhadap
penurunan agitasi pada lansia dengan demensia di UPTD Griya Werdha
Surabaya

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

4.9 Analisa Data

Data yang terkumpul selanjutnya diberi kode dan ditabulasi untuk

mengetahui perbedaan hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Selanjutnya dilakukan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dengan derajat

kemaknaan α≤0.05 . Uji statistik berikutnya untuk mengetahui perbedaan agitasi

antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang telah mendapat terapi

musik suara alam dianalisis dengan uji bertingkat Mann Whitney U Test dengan

derajat kemaknaan α≤0.05.

4.10 Masalah Etik (Ethical Clearance)

Masalah etika keperawatan yang perlu diperhatikan antara lain Etika

penelitian adalah bentuk tanggung jawab moral peneliti dalam penelitian

keperawatan. Bagian ini menjelaskan masalah etika dalam penelitian keperawatan

seperti informed consent sebelum melakukan penelitian, anonymity (tanpa nama)

saat melakukan pengukuran, pengumpulan data, dan confidentiality (kerahasiaan).

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan (Hidayat 2007).

4.10.1 Informed Consent

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada subyek penelitian dengan

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta dampak

yang mungkin akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika calon

responden bersedia untuk diteliti maka mereka harus menandatangani lembar

persetujuan tersebut. Bila calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti

tidak boleh memaksa dan tetap menghargai hak-haknya.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

4.10.2 Anonimity (tanpa nama)

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan

data dan cukup memberi nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Responden yang dijadikan sample dalam penelitian akan dirahasiakan

identitas spesifiknya (nama, gambar/foto, ciri-ciri fisik) dan hanya informasi

tertentu saja yang ditampilkan.

4.11 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan merupakan hambatan atau kelemahan yang dijumpai dalam

penelitian. Adapun keterbatasan pada penelitian ini meliputi :

1. Sampel yang digunakan sebagai sampel penelitian terbatas hanya lansia

yang berada di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya sehingga generalisasi

hanya berlaku di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya. Selain itu, sampel

bertempat di ruangan masing-masing yang tidak mudah diobservasi secara

langsung.

2. Instrumen CMAI (Cohen Mansfield Agitation Inventory) menggunakan

bahasa terjemahan dengan ejaan yang belum sesuai EYD.

3. Waktu pemberian terapi musik terbatas pada pemberian izin melakukan

penelitian yaitu pada pagi hari.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab lima, peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan

pembahasan.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

UPTD Griya Werdha Kota Surabaya merupakan unit pelayanan yang

berasal dari Dinas Sosial Kota Surabaya yang bertugas menampung dan

memberikan hunian bagi para lansia yang terlantar di Surabaya. Sebelumnya para

lansia ditampung di Liponsos Keputih, namun dirasa kurang layak karena para

lansia dijadikan satu lingkungan dengan penghuni Liponsos lainnya yang

mayoritas menderita gangguan psikotik. Sehingga pemerintah Kota Surabaya

mendirikan UPTD Griya Werdha khusus untuk lansia.

UPTD Griya Wedha diresmikan oleh Ibu Tri Risma Harini selaku

Walikota Surabaya pada tanggal 16 Juli 2013 dan terletak di Jalan Medokan Asri

Barat X Blok N Rungkut Kota Surabaya. UPTD Griya Werdha menampung rata-

rata 50 lansia per tahun dengan dana operasional dari Pemerintah Kota Surabaya

melalui Dinas Sosial. Kegiatan rutin yang dilakukan setiap minggu di Griya

Werdha meliputi pengecekan kesehatan rutin dan fisioterapi pada hari Senin,

ketrampilan pada hari Rabu, senam atau jalan sehat pada hari Sabtu, dan

kunjungan Puskesmas Medokan pada minggu ketiga tiap bulannya.

Ketenagakerjaan di UPTD Griya Werdha terdiri dari pegawai administratif

kantor, perawat, satpam, juru masak, dan tukang kebun. Terdapat 10 perawat

kontrak yang bekerja di UPTD Griya Werdha dan dibagi menjadi 3 shift yaitu

50

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
51

pagi, siang, dan sore. Adapun dokter yang merawat lansia berasal dari Puskesmas

Medokan yang berdinas di hari kerja. Apabila terdapat lansia yang mengalami

sakit serius, pihak Griya Werdha merujuk lansia ke RSUD Dr Soetomo atau RSU

Haji.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Distribusi data demografi dan MMSE responden

Data demografi dan MMSE menguraikan karakteristik responden yang

meliputi: jenis kelamin, usia, lama tinggal di panti, status tinggal pasangan serta

skor MMSE.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

Tabel 5.1 Data demografi dan MMSE responden

No Karakteristik f(x) %

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 3 18,75
b. Perempuan
13 81,25

2. Usia

a. 65-74 tahun 5 31,25


b. 75-90 tahun
11 68,75

3. Lama tinggal di panti

a. < 6 bulan 3 18,75


b. 6-12 bulan
c. 12-18 bulan 2 12,5
d. > 18 bulan
5 31,25

6 37,5

4. Status tinggal pasangan

a. Tinggal di panti 0 0
b. Tinggal beda panti/ di rumah
c. Meninggal/ Tidak memiliki 2 12,5
pasangan
14 97,5

