Anda di halaman 1dari 32

SISTEM TUMBUH KEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA Makassar, 26 April 2019

LAPORAN KELOMPOK PBL


“Gangguan Tumbuh Kembang”

Di susun oleh :
Kelompok 8
ADE APRIANI RATNASARI (11020150049)
AISYAH PRIMAPUTRI (11020160009)
A. NADIA SULISTIA NINGSIH (11020160012)
AINUN (11020160050)
A. NASHIRA ISWALAILY (11020160078)
ABD. MIRSYAD (11020160084)
A.SRI NURBIYANTI. AB (11020160119)
NUR AKHSAN DIANA A.R. (11020160160)
ACHMAD FAUZI (11020160163)
SRI ANGGRENI SARDI (110201601607
Tutor : dr. Dahlia, M.kes, MARS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
SKENARIO 1

Baso dibawa ibunya ke Puskesmas tgl 1 April 2019, untuk melanjutkan imunisasi.
Lahir tanggal 20 Januari 2018. BBL 1800 gram, PB 43 cm dan LK 28 cm. Riwayat
anak lahir dengan usia gestasi 32 minggu dan segera menangis. Dalam perawatan Baso
mengalami kuning hari ke-4. Bilirubin total 9 mg/dl, Bilirubin direk 1 mg/dl. Anak
makan apa yang disajikan di rumah, ASI + Susu Formula sampai usia 6 bulan. Buku
KIA, Imunisasi 1 bulan BCG, OVP; 2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP; 3 bulan DTP,
Hib, Hep.B. OVP.

Pada pemeriksaan BB 6900 gram, PB 75 cm, LK 42 cm. Pemeriksaan perkembangan:


duduk mandiri, merangkak, belum bisa berdiri dengan pegangan, memanggil papa
mama spesifik, menoleh ke sumber suara, melambaikan tangan, memasukkan benda
ke wadah. Pemeriksaan Nn. cranialis: tak ada kelainan, refleks fisiologis dan patologik:
tak ada kelainan. Anak pertama dan oleh bibi lebih banyak dibedong.

A. KATA SULIT : -
B. KATA/ KALIMAT KUNCI KUNCI :
- Bayi laki-laki
Tanggal pemeriksaan : 1-04-2019
Tanggal lahir : 20-01-2018
Umur anak : 14 bulan, 11 hari
Umur koreksi : 12 bulan, 11 hari
- BBL 1800 gram, PB 43 cm dan LK 28 cm, Usia gestasi 32 minggu
- Mengalami kuning hari ke 4 kelahiran. Bilirubin total 9 mg/dl, Bilirubin direk
1 mg/dl.
- ASI + Susu formula 6 bulan
- Imunisasi 1 bulan BCG, OVP; 2 bulan DTP, Hib, Hep.B, OVP; 3 bulan DTP,
Hib, Hep.B. OVP.
- pemeriksaan BB 6900 gram, PB 75 cm, LK 42 cm
- Pemeriksaan perkembangan: duduk mandiri, merangkak, belum bisa berdiri
dengan pegangan, memanggil papa mama spesifik, menoleh ke sumber suara,
melambaikan tangan, memasukkan benda ke wadah.

- Anak pertama dan oleh bibi lebih banyak dibedong.

C. PERTANYAAN

1. Bagaimana assesment kasus sesuai dengan skenario ?

2. Apa saja penyebab ikterus dan dihubungkan dengan kasus sesuai skenario ?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ?

4. Bagaimana cara mendiagnosis dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan


skenario ?

