Anda di halaman 1dari 9

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang sesuai scenario ?

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis


normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang
dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan
kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan ini meliputi kaidah pemeriksaan
laboratorium klinis secara umum. Berupa pemeriksaan metabolit abnormal,
perubahan aktivitas enzim, komponen darah atau fungsi fisiologis yang tergantung
dari zat gizi tertentu (Gibson,2005), yaitu :

 Pemeriksaan status protein yang digunakan untuk penilaian status nutrisi :


kadar albumin serum dengan nilai normal 3,5-5,0 gr/dl
 Transferin Serum dengan nilai normal > 200 mg/dl
 Fungsi imunitas ; hitung limfosit total (%limfosit x sel darah putih)/100
dengan nilai normal diatas 1500 sel/mm2
 Pemeriksaan lain : Gula darah (BSS), profil lipid
(kolesterol,triglyserid,LDL dan HDL), fungsi ginjal (ureum, kreatinin),
fungsi hati (sgot,sgpt, bilirubin,gama gt dan alkalin fosfatase), fungsi tulang,
otot dan sendi (asam urat, ASTO,CRP dan Rematic Factor)

2. Pemeriksaan penunjang status gizi lainnya dengan foto rontgen, CT scan, MRI
dan USG. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya
kelainan pada paru.
3. Diagnosa kerja pada kelainan nutrisi yaitu Status Gizi Antropometrik :
obesitas,pre-obes,marasmus, kwarshiorkor, chronic energy deficiency.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan


asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan
pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini
penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan
anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.

Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada


berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada
seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks
merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

 Berat badan

Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah


dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran
dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu.
Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk
mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar.
Interpretasi:

BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase:


80-120% Gizi baik
60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema.
< 60% Gizi buruk

Penilaian:
5-10% kehilangan BB ringan
15-25% kehilangan BB sedang
> 25% kehilangan BB berat
 Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang


serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna.
Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan,
punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus.
Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi
terlentang.

 Berat badan menurut tinggi badan

Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena
mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting
atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan
anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak
berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor
umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%

Interpretasi:

1. Jika BB/TB (%):


> 120% Obesitas
110-120% Overweight
90-110% Normal
70-90% Gizi kurang

<70% Gizi buruk

2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi


yang terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu
tersebut.

 Lingkar lengan atas

Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah dapat
menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri, pertengahan
akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur yang tidak melar atau pita
khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau (> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm)
dan merah (<11,5 cm).

Interpretasi:

<11,5 cm Gizi buruk (merah)


11,5-12,5 cm Gizi kurang (kuning)
>12,5 cm Gizi baik (hijau)

Interpretasi LLA/U:
85-10% Gizi baik/normal
70-85% Gizi kurang
< 70% Gizi buruk

 Lingkaran kepala

Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan.
Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita
pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling
menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi:

LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisi

kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.

4. Tinja rutin
 Kwashiorkor dan marasmus : Untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab ascaris,ancylostoma dan entamoeba)
 Disentri : - Basil dalam tinja, Leukosit > 10 LPB
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan
pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini
penting, terutama pada anak yang berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan
anak dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh.

Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi fisik tubuh manusia pada


berbagai usia. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai/data mentah pada
seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan sebagainya. Indeks
merupakan kombinasi hasil pengukuran, misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.

 Berat badan

Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah


dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status gizi sesaat. Pengukuran
dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin dan tanpa sepatu.
Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak kecil/bayi 0,1 kg. Untuk
mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis kelamin dan acuan standar.
Interpretasi:

BB/U dibandingkan standar yang diacu, dalam persentase:


80-120% Gizi baik
60-80% Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila disertai edema.
< 60% Gizi buruk

Penilaian:
5-10% kehilangan BB ringan
15-25% kehilangan BB sedang
> 25% kehilangan BB berat
 Tinggi badan

Tinggi badan merupakan parameter sederhana, mudah dilakukan dan diulang


serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan informasi yang bermakna.
Cara pengukurannya adalah anak berdiri tegak dan mata menatap lurus ke depan,
punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding tegak lurus.
Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan dalam posisi
terlentang.

 Berat badan menurut tinggi badan

Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat dalam penilaian status gizi karena
mencerminkan proporsi tubuh serta dapat membedakan antara wasting dan stunting
atau perawakan pendek. Indeks pada anak perempuan hanya sampai 135 cm dan
anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB tidak begitu banyak
berarti karena adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor
umur.

BB/TB (%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%

Interpretasi:

1. Jika BB/TB (%):


> 120% Obesitas
110-120% Overweight
90-110% Normal
70-90% Gizi kurang

<70% Gizi buruk

2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50 menunjukkan normal. Makin jauh deviasi


yang terjadi makin besar pula kelebihan atau kekurangan gizi pada individu
tersebut.
 Lingkar lengan atas

Pemeriksaan ini digunakan pada anak 1-5 tahun, dan sudah dapat
menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan kiri, pertengahan
akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur yang tidak melar atau pita
khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau (> 12,5 cm), kuning (11,5-12,5 cm)
dan merah (<11,5 cm).

Interpretasi:

<11,5 cm Gizi buruk (merah)


11,5-12,5 cm Gizi kurang (kuning)
>12,5 cm Gizi baik (hijau)

Interpretasi LLA/U:
85-10% Gizi baik/normal
70-85% Gizi kurang
< 70% Gizi buruk

 Lingkaran kepala

Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan.
Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran dilakukan dengan pita
pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada bagian yang paling
menonjol dan melalui oksiput sehingga didapat nilai lingkar kepala yang maksimal.

Interpretasi:

LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan kemungkinan malnutrisi

kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.


Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium
berikut:
 Glukosa darah
 Hemoglobin
 PemeriksaanUrine pemeriksaan dan kultur
 Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
 Serum albumin
 Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
 Elektrolit
Hasil
 Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi hipoalbuminemia (10-
25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam amino esensial, lipoprotein), dan
hipoglikemia.
 Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi sekresi
insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
 Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit, terutama
kalium dan magnesium, yang habis.
 Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat lipid
beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
 Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan
penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam kedua
kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis metabolik
yang hadir.
 Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya
pertumbuhan dan penyembuhan luka.
 Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan hasil
negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk secara
akurat menilai untuk TB.
 Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
Referensi :
 Nurarif,A.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2.Yogyakarta : Media Action

 Pudjiadi S. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi ke-14. FKUI. Jakarta. 2015;
104-36.
 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jilid I. FKUI. Jakarta.; 360-66.

Anda mungkin juga menyukai