5. Skor MMSE

a. Ringan 1 6,25
b. Sedang
c. Berat 8 50

7 43,75

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang mengalami agitasi paling

banyak pada perempuan sebesar 81,25%. Usia responden yang mengalami agitasi

paling banyak pada rentang 75-90 tahun yaitu sebesar 68,75%. Sebanyak 37,5%

responden tinggal di panti >18 bulan. Responden yang tidak memiliki

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

pasangan/tidak menikah sebesar 97,5% menunjukkan nilai agitasi lebih banyak

daripada responden yang memiliki pasangan.

5.2.2 Distribusi data khusus

1) Distribusi penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok

pembanding sebelum diberikan terapi musik suara alam

Tabel 5.2 Penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding sebelum diberikan terapi musik suara alam
No Agitasi Perlakuan Pembanding

f (x) % f (x) %

1 Tidak agitasi 0 0 0 0

2 Ringan 3 37,5 3 37,5

3 Sedang 4 50 4 50

4 Berat 1 12,5 1 12,5

5 Sangat Berat 0 0 0 0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa semua responden perlakuan

dan pembanding mengalami agitasi dan setengahnya mengalami agitasi sedang

sebanyak 50%.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

2) Distribusi penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok

pembanding sesudah diberikan terapi musik suara alam

Tabel 5.3 Penilaian nilai agitasi antara kelompok perlakuan dan kelompok
pembanding sesudah diberikan terapi musik suara alam
No Agitasi Perlakuan Pembanding

f (x) % f (x) %

1 Tidak agitasi 0 0 0 0

2 Ringan 7 87,5 2 25

3 Sedang 1 12,5 5 62,5

4 Berat 0 0 1 12,5

5 Sangat Berat 0 0 0 0

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa 87,5% responden perlakuan mengalami

agitasi ringan. Sedangkan responden pembanding, 62,5% mengalami agitasi

sedang.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

3) Distribusi perbedaan nilai agitasi agitasi sebelum dan sesudah terapi musik

suara alam pada lansia kelompok perlakuan dan pembanding.

Tabel 5.4 Penilaian nilai agitasi sebelum dan sesudah intervensi terapi musik
suara alam pada kelompok perlakuan dan pembanding.
Kriteria Perlakuan Pembanding

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

f (x) % f (x) % f (x) % f (x) %

Tidak agitasi 0 0 0 0 0 0 0 0

Ringan 3 37,5 7 87,5 3 37,5 2 25

Sedang 4 50 1 12,5 4 50 5 62,5

Berat 1 12,5 0 0 1 12,5 1 12,5

Sangat Berat 0 0 0 0 0 0 0 0

∑ 8 100 8 100 8 100 8 100

Uji Wilcoxon p=0,025 p=0,317


Signed Rank
Test α=0,05 α=0,05

Uji Mann Whitney U Test pre intervensi p=1,000 α=0,05

Uji Mann Whitney U Test post intervensi p=0,014 α=0,05

Pengaruh terapi musik suara alam terhadap penurunan agitasi pada

lansia dengan demensia dapat dilihat pada tabel 5.4 yang berisi hasil uji

statistik antara pengukuran pre dan post intervensi menggunakan Wilcoxon

Signed Rank Test yaitu p=0,025 nilai ini p<0,05 berarti hipotesis diterima

yang artinya terdapat pengaruh terapi musik suara alam terhadap

penurunan agitasi pada lansia dengan demensia. Sedangkan pada kelompok

pembanding tidak menunjukkan perubahan agitasi, hal ini ditunjukan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

dengan hasil uji statistik dengan nilai p=0,317 nilai ini p>0,05 yang berarti

tidak ada penurunan agitasi pada responden kelompok pembanding.

Agitasi pada lansia baik pada kelompok pembanding maupun perlakuan

sebelum dilakukan intervensi tidak terdapat perbedaan, hal ini ditunjukan dengan

hasil uji statistik Mann Whitney U Test dengan nilai p=1,000 yang berarti p>0,05,

tetapi terdapat perbedaan agitasi pada post intervensi, hasil uji statistik

menunjukkan nilai p<0,05 yaitu p=0,014. Hal ini berarti ada pengaruh terapi

musik suara alam terhadap penurunan agitasi pada lansia dengan demensia.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Identifikasi agitasi pada lansia dengan demensia sebelum dan sesudah

intervensi terapi musik suara alam

1) Identifikasi agitasi pada lansia dengan demensia sebelum dan sesudah

intervensi terapi musik suara alam pada kelompok perlakuan

Hasil penelitian pada kelompok perlakuan sebelum intervensi didapatkan

responden yang mengalami nilai agitasi paling tinggi dengan nilai agitasi 40.