5. Bagaimana tatalaksana sesuai dengan skenario ?

6. Bagaimana prespektif Islam sesuai dengan skenario ?

D. JAWABAN

1. Bagaimana assesment kasus sesuai skenario ?

. Berat Badan
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali
pada hari ke 10. berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi
umur 5 bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan
menjadi 4 kali berta badan lahir pada umur 2 tahun.
Pada masa prasekolah, kenaikan berat badan rata-rata 2 kg/tahun.
Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai “pre-adolescent
growth spurt” (pacu tumbuh pra-adolesen) dengan rata-rata kenaikan berat
badan adalah 3 – 3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan “adolescent
growth spurt” (pacu tumbuh adolesesn).
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan, kalau anak
mendapat gizi yang baik, adalah berkisar antara :
- 700-1000 gram/bulan pada triwulan I.
- 500-600 gram/bulan pada triwulan II.
- 350-450 gram/bulan pada triwulan III.
- 250-350 gram/bulan pada triwulan IV.
Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk
memperkirakan berat badan anak, adalah sebagai berikut :
1. Lahir 1800 gram.
2. 3-12 bulan Umur(bulan) + 9
2
3. 1-6 tahun Umur(tahun) x 2 + 8
4. 6-12 tahu Umur(tahun) x 7 – 5
2
Menurut data dan rumus diatas, bayi 14 bulan (pada skenario)
seharusnya memiliki berat badan menurut rumus Behrman berkisar antara 10
kg (10.000 gram). Sehingga dapat disimpulkan bahwa bayi pada skenario
mengalami gangguan pertumbuhan dimana berat badannya tidak sesuai dengan
umurnya.
2. Panjang Badan/Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm. Pertamabahn
panjang badan atau tinggi badan pada tahun pertama kehidupan, kalau anak
mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara :
- 2,8-4,4 cm/bulan pada triwulan I.
- 1,9-2,6 cm/bulan pada trimester II.
- 1,3-1,6 cm/bulan pada trimester III.
- 1,2-1,3 cm/bulan pada trimester IV.
Dapat pula digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk
memperkirakan panjang badan/tinggi anak, adalah sebagai berikut :
a. Lahir 43 cm
b. Umur 1 tahun 75 cm
c. 2-12 tahun Umur(tahun) x 6 + 77
Menurut data diatas, bayi 14 bulan akan mengalami kenaikan panjang
badan sekitar 16,8,-18,2 cm. Pada skenario, berat badan bayi saat lahir adalah
43 cm, sehingga panjang badan/tinggi badan bayi sekarang adalah berkisar
antara 70,4-78,4 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kenaikan panjang
badan/tinggi badan bayi pada skenario tergolong tidak normal atau panjang
badan/tinggi badan bayi tidak sesuai dengan umurnya.
3. Lingkar Kepala
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm, dan besar lingkar
kepala ini lebih besar dari lingkar dada, sedangkan pada skenario lingkar
kepalabayi saat lahir adalah 28 cm. Pada umur 6 bulan, lingkar kepala rata-
ratanya adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm.
Jadi, pertambahan lingkar kepala pada 6 bulan pertama ini adalah 10 cm, atau
sekitar 50% dari pertambahan lingkar kepala dari lahir sampai dewasa terjadi
pada 6 bulan pertama kehidupan. Sedangkan pada skenario lingkar kepala bayi
pada saat pemeriksaan dengan umur 14 bulan adalah 42 cm.
Sehingga menurut data diatas, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan tulang
kepala bayi pada skenario tidak sesuai dengan umurnya.
Bayi prematur sendiri cenderung mempunyai kenaikan berat badan
yang lebih lambat dibandingkan bayi aterm. (terjadi peningkatan berat badan
setiap bulan) Berdasarkn penelitian yang dilakukan oleh monokrobo pada tahun
2006 tinggi badan anak yang lahir premature pada tahun pertama berada di
bawah normal dan tahun kedua tinggi anak berlangsung pesat.
Pada anak prematur, usia yang digunakan sebagai parameter pertumbuhan
seharusnya bukan usia kronologis karena berat lahir bayi prematur biasanya lebih
kecil daripada berat lahir bayi aterm, sehingga pada bayi prematur dibutuhkan
waktu lebih lama untuk mencapai berat sesuai usia kronologis seperti pada growth
chart bayi aterm.
Referensi:

- Maddapungeng, Martira.2010.Tumbuh Kembang Anak.Bagian Ilmu Kesehatan


Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin:Makassar.(Bahan Kuliah)
- Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI, 2016.
Halaman : 67,73,79.
2. Apa saja penyebab ikterus dan dihubungkan dengan kasus sesuai skenario ?

Etiologi jaundice menurut peningkatan kadar bilirubin dapat dibagi menjadi


karena peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi (unconjugated
hyperbilirubinemia) dan bilirubin terkonjugasi (conjugated hyperbilirubinemia).1
Ditinjau dari letaknya, penyebab utama conjugated hyperbilirubinemia atau
kolestasis secara umum diklasifikasikan menjadi 2 golongan besar, yaitu kelainan
intrahepatik serta kelainan ekstrahepatik.
Ekstrahepatik :
- Atresia biliaris
- Hipoplasia biliaris
- Stenosis duktus biliaris
- Anomalies choledochopancreaticoductal junction
- Perforasi spontan duktus biliaris
- Massa (neoplasma, batu)
Intrahepatik
- Idiopatik
a. Hepatitis neonatal idiopatik
b. Kolestasis intrahepatik persisten
- Displasia arteriohepatik (sindrom Allagile)
- Byler’s disease
- Trihydroxycoprostanic academia
- Sindrom Zellweger (sindrom serebrohepatorenal)
- Nonsyndromic paucity of intrahepatic ducts
- Disfungsi mikrofilamen
-. Kolestasis intrahepatik rekurens
- Familiar benign recurrent cholestasis
- Kolestasis herediter dengan limfedema
- Anatomi
a. Fibrosis hepatik kongenital/polikistik infantil pada hati dan ginjal
b. Caroli’s disease (dilatasi kistik duktus intrahepatik)
-Gangguan Metabolisme
a. Gangguan metabolisme asam amino, tirosin dan hipermetionin
b. Gangguan metabolisme lemak
- Wolman’s disease
- Niemann-Pick disease
- Gauchers’s disease
- Gangguan metabolisme karbohidrat
a. Galaktosemia
b. Fruktosemia
c. Glikogenosis IV
- Gangguan metabolisme asam empedu
a. 3β-hidroksisteroid dehidrogenase/isomerase
b. 4-3 oksosteroid 5β-reduktase
-Gangguan metabolik yang tidak khas
a. Defisensi alfa-1 antitripsin
- Fibrosis Kistik
- Hipopituarisme idiopatik
- Hipotiroid
- Neonatal iron storage disease
- Infantile copper overload
- Multiple acyl-coA dehydrogenation deficiency
- Familiar erytrophagocytic lymphohistiocytosis
- Hepatitis dan infeksi
a. Infeksi (hepatitis pada neonatus)
b. Cytomegalovirus (CMV)
c. Virus hepatitis B
d. Virus Rubela
e. Reovirus tipe 3
f. Virus herpes
Referensi :
- Omer M, Khattak TA, Shah SHA. Etiological spectrum of persistent neonatal
jaundice. JMRC. 2010;14(2):87−9.
- Suchy FJ. Approach to the infant with cholestasis. Dalam: Suchy F, Sokoi R,
Balisteri W, penyunting. Liver disease in children. Edisi ke-2. Philadelphia:
Lippincott
- Williams & Wilkins; 2001. h. 187-94

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ?

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa dipengaruhi banyak
faktor yang dapat menghambat atau mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Bila
masa tumbuh kembang janin dalam kandungan mendapatkan lingkungan yang
kondusif untuk tumbuh kembang, bayi akan lahir hidup dengan kualitas yang
prima, sebaliknya bila lingkungan tidak menguntungkan, bayi akan lahir dengan
menyandang masalah. Setelah lahir , juga banyak faktor lingkungan yang
mempengaruhi.
Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang
anak, yaitu :
1. Faktor Genetik
Yang termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa, dan bangsa. Gangguan pertumbuhan di
negara maju lebih sering disebabkan oleh kelainan kromosom seperti sindrom
down, sindrom turner, dan sebagainya. Sementara itu, di negara bergkembang
gangguan pertumbuhan selain disebabkan oleh faktor genetik, juga disebabkan
oleh faktor lingkungan yang kurang kondusif.

2. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang baik akan memungkinkan tercapainya potensi genetik yang
baik. Lingkungan ini merupakan lingkungan biofisikopsikososial yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :


A. Lingkungan Pranatal
Faktor pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kemban janin mulai dari
konsepsi sampai lahir, antara lain :
1. Gizi ibu waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang gamil, lebih sering mengakibatkan abortus, BBLR (bayi berat
lahir rendah), hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir dan cacat bawaan.

2. Mekanis
Trauma dan cairan letuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin
pada uterus dapat mengakibatkan antara lain : talipes, dislokasi panggul,
tortikolosis kongenital, palsi fasialis.
3. Toksin dan zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogenik. Misalnya obat-obatan yang berbahaya bagi kehamilan
dapat menyebabkan kelainan bawaan. Seperti pada kasus ibu hamil
perokok dan peminum alkohol.