Menurut Gerdner (2010), agitasi dapat muncul ketika lansia mengalami keletihan

berlebihan, perubahan lingkungan; perawat; dan rutinitas, stimulus eksternal yang

berlebihan, serta stimulus yang kurang. Menurut peneliti, gejala agitasi yang

muncul pada responden terjadi karena perubahan lingkungan. Responden

dipindahkan karena pihak Griya Werdha sedang merombak kamar untuk

disesuaikan dengan penghuninya. Responden mengalami kecemasan walaupun

sudah dijelaskan bahwa kamar tidurnya sudah dipindahkan. Lansia mengalami

keluyuran mengelilingi panti dan mencari tempat baru sehingga lansia ditemukan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

tidur di kamar temannya/ tidur di ruang makan. Setelah diberikan terapi musik,

nilai agitasi turun menjadi 28 (selisih nilai 12). Peneliti beranggapan bahwa nilai

agitasi turun didukung dengan lama responden tinggal di panti selama 1,5 tahun

sehingga akhirnya mudah untuk beradaptasi.

Responden mengalami perubahan nilai agitasi paling sedikit yaitu -2.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi agitasi pada lansia dengan

demensia, salah satunya adalah usia. Menurut Morris (2007), peningkatan

kerusakan kognitif seorang lansia sangat dipengaruhi oleh bertambahnya usia.

Semakin tua seseorang, semakin tinggi kerusakan kognitif yang terjadi. Selain itu,

lansia yang mengalami demensia, disebabkan oleh berbagai hal. Pertama,

disebabkan oleh mutasi amiloid. Yang menyebabkan rusaknya jaringan otak yang

irreversibel. Kedua, demensia disebabkan oleh kekusutan neurofibril. Ketiga,

asetilkolin dan neurotransmitter lain merupakan zat kimia yang diperlukan untuk

mengirim pesan melewati sistem syaraf (Stanley & Beare, 2007). Responden

nomor 5 memiliki skor MMSE berat dan berusia 82 tahun. Menurut peneliti,

responden dengan MMSE berat diakibatkan bertambahnya usia mengalami

perubahan pada neuropatologi maupun neurotransmitter pada otak. Seperti

terbentuknya plak amyloid yang menyebabkan kerusakan irreversible yang

menyebabkan gangguan pada proses berfikir salah satunya dalam berperilaku

sehingga muncul agitasi.

Penurunan skor yang rendah dapat terjadi karena stimulus yang terlalu

tinggi atau rendah, ketidaknyamanan secara fisik atau psikologis serta lingkungan

yang tidak nyaman (Cohen Mansfield, 2000). Menurut peneliti, responden nomor

5 memiliki ketidaknyamanan psikologis yang berlebihan sehingga pemberian

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

terapi musik hanya dapat menurunkan 2 nilai agitasi. Selain itu, responden nomor

5 merupakan pribadi yang tertutup dan sulit dikaji sehingga tidak diketahui

penyebab ketidaknyamanan psikologis yang dialami. Hasil post test CMAI

menunjukkan responden tetap memperlihatkan kelakuan yang berulang yaitu

membersihkan kutu yang terdapat di rambut kepala. Padahal rambut kepala

responden bersih dan tidak terdapat kutu.

2) Identifikasi agitasi pada lansia dengan demensia sebelum dan sesudah

intervensi terapi musik suara alam pada kelompok pembanding

Hasil penelitian pada kelompok pembanding memperlihatkan 2 lansia

yang mengalami penurunan nilai agitasi sebesar 2 nilai tanpa diberikan intervensi

musik. Responden nomor 16 merupakan salah satu yang mengalami penurunan

nilai agitasi dari 49 ke 47. Responden memperlihatkan agitasi berat dengan skor

MMSE berat dan masih memiliki pasangan yang tinggal di rumah. Kemampuan

keluarga dalam merawat orang yang dicintai terutama pasangan dapat

menurunkan frekuensi agitasi (Teri, 2002). Responden mendapatkan kunjungan

dari suaminya selama 3 hari berturut-turut dan mengalami penurunan nilai agitasi.

Selain penurunan nilai agitasi, pada kelompok pembanding juga

mengalami kenaikan nilai agitasi. Menurut Cohen (2000), ketidaknyamanan

secara fisik atau psikologis dapat meningkatkan frekuensi agitasi. Responden

nomor 7 mengalami kegelisahan dan sering menanyakan pertanyaan berulang

dikarenakan ketidaknyamanan psikologis akibat ketakutan akan kematian.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

5.3.2 Analisis perbandingan agitasi sebelum dan sesudah diberikan terapi

musik suara alam

Hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test yang

dapat dilihat pada tabel 5.8 diperoleh data penurunan skor agitasi pada kelompok

perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan nilai p=0,025.

Sedangkan pada kelompok pembanding didapatkan hasil p=0,317, yang

menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada pretest dan posttest.

Untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan dan pembanding juga

dilakukan uji statistik Mann Whitney U Test. Hasil yang diperoleh yaitu sebesar

p= 0,014 yang berarti p<α<0,05, maka terdapat perbedaan yang sangat bermakna

antara hasil pada kelompok perlakuan dan kelompok pembanding, yang berarti

terapi musik efektif menurunkan agitasi pada lansia dengan demensia di UPTD

Griya Werdha Kota Surabaya.