4. Endokrin
Sistem endokrin mempengaruhi setiap aspek kehamilan karena
berhubungan dengan pengaruh hormonal yang diperkirakan
berhubungan dengan pertumbuhan janin dalam kandungan.
5. Infeksi
6. Stres
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat memengaruhi tumbuh
kembang janinn, antara lain kelainan jiwa, bayi BBLR.
7. Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abprtus, hidrops
fetalis, kern ikterus dan lahir mati.
8. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat.
B. PASCANATAL
a. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan
yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh,
buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
a. Gizi anak
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak.
Untuk tumbuh kembang diperlukan zat makanan yang adekuat seperti protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air yang harus dikonsumsi secara
seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada tahapan usianya.
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan
anak, sedangkan kelebihan makanan juga tidak baik, karena dapat
menyebabkan obesitas. Kedua keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas anak. Ada beberapa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada
makanan atau nutrisi, yaitu:
• Karbohidrat : Merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah
disetiap makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab
kekurangan sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan
terjadinya kelaparan dan berat badan menurun. Dalam mendapatkan jumlah
karbohidrat yang cukup maka bisa didapatkan dari susu, padi-padian, umbi-
umbian, ketela, kentang, jagung, buah-buahan, sukrosa, sirup dan tepung.
• Protein Merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam pembentukan
protoplasma sel, selain itu tersedianya protein dalam jumlah yang cukup
penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel jaringan dan sebagai larutan
untuk keseimbangan osmotik. Protein ini terdiri dari 24 asam amino
diantaranya 9 asam amino essensial dan selebihnya asam amino non essensial.
Jumlah protein dalam tubuh harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Apabila
tersedia dalam jumlah kurang akan menyebabkan kelemahan, oedem, dapat
kwashiorkor bila kekurangan protein saja, bila protein diserai kalori
menyebabkan marasmus. Komponen zat gizi protein dapat diperoleh dari
susu, telur, daging, ikan, unggas, keju, kedelai, kacang buncis, dan padi-
padian.
• Lemak Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam pengangkut vitamin
A,D,E,K yang larut dalam lemak, komponen lemak terdiri dari lemak alamiah
sekitar 98% diantaranya trigliserida, dan gliserol sedangkan 2% nya adalah
asam lemak bebas diantaranya monogliserida, digliserida, kolesterol dan fosfo
lipid termasuk lesitin, sefalin, serebrosid. Lemak ini merupakan sumber yang
kaya akan energi, sebagai pelindung organ tubuh seperti pembuluh darah
saraf, organ dan lain-lain terhadap suhu tubuh, dapat membantu rasa kenyang
(penundaan waktu pengosongan lambung).
• Vitamin Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan serta dapat mempertahankan organisme.
• Mineral Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam kelompok
mikro, yang terdiri dari kalsium, klorida, chromium, kobalt, tembaga, jodium,
besi, magnesium, mangan, kalium, natrium, sulfur dan seng.
• Air Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting, mengingat
kebutuhan air pada balita relatif tinggi yaitu 75-80% dari berat badan
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60%.
b. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi antara anak dan pengasuh
sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, lingkungan atau orang tua
lebih besar mempengaruhi perkembangan kecerdasan motorik kasar anak
kecerdasan anak terutama pada masa-masa pertama kehidupannya. Dalam
mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu.
Menurut Gerungan (2002) terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu
demokratis, otoriter dan permisif.

• Pola Asuh Demokratis (otoritatif) Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang
tua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan
mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan sensor batasan dan pengawasan
yang baik dari orang tua. Pola asuh ini cocok dan baik diterapkan pada orang
tua kepada anak-anaknya. Orang tua bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran
• Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang
bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orang tua akan membuat
berbagai aturan yang harus di patuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu
perasaan anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman
mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar
anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang tua yang telah
membesarkannya. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak
bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan orang tua, maka
orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak.
• Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak
yang cuek terhadap anak. Apapun yang mau dilakukan anak diperbolehkan
seperti tidak sekolah, nakal, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan
bebas negatif, matrialistis dan sebagainya. Biasanya pola pengasuh anak
oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan
pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa mendidik dan mengasuh
anak dengan baik.