Dasar utama yang digunakan peneliti bahwa musik dapat menstimulir

keluarnya GABA serta beta endhorphine. Diharapkan lansia dengan agitasi akan

mengalami peningkatan GABA yang mempengaruhi perilaku serta merasakan

rileks karena ejeksi beta endhorphine sehingga agitasi berkurang.

Secara umum, stimulus dari musik kemudian ditransmisikan oleh nuclei

spesifik dari thalamus melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik, dan

korpus collosum dan melalui area-area sistem otonom dan sistem neuroendokrin

(Chiu dan Kumar, 2003 dalam Darliana, 2008). Sistem limbik selanjutnya akan

berintegrasi dengan hipotalamus. Hipotalamus akan meneruskan stimulus tersebut

pada formation reticularis sebagai penyalur impuls menuju serat otonom, yaitu

saraf simpatis dan parasimpatis. Selain itu sebagai ejector dari rasa rileks dan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

ketenangan yang timbul, midbrain juga akan mengeluarkan Gamma Amino Butric

Acid (GABA), encephalin, dan beta endhorphine. Zat tersebut dapat menimbulkan

efek analgesia yang dapat mengeliminasi neurotransmitter stress pada pusat

somatik otak. Rangsangan sekresi endhorphine akan mempengaruhi mood dan

memori (Darliana, 2008).

Musik suara alam memberikan efek relaksasi yang besar dalam berbagai

jenis musik relaksasi. Terutama ketika suara alam digunakan untuk menambah

suasana atau untuk menekankan visualisasi dipandu yang melibatkan

pemandangan alam (Clarke, 2016). Musik suara alam adalah suara yang

dihasilkan oleh lingkungan alam sekitar. Salah satu contoh musik ini yang dapat

dijadikan musik terapi adalah suara ombak. Sebuah surat kabar memberitakan

bahwa suara ombak tidak hanya sekedar memiliki efek menenangkan pikiran

tetapi juga untuk meringankan gangguan telinga berdengung (Putra, 2013). Musik

alam yang didengar melalui telinga akan menstimulai organ target di otak. Musik

berinteraksi pada suatu tingkat organik dengan berbagai macam struktur syaraf

yang selanjutnya mengorganisasikan interpretasi bunyi kedalam ritme internal

pendengarannya (Rachmawati, 2005 dalam Putra, 2013).

Selain itu, gelombang suara musik yang dihantarkan ke otak berupa energi

listrik melalui jaringan syaraf akan membangkitkan gelombang otak yang

dibedakan atas frekuensi alfa, beta, tetha dan delta. Gelombang alfa

membangkitkan relaksasi, gelombang beta terkait dengan aktifitas mental,

gelombang tetha dikaitkan denga situasi stress dan upaya kreatifitas, sedangkan

gelombang delta dihubungkan dengan situasi mengantuk. Suara musik yang

didengar, dapat mempengaruhi frekuensi gelombang otak pendengarnya.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

Mekanisme ini disebut dengan FFR (Frequency Following Response) dan terjadi

di dalam otak, tepatnya di dua superior olivary nuclei. FFR didefinisikan sebagai

penyesuaian frekuensi gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori

dan mendorong perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat

kesadaran (Atwater, 2009). Sesuai mekanisme yang dijelaskan oleh Atwater

diatas, gelombang alfa tercipta pada korteks cerebri melalui hubungan kortikal

dengan thalamus. Gelombang ini merupakan hasil dari osilasi umpan balik

spontan dalam sistem talamokortikal (Guyton & Hall, 2006). Perubahan

gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan peningkatan

serotonin. Serotonin adalah suatu neurotransmitter yang bertanggung jawab

terhadap peristiwa lapar dan perubahan mood. Serotonin dalam tubuh kemudian

diubah menjadi hormon melatonin yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi

tubuh yang pada akhirnya terjadi perubahan mood (Guyton & Hall, 2006).

Sehingga setelah diberikan terapi musik suara alam, lansia demensia yang

mengalami agitasi merasa rileks dan nilai agitasi menjadi turun.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan agitasi pada lansia dengan

demensia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat diambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

1. Lansia demensia mengalami agitasi dengan kriteria berat, ringan dan

sedang sebelum diberikan intervensi musik suara alam.

2. Lansia demensia mengalami penurunan agitasi dari berat, sedang, ringan

menjadi agitasi sedang dan ringan. Hampir keseluruhan responden

mengalami agitasi ringan.

3. Terapi musik suara alam efektif menurunkan agitasi pada lansia dengan

demensia.

6.2 Saran

1. Bagi lansia yang mengalami agitasi dapat mempraktekkan sendiri terapi

musik suara alam guna menurunkan agitasi agar mencapai derajat

kesehatan yang optimal.

2. Bagi perawat panti, dapat membantu lansia untuk melalukan intervensi

terapi musik suara alam sebagai alternatif untuk menurunkan agitasi.

62

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan

jumlah sampel yang lebih banyak, jumlah sampel dengan panti berbeda,

waktu mendengarkan musik pada pagi siang dan malam hari. Selain itu

dapat melakukan penelitian dengan membandingkan efektivitas terapi

musik suara alam dengan intervensi non farmakologis lainnya untuk

mengurangi agitasi.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

DAFTAR PUSTAKA

Andri, 2009, „Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis


Penderita Usia Lanjut‟, Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.59, No.9.

Bakker, Duivenvoorden HJ, Lee, J, Trijsburg, RW. „Prevalence of Psychiatric


Function Disorders in Psychogeriatric Patients at Referral to Nursing Home
Care – the Relation to Cognition, Activities of Daily Living and General
Details‟, Dementia and Geriatric Cognitive Disorder, Vol.20, No.2.

Bartels, SJ, Horn, SD, Smout, RJ, Dums, AR, „Agitation and Deppresion in Frail
Nursing Home Elderly Patients with Dementia‟, The American Journal of
Geriatric Psychiatry, Vol.11, No.2.

Clarke, CL 2016, „Hypnosis Music Therapy’,


http://www.royaltyfreehypnosismusic.com/Hypnosis_Music_Therapy.html.

Craig, J 2014, „Music therapy to reduce agitation in dementia‟, Nursing Times,


Vol.110, No.32/33.

Craig, Jacqueline, 2014, „Music Therapy to Reduce Agitation in Dementia‟,


Nursing Times, Vol.110, No.32/33.

Darliana, D 2008, „Pengaruh Terapi Musik terhadap Respon Stres Psikofisiologis


Pasien yang Menjalani Coronary Angiography di Pelayanan Jantung Tepadu
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta‟, skripsi, Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

Dewi, O 2013, „Pengaruh Terapi Musik Kelompok terhadap Perilaku


Kegelisahan Lansia dengan Demensia di PSTW Yogyakarta Unit Budhi
Luhur Bantul’, abstrak skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Fitzsimmons, S, Barba, B, Stum, M 2014, „Sensory and Nurturning


Nonpharmalogical Interventions for Behavioral and Psychological Symptoms
of Dementia‟, Journal of Gerontological Nursing, Vol. 40, No.11.

Ganong, WF 2008, „Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22’, EGC, Jakarta.

Gerdner, LA 2010, „Individualized Music for Elders with Dementia‟, Journal of


Gerontological Nursing, Vol.36, No.6.

Gerdner, LA 1999, „Individualized Music Intervention Protocol‟, Journal of


Gerontological Nursing, Vol.25, No.10.

Gitawati, DS 2007, ‘Pengaruh Peer Group Support Terhadap Harga Diri


Manula’, Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

Guyton, AC, Hall, JE 2008, ‘Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11’, EGC,
Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI 2014, „Infodatin Lansia’, Kementrian Kesehatan RI,


diakses 12 September 2014,
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/inf
odatin-lansia.pdf

Khairiah, S, Margono, HM 2012, „Aspek Neurobiologi Gejala Perilaku dan


Psikosis pada Demensia‟, journal.unair.ac.id.

Krisantono, YAG 2014, ‘Hubungan Depresi dan Dementia pada Pasien Lanjut
Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2’, skripsi, Universitas Diponegoro,
Semarang.

Kurniasari, CI 2015, „Pengaruh Gabungan Sugesti dan Musik Instrumentalia


terhadap Peningkatan Kualitas Tidur pada Lansia di Griya Lansia Santo
Yosef Surabaya‟, skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lerik, MDC, Prawitasari, JE 2005. „Pengaruh Terapi Musik Terhadap Depresi di


antara Mahasiswa’, tesis, Fakultas Psikologi Universitas Gajahmada,
Yogyakarta.

Lesta, B, Petocz, P 2006, „Familiar group singing: addressing mood and social behavior
of residents with dementia displaying sundowning’, Australian Journal of Music
Therapy, Vol.17, No.

Lumbantobing, 2004, Neurogeriatri, Balai Penerbitan FK UI, Jakarta.

Mansfield, JC 1991, ‘Instruction Manual for The Cohen-Mansfield Agitation


Inventory (CMAI)’, The Research of the Hebrew Home of Greater
Washington, USA.

Maryam, S 2008, „Mengenal usia lanjut dan perawatannya’, diakses tanggal 12


September 2015,
<https://books.google.co.id/books?id=jxpDEZ27dnwC&pg=PA2&dq=geriatri&hl=e
n&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=geriatri&f=false>.

Mitchell, AM, Chiappetta, L, Boucek, L, Cain, M, Patterson, G, Owens, K,


Herisko, C, Stark, KH 2015, „Nonpharmalogical Therapeutic Techniques to
Decrease Agitation in Geriatric Psychiatric Patients with Dementia‟, Journal
of Gerontological Nursing, Vol.41, No.2.

Morris, JL 2007, “Agitation: A Description of Disruptive Behaviors in African-


American Older Adults with Dementia”, disertasi, University of California,
Los Angeles.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

Nugroho, W 2008, ‘Keperawatan Gerontik dan Geriatri edisi 3’, EGC, Jakarta.

Nursalam, 2007, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.