c. Stimulasi
Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan-luar
anak, yang merupakan bagian dari kebutuhan anak yaitu asah atau kegiatan
merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan
berkembang optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini
mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Beberapa tahun yang lalu, telah dikembangkan progam BKB (Bina
Keluarga dan Balita) dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk anak-anak
prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan anak sedini
mungkin. Alat pemainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang berfungsi
untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, antara lain
motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi.progam BKB merupakan progam
yang menunjang progam-progam yang sudah ada di posyandu, dalam upaya
peningkatan kualitas tumbuh kembang anak. Bentuk dari stimulasi yaitu
bermain, permainan, Alat Permainan Edukatif (APE) dan teman bermain.
Bermain Anak bebas mengepresikan perasaan takut, cemas, gembira atau
perasaan lainnya, sehingga dengan memberikan kebebasan bermain, orang tua
mengetahui suasana hati anak. Diharapkan bahwa dengan bermain, anak akan
mendapatkan stimulus yang mencukupi agar dapat berkembang secara optimal
(Soetjiningsih, 2013).
Teman Bermain Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan
sosialisasi anak membantu anak menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama orang tua maka hubungan orang tua dan anak menjadi akrab.
Bermain merupakan “sekolah” yang berharga bagi anak, sehingga
perkembangan intelektualnya optimal. Untuk perkembangan motorik serta
pertumbuhan otot-otot tubuh, diperlukan latihan dengan permainan.
Macam – macam stimulasi:
• Stimulasi visual Stimulasi visual (yang dapat dilihat dengan mata, seperti
gambar, buku dan sebagainya). Untuk meningkatkan perhatian anak terhadap
lingkungannya.
• Stimulasi verbal Untuk perkembangan bahasa anak, karena kualitas dan
kuantitas vokalisasi anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak
akan mengembangkan inisiatif atau idenya melalui pertanyaan-pertanyaan.
• Stimulasi auditif (pendengaran) Kuantitas dan kualitas suara yang di dengar
oleh anak mempengaruhi perkembangannya misalnya pada lingkungan yang
ribut dengan suara yang simpang siur maka anak tidak dapat membedakan
stimulasi auditif yang diperlukan,sehingga anak mengalami kesukaran dalam
membedakan berbagai macam suara dan kelak akan berdampak pula pelajaran
membaca.
• Stimulasi taktil (sentuhan) Pemberian sentuhan pada anak dengan tujuan agar
tidak menimbulkan penyimpangan perilaku social, emosional, dan motorik.
d. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan ibu memegang peranan penting di dalam memberikan stimulasi
kepada anak. Hal ini dikarenakan pada usia anak-anak sangat membutuhkan
perhatian yang cukup untuk membantu perkembangan yang optimal.
Pengetahuan dan kognitif yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt Behavior). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
• Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya. Contohnya dapat menyebutkan tanda-tanda keterlambatan
perkembangan pada anaknya.
• Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap objek yang
dipelajari. Contohnya dapat menjelaskan mengapa harus memantau
perkembangan motorik anak.
• Aplikasi (application)
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prisip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
• Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih disalam satu struktur organisassi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat
dar penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan.
• Sintesis
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Contohnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
• Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Contohnya, dapat membandingkan
antara anak ayng cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB.
e. Kesehatan anak
Kesehatan anak harus mendapatkan perhatian dari orang tua dengan
cara segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang
terdekat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dengan baik. Berbeda
dengan anak yang sering sakit, biasanya akan mempengaruhi tumbuh
kembangnya.
f. Perumahan
Keadaan perumahan yang layak, dengan kontruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan
penghuninya. Misalnya, rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup,
yang tidak penuh sesak dan cukup leluasa bagi anak untuk bermain serta bebas
populasi akan menjamin perkembangan anak.
g. Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat mempengaruhi perkembangan pada anak.
Keadaan sosial ekonomi yang rendah biasanya selalu berkaitan dengan
kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan.
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak yang
sosial ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah,
tentu akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka
sering tidak mau atau tidak menyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi
atau pentingnya pelayanan kesehatan lain yang menunjang dalam membantu
perkembangan anak.
h. Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak, pada keluarga yang mampu dapat
menyebabkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak

i. Kelompok sebaya
Anak memerlukan teman sebaya untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya. Perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, harus diperhatikan
teman sebayanya, Karena teman sebaya dapat mempengaruhi untuk hal-hal yang
tidak baik, seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang, alcohol, merokok, dan
sebagainya.
j. Keluarga
Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam
tumbuh kembang anak. Interaksi orangtua - anak merupakan suatu proses
majemuk yang dipengaruhi banyak faktor, yaitu kepribadian orang tua, sifat
bawaan anak, kelahiran anak yang lain, tingkah laku setiap anggota keluarga
dan pengaruh luar.

Referensi :
Soetjiningsih. Ranuh, Gde, 2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta:EGC.
Hal 61-74
4.Bagaimana cara mendiagnosis dan pemeriksaan penunjang sesuai dengan skenario ?

1. Anamnesis

Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh kembang


anak dapat mengarah kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh kembang,8
misalnya anaknya lebih pendek dari teman sebayanya, kepala kelihatan besar,
umur 6 bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk, umur 15
bulan belum bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicara dan lain lain. Glascoe (1996)
melaporkan bahwa kecurigaan orangtua terhadap perkembangan anaknya (dengan
membandingkan terhadap anak-anak lain) mempunyai korelasi yang cukup tinggi
dengan gangguan perkembangan tertentu (walaupun mereka berpendidikan rendah

2. Pemeriksaan Fisis Rutin


 Tinggi badan
Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu
dengan mengukur panjang (tinggi) badan secara periodik, kemudian dihubungkan
menjadi sebuah garis pada kurva pertumbuhan tertentu. Pada umumnya digunakan
kurva pertumbuhan yang dipublikasi oleh United Stated National Center for
Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979 berdasarkan data yang di- kumpulkan
pada tahun 1963-1975.2 Sejak tahun 1983 oleh WHO kurva tersebut dianjurkan
digunakan untuk menilai status gizi dan per- tumbuhan anak.

 Berat badan
Berat badan dapat membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu dengan
menimbang berat badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi sebuah
garis pada kurva berat bada. Umumnya balita normal berat badannya selalu di atas
persentil 5 kurva NCHS, namun bisa naik atau turun memotong 1-2 kurva persentil
berat badan. Jika kurva berat badan anak mendatar atau menurun hingga
memotong lebih dari 2 kurva persentil, disebut failure to thrive (gagal tumbuh),
bisa disebabkan oleh faktor medik (organik, penyakit) atau non medik
(psikososial). Berat badan berkaitan erat dengan masalah nutrisi (termasuk cairan,
dehidrasi, retensi cairan). Obesitas dapat dijumpai dengan retardasi mental
(sindroma Prader-Willi dan Beckwith-Wiedeman).

 Kepala
Perhatikan ukuran, bentuk dan simetri kepala. Mikrosefali (lingkar kepala lebih
kecil dari persentil 3) mempunyai korelasi kuat dengan gangguan per- kembangan
kognitif, sedangkan mikrosefali progresif berkaitan dengan degenerasi SSP.
Makrosefali (lingkar kepala lebih besar dari persentil 97) dapat disebabkan oleh
hidrosefalus, neurofibromatosis dan lain-lain. Bentuk kepala yang ‘aneh’ sering
berkaitan dengan sindrom dengan gangguan tumbuh kembang. Ubun-ubun besar
biasanya menutup sebelum 18 bulan (selambat-lambatnya 29 bulan).
Keterlambatan menutup dapat disebabkan oleh hipotiroidi dan peninggian tekanan
intrakranial (hidresefalus, perdarahan subdural atau pseudotumor serebri).

3. Pemeriksaan neurologis dasar


Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan otot, tonus
otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-lain dapat
mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak.

4. Skrining Perkembangan
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan
murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau
dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau
anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin)
harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau
anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau
dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh
kembang dilanjutkan dengan skrining.

5. Skrining perkembangan DENVER II


Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah
Denver II, antara lain karena mempunyai rentang usia yang cukup lebar (mulai
bayi baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semua aspek perkembangan
dengan realiability cukup tinggi (interrates reability = 0.99, test-retest reability =
0.90). Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek
perkembangan, tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai
berikut:

• Gerak kasar
• Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek ko-
ordinasi mata dan tangan, manipulasi benda-benda
kecil, pemecahan masalah ),
• Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek
pendengaran, penglihatan dan pemahaman,
komunikasi verbal),
• Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek
penglihatan, pendengaran, komunikasi, gerak halus dan kemandirian).
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan
hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau
dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu. Normal, jika ia
dapat melakukan
semua kemampuan (atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua persentil
yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau menolak
melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal. Dicurigai ada gangguan
tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil > 90, atau
2 (atau lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis
umurnya. Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku
anak secara sekilas. Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan
emosional, atau gangguan-gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang
sempurna.

6. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)


Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dariDenver Prescreening
Developmental Questionnaire(PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa
dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun
1986.22 Kuesioner ini untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak
umur 6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan
tentang kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua
dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15 menit (lihat
lampiran). Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan
perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika
jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya
9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya
dilakukan KPSP lagi.

Untuk memperluas jangkauan skrining perkem- bangan Frankenburg dkk,. (1990)


menganjurkan agar lebih banyak menggunakan PDQ, karena mudah, cepat, murah dan
dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain (misalnya
paramedis atau kader kesehatan). Jika dengan PDQ dicurigai ada gangguan
perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang
lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih.20 Kuesioner ini sampai
sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan
kesehatan primer (dokter keluarga, Puskesmas) sering disebut sebagai ‘buku hijau’
berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI 1994 yang telah
diuji coba di beberapa propinsi, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan
beberapa dokter Puskemas tidak tahu adanya buku tersebut, atau tidak tahu cara
penggunaannya karena tidak pernah diajarkan.

7. Buku Pedoman Pembinaan Perkembangan Anak di Keluarga


Buku ini disusun oleh tim dari Fakultas Kedokteran UI (terdiri dari dokter spesialis
anak, psikiater anak, neurologi, mata, THT), Fakultas Psikologi UI, Depkes dan
UNICEF pada tahun 1987-1988, untuk digunakan oleh keluarga dan kader
kesehatan dalam memantau perkembangan anak umur 0 - 6 tahun.23 Di dalam
buku ini pada setiap rentang umur tertentu dipilih 4 milestone perkembangan untuk
umur tersebut (masing-masing mewakili aspek gerak kasar, gerak halus, bicara-
bahasa kecerdasan, kemampuan bergaul dan mandiri dari skala perkembangan
Denver) yang mudah dikenali atau dilakukan oleh orangtua atau kader karena
dilengkapi dengan gambar-gambar yang mudah dimengerti (lihat lampiran).23
Dengan buku berwarna merah muda ini (buku pink) keluarga atau kader bisa
menemukan keterlambatan perkembangan balita untuk dirujuk ke dokter keluarga
atau Puskesmas terdekat. Oleh karena itu buku ini sebenarnya merupakan
instrumen praskrining. Bahkan di dalam buku ini juga dijelaskan cara melakukan
stimulasi/intervensi dini oleh keluarga atau kader kesehatan jika ditemukan
gangguan tumbuh kembang sebelum dirujuk.23 Ikatan Dokter Anak Indonesia
melalui Satgas Instrumen Komite Tumbuh Kembang Anak Indonesia pada tahun
1996 bersama BKKBN dan Depkes telah membuat konsep buku Pedoman Deteksi
Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita dan Kalender Tumbuh Kembang
Balita bagi keluarga, yang telah di uji coba di Bali, Jawa Timur dan Jawa Tengah
dengan milestone yang lebih sedikit. Tetapi karena keterbatasan biaya belum
disebarluaskan di masyarakat.