Purnakarya, 2009, „Peran Zat Gizi Makro terhadap Kejadian Demensia pada
Lansia‟, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.3 No.2.

Putra, IGY 2013, „Perbedaan pengaruh terapi musik klasik dan musik tradisional
jawa terhadap tingkat kecemasan ditinjau dari latar belakang pendiikan
lansia di Panti Werdha Hanna Yogyakarta‟, thesis, Pascasarjana Program
Studi Kedokteran Keluarga, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.

Sadock, BJ, Saddock, VA 2010, „Buku Ajar Psikiatri Klinis edisi 2’, EGC,
Jakarta.

Sakamoto, M, Tsutou, A 2013, „Comparing the effect of different individualized musik


interventions for elderly individuals with severe dementia‟, International
Psychogeriatrics, Vo.25, No,5.

Sherwood, L 2012, „Fisiologi Manusia’, EGC, Jakarta.

Stanley, W, Beare, PG 2007, ‘Buku Ajar Keperawatan Gerontik edisi 2’, EGC,
Jakarta.

Teri, L, Logsdon, R, McCurry, S 2002, „Nonpharmalogic Treatment of Behavioral


Disturbance in Dementia‟, The Medical Clinics of North America Journal,
Vol.86, No.1.

WHO, 2012, ‘Dementia: a Public Health Priority‟, WHO, United Kingdom.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lampiran 1

67

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

Lampiran 2

PENJELASAN PENELITIAN BAGI RESPONDEN


KELOMPOK PERLAKUAN DAN PEMBANDING

1. Judul Penelitian

Pengaruh terapi musik suara alam terhadap penurunan agitasi pada lansia

dengan demensia di UPTD Griya Werdha Surabaya.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh pemberian terapi musik suara alam terhadap

agitasi pada lansia dengan demensia.

b. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi agitasi pada lansia demensia sebelum diberikan

terapi musik suara alam

2. Mengidentifikasi agitasi pada lansia demensia setelah diberikan terapi

musik suara alam

3. Menganalisis pengaruh terapi musik suara alam terhadap agitasi pada

lansia dengan demensia.

3. Perlakuan yang diterapkan pada responden

Responden yang memenuhi kriteria inklusi diminta menandatangani

informed consent yang diketahui oleh perawat penanggung jawab panti dan

mengisi formulir data demografi. Lansia dibagi menjadi dua kelompok,

kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Selain itu, peneliti

menyiapkan perawat penanggung jawab yang sudah mendapatkan arahan dari

peneliti untuk membantu mengisi kuesioner agitasi pre dan post. Sebelum

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

dilakukan intervensi, peneliti mengukur agitasi dengan lembar kuesioner

Cohen Mansfield Agitation Inventory (CMAI) dengan melakukan observasi

selama 1 minggu kepada kedua kelompok.

Pada saat intervensi, peneliti membagi 2 kelompok responden yaitu

kelompok perlakuan dan kelompok pembanding. Kelompok perlakuan

diberikan terapi musik suara alam selama 4 hari berturut-turut dan program

panti. Kelompok pembanding diberikan perlakuan sesuai program panti. Terapi

musik suara alam diberikan secara individual secara bergantian pada pagi hari

selama 4 hari berturut-turut sesuai SOP. Program yang ada di panti meliputi

kegiatan ketrampilan, Terapi Aktivitas Kelompok, dan jalan sehat. Kelompok

pembanding akan diberikan intervensi terapi musik setelah pengisian kuesioner

post test guna memenuhi syarat legal etik. Prosedur berikutnya peneliti

melakukan pengukuran agitasi selama 1 minggu setelah diberikan intervensi.

Semua data dicatat dalam lembar penilaian yang telah tersedia.

4. Manfaat

Penelitian ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi lansia, yaitu

pemberian terapi musik suara alam dapat digunakan sebagai salah satu teknik

intervensi non farmakologis untuk lansia demensia yang mengalami agitasi

dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

5. Bahaya potensial

Tidak ada bahaya potensial yang diakibatkan oleh keterlibatan responden

dalam penelitian ini karena hanya mendengarkan musik suara alam yang

diberikan.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

6. Hak untuk undur diri

Keikutsertaan responden dalam penelitian ini bersifat sukarela dan berhak

untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang

merugikan.

7. Adanya insentif untuk responden

Karena keikutsertaan responden bersifat sukarela, tidak ada insentif berupa

uang yang akan diberikan. Responden hanya akan diberikan souvenir.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

Lampiran 3
LEMBAR IDENTITAS PENELITI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Astrid Dyah Febri Diane
NIM : 131411123042
Alamat : Desa Tambahmulyo RT 8 RW I Kec. Gabus Kab. Pati, Jawa Tengah
No.HP : 08995729994

Adalah mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas


Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya yang akan melakukan penelitian
guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S,Kep) dengan judul:

“Pengaruh terapi musik suara alam terhadap penurunan agitasi pada lansia
dengan demensia di UPTD Griya Werdha Kota Surabaya”

Untuk itu kami mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini.

Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Surabaya, Januari 2016


Hormat saya,

Astrid Dyah Febri Diane

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Lampiran 4
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :


1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh terapi musik suara alam terhadap
penurunan agitasi pada lansia dengan demensia di UPTD Griya Werdha
Surabaya”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada responden
3. Manfaat ikut sebagai responden penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian
Oleh karena itu saya BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA*) secara sukarela
untuk menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Surabaya, Januari 2016

Peneliti, Responden,

...................................... ......................................
Saksi

…………………………..

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

KODE RESPONDEN

Lampiran 5

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan

2. Usia Responden

3. Lama tinggal di panti

4. Status tinggal pasangan


a. Tinggal satu tempat (panti)
b. Tinggal beda tempat (panti berbeda atau rumah tinggal)
c. Meninggal/ tidak memiliki pasangan

5. Skor MMSE
a. Ringan
b. Sedang
c. Berat

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74
KODE RESPONDEN

Lampiran 6
KUESIONER AGITASI

Silakan baca dahulu perilaku agitasi yang tersedia dalam lampiran kuesioner.
Berikan tanda check (V) pada poin 1,2,3,4 atau 5 sesuai dengan keadaan
responden yang terjadi selama 1 minggu.
Frekuensi
Tidak Kurang Beberapa Beberapa Beberapa
pernah dari kali kali kali
No Perilaku agitasi 1 sekali dalam dalam dalam 1
dalam seminggu sehari jam
seminggu 3 4 5
2
Perilaku fisik non agresif
1 Melompat dan
keluyuran tanpa
tujuan
2 Mencoba mencari
tempat lain
3 Kegelisahan umum
4 Memperlihatkan
kelakuan yang
berulang
5 Memakai pakaian
yang tidak sesuai
dengan situasi dan
kondisi atau tidak
berpakaian
6 Perlakuan yang tidak
sesuai
Perilaku verbal non agresif
7 Meminta perhatian
orang lain atau
meminta bantuan
tanpa ada alasan
8 Mengulangi kalimat
atau pertanyaan
9 Mengeluh
10 Sikap negatif
11 Membuat suara yang
aneh
12 Menyembunyikan
sesuatu
13 Menumpuk sesuatu
14 Menjerit
Jumlah skor

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Lampiran 7
LAMPIRAN KUISIONER AGITASI

1. Melompat dan keluyuran tanpa tujuan

Lansia selalu berjalan kedepan dan kebelakang tanpa tujuan. Lansia juga

keluyuran (termasuk ketika sedang di kursi roda).

2. Memakai pakaian yang tidak sesuai situasi dan kondisi serta tidak

mengenakan berpakaian.

Lansia mengenakan banyak pakaian, memakai pakaian dengan cara yang

salah (celana di kepala), serta melepas pakaian di depan publik.

3. Meminta perhatian orang lain atau meminta bantuan tanpa ada alasan

Lansia merengek, melakukan pembelaan bahwa ia benar-benar meminta

bantuan. Lansia memberikan permintaan yang sangat banyak kepada orang lain

secara verbal maupun nonverbal yang tidak masuk akal.

4. Mengulangi kalimat atau pertanyaan.

Lansia mengulangi kalimat atau pertanyaan yang sama ditujukan untuk

seseorang atau obyek tertentu.

5. Membuat suara yang aneh

Lansia menangis, mengerang, tertawa aneh dan memainkan gigi sehingga

mnegeluarkan suara yang aneh.

6. Menjerit

Lansia berteriak, melolong, dan melengking dengan keras.

7. Mencoba mencari tempat lain

Lansia masuk dan keluar dari suatu tempat dengan tindakan yang tidak

sesuai, seperti was-was keluar dari ruangan; mencoba memasuki area yang

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

terkunci; memaksa untuk masuk dan menempati ruang lansia yang lain; memaksa

untuk tinggal di toilet.

8. Mengeluh

Lansia merengek, mengeluh tentang dirinya, mengeluh tentang penyakit

fisiknya dan mengeluh mengenai lingkungan sekitar serta orang lain.

9. Sikap negatif.

Lansia tidak menyukai apapun dan selalu menganggap salah suatu hal.

10. Perlakuan yang tidak sesuai

Lansia mengambil sesuatu yang bukan miliknya, mengobrak-abrik laci,

memindahkan perabot rumah tangga, bermain-main dengan makanan serta

mengolesi tubuhnya dengan feces.

11. Menyembunyikan sesuatu

Lansia menyembunyikan obyek dibawah atau dibelakang sesuatu.

12. Menumpuk sesuatu

Lansia meletakkan barang-barang yang tidak sesuai pada tas, saku, atau laci.

Barang-barang tersebut terdiri dari banyak item.

13. Memperlihatkan tindakan yang berulang

Lansia mengalami stereotypic movement meliputi: menepuk mengetuk;

menggoyangkan diri sendiri, menggesekkan badan ke suatu obyek, memutari

sebuah obyek atau orang lain, menggosok diri sendiri ke obyek lain, menghisap

jari, memakai lalu melepas sepatu secara berulang.

14. Kegelisahan umum

Lansia gelisah, selalu berpindah-pindah tempat saat duduk, tidak mampu

duduk dengan diam.