8. Kuesioner Skrining Perilaku Anak Prasekolah (KSPAP)


Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari
Home Screening Questionnaire (Frankenburg, 1986) oleh tim Departemen
Kesehatan RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak,
neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner terdapat di dalam
‘buku hijau’ berjudul Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Depkes RI
1994, tetapi tampaknya jarang dimanfaatkan. Bahkan beberapa dokter Puskemas
tidak tahu cara penggunaannya karena tidak pernah diajarkan. Kuesionir ini berisi
30 perilaku anak (lihat lampiran) yang ditanyakan kepada orangtua (oleh kader
kesehatan, guru atau diisi sendiri oleh orangtua) untuk mendeteksi dini kelainan
perilaku anak prasekolah (3-6 tahun). Orangtua dapat menjawab: tidak pernah
(nilai 0), kadang-kadang (nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan perilaku
anaknya sehari-hari. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari 11, maka anak perlu
dirujuk. Jika kurang dari 11 tidak perlu dirujuk.

9. Pediatric Symptom Checklist (PSC)


Kuesioner ini dipublikasikan oleh Jelllinek dkk (1988) untuk skrining perilaku
anak umur 4-16 tahun berupa 35 perilaku anak yang harus dinilai oleh orangtua
(lihat lampiran). Orangtua dapat menjawab tidak pernah (nilai 0), kadang-kadang
(nilai 1), atau sering (nilai 2), sesuai dengan perilaku anaknya sehari- hari. Jika
jumlah nilai seluruhnya lebih dari 28, maka anak perlu dirujuk. Jika kurang dari
28 tidak perlu dirujuk.

10. Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)


American Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001 merekomendasikan CHAT
sebagai salah satu alat skrining untuk deteksi dini gangguan spektrum autistik
(autistic spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3 tahun, di samping
PDDST (pervasive developmental disorder screening test) yang diisi oleh
orangtua. CHAT dikembangkan di Inggris dan telah dipublikasikan oleh Cohen
dkk,. sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining lebih dari 16.000
balita. Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan dokter
menggunakan salah satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai ada risiko autis atau
gangguan per- kembangan lain maka dapat dirujuk untuk penilaian komprehensif
dan diagnostik.

11. Pemeriksaan Lanjutan


Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan diagnosis danetiologinya tergantung
kepada jenis gangguan tumbuhkembangnya, misalnya pemeriksaan neurologis
(klinis,EEG, BERA dan lain-lain), radiologis, mata, THT,psikiatris, psikologis,
genetis (kromosom), endokrin dan lain-lain
12. Intervensi
Intervensi selanjutnya tergantung jenis gangguan tumbuh kembang dan faktor
penyebabnya. Semakin kompleks gangguan tumbuh kembangnya dan etiologinya
maka membutuhkan suatu tim yang lebih lengkap dan terkoordinir, antara lain
dapat melibatkan spesialis anak, THT, mata, psikiter, rehabilitasi medik, ortopedi,
psikolog, terapis wicara, fisioterapis, pendidik dan lain-lain

Referensi:
- Soejadmiko. 2001. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.
Jakarta: Sari Pediatri. Vol.3

5. Bagaiamna Tatalaksana sesuai dengan skenario ?


Untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan terutama otak yang
optimal,anak-anak perlu:
 mendapat ASI Eksklusif yang cukup : ASI Eksklusif adalah pemberian hanya
ASI saja kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 bulan tanpa diberikan makanan
dan minuman lain, kecuali obat, vitamin dan mineral. Menurut Lancet (2010)
yang dikutip oleh Depkes RI (2013), pemberian ASI Eksklusif dapat
menurunkan angka kematian bayi sebesar 13% dan dapat menurunkan
prevalensi balita pendek.
 makanan yang bergizi : Gizi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap proses pertumbuhan anak. Sebelum lahir, anak tergantung pada zat
gizi yang terdapat dalam darah ibu. Setelah lahir, anak tergantung pada
tersedianya bahan makanan dan kemampuan saluran cerna. Hasil penelitian
tentang pertumbuhan anak Indonesia menunjukkan bahwa kegagalan
pertumbuhan paling gawat terjadi pada usia 6-18 bulan. Penyebab gagal
tumbuh tersebut adalah keadaan gizi ibu selama hamil, pola makan bayi yang
salah, dan penyakit infeksi.
 Kebersihan Anak
 Kebersihan Lingkungan : Hindari dari polusi rokok, Kebrsihan Bak Mandi, dan
usahakan Anak tidur pake kelambu terutama daerah endemik malaria
 imunisasi sesuai yang dianjurkan
 diawasi hati-hati jangan sampai jatuh, kejedug, tenggelam, dan sejenisnya
 penggunaan obat bila sakit harus seijin dokter
 Hindari Dehidrasi Pada anak
 jika sakit tidak membaik > 2 hari segera bawa ke RS untuk mencegah penyakit
yang berat seperti meningitis
 pantau terus lingkar kepala anak (2 cm tiap 3 bulan pertama, 1 cm tiap 3 bulan
kedua, dan 0,5 cm tiap 6 bulan berikutnya)
 Komunikasi dan kehangatan interaksi anak orang tua harus dipelihara
 Pengasuh anak sebaiknya sehat dan terlatih jika anak terpaksa diasuh orang lain
karena ibu bekerja