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUSIK

Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis


kepada klien
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien.
Persiapan alat : 1. Tape music / Radio
dan bahan 2. CD Musik/ Softfile mp3
3. Headset

Prosedur :

NO PROSEDUR

Pre interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2 Siapkan alat-alat
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4 Cuci tangan
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggil klien dengan namanya
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
9 Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
10 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan musik.
11 Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
12 Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik.
13 Dukung dengan headphone jika diperlukan.
14 Nyalakan music dan lakukan terapi music.
15 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
16 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
17 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
Terminasi

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

18 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)


19 Simpulkan hasil kegiatan
20 Berikan umpan balik positif
21 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
22 Bereskan alat-alat
23 Cuci tangan
Dokumentasi
24 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

Sumber:
1. SOP
SOP Terapi Musik Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas
Udayana Bali (https://www.scribd.com/doc/181262705/SOP-TERAPI-
MUSIK-doc)
2. Musik suara alam
CD Sound From Heaven-No.90 (dibeli di http://www.terapimusik.net/ )

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

Lampiran 9
HASIL UJI STATISTIK PRETEST DAN POSTTEST

KELOMPOK PERLAKUAN DAN PEMBANDING

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Post Kontrol - Pre Kontrol Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 1 1.00 1.00
c
Ties 7

Total 8
d
Post Perlakuan - Pre Negative Ranks 5 3.00 15.00
Perlakuan Positive Ranks 0
e
.00 .00
f
Ties 3

Total 8

a. Post Kontrol < Pre Kontrol

b. Post Kontrol > Pre Kontrol

c. Post Kontrol = Pre Kontrol

d. Post Perlakuan < Pre Perlakuan

e. Post Perlakuan > Pre Perlakuan

f. Post Perlakuan = Pre Perlakuan

c
Test Statistics

Post Kontrol - Post Perlakuan -


Pre Kontrol Pre Perlakuan
a b
Z -1.000 -2.236

Asymp. Sig. (2-tailed) .317 .025

a. Based on negative ranks.

b. Based on positive ranks.

c. Wilcoxon Signed Ranks Test

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

NPar Tests

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Pre 16 1.75 .683 1 3

Post 16 1.50 .632 1 3

Kelompok 16 1.50 .516 1 2

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
81

Lampiran 10

HASIL UJI STATISTIK POSTTEST

KELOMPOK PERLAKUAN DAN PEMBANDING

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Pre Kontrol 8 8.50 68.00

Perlakuan 8 8.50 68.00

Total 16

Post Kontrol 8 11.06 88.50

Perlakuan 8 5.94 47.50

Total 16

b
Test Statistics

Pre Post

Mann-Whitney U 32.000 11.500

Wilcoxon W 68.000 47.500

Z .000 -2.450

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .014


a a
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000 .028

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Kontrol * Post Kontrol 8 50.0% 8 50.0% 16 100.0%

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

Pre Kontrol * Post Kontrol Crosstabulation

Post Kontrol

Ringan Sedang Berat Total

Pre Kontrol Ringan Count 2 1 0 3

Expected Count .8 1.9 .4 3.0

% within Pre Kontrol 66.7% 33.3% .0% 100.0%

% of Total 25.0% 12.5% .0% 37.5%

Sedang Count 0 4 0 4

Expected Count 1.0 2.5 .5 4.0

% within Pre Kontrol .0% 100.0% .0% 100.0%

% of Total .0% 50.0% .0% 50.0%

Berat Count 0 0 1 1

Expected Count .2 .6 .1 1.0

% within Pre Kontrol .0% .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% .0% 12.5% 12.5%

Total Count 2 5 1 8

Expected Count 2.0 5.0 1.0 8.0

% within Pre Kontrol 25.0% 62.5% 12.5% 100.0%

% of Total 25.0% 62.5% 12.5% 100.0%

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Perlakuan * Post


8 50.0% 8 50.0% 16 100.0%
Perlakuan

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

Pre Perlakuan * Post Perlakuan Crosstabulation

Post Perlakuan

Ringan Sedang Total

Pre Perlakuan Ringan Count 3 0 3

Expected Count 2.6 .4 3.0

% within Pre Perlakuan 100.0% .0% 100.0%

% of Total 37.5% .0% 37.5%

Sedang Count 4 0 4

Expected Count 3.5 .5 4.0

% within Pre Perlakuan 100.0% .0% 100.0%

% of Total 50.0% .0% 50.0%

Berat Count 0 1 1

Expected Count .9 .1 1.0

% within Pre Perlakuan .0% 100.0% 100.0%

% of Total .0% 12.5% 12.5%

Total Count 7 1 8

Expected Count 7.0 1.0 8.0

% within Pre Perlakuan 87.5% 12.5% 100.0%

% of Total 87.5% 12.5% 100.0%

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

Lampiran 11

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

Lampiran 12

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

Lampiran 13

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

Lampiran 14

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE


ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

Lampiran 15

SKRIPSI PENGARUH TERAPI MUSIK... ASTRID DYAH FEBRI DIANE

Anda mungkin juga menyukai