Referensi
- Dr. Kartika Ratna Pertiwi, Pencegahan Dan Penanggulangan Anak
Dengankelainan Tumbuh Kembang, Universitas Negeri Yogyakarta,
Yogyakarta, Halaman 1-6
- Buku KIA ( Kesehatan Ibu Anak ) Tahun 2016 Katalog Dalam Terbitan.
Kementerian Kesehatan RI Indonesia. dan JICA (Japan International
Cooperation Agency),
6. Bagaimana prespektif Islam sesuai dengan skenario ?

Pemberian ASI pada bayi merupakan bagian paling dasar bagi perkembangan bayi,
sehingga bayi tersebut dapat tumbuh secara alami. Adapun masa ideal untuk
pamberian ASI pada bayi adalah dua tahun atau kurang sedikit. Masa menyusui
ini tidak boleh dipercepat atau dikurangi, karena dapat menggangu pertumbuhan
beberapa sel pada bayi, seperti di riwayatkan dalam Al-Quran :

۞ ‫ضا َعةَ ۚ َو َعلَى ْال َم ْولود لَه‬ َّ ‫َو ْال َوالدَات ي ْرض ْعنَ أ َ ْو ََلدَه َّن َح ْولَيْن كَاملَيْن ۖ ل َم ْن أ َ َرادَ أ َ ْن يت َّم‬
َ ‫الر‬
‫ر ْزقه َّن َوكس َْوته َّن ب ْال َم ْعروف ۚ ََل ت َكلَّف نَ ْفس‬
‫ار َوالدَة ب َولَدهَا َو ََل َم ْولود لَه ب َولَده ۚ َو َعلَى ْال َوارث مثْل َٰذَلكَ ۗ فَإ ْن أ َ َرادَا‬ َّ ‫ض‬ َ ‫إ ََّل و ْس َع َها ۚ ََل ت‬
‫ص ًاَل َع ْن ت ََراض م ْنه َما َوتَشَاور َف َل جنَا َح َع َليْه َما ۗ َوإ ْن أ َ َردْت ْم أ َ ْن ت َ ْست َْرضعوا أَ ْو ََلدَك ْم َف َل جنَا َح َع َليْك ْم إذَا‬
َ ‫ف‬
‫ّللاَ ب َما ت َ ْع َملونَ َبصير‬ َّ ‫سلَّ ْمت ْم َما آتَيْت ْم ب ْال َم ْعروف ۗ َواتَّقوا‬
َّ ‫ّللاَ َوا ْعلَموا أ َ َّن‬ َ

Artinya :
“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang
ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan
pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak akan dibebani lebih dari
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula
seorang ayah (menderita) karena anaknya. Ahli waris pun berkewajiban seperti itu
pula. Apabila keduanya ingin menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan
keduanya, maka tidak ada dosa pada keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan
anakmu pada orang lai, maka tidak ada dosa bagimu memberikan pembayaran
dengan cara yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan" (Al-Baqarah: 233)

Sebagai penutup berikut adalah penjelasan Imam Ali Zainal Abidin radiyallahu'anhu
dalam kitab Risatul Huquq.
"Adapun hak anakmu adalah, ketahuilah bahwa ia berasal darimu. Dan segala
kebaikan dan keburukannya di dunia, dinisbatkan kepadamu. Engkau bertanggung
jawab untuk mendidiknya, membimbingnya menuju Allah dan membantunya untuk
menaati perintah-Nya.
Maka, perlakukanlah anakmu sebagaimana perlakuan seseorang yang mengetahui
bahwa andaikan ia berbuat baik pada anaknya, niscaya ia akan mendapatkan pahala
dan andaikan ia berbuat buruk niscaya ia akan memperoleh hukuan." (Al Khislal,
hal.568)

Anda mungkin juga menyukai